Anda di halaman 1dari 8

1

ORIENTASI UMUM DAN PEMAHAMAN KONSEP


FILSAFAT PENDIDIKAN
Amalia Puspha Rini
TP FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Ir. Sutami 36 A Surakarta
e-mail: amaliaaapr@gmail.com
Abstract: The General Orientation and Understanding of Philosophy of
Education Concept. The purpose of this paper is to know the sense of philosophy
of education, understanding, understanding philosophy of education, philosophy
of education stream, the scope of the philosophy of education, and philosophy of
education benefits. The results of the discussion indicates that philosophy means
the love of wisdom. Education is a process of educating, fostering, controlling,
oversee, affect, and transmit knowledge. Philosophy of education is a philosophy
that is used in the study of educational issues. Modern philosophy of education in
the outline is divided into four streams, they are esentialism, perenialism flow,
progressivism, and reconstructionism. The scope of the philosophy of education
are teachers, students, subjects, behaviour, methods, evaluation, objectives, and
tools. The benefits of philosophy of education are giving information, strengthen
faith and enrich the views, extending deepens the interpretation and definition of
knowledge, ensure that educational norms for the benefit, providing life skills,
educate the student, forming a noble character, forming a human being who has a
corporate social responsibility, uphold amar ma'ruf nahi mungkar, developing
institutions, reviewing and formulating the theory of education, developeing a
theory and test theories, examines the various theories of Western educational
approach to philosophy of education, build the image of the institution, preparing
the younger generation who are capable, and prove the basic ideas of science into
scientific reality of life.
Keywords: philosophy, education
Abstrak: Orientasi Umum dan Pemahaman Konsep Filsafat Pendidikan.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengertian filsafat, pengertian
pendidikan, pengertian filsafat pendidikan, aliran filsafat pendidikan, ruang
lingkup filsafat pendidikan, dan manfaat filsafat pendidikan. Hasil pembahasan
menunjukkan bahwa filsafat berarti mencintai kebijaksanaan. Pendidikan
merupakan proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi,
memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Filsafat pendidikan modern pada garis besarnya dibagi menjadi empat aliran,
yaitu aliran esensialisme, perenialisme, progresivisme, dan rekonstruksionisme.
Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah pendidik, murid atau peserta didik,
meteri pendidikan, perbuatan mendidik, metode pendidikan, evaluasi pendidikan,
tujuan pendidikan, dan alat-alat pendidikan. Manfaat filsafat pendidikan yaitu
menambah wawasan, menguatkan iman dan memperkaya pandangan, memperluas
penafsiran dan memperdalam pemaknaan ilmu, meyakinkan bahwa norma
kependidikan untuk kemaslahatan, memberikan keterampilan hidup,
1

