Oleh: Kelompok 1
Riri Nur Lutfian Sari (131710101006)
Rizqi Ridho Jawara (131710101099)
Ferdianti At Taufiqi (131710101112)
UNIVERSITAS JEMBER
2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
RINGKASAN.......................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................
1.1 LatarBelakang...............................................................................................
1.2 RumusanMasalah..........................................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
BAB 3. PEMBAHASAN.....................................................................................
3.1 KubisSegar.....................................................................................................
3.2 Penanganan dan Pengemasan Kubis Segar................................................
3.3 Pickle Jadi.......................................................................................................
3.4PickleSetengah Jadi........................................................................................
3.5Kubis Kaleng (Canning Cabbage).................................................................
3.6Kubis Beku (Freeze Cabbage)........................................................................
3.7Kubis Kering (Dried Cabbage)......................................................................
3.8 Survei Pasar Kubis .......................................................................................
BAB 4. KESIMPULAN.......................................................................................11
4.1 Kesimpulan......................................................................................................11
4.2 saran ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
RINGKASAN
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sangat kaya akan hasil sayur-sayuran, Komoditas sayuran diatas
adalah komoditas yang sangat mudah rusak (perishable) apalagi jika berada pada
suhu ruang dan tanpa perlakuan pascapanen yang baik. Maka dari itu perlu
dilakukan pengawetan
komoditas ini sangat diminati oleh pasar. Selain itu untuk menambah umur
simpan saat digunakan oleh konsumen untuk diolah kembali. Pengawetan
dilakukan diolah dengan pengeringan,,pengalengan, fermentasi, pembekuan dan
pengemasan.
Dalam bentuk kering, produk dapat disimpan lebih lama serta bobot dan
bentuknya jauh lebih kecil dari pada dalam keadaan segar sehingga pengangkutan
menjadi lebih mudah dan murah. Pembekuan tidak dapat memperbaiki mutu
bahan pangan, tetapi hanya dapat mengawetkan mutu asli dari bahan pangan
tersebut. Oleh sebab itu mutu bahan pangan yang akan dibekukan harus lah dalam
keadaan paling baik (prime condition). Buah dan sayuran haruslah dipilih pada
dasar kematangan yang paling cocok untuk dibekukan. Buah harus dalam keadaan
cukup keras dan matang; sayuran harus dalam keadaan segarlapang (gardep
fresh), lembut dan dalam keadaan matang yang seragam untuk kebutuhan
memasak(Koswara, 2009).
proses pengolahan terhadap bahan pangan yang kemudian dikemas dalam
suatu wadah yang tertutup dan dipanaskan untuk membunuh mikroorganisme
dalam bahan pangan, dalam hal ini mikroba pembusuk dan patogen yang
berbahaya dan merugikan manusia (Rusdiana dan Anggraini, 2010).
Proses fermentasi dalam pengolahan pangan mempunyai beberapa
keuntungan-keuntungan antara lain : proses fermentasi dapat dilakukan pada
kondi si pH dan suhu normalsehingga tetap mempertahankan (atau sering bahkan
meningkatkan) nilai gizi dan organoleptik produk pangan, karakteristik flavor dan
aroma produk yang dihasilkan bersifat khas tidak dapat diproduksi dengan
teknik/metoda pengolahan lainnya, memerlukan konsumsi energi yang relatif
rendah karena dilakukan pada kisaran suhu normal, modal dan biaya operasi
untuk
proses
fermentasi
umumnya
rendah,
dan
teknologi
fermentasi
terhadap buah dan sayuran. Tujuan proses blanching adalah sebagai berikut: a.
Menginaktifkan enzim-enzim yang terdapat dalam buah dan sayuran yang dapat
menyebabkan perubahan flavor dan rasa serta warna selama penyimpanan.
Menurut Desrosier dan Desrosier (1977), enzim masih dapat mempertahankan
aktifitasnya pada suhu serendah -730 C, walaupun pada suhu tersebut kecepatan
reaksinya sangat rendah. Oleh karena itu penyebab kerusakan buah-buahan dan
sayuran selama pembekuan, penyimpanan beku dan thawing sebagian besar
disebabkan oleh aktifitas enzim.
B. Pengeringan
Permintaan akan makanan kering buah-buahan dan sayur-sayuran saat ini
terus meningkat disebabkan karena masyarakat negara-negara maju banyak
menyukai makanan sehat (healthy foods) yang banyak mengandung serat
makanan (dietary fiber) seperti dalam buah-buahan dan sayur-sayuran dan dalam
proses
pembuatannya
tanpa
bahan
tambahan
seperti
pengawet
untuk
Pickles
Zaitun
Jenis mikroorganisme
Leuconostoc mesenteroides, Leuconostoc fallax, Lactobacillus
plantarum Lactobacillus brevis, Pediococcus pentosaceus
Leuconostoc mesenteroides, Leuconostoc kimchii, Leuconostoc
gelidum, Leuconostoc inhae, Weissella kimchii, Leuconostoc
citreum, Lactobacillus plantarum
Lactobacillus brevis
Leuconostoc
mesenteroides,
Lactobacillus
plantarum,
Lactobacillus brevis, Pediococcus pentosaceus
Leuconostoc
mesenteroides,
Lactobacillus
plantarum,
Lactobacillus brevis
2.3 Pengemasan
Kecepatan respirasi produk tergantung pada suhu penyimpanan dan
ketersediaan oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi.Cara untuk menekan laju
respirasi salah satunya dengan melakukan pengemasan yang sesuai.Tujuan
pengemasan dengan pengaturan kondisi udara ini adalah untuk memperlambat
proses respirasi sehingga dapat memperpanjang umur simpan buah dan sayuran
(Rochman dalam Johansyah et al, 2014). Menurut BPPHP (2002) tujuan
pengemasan yaitu menghambat penurunan bobot, meningkatkan citra produk,
menghindariatau mengurangi kerusakan pada waktu pengangkutan, dan sebagai
alat promosi.Pengemasan dapat dilakukan dengan kotak atau peti kayu dan juga
menggunakan plastik.
