Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN TEORITIS HIPOTIROID

1 . Definisi
Hipotiroidisme merupakan kelainan yang disebabkan berkurangnya fungsi kelenjar tiroid.
Hipotiroidisme lebih dominan pada wanita. Hipotiroidisme dibedakan menjadi hipotiroidisme
klinis dan hipotiroidisme subklinis. Hipotiroidisme kilinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan
kadar rendah , sedangkan pada hipotiroidisme subklinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan
kadar

normal, tanpa gejala atau dengan gejala sangat minimal. Hipotiroidisme merupakan

kumpulan tanda dan gejala yang manifestasinya tergantung dari : a). usia pasien, b). cepat
tidaknya hipotiroidisme terjadi, c). ada tidaknya kelainan lain.
2 . Etiologi
Lebih dari 95% penderita hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang mengacu
kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan
kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroid sentral (hipotiroid sekunder) atau
pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis hipotiroid tersier.
a. Primer
1. Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
2. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau
radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b. Sekunder :
kegagalan hipotalamus ( TRH, TSH yang berubah-ubah, T4 bebas) atau kegagalan pituitari (
TSH, T4 bebas)
3. Gejala- gejala hipotiroid
Tanda-tanda dan gejala-gejala hipotiroidisme mencakup keletihan, kelemahan, penurunan
bising usus, penurunan nafsu makan, kenaikan BB, dan perubahan gambaran EKG. Koma
miksedema merupakan menifestasi yang jarang pada hipotiroidisme, ditandai dengan depresi
berat pada fungsi sensorium, hipotermia, hipoventilasi, hiponatremia, hiporefleksia, hipotensi,
dan bradikardia. Pasien dengan koma miksedema tidak menggigil, meskipun dilaporkan suhu
tubuh dapat mencapai 800F. Diagnosa koma miksedema tergantung pada pengenalan gejalagejala klinis, dan identifikasi faktor pencetus yang mendasari. Faktor pencetus yang paling
umum adalah infeksi paru; yang lain meliputi trauma, stress, infeksi, obat-obat seperti narkotik
atau barbiturate, pembedahan dan gangguan metabolik.
Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengak disekeliling mata, denyut
jantung yang melambat, penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung. Dalam bentuknya yang

amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma yang mengancam nyawa
(miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai hipotiroid yang berat, suatu miksedema
koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat, operasi, stres, atau luka trauma.
4. Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada
respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis
anterior.
2.

Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang


merangsang kelenjar tiroid.

3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin = T4


= Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen,
produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitaminvitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila
disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh
peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada
hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan
oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik
negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus
akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.

5. Gambaran Klinis
1. Kulit dan rambut

Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal

Pembengkakan, tangan, mata dan wajah

Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk

Tidak tahan dingin

Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal

2. Muskuloskeletal

Volume otot bertambah, glossomegali

Kejang otot, kaku, paramitoni

Artralgia dan efusi sinovial

Osteoporosis

Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda

Umur tulang tertinggal dibanding usia kronologis

3. Neurologik

Letargi dan mental menjadi lambat

Aliran darah otak menurun

Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan reflek
tendon)

Ataksia (serebelum terkena)

Gangguan saraf ( carfal tunnel)

Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu

4. Kardiorespiratorik

Bradikardi, disritmia, hipotensi

Curah jantung menurun, gagal jantung

Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)

Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/inverse

Penyakit jantung iskemic

Hipotensilasi

Efusi pleural

Dispnea

5. Gastrointestinal

Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen

Obstruksi usus oleh efusi peritoneal

6. Renalis

Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun

Retensi air (volume plasma berkurang)

Hipokalsemia

7. Hematologi

Anemia normokrom normositik

Anemia mikrositik/makrositik

Gangguan koagulasi ringan

8. Sistem endokrin

Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi yang
memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi, Gangguan fertilitas

Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat
hipoglikemi

Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun

Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun

Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak

9. Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bula (moon face), wajah kasar,
suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin menurun,
lemah, ekspresi wajah kosong dan lemah.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah TSH
(Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
b. Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg
c.

adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).


Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya

mengukur level TSH.


d. Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih
disuspek), sbb: free triiodothyronine (fT3), free levothyroxine (fT4) , total T3, total T4
24 hour urine free T3
7. Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengobatan pada hipertiroid tergantung dari etiologi a). tirotoksikosis, b). usia pasien,
riwayat alamiah penyakit, c). tersedianya modalitas pengobatan, d). situasi pasien, e).resiko
pengobatan, dsb.
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormone tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi (obat anti tiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif, tiroidektomi subtotal).
1. Obat Anti Tiroid (OAT)
Indikasi pemberian OAT adalah :

Sebagai terapi yang bertujuan untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi

yang menetap, pada pasien-pasien muda dari struma ringan sampai sedang dan
tirotoksikosis

Sebagai obat tirotoksikosis pada fase sebelum pengobtan, atau sesudah pengobatan pada

pasien yang mendapat yodium radioaktif

Sebagai persiapan untuk tiroidektomi

Untuk pengobatan pasien hamil dan lanjut umur

Pasien dengan krisis tiroid

Obat Anti Tiroid yang Sering Digunakan


Obat
Karbimazol
Metimazol
Propiltiourasil

Dosis Awal (mg/hari)


30-60
30-60
300-600

Pemeliharaan (mg/hari)
5-20
5-20
50-200

Perbaikan klinis pasien hipertiroid dengan menggunakan OAT tergantung pada jumlah
hormon tiroid yang tersimpan kelenjar. Lamanya pemberian OAT umumnya sekitar 18-24 bulan.
Efek samping OAT ditemukan sebanyak 1,5-4 % dari jumlah pasien, barupa hipesensitif dan
agranulositosis.
2. Pengobatan dengan Yodium Radioaktif
Indikasi pengobatan dengan yodium radioaktif adalah ;

Pasien umur 35 tahun atau lebih

Hipertiroidisme yang kambuh sesudah operasi

Gagal mencapai remisi sesudah pemberian OAT

Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan OAT

Adenoma toksik, goiter multinoduler toksik


Pada pengobatan ini kemungkinan terjadi hipotiroidisme besar sekali. Digunakan Y131

dengan dosis 5-12 mCi per oral. Dosis ini dapat mengendalikan tirotoksikosis dalam 3 bulan,
namun kira-kira 1/3 dari jumlah pasien menjadi hipotiroid dalam tahun pertama. Efek samping
dari pengobatan ini adalah hipotiroidisme, eksaserbasi, hipertiroidisme dan tiroiditis.
3. Operasi
Indikasi operasi adalah :

Pasien umur muda dengan stauma yang besar serta tidak mempan dengan OAT

Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan OAT dosis besar.

Alergi terhadap OAT, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif

Adenoma toksik atau strauma multinoduler toksik

Pada penyakir Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a.

Identitas pasien :

Nama : Ny. T
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai swasta
Berat badan : 43 kg
Tinggi badan : 160 cm
Diagnosa medis : Hipotiroid
Sumber Data : Tn Y (Suami pasien)

b. Keluhan utama :
Pasien mengeluh sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu, merasa cepat capek/lelah, pasien tidak
nafsu makan dan sulit menelan, adanya pembengkakan dan rasa nyeri pada leher, nampak
gelisah, pasien intoleran terhadap dingin, Pasien merasa ada perubahan pada kulitnya, klien
mengeluh pusing dan susah buang air besar (sembelit)
c. Riwayat kesehatan :
Riwayat Kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa tidak pernah mengalami penyakit DM, Hemoroid dan penyakit
hipertensi. Pasien mendapatkan pengobatan tiroid sejak 2 tahun yang lalu, dengan keluhan
terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada saat di data klien dan keluarga tidak pernah mengalami penyakit yang berat hanya penyakit
biassa yaitu demam dan batuk.
d. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
1. Pola makan
- Pasien mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, porsi makan tidak habis dan
nafsu makan menurun
2. Pola tidur

- Pasien sering tidur larut malam


3. Pola aktivitas
- Pasien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan
e. Pemeriksaan fisik mencakup :
Tanda Vital:

Tekanan darah : 90/50


Nadi 68x/menit
Pernapasan 28x/menit
Suhu Tubuh 35,4 C

Pemeriksaan Head to toe :