2
mencerdaskan anak didik, membentuk akhlak yang mulia, membentuk manusia
yang memiliki kepedulian sosial, menegakkan amar maruf nahi mungkar,
mengembangkan lembaga pendidikan, mengkaji dan merumuskan teori
pendidikan, mengembangkan teori dan menguji teori, mengkaji berbagai teori
pendidikan barat dengan pendekatan filsafat pendidikan, membangun citra
lembaga pendidikan, menyiapkan generasi muda yang mumpuni, dan
membuktikan berbagai ide dasar ilmu pengetahuan ke dalam realitas kehidupan
ilmiah.
Kata Kunci: filsafat, pendidikan
LATAR BELAKANG
Filsafat yang dijadikan sebagai pandangan hidup, erat kaitannya dengan nilainilai tentang manusia yang dianggap benar sebagai pandangan hidup oleh suatu
masyarakat atau bangsa untuk mewujudkannya yang terkandung dalam filsafat
tersebut. Oleh karena itu, suatu filsafat yang diyakini oleh suatu masyarakat atau
bangsa akan berkaitan erat dengan sistem pendidikan yang dirasakan oleh
masyarakat dan bangsa tersebut. Filsafat pendidikan ini sebagai usaha untuk
mengenalkan filsafat pendidikan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan itu.
Adapun, filsafat pendidikan adalah disiplin ilmu yang mempelajari dan berusaha
mengungkap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis agar pendidikan
mempunyai arti jelas, karena pendidikan sangat pesar peranannya dalam membina
kemajuan suatu bangsa sesuai dengan filsafat yang diyakini.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut: (1) apa yang dimaksud dengan filsafat?; (2) apa yang dimaksud dengan
pendidikan?; (3) apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan?; (4) apa saja
aliran filsafat pendidikan?; (5) apa saja ruang lingkup filsafat pendidikan?; (6) apa
saja manfaat filsafat pendidikan?
Tujuan penulisan makalah ini yaitu: (1) untuk mengetahui pengertian filsafat;
(2) untuk mengetahui pengertian pendidikan; (3) untuk mengetahui pengertian
filsafat pendidikan; (4) untuk mengetahui aliran filsafat pendidikan; (5) untuk
mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan; (6) untuk mengetahui manfaat
filsafat pendidikan.
PEMBAHASAN
Istilah philosophia memiliki akar kata philien yang berarti mencintai dan
sophos yang berarti bijaksana. Jadi, istilah philosophia berarti mencintai akan halhal yang bersifat bijaksana. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa
filsafat berarti mencintai kebijaksanaan. Untuk melengkapi definisi filsafat yang
telah dikemukakan di atas, berikut beberapa pendapat para ahli mengenai filsafat:
(1) Socrates (Susanto, 2016: 2) menyatakan bahwa filsafat adalah suatu
peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari
kehidupan yang adil dan bahagia (principels of the just and happy life), (2) Plato

3
(Susanto, 2016: 2) menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya, (3) Aristoteles
(Susanto, 2016: 2) menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang
meliputi kebenaran yang berisi ilmu metafisika, retorika, logika, etika, ekonomi,
politik dan estetika (filsafat keindahan), (4) Al Kindi (Susanto, 2016: 3)
menyatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu
dalam batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan para filosof dalam berteori
adalah mencari kebenaran, maka dalam praktiknya pun harus menyesuaikan
dengan kebenaran pula, (5) Al Farabi (Susanto, 2016: 3) menyatakan bahwa
filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang
ada (al-mauju-dat).
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian pendidikan, di antaranya adalah:
(1) UU RI Nomor 20 Tahun 2001 (Sutrisno, 2014: 12) disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara; (2) Dictionary of Education (Sutrisno,
2014: 12), makna education adalah kumpulan semua proses yang memungkinkan
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah laku yang
bernilai positif di dalam masyarakat tempat ia hidup. Istilah education juga
bermakna sebagai sebuah proses sosial ketika seseorang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya lingkungan sosial)
sehingga mereka dapat memiliki kemampuan sosial dan perkembangan individual
secara optimal; (3) menurut Sutrisno (2014: 12) pendidikan adalah usaha yang
dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu,
dan membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga
mencapai kualitas diri yang lebih baik; (4) menurut Sutrisno (2014: 16)
pendidikan artinya mendidik dengan tujuan memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak didik agar terbebas dari kebodohan; (5) menurut Sutrisno (2014: 16)
pendidikan adalah pengembanan kedewasaan berpikir melalui proses transmisi
ilmu pengetahuan. Dari semua pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa
pendidikan merupakan proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi,
memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh
para pendidik kepada anak didik untuk membebaskan kebodohan, meningkatkan
pengetahuan, dan membentuk kepribadian yang lebih baik dan bermanfaat bagi
kehidupan sehari-hari.
Sutrisno (2014: 17) dalam bukunya yang berjudul Telaah Filsafat Pendidikan
menjabarkan beberapa pengertian filsafat pendidikan, di antaranya yaitu: (1)
filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan

4
pendidikan yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat
ilmu pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan
kegunaannya; (2) filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan
hakikat pendidikan secara komprehensif dan kontemplatif tentang sumber, seluk
beluk pendidikan, fungsi, dan tujuan pendidikan; (3) filsafat pendidikan adalah
pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan teori-teori pendidikan; (4)
filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses
pembelajaran di kelas dan di luar kelas; (5) filsafat pendidikan mengkaji berbagai
teori kependidikan, metode, dan pendekatan dalam pendidikan; (6) filsafat
pendidikan mengkaji strategi pembelajaran alternatif; (7) filsafat pendidikan
mengkaji hakikat tentang kurikulum pendidikan; (8) filsafat pendidikan mengkaji
hakikat evaluasi pendidikan dan evaluasi pembelajaran; (9) filsafat pendidikan
mengkaji haikat alat-alat dan media pendidikan; (10) filsafat pendidikan yaitu
merumuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan dengan hakikat pendidikan
dan pelaksanaannya. Pelaksanaan pendidikan dilakukan dengan merujuk pada
tujuan pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan demikian, proses
dan tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan merupakan hakikat pendidikan
itu sendiri, artinya perjalanan pendidikan bergantung pada tujuannya. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan merumuskan berbagai metode, strategi, cara yang
akan diterapkan dalam kependidikan, dan proses pembelajaran. Kemudian,
disiapkan pula alat-alat pendidikan, sarana dan prasarana yang memperkuat dan
mempercepat tercapainya tujuan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan.
Filsafat pendidikan modern pada garis besarnya dibagi menjadi empat aliran,
yaitu aliran esensialisme, perenialisme, progresivisme, dan rekonstruksionisme.
(1) Aliran Esensialisme. Secara etimologi, esensialisme berasal dari bahasa
Inggris, yaitu essential (inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran,
mazhab atau paham. Dengan demikian, esensialisme dapat diartikan paham/aliran
yang memiliki karakteristik mendasar, yang perlu, mengenai hakikatnya sebagai
manusia. Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada
nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata aturan yang jelas. Dari paparan tersebut dapat
disimpulkan bahwa prinsp-prinsip esensialisme adalah: (a) esesialisme berakar
pada ungkapan realisme objektif dan idealisme objektif yang modern, yaitu alam
semesta diatur oleh hukum alam sehingga tugas manusia memahami hukum alam
adalah dalam rangka penyesuaian diri dan pengelolaannya; (b) sasaran pendidikan
adalah mengenalkan siswa pada karakter alam dan warisan budaya. Pendidikan

5
harus dibangun atas nilai-nilai yang kukuh, tetap dan stabil; (c) nilai kebenaran
bersifat korespondensi, berhubungan antara gagasan dan fakta secara objektif; (d)
bersifat konservatif (pelestarian budaya) dengan merefleksikan humanisme klasik
yang berkembang pada zaman renaissance. (2) Aliran Perenialisme.
Perenialisme adalah salah satu aliran filsafat yang secara etimologis diambil dari
kata perenial dengan mendapat tambahan isme. Kata perenial berasal dari bahasa
Latin, yaitu perennis, yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Inggris, berarti
kekal, selama-lamanya, atau abadi Nafis (Sutrisno, 2014: 100). Aliran
perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai
dan norma-norma yang bersifat kekal abadi. Perenialisme lahir dari suatu reaksi
terhadap pendidikan progresif. Perenialis menentang pandangan progresivisme
yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang
pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia
sekarang seperti dalam kebudayaan ideal yang dimaksud, education as cultural
regression, karena menurut perenialis masyarakat sekarang dipandang mengalami
kekacauan dan atau menyimpang.Tujuan sistem pendidikan perenialisme adalah
pengembangan daya intelektual manusia. Tujuan pendidikan menurut
perenialisme adalah membantu anak menyingkap dan menanamkan kebenarankebenaran hakiki. Kebenaran-kebenaran hakiki dapat dicapai dengan sebaikbaiknya melalui: 1) latihan intelektual secara cermat untuk melatih pikiran, dan 2)
latihan karakter sebagai suatu cara mengembangkan manusia spiritual. (3) Aliran
Progresivisme. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini mungkin tidak benar di masa yang akan datang. Aliran ini bermuara pada
filsafat pramatisme. Progresivisme dianggap sebagai the liberal road of culture
(kebebasan untuk menuju kebudayaan). Maksudnya, nilai-nilai yang dianut
filsafat ini bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka, dan
menuntut pribadi pengikutnya untuk selalu bersikap penjelajah dan peneliti guna
mengembangkan pengalaman mereka. Filsafat progresivisme dipengaruhi oleh
ide-ide dasar filsafat pragmatisme, yang telah memberikan konsep dasar dengan
asas utama, yaitu manusia dalam hidupnya untuk tetap survive terhadap semua
tantangan dan harus pragmatis memandang sesuatu dari segi manfaatnya. Aliran
progresivisme telah memberikan sumbangan besar di dunia pendidikan pada abad
ini. Aliran ini meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak
didik. Pendidikan progresivisme menolak cara-cara otoriter dalam proses
pendidikan karena akan mematikan motivasi belajar dan pada gilirannya akan
mengganggu perkembangan anak. Filsafat pendidikan progresivisme memiliki
prinsip-prinsip sebagai berikut Khobir (Sutrisno, 2014: 113): (a) pendidikan
adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup. Kehidupan yang baik
adalah kehidupan yang inteligen, yaitu kehidupan yang mencakup interpretasi dan
rekontruksi pengalaman. Tidak ada tujuan pendidikan umum atau akhir

