Anda di halaman 1dari 106

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Politeknik

Negeri

Jember

merupakan

perguruan

tinggi

yang

menyelenggarakan pendidikan vokasi yaitu suatu program pendidikan yang


mengarahkan proses belajar mengajar pada tingkat keahlian dan mampu
melaksanakan serta mengembangkan standar-standar keahlian secara spesifik
yang dibutuhkan stakeholder pengguna lulusan. Sistem pendidikan yang
diberikan berbasis pada peningkatan keterampilan sumber daya manusia
dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang kuat, sehingga
lulusannya mampu mengembangkan diri terhadap perubahan lingkungan. Di
samping itu, lulusan yang diharapkan selain dapat memasuki dunia kerja, juga
dapat memberdayakan dan mengangkat potensi daerah serta mampu
berwirausaha secara mandiri.
Sejalan dengan upaya peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang
handal menuju terciptanya anak bangsa yang berkualitas tinggi, maka
Politeknik Negeri Jember dituntut untuk merealisasikan pendidikan akademik
yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan, dan penataan sistem
manajemen yang baik agar tercapai efektifitas dan efesiensi yang tinggi. Salah
satu kegiatan pendidikan akademik yang dimaksud adalah kegiatan Praktek
Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan selama 1 (satu) semester penuh dan
diprogramkan khusus pada mahasiswa semester VIII (delapan) bagi program
studi yang menyelenggarakan program D-IV.

Kegiatan ini merupakan persyaratan mutlak kelulusan yang harus diikuti


oleh mahasiswa Politeknik Negeri Jember. Dalam semester ini, mahasiswa
secara mandiri dipersiapkan untuk mendapatkan pengalaman dan keterampilan
khusus di lapangan sesuai bidang keahliannya masing-masing.
Dalam kegiatan PKL ini para mahasiswa dipersiapkan untuk mengerjakan
dan

menyelesaikan

serangkaian

tugas

menghubungkan

pengetahuan

akademiknya dengan keterampilan. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud


para mahasiswa diberi tugas khusus dalam bidang keahliannya oleh dosen
pembimbing di Program Studinya masing-masing sesuai dengan buku
pedoman PKL yang telah ditetapkan.
Selama

PKL

mahasiswa

bertindak

sebagai

tenaga

kerja

di

perusahaan/industri/rumah sakit dan atau instansi lainnya yang layak dijadikan


tempat PKL dan wajib hadir di lokasi PKL serta menaati peraturan-peraturan
yang berlaku sehingga mampu menyerap berbagai praktek seperti: (1)
Memahami proses produksi suatu produk dan jasa serta dapat mengerti kulitas
produk jasa yang dihasilkan; (2) Mengenal metode yang dilakukan baik dari
aspek teknologi maupun organisasi; (3) Mengenal pasar dari produk yang
dihasilkan ; (4) Memahami permaslahan yang dihadapi dan cara mengatasi
permasalahan ; dan (5) Berkembangnya sifat kreatif dan inovatif mahasiswa
untuk bergerak dibidang kewirausahaan.
Bagi mahasiswa program studi D-1V Gizi Klinik kegiatan PKL dilakukan
pada dua bidang kegiatan, yaitu manajemen sistem penyelenggaraan di rumah
sakit dan manajemen asuhan gizi klinik. Penyelenggaraan makanan adalah satu

kegitan yang mendukung tercapainya kompetensi seorang ahli gizi (registered


dietien) dalam bidang produksi dan pelayanan makanan (food production and
food service). Kegiatan PKL ini dilaksanakan pada institusi penyelenggaraan
makanan yang bersifat non komersial khususnya pada penyelenggaraan
makanan di rumah sakit yang menyelenggarakan makanan massal.
Sedangkan kegiatan PKL pada manajemen asuhan gizi bertujuan untuk
dapat tercapainya kompetensi yang terdiri dari: kemampuan melakukan self
assessment dalam rangka pengembangan professional, melakukan supervisi
konsultasi, pendidikan dan intervensi lain guna promosi dan atau pencegahan
penyakit, keperluan terapi nutrisi untuk pasien bukan komplikasi (clinic level I)
maupun komplikasi (clinic level II), melakukan supervisi terhadap diagnosa
gizi pasien bukan komplikasi maupun dan komplikasi, mendesain rencana
asuhan gizi dan implementasinya, manajemen monitoring intake makanan dan
zat gizi, memonitor dan mengevaluasi standar enteral dan parenteral untuk
memenuhi