1) Kepala : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, hidrasi kulit daerah dahi jika dilakukan
penekanan ibu jari terdapat oedema.
2) Rambut : Rambut warna hitam, rambut rontok,menipis dan kasar.
3) Mata :
Palpebra : terdapat udema
Sclera : tidak iterik
Conjunctiva : anemis
Pupil dan reflex cahaya : pupil bulat dan memberikan reflex cahaya yang baik
4) Hidung : simestris kiri dan kanan , tes kepatenan hidung baik, tidak ada benda asing dan
pendarahan,sekret tidak ada ada penurunan dalam indra penciuman
5) Telinga dan membrane tympani : telinga semestris kiri dan kanan dan membrane
tympani memberikan reflek cahaya
6) Mulut : bau mulut, ada karies pada gigi , lidah kurang bersih, tidak ada pembesaran
tonsil dan adanya kesulitan menelan
7) Leher dan pemeriksaan JVP : terdapat pembengkakan pada area leher (kelenjar tiroid)
dan vena jugularis ada pembesaran dan terdapat kaku kuduk.
8) Pemeriksaan thorak
Paru-paru, Inspeksi : bentuknya semetris kiri dan kanan, adanya penggunaan otot bantu
nafas, pola nafas tidak efektif (cepat) akibat adanya dispinea (tidak nyaman dalam
bernafas) karena adanya efusi pleura.
Palpasi: pergerakan dinding dada kurang simetris,
Perkusi : bunyinya sonor pada salah satu sisi, dan suara dullness pada sisi lainnya.
Auskultasi : suara nafas bronchial,vesicular, adanya penurunan suara nafas pada salah
satu sisi dada
Jantung
I : icus cordis tidak terlihat
P : icus cordis teraba
P : bunyinya pekak (dullness)
A : detak jantung melambat
9) Pemeriksaan Abdomen

I : bentuk perut datar.


A: bising usus/ bunyi peristaltik meningkat ( keras dan panjang)
P: perabaan tidak terasa nyeri, adanya distensi abdomen
P: perkusi tympani
10) Ekstremitas
Kekuatan otot menurun, bentuk simetris, tidak ada edema
Review system :
1) Sistem intergument : kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan menebal,pertumbuhan kuku
buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok.
2) Sistem pulmonary : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
3) Sistem kardiovaskular : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap
4)

aktifitas menurun, hipotensi.


Metabolik : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap

dingin.
5) Sistem musculoskeletal : nyeri otot,kekuatan otot menurun, kontraksi dan relaksasi otot
6)

yang melambat.
Sistem neurologi : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata,
gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan refleks

f.

tendom.
7) Gastrointestinal : anoreksia, obstipasi, distensi abdomen.
8) Psikologis dan emosional ; menarik diri / kurang percaya diri
Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan kadar T4 20g/dl.
2) Pemeriksaan TSH (terjadi peningkatan TSH serum) : Kadar TSH pada pasien tersebut yaitu
<0,005IU/ml,
3) Pemeriksaan Thorax : terdapat efusi pleura dextra dan pembesaran jantung.
4) Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul h membesar.

ANALISA DATA
DATA
DS :
o Klien mengeluh sesak nafas
o Klien mengatakan kesulitan saat
bernapas
DO:
o Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90/50, Nadi

ETIOLOGI
Hipotiroid
Sel-sel tiroid
hiperaktif
Hipertrofi
Gangguan
Metabolisme

PROBLEM
Pola napas tidak
efektif

68x/menit, Pernapasan 28x/menit,


Suhu Tubuh 36,4 C
o Adanya penggunaan otot bantu

Fungsi pernapasan
menurun

nafas, pola nafas tidak efektif

Depresi Ventilasi

(cepat) akibat adanya dispinea


o Pergerakan dinding dada kurang

Pola napas tidak

simetris,
o Perkusi : bunyinya sonor pada

efektif

salah satu sisi, dan suara dullness


pada sisi lainnya.
o Auskultasi : adanya penurunan
suara nafas pada salah satu sisi
dada
o Hasil rontgen thorax : efusi pleura
DS :

Hipertrofi sel tiroid

o Klien mengeluh suka sesak nafas


o Klien mengeluh pusing
DO:
o

Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90/50 (Hipotensi),

Penurunan curah
Gangguan
Metabolisme
Atp dan ADP
Menurun

Nadi 68x/menit (Bradikardi),


Klien terlihat lemah, cepat lelah, Suplai 02 ke jantung
menurun
Klien terlihat pucat

Hasil rongsent klien mengalami


perbesaran jantung

Jantung bekerja
keras memompa
untuk memenuhi
suplai
Hipertropi otot
jantung
Degenerasi otot
jantung (miokarditis
jantung

jantung

Penurunan curah
DS :

Klien mengeluh tidak ada nafsu


makan, mual dan mengalami kesulitan
menelan
DO :

Perubahan nutrisi

metabolism

kurang dari

Gangguan gi tract

kebutuhan

dan timbul

rangsangan mual

Porsi makan tidak habis


Adanya pembesaran kelenjar tiroid

o
o

jantung
Gangguan

Mual
Perubahan nutrisi

kurang dari

DS :

kebutuhan
Hipotiroid

Klien mengeluh cepat lelah dan lemah


Neri otot,
DO :
Kekuatan otot menurun, kontraksi dan

Intoleransi aktifitas.

Sel-sel tiroid
hiperaktif
Hipertrofi

relaksasi otot yang melambat.

Gangguan
Metabolisme
Atp dan ADP
Menurun
Kelemahan
DS : Pasien merasa ada perubahan pada
kulitnya

Mengganggu

DO :
kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan
menebal,pertumbuhan

Intoleransi aktifitas.
Hipertiroid

kuku

buruk,

kuku menebal, rambut kering, kasar,

metabolism sel
Gangguan pada sel
kulit
Timbul kulit kering
bersisik

rambut rontok dan pertumbuhannya


rontok

Kerusakan
Integritas kulit

Kerusakan Integritas
kulit

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d depresi
ventilasi
2. Penurunan

curah

jantung

TANGGAL DITEMUKAN
11 11 2016
11 11 2016

b.d

miokarditis, pembesaran jantung


3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari

kebutuhan

b.d

11 11 2016

peningkatan

11 11 2016
11 11- 2016

metabolism
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
5. Kerusakan Integritas kulit
4.

5.

INTERVENSI
NO

TUJUAN DAN KRITERIA

DX
1

HASIL
Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3 x 24
jam

diharapkan

masalah

INTERVENSI

1.

Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan


dan

ekspansi

dada.

Catat

upaya

keperawatan pola napas tidak

pernapasan, termasuk penggunaan otot

efektif dapat teratasi dengan

bantu / pelebaran nasal.

kriteria hasil :

Rasional : kecepatan biasanya meningkat.

Menunjukkan pola napas

Dispnea dan terjadi peningkatan kerja


napas. Kedalam pernapasan bervariasi

efetif
Frekuensi dan kedalaman

dalam keadaan normal


Paru-paru jelas/bersih
Berpartisipasi dalam

dada terbatas yang berhubungan dengan

aktivitas meningkatkan
fungsi paru

tergantng derajat gagal napas. Ekspansi


atelektasis atau nyeri dada pleuritik.
2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya
bunyi napas adventisius, seperti krekels,
mengi, gesekan pleural.

Rasional : bunyi napas menurun ada bila


jalan napas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan, bekuan atau kolaps jalan
napas kecil (atelektasis). Ronki dan mengi
menyertai

obstruksi

jalan

napas

kegagalan pernapasan
3.

Tinggikan kepala dan bantu mengubah


posisi. Bangunkan pasien turun tempat
tidur dan ambulasi sesegara mungkin
Rasional : duduk tinggi memungkinkan
ekspansi

paru

pernapasan.

dan

memudahkan

Pengubahan

posisi

dan

ambulasi meningkatkan pengisisan udara


segmen

paru

berbeda

sehingga

memperbaiki difusi gas.


4. Dorong / bantu pasien dalam napas dalam
dan latihan batuk.
Rasional

dapat

meningkatkan/

banyaknya sputum dimana gangguan


ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan
upaya bernapas.
Kolaborasi
5. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : menurunkan hipoksia yang
dapat menyebabkan vasodilatasi serebral
dan tekanan

meningkat/terbentuknya

edema
6.

Berikan

humidifikasi

tambahan

misalnya : nebuliser ultrasonik


Rasional : memberikan kelembaban pada
membra mukosa

Setelah dilakukan tindakan Mandiri


keperawatan selama 3 x 24 1.

Pantau frekuensi / irama jantung

jam

Rasional : takikardi atau disritmia dapat

diharapkan

masalah

keperawatan penurunan curah

terjadi

jantung dapat teratasi dengan

menigkatkan curahnya

kriteria hasil :

demam, hipoksia dan asiodosis karena

iskemia

Penurunan episode
dispnea, angina dan

2.

saat

jantung

berupaya
berespons

untuk
pada

Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak

disritmia
Mengidentifikasi

tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4

perilaku untuk

terjadinya

menurunkan beban kerja

jantung, tamponade jantung

jantung

Rasional : memeberikan deteksi dini dan

3.

komplikasi

misalnya

gagal

Dorong tirah baring dalam posisi semifowler


Rasional : menurunkan beban kerja jantung,
memaksimalkan curah jantung

4.

Berikan tindakan kenyamanan misalnya


gosokan punggung dan perubahan posisi
dan kativitas hiburan dalm toleransi jantung
Rasional : meningkatkan relaksasi dan
mengarahkan kembali perhatian

5.

Dorong penggunaan teknik manajemen


stres misalnya bimbingan imajinasi, latihan
pernapsan.
Rasional

perilaku

mengontrol

yang

ansietas,

bermanfaat

meningkatkan

relaksasi, menurunkan beban kerja jantung


6.

Selidiki nadi cepat, hipotensi, penyempitan


tekanan nadi, peningkatan CVP, perubahan
tonus jantung, penurunan tingkat kesadaran.
Rasional

manifestasi

klinis

dari

tamponade jantung yang dapat terjadi pada


perikarditis bila akumulasi cairan dalam
kantung perikardia membatasi pengisian
curah jantung
7.

Evaluasi keluhan lelah, dispnea, palpitasi,


nyeri dada kontinu
Rasional : manifestasi klinis dari GJK yang
dapat

menyertai

endokarditis

atau

miokarditis
Kolaborasi :
8.

Berikan oksigen sesuai indikasi


Rasional : meningkatkan kesediaan oksigen
untuk fungsi miokard dan menurunakn efek
metabolisme anaerob yang terjadi sebagai
akibat dari hipoksia dan asiodosis

9.

Berikan

obat-obatan

sesuai

indikasi

misalnya digitalis atau diuretik


Rasional

dapat

diberikan

untuk

meningkatkan kontraktilitas miokard dan


menurunkan beban kerja jantung pada
3

adanya miokarditis
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama 3 x 24 1. Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada
jam

diharapkan

keperawatan

masalah

nyeri perut, mual atau muntah

perubahan

Rasional : kekuarangan kortisol dapat

nutrisi kurang dari kebutuhan

menyebabkan gejala gastrointestinal berat

dapat teratasi dengan kriteria

yang

hasil :

absorpsi dari makanan

Mual berkurang
Pasien tidak ada

kesulitan menelan
Porsi makan habis

mempengaruhi

pencernaan

dan

2. Catat adanya kulit yang dingin atau basah,


perubahan tingkat kesadaran, nadi yang
cepat,

peka

rangsang,

nyeri

kepala,

sempoyongan
Rasional : gejala hipoglikemia dengan
timbulnya tanda tersebut mungkin perlu
pemberian glukosa dan mengidentifikasikan
pemberian tambahan glukokortikoid
3. Pantau pemasukan maknaan dan timbang
berat badan setiap hari
Rasional

anoreksia,

kelemahan

dan

kehilangan pengaturan metabolisme oleh


kortisol

terhadap

maknana

dapat

megakibatkan penurunan berat badan dan


terjadinya malnutrisi
4.

Catat muntah mengenai jumlah kejadian


atau karakteristik lainnya
Rasional : ini dapat membantu untuk
menentukan

derajat

kemampuan

pencernaaan atau absorpsi makanan.


5. Berikan atau bantu perawatan mulut
Rasional

mulut

yang

bersih

dapat

meningkatkan napsu makan


6.

Berikan lingkungan yang nyaman untuk


makan contoh bebas dari bau tidak sedap,
tidak terlalu ramai, udara yang tidak
nyaman
Rasional : dapat meningkatkan napsu
makan

dan

memperbaiki

pemasukan

makanan.
7. Berikan informasi tentang menu pilihan
Rasional : perencanaan menu yang disukai
pasien dapat menstimulasi napsu makan
dan meningkatkan pemasukan makanan.

Kolaborasi
8. Berikan cairan IV
Rasional

memenuhi

kebutuhan

cairan/nutrisi sampai masukan oral dapat


dimulai.
9. Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya
Hb/Ht dan elektrolit
Rasional : indikator kebutuha cairan /
nutrisi dan keefktifan terapi dan terjadinya
komplikasi
10.Berikan obat sesuai indikasi
Antikolinergik

atropin,

propantelin

bromida
Vitamin larut dalam lemak : B12, Kalsium
Rasional : mengontorl dan meningkatkan
pencernaan dan absorpsi nutrien.
4. Setelah dilakukan tindakan Aktiviti terapi
1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi
keperawatan selama 3 x 24
medik dalam merencanakan program
jam diharapkan masalah
terapi yang tepat
keperawatan
intoleransi
Rasionalisasi : program rehabilitasi
aktivitas
dapat
teratasi
untuk pemulihan otot pasien.
dengan Kriteria hasil:
2.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
a.
b.
Mampu melakukan
aktifitas yang mampu dilakukan
aktifitas sehari-hari (ADLS)
Rasionalisasi : Aktivitas yang ringan
secara mandiri
c. Tanda-tanda vital normal

3.

o Energi fisikomotor
o Level kelemahan
o Mampu
berpindah: 4.
dengan atau tanpa bantuan
alat
o Status
adekuat

kardiopulmunari
5.

dapat membantu pemulihan fisik


Bantu untuk memilih aktifitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
Bantu untuk mendapatkan alat bantu
aktifitas seperti korsi roda
Rasionalisasi : membantu aktifitas seharihari pasien
Bantu untuk mengidentifikasi untuk

o Sirkulasi status baik


o Status
respirasi: 6.
pertukaran

gas

dan

ventilasi adekuat

7.

aktifitas yang disukai


Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan waktu luang
Bantu pasien atau keluarga untuk
mengidentifikasi

kekurangan

dalam

8.

beraktifitas
Sediakan pengobatan pasif bagi yang

9..

aktif beraktifitas
Bantu pasien untuk mengembangkan

motifasi diri dan penguatan


10. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual..
5

Setelah dilakukan tindakan

1.

Anjurkan pasien untuk menggunakan

keperawatan selama 3 x 24

pakaian yang longgar

jam diharapkan masalah

Rasional : pakaian yang longgar memberi

keperawatan kerusakan

kenyamanan pasien dan mengurangi

integritas kulit dapat teratasi

keringat berlebihan.

dengan kriteria Hasil :

2.

Rasional : menghindari terjadinya

Integritas kulit yang

perlukaan pada kulit

baik bisa dipertahankan


(sensasi, elastisitas,

Hindari kerutan padaa tempat tidur

3.

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih

temperatur, hidrasi,

dan kering

pigmentasi)

Rasional : Kulit yang bersih menghindari


terjadinya infeksi

Tidak ada luka/lesi

4.

pada kulit

Perfusi jaringan baik

Menunjukkan

setiap dua jam sekali


Rasional : melancarkan peredaran darah
terutama untuk jaringan kulit
5.

mencegah terjadinya

Monitor kulit akan adanya kemerahan


Rasional : menghindari terjadinya infeksi

pemahaman dalam proses


perbaikan kulit dan

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)

lebih lanjut
6.

Oleskan lotion atau minyak/baby oil

pada derah yang tertekan


sedera berulang

Rasional : menghindari kelembaban dan

Mampu melindungi
kulit dan mempertahankan

mencegah perlukaan kulit


7.

Rasional : menghindari aktivitas yang

kelembaban kulit dan

berlebihan

perawatan alami

6.