6
pendidikan. Pendidikan adalah pertumbuhan untuk menghasilkan pertumbuhan
berikutnya; (b) pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak
yang dijadikan sebagai dasar motivasi belajar, sekolah menjadi child centered
dimana proses belajar ditentukan terutama oleh anak; (c) belajar melalui
pemecahan masalah akan menjadi hal yang dilakukan terlebih dahulu saat
pemberian materi. Jadi, belajar harus dapat memecahkan masalah yang penting
dan bermanfaat bagi kehidupan anak; (d) peranan guru tidak langsung, melainkan
memberikan petunjuk kepada peserta didik. Peserta didik hendanya diberi
kebebasan merencanakan perkembangan diri mereka dan pendidikan hendaknya
membimbing kegiatan mereka; (e) sekolah harus memberikan semangat untuk
bekerja sama, bukan mengembangkan persaingan; (f) kehidupan yang demokratis
merupakan kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan. (4) Aliran
Rekonstruksionisme.
Dalam
konteks
filsafat
pendidikan
aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan
lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern
Jalaluddin (Sutrisno, 2014: 117). Aliran perenialisme memilih jalan kembali ke
alam kebudayaan Abad Pertengahan. Sementara itu, aliran rekonstruksionisme
berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang
tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia Syam (Sutrisno, 2014: 118).
Rekonstruksionisme pendidikan merupakan salah satu filsafat pendidikan yang
berkembang
lebih
akhir
dari filsafat-filsafat
pendidikan
lainnya.
Rekonstruksionisme menginginkan pendidikan yang membangkitkan kemampuan
peserta didik untuk secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan
perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetahuan
dan teknologi sehingga peserta didik tetap berada dalam suasana bebas Barnadib
(Sutrisno, 2014: 119).
Menurut Sutrisno (2014: 18) ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebagai
berikut: (1) Pendidik. Para pendidik adalah guru, orang tua, tokoh masyarakat,
dan siapa saja yang memfungsikan dirinya untuk mendidik. (2) Murid atau peserta
didik. Anak didik secara filosofis merupakan objek para pendidik dalam
melakukan tindakan yang bersifat mendidik. (3) Materi pendidikan. Yaitu bahanbahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa
(dengan susunan yang lazim dan logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada
anak didik. (4) Perbuatan mendidik. Adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan,
dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak
didiknya. (5) Metode pendidikan. Yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh
dunia pendidikan pada saat menyampaikan materi pendidikan kepada anak didik.
(6) Evaluasi pendidikan. Yaitu sistem penilaian yang diterapkan kepada anak
didik, untuk mengetahui keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan. (7) Tujuan
pendidikan. Merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia,

7
baik secara perseorangan maupun kelompok. (8) Alat-alat pendidikan. Merupakan
suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan maksud mempengaruhi anak
didik secara pedagogis (edukatif).
Menurut Sutrisno (2014: 31-32) manfaat filsafat pendidikan adalah sebagai
berikut: (1) menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan eksistensi
Tuhan dan seluruh ciptaan-Nya kepada anak didik; (2) menguatkan iman dan
memperkaya pandangan anak didik tentang ajaran-ajaran agama yang menjadi
sumber kehidupan manusia dan sumber ilmu pengetahuan; (3) memperluas
penafsiran dan memperdalam pemaknaan berbagai hal yang menyangkut ilmu
pengetahuan; (4) meyakinkan anak didik bahwa norma-norma kependidikan
ditujukan untuk kemaslahatan; (5) memberikan keterampilan hidup yang
fungsional; (6) mencerdaskan anak didik; (7) membentuk akhlak yang mulia; (8)
membentuk manusia yang memiliki kepedulian sosial, menegakkan amar maruf
nahi mungkar; (9) mengembangkan lembaga pendidikan; (10) mengkaji dan
merumuskan teori yang berkaitan dengan pendidikan; (11) mengembangkan teori
dan menguji teori dengan paradigma pendidikan; (12) mengkaji berbagai teori
pendidikan barat dengan pendekatan filsafat pendidikan; (13) membangun citra
lembaga pendidikan yang kharismatik; (14) menyiapkan generasi muda yang
mumpuni dalam ilmu pendidikan; (15) membuktikan berbagai ide dasar ilmu
pengetahuan yang terdapat dalam berbagai sumber ke dalam realitas kehidupan
ilmiah.
SIMPULAN
Filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia, yang berarti mencintai
kebijaksanaan.
Pendidikan
merupakan
proses
mendidik,
membina,
mengendalikan, mengawasi, memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu
pengetahuan yang dilaksanakan oleh para pendidik kepada anak didik untuk
membebaskan kebodohan, meningkatkan pengetahuan, dan membentuk
kepribadian yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalahmasalah pendidikan. Filsafat pendidikan modern pada garis besarnya dibagi
menjadi empat aliran, yaitu aliran esensialisme, perenialisme, progresivisme, dan
rekonstruksionisme. Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah pendidik, murid
atau peserta didik, meteri pendidikan, perbuatan mendidik, metode pendidikan,
evaluasi pendidikan, tujuan pendidikan, dan alat-alat pendidikan. Manfaat filsafat
pendidikan adalah menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan
eksistensi Tuhan dan seluruh ciptaan-Nya, menguatkan iman dan memperkaya
pandangan, memperluas penafsiran dan memperdalam pemaknaan berbagai hal
yang menyangkut ilmu pengetahuan, meyakinkan bahwa norma-norma
kependidikan ditujukan untuk kemaslahatan, memberikan keterampilan hidup
yang fungsional, mencerdaskan anak didik, membentuk akhlak yang mulia,

8
membentuk manusia yang memiliki kepedulian sosial, menegakkan amar maruf
nahi mungkar, mengembangkan lembaga pendidikan, mengkaji dan merumuskan
teori yang berkaitan dengan pendidikan, mengembangkan teori dan menguji teori
dengan paradigma pendidikan, mengkaji berbagai teori pendidikan barat dengan
pendekatan filsafat pendidikan, membangun citra lembaga pendidikan yang
kharismatik, menyiapkan generasi muda yang mumpuni dalam ilmu pendidikan,
dan membuktikan berbagai ide dasar ilmu pengetahuan yang terdapat dalam
berbagai sumber ke dalam realitas kehidupan ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, R. (2015). Pengantar Pendidikan: Asas dan Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Susanto, A. (2016). Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.
Sutrisno, A. N. (2014). Telaah Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai