Anda di halaman 1dari 4

Tugas Kliping

Mencari Kasus Pelanggaran Hukum

Disusun oleh:
Davina Viernanda Dewi
Kelas V Al Quds
Tahun ajaran 2016/2017

"China Langgar Hukum Laut di Natuna, Protes


Keras Indonesia Dibenarkan"
Kamis, 24 Maret 2016 | 20:11 WIB

Dr. Intan I Soeparna

JAKARTA, KOMPAS.com
- Tindakan aparat kapal keamanan laut China yang menghalangi petugas Indonesia untuk
mengamankan kapal Kway Fee 10078 yang diduga melakukan illegal fishing, di Perairan
Natuna, melanggar Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
"Berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) Negara Indonesia
memiliki hak berdaulat atas laut teritorial dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)," kata Intan
I Soeparna, Kamis (24/3/2016).
Intan adalah pengajar Departemen Hukum Internasional Universitas Airlangga,
Surabaya, lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung, dan memegang
gelar Doktor dari Vrije Universiteit Brussel, Belgia.
Menurut Intan, selain melanggar Konvensi PBB, aparat China juga telah melakukan
intervensi terhadap usaha petugas Indonesia untuk melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan UNCLOS.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meradang,
saat mengetahui KP Hiu 11 yang melakukan upaya penangkapan KM Kway Fey, Sabtu
(19/3/2016), diganggu kapal coastguard China.

Kapal itu dengan sengaja menabrak KM Kway Fey, diduga untuk mempersulit KP Hiu
11 menarik masuk KM Kway Fey.
Intan menilai, aksi penabrakan tersebut pun dapat menimbulkan kesan China tidak
memiliki itikad baik dalam menghormati UNCLOS.
"Sehingga protes keras yang dilayangkan oleh Pemerintah Indonesia dapat
dibenarkan," ungkap dia.
Intan menegaskan, itikad baik merupakan landasan utama dalam melaksanakan hukum
internasional dan menghormati hukum dari negara-negara lain, termasuk "coastal
state".
"Coastal State"
Menurut Intan, berdasarkan Pasal 73 UNCLOS Indonesia sebagai "coastal state"
memiliki hak untuk mengekplorasi, ekploitasi, konservasi dan mengkontrol sumber daya
alam pada wilayah ZEE.
"Indonesia juga berhak untuk melakukan tindakan seperti "boarding", inspeksi,
penahanan dan melakukan proses hukum untuk menegakkan hukum penangkapan
ikan," kata dia.
Sementara, berdasarkan Pasal 58 UNCLOS, negara-negara lain harus menghormati
dan melaksanakan aturan yang diterapkan oleh Indonesia sebagai 'coastal state'.
Sedangkan Indonesia, kata dia, dapat melakukan tindakan pengamanan dan
penangkapan pada awak buah kapal sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh Pasal
73 UNCLOS.
"Para awak tersebut diamankan tetapi tidak untuk dipenjarakan atau dihukum, dan para
awak Kway Fee harus dilepaskan dengan jaminan dari negara asal," ungkap Intan.
Selanjutnya, Indonesia wajib memberitahu negara China melalui atase atau kuasa
usaha Tiongkok di Indonesia, tentang penangkapan tersebut.
Konflik Laut China Selatan
Lebih jauh, Intan melihat konflik Laut China Selatan yang sedang bergulir memang
memunculkan sensitivitas dalam hubungan internasional di wilayah laut.
"Sehingga Indonesia meskipun bukan negara pengklaim (claimant state) di Laut China
Selatan, tetap harus berhati-hati dalam melaksanakan hak dan kewajibannya atas
ZEE," ujar dia.

Intan mengatakan, kehati-hatian merupakan hal penting agar tidak muncul preseden
buruk terkait upaya Indonesia dalam ikut menyelesaikan konflik di kawasan tersebut.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan Pemerintah Indonesia
telah melayangkan nota protes terkait kasus ini.
"Saya sudah memanggil kuasa usaha sementara Kedutaan Besar China di Jakarta,
saya sampaikan protes kita (Indonesia) terhadap tiga hal," kata Menlu.
Hal pertama yang diprotes adalah soal pelanggaran kapal keamanan laut China
terhadap hak berdaulat atau yurisdiksi Indonesia.
Lalu, pelanggaran terhadap upaya penegakan hukum yang akan dilakukan aparat
Indonesia. Dan, tentang pelanggaran terhadap kedaulatan laut teritorial Indonesia oleh
kapal keamanan laut China.

Tugas:

1. Kasus pelanggaran:
Kapal China menangkap ikan di wilayah perairan milik Indonesia.
2. Sanksi :
Tembakan peringatan kepada kapal China yang memasuki wilayah perairan
Indonesia untuk menangkap ikan dan menangkap kapal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai