Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
ACHMAD SYAHID
111170002
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNSWAGATI CIREBON
RSUD WALED
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis
dan sub tropis serta dapat mematikan atau membunuh lebih dari satu juta manusia di
seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara
dengan Negara lain dan dari satu kabupaten atau wilayah dengan wilayah lain. Menurut
WHO, pada tahun 1990, 80% kasus di Afrika, dan kelompok potensial terjadinya
penyebaran malaria indigenous di Sembilan Negara yaitu: India, Brazil, Afganistan, Sri
Langka, Thailand, Indonesia, Vietnam, Cambodia dan China. Plasmodium Falciparum
adalah spesies paling dominan dengan 120 juta kasus baru pertahun, dan lebih dari satu
juta kematian pertahun secara global. Dalam tahun 1989 yang lalu WHO kembali
mendeklarasikan penanggulangan malaria menjadi prioritas global.1
Di Indonesia malaria mempengaruhi angka kesakitan dan kematian bayi, anak balita,
ibu melahirkan dan produktivitas sumber daya manusia. Saat ini ditemui 15 juta penderita
malaria dengan angka kematian 30 ribu orang setiap tahun, sehingga pemerintah
memprioritaskan penangulangan penyakit menular dan penyehatan Lingkungan.1
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui program
pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan
cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vektor yang kesemuanya ditujukn untuk
memutus mata rantai penularan malaria.2
Sejak tahun 1973 ditemukan pertamakali adanya kasus resistensi P. falciparum
terhadap klorokuin di Kalimantan Timur Sejak itu kasus resistensi terhadap klorokuin
yang dilaporkan semakin meluas Tahun 1990, dilaporkan telah terjadi resistensi parasit P.
falciparum terhadap klorokuin dan seluruh provinsi di Indonesia selain itu, dilaporkan
juga adanya kasus resistensi plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP)
dibeberapa tempat di Indonesia Keadaan seperti ini dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas akibat penyakit malaria OIeh sebab itu, upaya untuk menanggulangi masalah
resistensi tersebut (multiple drugs resistance), maka pemerintah telah merekomendasikan
obat pilihan pengganti klorokuin dan Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) terhadap P.
falciparum dengan terapi kombinasi artemisinin (artemisinin combination therapy).
1.2
Pembatasan Masalah
Referat ini hanya membahas definisi, epidemiologi, etiologi, siklus hidup
Plasmodium, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis
penyakit malaria.
1.3
Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujua untuk:
1.
2.
Metode Penulisan
Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu kepada
beberapa literatur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFENISI
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan pembesaran
limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut
maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam,
menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.
Penyakit Malaria Yang Terjadi Pada Manusia
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies
parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin
menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan,
gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah
malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat
terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu
setelah infeksi).
Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria
tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar
kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak,
menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh
Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria
tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari
setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari.
Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan
oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari
sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel
darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.
2.2. ETIOLOGI
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit
malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Pada keadaan lain,
malaria berkembang pasca penularan transplasenta atau sesudah transfuse darah yang
terinfeksi, dimana keduanya melewati fase pre-eritroser perkembangan parasit dalam
hati.Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus Plasmodium.
Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies
yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae
dan
Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles
ataupun ditularkan langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar
serta dari ibu hamil kepada janinnya.
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria
tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P.
ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan malaria
falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena malaria
yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang
eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organorgan tubuh
Parasit malaria
Parasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan hidupnya
parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik pada manusia
maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies parasit malaria di
dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit malaria yang
berbeda, yaitu:
1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika), merupakan jenis
penyakit malaria yang terberat atau paling ganas, kadar parasitemia paling tinggi.
Satu-satunya parasit malaria yang menimbulkan penyakit mikrovaskular., karena
dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak),
anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll.
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana.
Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 3 bulan. Relaps 50% dalam beberapa minggu
5 tahun setelah penyakit awal.
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana.
Asimtomatis dalam waktu lama.
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan.4
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi
demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya campuran
P.Falciparum dengan P.Vivax atau P.Malariae. Infeksi campuran tiga jenis sekaligus
jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka
penularannya. Malaria yang disebabkan oleh P.Vivax dan P.Malariae dapat kambuh
jika tidak diobati dengan baik. Malaria yang disebabkan oleh spesies selain
P.Falciparum jarang berakibat fatal, namun menurunkan kondisi tubuh; lemah,
menggigil dan demam yang biasanya berlangsung 10-14 hari.
Parasit Plasmodium sebagai penyebab (agent)
Agar dapat hidup terus, parasit penyebab penyakit malaria harus berada dalam
tubuh manusia untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit jantan dan
betina pada saat yang sesuai untuk penularan. Parasit juga harus menyesuaikan diri
dengan
sifat-sifat
spesies
antropofilik
agar
sporogoni
Karakteristik
P.falciparum
Siklus eksoeritrositik primer (hari) 5- 7
Siklus aseksual dalam darah (hari) 48
Masa prepaten (hari)
6-25
Masa inkubasi (hari)
7-27
Keluarnya gametosit (hari)
8-15
Jumlah merozoit per sizonjaringan 30-40.000
Siklus sporogoni dalam nyamuk
(hari)
Sumber: Bruce-Chwatt
9-22
P.vivax
8
48
8-27
13-17
5
10
P.ovale
9
50
12-20
14
5
15
P.malariae
14-15
72
18-59
23-69
5-23
15
8-16
12-14
16-35
Setiap spesies Plasmodium terdiri dari berbagai strain yang secara morfologis tidak
dapat dibedakan. Strain suatu spesies yang menginfeksi vektor lokal, mungkin tidak
dapat menginfeksi vektor dari daerah lain. Lamanya masa inkubasi dan pola terjadinya
relaps juga berbeda menurut geografisnya. P.vivax dari daerah Eropa Utara mempunyai
masa inkubasi yang lama, sedangkan P.vivaxdari daerah Pasifik Barat (antara lain Irian
Jaya) mempunyai pola relaps yang berbeda. Terjadinya resistensi terhadap obat anti
malaria juga berbeda menurutstrain geografis parasit. Pola resistensi di Irian Jaya juga
berbeda dengan di Sumatera dan Jawa
Nyamuk Anopheles
Nyamuk yang dapat menularkan malaria pada manusia hanya nyamuk Anopheles
betina. Pada saat menggigit penderita malaria (manusia yang terinfeksi malaria), nyamuk
Anopheles akan menghisap parasit malaria (plasmodium) bersamaan dengan darah, sebab
di dalam darah manusia yang telah terinfeksi malaria banyak terdapat parasit malaria.
Parasit malaria tersebut kemudian bereproduksi dalam tubuh nyamuk Anopheles, dan
pada saat menggigit manusia lain (yang tidak terinfeksi malaria), maka parasit malaria
masuk ketubuh korban bersamaan dengan air liur nyamuk. Malaria pada manusia hanya
dapat ditularkan oleh nyamuk betina anopheles. Dari lebih 400 spesies anopheles di
dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan
malaria.
Tabel . Penyebaran geografik vektor malaria di Indonesia
Pulau
Irian
Jawa
Jaya
1.
A. aitkenii
1.
A. umbrosus
1.
A. beazai
1.
A. letifer
1.
A. roperi
1.
A.barbirostris
1.
A. vanus
1.
A. bancrofti
1.
A. sinensis
1.
A. nigerrimus
1.
A. kochi
1.
A. tesselatus
1.
A.leucoshyrus
1.
A.balabacensis
1.
A.punctulatus
1.
A. farauti
1.
A. koliensis
1.
A. aconitus
*
*
1.
A. minimus
1.
A. flavirostris
1.
A. sundaicus
1.
A. subpictus
1.
A. annularis
1.