kebutuhan

yang

dianjurkan

serta

mempertahankan

status

makronutrien primer, mengembangkan dan menerapkan pemberian diet transisi


(contoh: perubahan dari TPN (Total Parenteral Nutrition) ke nutrisi enteral,
dll) Lokasi kegiatan untuk PKL pengalaman klinik (level I dan level II)
dilaksanakan di rumah sakit yang melakukan pelayanan pasien dengan
penyakit tidak komplikasi serta hipertensi, obesitas dan penyakit divertikular
serta penyakit dengan komplikasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta pemahaman mahasiswa
mengenai kegiatan Rumah Sakit yang layak dijadikan tempat PKL.
b. Meningkatkan keterampilan pada bidang keahliannya msing-masing agar
mahasiswa mendapat cukup bekal untuk bekerja setelah lulus.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan PKL, mahasiswa diharapkan :
a. Memahami manajemen asuhan gizi, penyelenggaraan makanan, serta
manajemen pengawasan mutu makanan dalam pelayanan Rumah Sakit.
b. Mampu menilai status gizi pasien dan mengidentifikasi individu dengan
kebutuhan gizi tertentu.
c. Mampu merencanakan pelayanan gizi pasien.
d. Mampu menyusun menu sesuai dengan kondisi penyakit dan dietnya.
e. Mampu menilai kandungan gizi diet enteral dan parenteral yang sesuai
dengan kondisi pasien.
f. Mampu merencanakan perubahan pemberian makan pasien.
g. Mampu mengevaluasi standar menu dan standar resep terkait pemesanan
diet khusus/enteral.
h. Mampu memantau pelaksanaan pemberian diet.
i. Dapat memberikan konseling gizi untuk pasien dengan kondisi medis
komplek.

j. Dapat memberikan pendidikan, latihan dan intervensi lain pada promosi


kesehatan/pencegahan penyakit untuk pasien dengan kondisi medis
umum.

C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengembangkan keterampilan tertentu yang tidak
diperoleh di Politeknik Negeri Jember.
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan kompetensi
bidang keahliannya.
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengelola suatu penyelengaraan makanan
serta memiliki kemampuan dalam melaksanakan asuhan gizi pada pasien.

D. Lokasi Dan Jadwal Kegiatan


1. Lokasi Kegiatan: RSUD Sleman
2. Jadwal kegiatan
Tabel 1. Jadwal kegiatan

I
11-12

II III
13 feb 2

feb
Orien

mar
MSPM

IV
04 14 mar
Promkes

tasi &
pre
test

V
15-16

mar
mar
Evalua Orient
si &

OBG

Poli
rawat

MINGGU
VI
VII VIII IX
X
1819
20 mar 27 apr
IPD 1

IPD 2

asi &

post

pre

test

test

BED
AH

OBG

XI

XII
1-2

3-4

AN

mar
mar
Penye Eval

mar
Post

AK

lesaia

test

29-30

Konseling gizi *

jalan
INSTALASI GIZI

RAWAT INAP & RAWAT JALAN


RUMAH SAKIT

onseling gizi dilakukan bila ada pasien yang konsultasi gizi

II. KEADAAN UMUM LOKASI

uasi

n
lapor
an
INSTALASI GIZI

*=k

A. Gambaran Umum Lokasi


1. Gambaran Umum RSUD Sleman
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman saat ini merupakan satuan Kerja Organisasi Perangkat Daerah (SKPD) di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman yang berlokasi di jalur strategis Jalan raya Jogjakarta-Magelang atau jalan Bhayangkara
48, murangan, triharjo, Sleman. Sebagai RSUD Pertama yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Sleman, saat ini telah tipe bertipe/kelas
B Non-Pendidikan, dengan status kelembagaan sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang merupakan bagian Organisasi
Perangkat Daerah. Sebelumnya sejak tahn 2003 sampai dengan 2009 merupakan Lembaga teknis daerah ( LTD) dengan status
kelembagaan sebagai setara Badan. Dikatakan RSUD pertama milik Pemerintah Kabupaten Sleman, karena sejak tahun 2010 telah
mulai beroperasi RSUD Prambanan dengan tipe proses menuju tipe/kelas D, yang juga milik pemerintah kabupaten sleman.
RSUD sleman yang sejak awal lebih dikenal sebagai Rumah sakit Murangan memiliki sejarah eksistensi yang panjang sejak
zaman penjajahan Belanda, jepang hingga masa kemerdekaan. Pada zaman kolonial belanda dikenal sebagai Klinik Pabrik Gula di
Medari, hingga kemudian empat dikenal pula sebagai Klinik Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, di Medari.Akan tetapi Semenjak
Proklamasi Kemerdekaan, masyarakat Kabupaten Sleman, Kulon Progo, hingga Magelang wilayah timur lebih mengenal lebih