Pengemasan plastik menurut (Shahnawaz dalam Johansyah et al, 2014)
dapat menyebabkan adanya modifikasi atmosfir dengan menekan proses respirasi.
Jenis plastik pengemas diantaranya adalah plastik Low Density Polyethylene
(LDPE), High Density Polyethylene (HDPE), dan Polypropylene (PP).
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Kubis Segar
Kubis atau dikenal dengan nama kol atau engkol merupakan salah satu
jenis sayuran yang berasal dari daerah subtropik. Tanaman ini telah lama dikenal
dan dibudidayakan di Indonesia, khususnya di wilayah pegunungan.Kubis adalah
sayuran yang mempunyai peran penting untuk kesehatan manusia. Kubis banyak
mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sebagai
sayuran kubis dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam.
Kubis termasuk salah satu sayuran daun yang digemari oleh hampir setiap
orang. Cita rasanya enak dan lezat, juga mengandung gizi cukup tinggi serta
komposisinya lengkap, baik vitamin maupun mineral. Kandungan gizi kubis
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Gizi Kubis Tiap 100 gram Bahan Segar
Komposisi Gizi
Kubis Putih
Kalori (kal)
25,0
Protein (gr)
1,4
Lemak (gr)
0,2
Karbohidrat (gr)
5,3
Kalsium (mg)
46,0
Fosfor (mg)
31,0
Zat besi (mg)
0,5
Vitamin A (SI)
80,0
Vitamin B1 (mg)
0,1
Vitamin C (mg)
50,0
Air (gr)
92,4
Sumber: Direktorat Gizi Depkes R.I. (1981) dalam Rukmana, (2006)
Selain itu, kemasan lain yang biasa digunakan dalam tingkat eceran ialah
menggunakan
perforatedpolypropylene
MAC
(Modified
Atmosphere
Container)
dan
CAP
(Control
Container
atmosfir
termodifikasi
(MAC)
adalah
sistem
masalah. Rajangan kubis disusun ke nampan dehidrator tanpa adanya kubis yang
tumpang tindih selama berlangsungnya dehisrasi. Selanjutnya, aktifkan dehidrator
ke suhu yang direkomendasikan. Biasanya antara 125 o dan 135oF. Pengeringan
dilakukan selama 8 - 11 jam tergantung pada ketebalan daun kubis. Setelah
potongan kubis sepenuhnya kering, disarankan untuk membiarkan kubis kering
pada suhu kamar untuk semalam sebelum dilakukan pengemasan untuk
penyimpanan.
yang membeli dalam jumlah banyak atau borongan. Penyusunan net bag ini ditata
dengan cara dibuat bediri seperti gambar di samping. Kubis yang dijual di pasar
ini sebatas kubis dalam bentuk segar tanpa kemasan khusus (kecuali net bag) yang
biasanya diperoleh dari petani atau petani tersebut langsung menjualnya sendiri,
sehingga tidak ada perlakuan khusus pada kubis sebelum penjualan.
B. Supermarket (Matahari)
Kubis yang dijual di Matahari dikemas dengan plastik vakum dan
ditempatkan pada rak khusus sayuran. Suhu pada rak ini diatur (sedikit rendah)
untuk menjaga kesegaran sayuran. Antar jenis sayuran meski berada dalam 1 rak
yang sama akan tetapi penataannya diatur dengan memberi jarak antarsayur
sehingga tidak bercampur menjadi 1, dengan begitu setiap jenis sayuran menjadi
berkelompok. Pengemasan dan display produk seperti ini bertujuan untuk
menghindari kerusakan pada produk dan membuat produk lebih higienis. Kubis di
tempat ini dijual secara satuan atau tidak dijual secara borongan. Harga kubis
disini yakni Rp 9.500,-/kg. Pada kemasan terdapat label yang berisi informasi
berat kubis, harga, dan tanggal kadaluarsa serta barcode. Di Matahari kubis yang
dijual hanya yang masih dalam bentuk segar, untuk bentuk lain seperti kubis beku,
kubis kaleng, pikel dan lain sebagainya tidak ditemukan pada supermarket ini.
Gambar 13.Kemasan
kubis di supermarket
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Pengolahan kubis segar untuk pengawetan dapat dilakukan dengan cara
pengemasan, pengeringan, pembekuan , ferentasasi dan pengalengan
2. Cara untuk pengemasan kubis segar dapat dilakukan dengan cara
pengemasan menggunakan plastic propilen, metode MAC, CAP dan net
bag. Pengolahan kubis segar dengan fermentasi juga dapat pengolahan
menjadi pickle, pickle setengah jadi. Untuk metode pembekuan kubis
segar dapat dilakukan dengan diolah menjadi kubis beku. Pengolahan
pengalengan kubis dapat dilakukan dengan diolah menjadi kubis kaleng.
3. Pengolahan kubis di pasar tanjung dapat dilakukan hanya dengan net bag
dengan harga murah. Sedangkan pada supermarket matahari dilakukan
dengan plastic vakum dengan harga lumayan tinggi. Pada supermarket
carefour juga memiliki pengemasan dengan plastic cakum dan harga juga
tidak jauh berbeda dengan di supermarket matahari
4.2 Saran
Metode pengolahan kubis tidak banyak dimanfaatkan di Indonesia.
Sehingga masyarakat juga perlu menerapkan pengolahan menjadi pickle, kubis
kaleng ataupun kubis beku.
DAFTAR PUSTAKA
Pengemasan