A. maculatus
Nyamuk Anopheles terutama hidup di daerah tropik dan subtropik, namun bisa
juga hidup di daerah beriklim sedang dan bahkan di daerah Antarika. Anophelesjarang
ditemukan pada ketinggian 2000 2500 m, sebagian Anopheles ditemukan di dataran
rendah.
Semua vektor tersebut hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, antara lain
ada nyamuk yang hidup di air payau pada tingkat salinitas tertentu (An. sundaicus, An.
subpictus), ada yang hidup di sawah (An. aconitus), air bersih di pegunungan (An.
maculatus), genangan air yang terkena sinar matahari (An. punctulatus, An. farauti).
Kehidupan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada, seperti
suhu, kelembaban, curah hujan, dan sebagainya. 1
Efektifitas vektor untuk menularkan malaria ditentukan hal-hal sebagai berikut:
1) Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia.
2) Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia.
3) Frekuensi menghisap darah (ini tergantung dari suhu).
4) Lamanya sporogoni (berkebangnya parasit dalam nyamuk sehingga menjadi efektif).
5) Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk sporogoni dan kemudian menginfeksi
jumlah yang berbeda-beda menurut spesies.
Nyamuk Anopheles betina menggigit antara waktu senja dan subuh, dengan
jumlah yang berbeda-beda menurut spesiesnya. Kebiasaan makan dan istrahat
nyamuk Anopheles dapat dikelompokkan menjadi: 1
3.
O, daerah dimana malaria tidak ditemukan, telah berhasil dieradikasi atau tidak pernah
ada; +, daerah dengan risiko rendah; ++, daerah dimana transmisi terjadi
2.4. SIKLUS PARASIT MALARIA
Silkus Pada Manusia
Ketika
nyamuk
anoples
betina
(yang
yang
masuk
ke
eritrosit
Sebagian besar Merozoit masuk kemabli ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk
gametosit jantan dan
Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus
hidupnya di tubuh nyamuk (stadium sporogoni).
Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan
sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet,
kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista
matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk dan
siap untuk ditularkan ke manusia.
Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan)
sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit,
akan tetapi tertanam di jaringan hati disebut hipnosit-. Bentuk hipnosit inilah yang
menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu
saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress
atau perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk
melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah
akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1 2 tahun sebelumnya pernah menderita
P. vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, bila kemudia mengalami kelelahan atau stress,
gejala malaria akan muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh
nyamuk anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapatiPemeriksaan sediaan
darah(SD) positif P. vivax/ovale.
Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan
menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang
mengakibatkan terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam
jaringan yang mengandung parasit tua bila jaringan tersebut berada di dalam otakperistiwa ini disebut sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan
plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka
kematian malaria serebral mencapai 20-50% hampir semua penderita yang tertolong tidak
menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak
kecil dapat terjadi sekuel.
tersebut
meliputi
mekanisme,
diantaranya
transport
membran
sel,
Hemoglobin S
Hemoglobin F
Thalassemia
Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan
pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara
infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse
darah yang mengandung stadium aseksual).
2.
Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum
malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia,
perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan
prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P.
malariae keluhan prodromal tidak jelas.
3.
Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutanyang disebut trias malaria, yaitu :
1. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan
menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah,
bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang
disertai muntah.
2. Stadium demam (hot stage)
Stadium ini berlangsung + 2 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka merah,
kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali,
merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada
anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage)
Stadium ini berlangsung + 2 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu
tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai
(imunitas) terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak selalu
ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas penderita. Di
daerah yang mempunyai tingkat penularan sangat tinggi (hiperendemik) seringkali
penderita tidak mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya: diare
dan pegal-pegal. Hal ini disebut sebagai gejala malaria yang bersifat lokal spesifik.
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax,
sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat atau
malah tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam yang
berlangsung selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan
ovale, dan 60 jam pada malaria malariae. Perbedaan kurva suhu tubuh penderita
malaria fasciparum, malaria vivax, dan malaria malariae dapat dilihat pada grafik di
bawah ini.
Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi
berikut ini:
1) Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan
kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur
terus, diam saja, tingkah laku berubah) 4
2) Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
3) Kejang-kejang
4) Panas sangat tinggi
5) Mata atau tubuh kuning
6) Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang)
7) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
8) Nafas cepat atau sesak nafas
9) Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10) Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11) Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12) Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)
Penderita malaria berat harus segera dibawa/dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk
mendapatkan penanganan semestinya.
2.7. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Keluhan utama : demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala, mual, muntah,
diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria.
Riwayat tinggal didaerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Gejala klinis pada anak dapat tidak jelas.
Kejang-kejang.
Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
2. Pemeriksaan fisik
a. Malaria Ringan
b. Malaria Berat
Mortalitas:
Hampir 100% tanpa pengobatan,
Tatalaksana adekuat: 20%
Definisi: Infeksi P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan
berikut:
Malaria serebral
Gangguan status mental
Kejang multipel
Koma
Hipoglikemia: gula darah < 50 mg/dL
Distress pernafasan
Temperatur > 40oC, tidak responsif dengan asetaminofen
Hipotensi
Oliguria atau anuria
Anemia: hematokrit <20% atau menurun dengan cepat
Kreatinin > 1,5 mg/dL
Parasitemia > 5%
Bentuk Lanjut (tropozoit lanjut atau schizont) P. falciparum pada apusan
darah tepi
Hemoglobinuria
Perdarahan spontan
Kuning 5
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah sakit
untuk menentukan:
o Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
o Spesies dan stadium plasmodium
o Kepadatan parasite
- Semi kuantitatif:
(-)
: tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+)
: ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++): ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau sediaan
darah tipis.
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6
jam sampai 3 hari berturut-turut.
2) Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak
ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di
daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.
Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es
tetapi tidak dalam freezer pendingin.
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
1) Darah rutin
2) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah.
3) EKG
4) Foto toraks
5) Analisis cairan serebrospinalis
6) Biakan darah dan uji serologi
7) Urinalisis.
Tropozoit
merupakan
(Gbr.
tropozoit
2-10
stadium
ruptur);
Gbr.
27,28:
2.8. PENGOBATAN
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan
radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai
penularan.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan
minum obat anti malaria.2
2.8.1. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
1. Malaria Falsiparum
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah seperti yang tertera dibawah ini:
Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
Setiap kemasan Artesunat + Amodiakuin terdiri dari 2 blister, yaitu blister
amodiakuin terdiri dari 12 tablet @ 200 mg = 153 mg amodiakuin basa, dan blister
artesunat terdiri dari 12 tablet @ 50 mg. Obat kombinasi diberikan per-oral selama tiga
hari dengan dosis tunggal harian sebagai berikut:
Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb.
Primakuin tidak boleh diberikan kepada:
lbu hamil
Har
i
1
2
3
Artesunat
Amodiakuin
Primakuin
Artesunat
Amodiakuin
Artesunat
Amodiakuin
0-1
2-11
1-4
5-9
10-14
15
Bulan
1/4
1/4
*)
1/4
1/4
1/4
1/4
Bulan
1/2
1/2
*)
1/2
1/2
1/2
1/2
Tahun
1
1
1
1
1
1
Tahun
2
2
1 1/2
2
2
2
2
Tahun
3
3
2
3
3
3
3
Tahun
4
4
2-3
4
4
4
4
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama
tidak efektif dimana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual
tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi). 2
Lini kedua = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Kina tablet
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7(tujuh) hari.
2
Doksisiklin
Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang dewasa
adalah 4 mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kgbb/hari.
Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia <8 tahun. Bila tidak ada
doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin. 2
Tetrasiklin
Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis 4- 5 mg/kgbb/kali
Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak dengan umur di
bawah. 8 tahun dan ibu hamil.
Primakuin
Pengobatan dengan primakuin diberikan seperti pada lini pertama.