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/

No.D

Tanggal
12 11- 2016

X
1

Implementasi dan Hasil


1. Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan
dan ekspansi dada. Catat upaya pernapasan,
termasuk penggunaan otot bantu / pelebaran
nasal.
2. Mengauskultasi bunyi napas dan catat
adanya bunyi napas adventisius, seperti
krekels, mengi, gesekan pleural.
3. Meninggikan kepala dan bantu mengubah
posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur
dan ambulasi sesegara mungkin
4. Mendorong atau membantu pasien dalam
napas dalam dan latihan batuk.
5. Memberikan oksigen sesuai indikasi
6. Memberikan
humidifikasi
tambahan

12 11- 2016

misalnya : nebuliser ultrasonik


1. Memantau frekuensi / irama jantung
2. Mengauskultasi bunyi jantung. Perhatikan
jarak tonus jantung, murmur, gallop S3 dan
S4
3. Mendorong tirah baring dalam posisi semifowler
4. Memberikan

tindakan

kenyamanan

misalnya gosokan punggung dan perubahan

Paraf

posisi dan kativitas hiburan dalm toleransi


jantung
5. Mendorong penggunaan teknik manajemen
stres misalnya bimbingan imajinasi, latihan
pernapsan.
6. Menyelidiki

nadi

cepat,

hipotensi,

penyempitan tekanan nadi, peningkatan


CVP, perubahan tonus jantung, penurunan
tingkat kesadaran.
7. Mengevaluasi keluhan

lelah,

dispnea,

palpitasi, nyeri dada kontinu


8. Memberikan oksigen sesuai indikasi
9. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
12 11- 2016

misalnya digitalis atau diuretik


1. Mengauskultasi bising usus dan kaji apakah
ada nyeri perut, mual atau muntah
2. Mencatat adanya kulit yang dingin atau
basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi
yang cepat, peka rangsang, nyeri kepala,
sempoyongan
3. Memantau pemasukan maknaan dan timbang
berat badan setiap hari
4. Mencatat muntah mengenai jumlah kejadian
atau karakteristik lainnya
5. Memberikan atau membantu

perawatan

mulut
6. Memberikan lingkungan yang nyaman untuk
makan contoh bebas dari bau tidak sedap,
tidak terlalu ramai, udara yang tidak nyaman
7. Memberikan informasi tentang menu pilihan
8. Memberikan cairan IV
9. Mengawasi
pemeriksaan
laboratorium,
misalnya Hb/Ht dan elektrolit
10. Memberikan obat sesuai indikasi
12 11- 2016

Antikolinergik : atropin, propantelin bromida


1. Membantu klien untuk mengidentifikasi

aktifitas yang mampu dilakukan


2. Membantu untuk memilih aktifitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
3. Membantu untuk mengidentifikasi

dan

mendapatkan sumber yang diperlukan untuk


aktifitas yang diinginkan
4. Membantu untuk mendapatkan alat bantu
aktifitas seperti korsi roda
5. Membantu untuk mengidentifikasi untuk
aktifitas yang disukai
6. Membantu klien untuk membuat jadwal
latihan waktu luang
7. Membantu pasien atau keluarga untuk
mengidentifikasi

kekurangan

dalam

beraktifitas
8. Menyediakan pengobatan pasif bagi yang
aktif beraktifitas
9. Membantu pasien untuk mengembangkan
motifasi diri dan penguatan
10. Memonitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual.. .
11. Melakukukan kolaborasikan dengan tenaga
rehabilitasi

medik

dalam merencanakan

program terapi yang tepat


12 11- 2016

5
1. Menganjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar
2. Menghindari kerutan padaa tempat tidur
3. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering
4. Memoobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
5. Memonitor kulit akan adanya kemerahan
6. mengoleskan lotion atau minyak/baby oil
pada derah yang tertekan

7. Memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPOTIROID

Disusun Oleh :

Agus Suherman
Affianti Rahman
Ulfah Syarifah
Tanti Rusmiati
Wardha Yani
Nina Maryam
Nabillah Al.A
Irma Marliana

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI


BANDUNG 2016

Anda mungkin juga menyukai