Tabel III.1.2.
Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falsiparum
Hari
1
Jenis Obat
0-11 Bulan
*)
*)
-
Kina
Doksisiklin
Primakuin
Kina
Doksisiklin
1-4 Tahun
3 X 1/2
3 X 1/2
-
5-9 Tahun
3X1
11/2
3X1
-
10-14 Tahun
3 X 11/2
2 X 1**)
2
3 X 11/2
2 X 1**)
>15 Tahun
3 X (2-3)
2 X 1**)
2-3
3 X (2-3)
2 X 1**)
Har
i
1
27
Jenis Obat
Kina
Tetrasiklin
Primakuin
Kina
Tetrasiklin
*)
*)
-
3X
3X
-
3X1
11/2
3X1
-
3 X 11/2
*)
2
3 X 11/2
*)
3 X (2-3)
4 X 1**)
2-3
3 X (2-3)
4 X 1**)
Hari
Jenis Obat
Artesunat
Amodiakuin
Primakuin
Artesunat
Amodiakuin
Primakuin
Artesunat
Amodiakuin
Primakuin
2
3
3-14
0-1 Bulan
1/4
1/4
1/4
1/4
1/4
1/4
-
1
2
3
1
2
3
-)
1/2
1
1 1/2
1
2
3
1
2
3
1/2
1
1 1/2
1
2
3
1
2
3
1/2
1
1 1/2
>15 Thn
4
4
2
4
4
2
4
4
2
Tabel III.2.1.
Pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale
Hari
1
2
3
4-14
Jenis Obat
0-1
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Primakuin
Bulan
1/4
1/8
-
Tahun
1
1/4
1
1/4
1/2
1/4
1/4
Tahun
2
1/2
2
1/2
1
1/2
1/2
Tahun
3
3/4
3
3/4
1 1/2
3/4
3/4
>15 Tahun
3-4
1
3-4
1
2
1
1
Hari
Jenis Obat
0-1 Bln
>15 Thn
1-7
1-14
Kina
Primakuin
*)
-
*)
-
3 X 1/2
1/4
3X1
1/2
3 X 1 1/2
3/4
3X3
1
Hari
Jenis Obat
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Primakuin
2
3
4 -14
1
2
3
3-4
1/2
1
1 1/2
2
1/4
1
2
3
3-4
1/2
1
1 1/2
2
1/8
1/2
1
1 1/2
2
1/2
1
1 1/2
2
1/2
1
1 1/2
2
Khusus. untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat
(golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), maka pengobatan diberikan
secara mingguan. 2
Tabel: III.2..3.1.
Pengobatan malaria vivaks penderita defislensi G6PD
Lama
minggu
8 s/d12
8 s/d12
Jenis Obat
Klorokuin
Primakuin
0-1 Bln
1/4
-
Thn
1
3/4
2
1 1/2
Thn
3
2 1/4
3-4
3
Har
i
1
2
3
Jenis Obat
0-1
Klorokuin
Klorokuin
Klorokuin
Bln
1/4
1/4
1/8
1
1
1/2
2
2
1
Thn
3
3
1 1/2
>15
Thn
3-4
3-4
2
3. Catatan
a. Fasilitas pelayanan kesehatan dengan sarana diagnostik malaria dan belum tersedia
obat kombinasi artesunat + amodiakuin, Penderita dengan infeksi Plasrnodium
Jenis Obat
SP
Primakuin
3/4
3/4
1 1/2
1 1/2
Tahun
2
2
3
2-3
Har
Jenis Obat
i
1
Kina
Dosisiklin
Primakuin
Kina
Dosisiklin
*)
*)
-
Tahun
3 X 1/2
3/4
3 X 1/2
-
Tahun
3X1
1 1/2
3X1
-
Tahun
3 X 1 1/2
2 X 1**)
2
3 X 1 1/2
2 X 1**)
3 X (2-3)
2 X 1 ***)
2-3
3 X (2-3)
2 X 1***)
Jenis Obat
i
1
2
Kina
Tetrasiklin
Primakuin
Kina
Tetrasiklin
3 X 1/2
3/4
3 X 1/2
-
3X1
1 1/2
3X1
-
Tahun
3 X 1 1/2
*)
2
3 X 1 1/2
*)
3 X (2-3)
4 X 1**)
2-3
3 X (2-3)
4 x 1**)
Tabel III.3.4.
Pengobatan terhadap penderita suspek malaria
Har
Jenis Obat
i
1
2
3
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Klorokuin
1/4
1/4
1/8
Thn
1
Thn
2
1 1/2
2
1
Thn
3
2
3
1 1/2
Thn
3-4
2-3
4
2
5. Hiperpireksia (temperatur rektal > 40 C pada orang dewasa, >41 C pada anak) 2
Perbedaan manifestasi malaria berat pada anak dan dewasa dapat dilihat pada tabel III.4.1
Manifestasi malaria berat pada Anak
Koma (malaria serebral)
Distres pernafasan
Anemia berat
Asidosis metabolik
Asidosis metabolik
Hipovolemia, hipotensi
Hiperparasitemia
Ikterus
Perdarahan spontan
Hiperpireksia (SUhu>410C)
Perdarahan spontan
Hiperparasitemia (>5%)
Gagal ginjal
Anemia berat.
dewasa:
Gagal ginjal akut
Keterangan :
Edem paru
Pengobatan malaria berat ditujukan pada pasien yang datang dengan manifestasi
klinis berat termasuk yang gagal dengan pengobatan lini pertama.
Apabila fasilitas tidak atau kurang memungkinkan, maka penderita dipersiapkan
untuk dirujuk ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. 2
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan
regimen artesunat + amodiakuin + primakuin (Lihat dosis pengobatan lini pertama
malaria falsiparum tanpa komplikasi). 2
Kemasan dan cara pemberian artemeter
Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter dalam
larutan minyak Artemeter diberikan dengan loading dose: 3,2mg/kgbb intramuskular
Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kgbb intramuskular satu kali sehari sampai
penderita mampu minum obat. 2
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan
regimen artesunat + amodiakuin + primakuin (Lihat dosis pengobatan lini pertama
malaria falsiparum tanpa komplikasi). 2
Obat alternatif malaria berat
Kina dihidroklorida parenteral
Kemasan dan cara pemberian kina parenteral
Kina per-infus masih merupakan obat alternatif untuk malaria berat pada daerah yang
tidak tersedia derivat artemisinin parenteral, dan pada ibu hamil trimester pertama Obat
ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%, Satu ampulberisi 500 mg /2
ml. 2
Dosis dan cara pemberian kina pada orang dewasa termasuk untuk ibu hamil:
Loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml dextrose 5% atau NaCI
0,9% diberikan selama 4 jam pertama. Selanjutny selama 4 jam ke-dua hanya diberikan
cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah itu, diberikan kina dengan dosis
maintenance 10 mg/kgbb dalam larutan 500 ml dekstrose 5 % atau NaCI selama 4 jam
Empat jam selanjutnya, hanya diberikan lagi cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9% Setelah
itu diberikan lagi dosis maintenance seperti diatas sampai penderita dapat minum kina
per-oral. Bila sudah sadar / dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina
tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali, pemberian 3 x sehari (dengan total dosis 7
hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama). 2
Dosis anak-anak: Kina.HCI 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 68 mg/kg bb) diencerkan dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 % sebanyak 5-10 cc/kgbb
diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum
obat. 2
Kina dihidrokiorida pada kasus pra-rujukan:
Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per-irifus, maka dapat diberikan kina
dihidroklorida 10 mg/kgbb intramuskular dengan masing-masing 1/2 dosis pada paha
depan kiri-kanan (jangan diberikan pada bokong) Untuk pemakaian intramuskular, kina
diencerkan dengan 5-8 cc NaCI 0,9% untuk mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml. 2
Catatan :
Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung dan
dapat menimbulkan kematian
Pada penderita dengan gagal ginjal, loading dose tidak diberikan dan dosis
maintenance kina diturunkan 1/2 nya
Pada hari pertama pemberian kina oral, berikan primakuin dengan dosis 0,75
mg/kgbb.
diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgbb selama tidak Iebih dari 4-6 minggu.
Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu hamil. 2
Kemoprofilaksis untuk Plasmodium vivax dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5
mg/kgbb setiap minggu. Obat tersebut diminum satu minggu sebelum masuk ke daerah
endemis sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin
lebih dan 3-6 bulan.2
2.10. PROGNOSIS
1) Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan
pengobatan.
2) Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada
anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.
3) Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada
kegagalan 2 fungsi organ
Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %
Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat yaitu:
Kepadatan parasit < 100.000, maka mortalitas < 1 %
Kepadatan parasit > 100.000, maka mortalitas > 1 %
Kepadatan parasit > 500.000, maka mortalitas > 50 % 4
2.11. RUJUKAN PENDERITA
Semua penderita malaria berat dirujuk / ditangani RS Kabupaten. Apabila penderita
tidak bersedia dirujuk dapat dirawat di puskesmas rawat inap dengan konsultasi kepada
dokter RS Kabupaten. Bila perlu RS kabupaten dapat pula merujuk kepada RS Propinsi.
Cara merujuk :
1) Setiap merujuk penderita harus disertakan surat rujukan yang berisi tentang diagnosa,
riwayat penyakit, pemeriksaan yang telah dilakukan dan tindakan yang sudah
diberikan.
2) Apabila dibuat preparatPemeriksaan sediaan darah(SD) malaria, harus diikutsertakan.
Kriteria penderita malaria yang dirawat inap :
mikroskopik. 1
Annual Blood Examination Rate (ABER)
Jumlah sediaan darah yang diperiksa
x100
Penduduk yang diamati
ABER merupakan ukuran dari efisiensi operasional. ABER diperlukan untuk menilai API.
ABER =
Penurunan API yang disertai penurunan ABER belum tentu berarti penurunan insidens.
Penurunan API berarti penurunan insidens bila ABER meningkat
Slide Positivity Rate (SPR)
SPR adalah persentase sediaan darah yang positif. Seperti penilaian API, SPR baru bermakna
bila ABER meningkat. 1
Parasite Formula (PF)
PF adalah proporsi dari tiap parasit di suatu daerah. Spesies yang mempunyai PF tertinggi
disebut spesies yang dominan. Interpretasi dari masing-masing dominansi adalah sebagai
berikut: 1
P. falciparum dominan:
PR adalah persentase penduduk yang darahnya mengandung parasit malaria pada saat
tertentu. Kelompok umur yang dicakup biasanya adalah golongan 2-9 tahun dan 0-1 tahun.
PR kelompok 0-1 tahun mempunyai arti khusus dan disebutInfant Parasite Rate (IPR) dan
dianggap sebagai indeks transmisi karena menunjukkan adanya transmisi lokal.
2. Spleen Rate (SR)
SR menggambarkan persentase penduduk yang limpanya membesar, biasanya golongan
umur 2-9 tahun. Bila yang diperiksa kelompok dewasa, hal ini harus dinyatakan secara
khusus. Besarnya limpa dinyatakan berdasarkan klasifikasi Hacket sebagai berikut:
H.0 : tidak teraba (pada insipirasi maksimal)
H.1 : teraba pada insipirasi maksimal
H.2 : teraba tapi proyeksinya tidak melebihi garis horisontal yang ditarik melalui
pertengahan arcus costae dan umbilicus pada garis mamilaris kiri.
H.3 : teraba di bawah garis horisontal melalui umbilicus
H.4 : teraba di bawah garis horisontal pertengahan umbilicus-symphisis pubis
H.5 : teraba di bawah garis H.4
3. Average Enlarged Spleen (AES)
AES adalah rata-rata pembesaran limpanya dapat diraba. Indeks ini diperoleh dengan
mengkalikan jumlah limpa yang membesar pada tiap ukuran limpa (menurut Hacket) dengan
pembesaran limpa pada suatu golongan umur tersebut. AES bermanfaat untuk mengukur
keberhasilan suatu program pemberantasan. AES seharusnya menurun lebih cepat daripada
SR bila endemisitas menurun.
Survei-survei lain yang dapat dilaksanakan untuk menilai situasi malaria adalah:
1. Mass Blood Survey (MBS)
Pada MBS seluruh penduduk di suatu daerah tertentu diperiksa darahnya. Hasilnya
adalah parasite rate (PR) dan parasite formula (PF).
survei prevalensi defisiensi G6PD pada masyarakat daerah tertentu (misalnya bila
primakuin akan digunakan sebagai profilaksis)
studi mengenai aspek social-budaya, a.l health seeking behaviour yang berkaitan
dengan penyakit malaria
studi sero-epidemiologi. Adanya berbagai metode serologi (ELISA, IFAT, dll) untuk
mengukur antibody terhadap berbagai stadium parasit malaria memungkinkan diadakannya
studi sero-epidemiologi untu melengkapi data malariometrik yang ada dan memahami
transmisi serta perkembangan imunitas penyakit malaria dengan lebih baik.
hipoendemik : SR 10%
2.
mesoendemik : SR 11-50%
3.
hiperendemik : SR 50%
4.
Di daerah holoendemik, SR pada orang dewasa rendah karena imunitas tinggi yang
disebabkan transmisi tinggi sepanjang tahun. Epidemi atau kejadian luar biasa (KLB) malaria
adalah terjadinya peningkatan jumlah penderita atau kematian karena malaria yang secara
statistik bermakna bila dibandingkan dengan waktu sebelumnya (periode 3 tahun yang lalu).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya epidemic (KLB) malaria adalah: 1
1.
yang tidak imun ke suatu daerah yang endemik, misalnya pada proyek transmigrasi, proyek
kehutanan, pertambangan, dsb.
2.
gejala klinik namun darahnya mengandung gametosit, misalnya transmigran yang mudik
atau berkunjung dari daerah endemik ke kampong asalnya yang sudah bebas malaria.
3.
Meningkatnya jumlah dan umur (longevity) dari vektor penular. Hal ini bisa
Kemungkinan masuknya penderita malaria ke daerah dimana dijumpai adanya vektor malaria
disebut
malariogenic
potential,
yang
dipengaruhi
oleh
dua
factor,
Receptivity adalah adanya vektor malaria dalam jumlah besar dan terdapatnya factor-faktor
ekologis yang memudahkan penularan. Vulnerability menunjukkan suatu daerah malaria atau
kemungkinan masuknya seorang atau sekelompok penderita malaria dan atau vektor yang
telah terinfeksi. 1
Dalam pembahasan penyakit malaria di suatu daerah, perlu dipertanyakan asal-usul
infeksinya:
Induced : bila kasus berasal dari tranfusi darah atau suntikan, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja.
Relaps : kasus rekrudesensi (kambuh dalam 8 minggu) atau rekurensi (kambuh dalam
lebih dari 24 minggu)
Malaria di suatu daerah bersifat stable apabila transmisi di daerah tersebut tinggi tanpa
banyak fluktuasi selama bertahun-tahun, sedangkan malaria bersifatunstable apabila
fluktuasi transmisi dari tahun ke tahun cukup tinggi. Malaria yangunstable lebih mudah
ditanggulangi daripada malaria yang stable.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
5.
6.
7.
Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN
(editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.
Jakarta: EGC, 2000; Hal: 38-52.
8.
Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam: Harijanto PN
(editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.
Jakarta: EGC, 2000; Hal: 118-26.
9.
10.
11.
Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid I,
Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2001, Hal: 409-16.
12.
13.
14.