mengenal sebagai Rumah Sakit Murangan .Bahkan hingga sekarang meskipun nama RSUD Sleman sudah ditetapkan sejak
tahun 1977, namun nama Rumah Sakit Murangan lebih lekat dan lebih familier bagi masyarakat stakeholders.
Tahun 1977 RSUD Sleman dinyatakan berdiri secara resmi sebagai Rumah Sakit Umum Pemerintah dengan tipe D berdasarkan
Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 01065/Kanwil/1977.
Status tipe D ini dimiliki RSUD Sleman selama lebih dari sepuluh tahun. Perubahan tipe/kelas D ke kelas Cdiperoleh pada tanggal 15
Februari 1988. Setelah dinaikkan tipenya, setelah dinyatakan memenuhi persyaratan dalam penilaian Tim Departemen Kesehatan RI.
Kenaikan kelas C ke kelas B non- pendidikan tersebut diperoleh sejak bulan Desember tahun 2003.
2. Gambaran Umum Instalasi Gizi RSUD Sleman
Instalasi gizi merupakan wadah yang mengelola pelayanan gizi secara efektif, efisien dengan kualitas yang optimal meliputi
penyediaan, pengelolaan, dan penyaluran makanan, tetapi gizi dan konsultasi gizi, pendidikan dan pelatihan, pengkajian, dan
pengembanga nmelalui perencanaan, pengerakan serta pengendalian sarana dan tenaga dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
(Aritonang, 2009).

Sebelum tahun 1986 bagian dapur rumah sakit dipegang oleh kepala dapur dengan pendidikan Sekolah Kepandaian Putri (SKP)
di bawah pengawasan dokter umum.Kegiatan pokok yang berjalan yaitu pengadaan makanan pagi pelayanan gizi ruang rawat inap
dan karyawan.Penelitian dan pengembangan gizi sebelum dilaksanakan.
Sejak tahun 1986 di dapur rumah sakit dikelola pembantu ahli gizi dan mulai bulan Novembar 1986 dipimpin Ahli Gizi dengan
empat kegiatan pokok yaitu pengadaan bahan makanan, pelayanan gizi ruang rawat inap, penyuluhan dan konsultasi gizi. Penelitian
dan pengembangan gizi sudah mulai berjalan.

10

B. Struktur Organisasi Rumah Sakit


KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN


DIREKTUR
dr. Joko Hastaryo,M.Kes

Komite Medis
Komite Keperawatan

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SLEMAN


NOMOR: 48 tahun 2009

WAKIL DIREKTUR
dr. V. Ida Widayati,M.Kes

Bidang Pelayanan Penunjang


drg. Senik Windyati,M.Kes

Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan


dr. Sri Haryati,M.Kes

Seksi bidang Pelayanan Medis


drg. Siti Nurchasanah,M.Kes
Instalasi Rawat Jalan
Tatik Sundaryati,B.Sc

Instalasi Rawat Darurat


dr. Hendrawan Triwibowo AY
Instalasi Rawat Inap
Much. Fatoni,A.md Kep
Instalasi Perawatan Intensif
dr. Betty Juliastuti,Sp.An

Seksi Keperawatan
Sugeng Supriyanto AMK

TANGGAL: 14 oktober 2000

Seksi Pelayanan Penunjang


drg. Ike Senja R

Ka. Bagian Tata Usaha


dra. Endang Lilik S

Seksi Sarana Pelayanan Kesehatan


Tri Saktiyono.SST
Sub. Bagian Umum & RT
Sri Wandansari A.SKM

Instalasi Rehap Medik


dr. Sulistiwi,Sp.RM

Instalasi Sarana Medik


Nihayah,A.Md

Instalasi Radiologi
dr. Budi Rahayu,Sp.R

Instalasi Sarana Non Medik


R. Widyatmaka

Instalasi Patologi Klinik


dr. Sugiharo,Sp.PK
Instalasi Patologi Anatomi

Instalasi Sarana Sanitasi


Yayuk Sri Rohmasni,S.KM

Sub. Bagian Kepegawaian


Sri Astuti SH
Sub. Bagian Keuangan & Akuntansi
Arini Wulandari,SE.Ak

Sub. Bagian Perencanaan & Evaluasi


dra. Bambang Basusanto

11

Instalasi Teknologi Informasi


Arif Budi Wiyono,S.Kom
Instalasi Farmasi
dra. HE. Lestariningsih,A.pt

Instalasi Bedah Sentral


dr. Heri Setyanto,Sp.B
Instalasi Rekam Medis
Yumarwanto,A.Md

Instalasi Gizi
Setyawati Nur Utami,DCN

Diklat Organisasi
C.Instalasi
Struktur
dr. M.G. Rini A,Sp.Kj

Instalasi Gizi

Instalasi Kamar Jenazah


Amirudin,SE

Gambar 1. Bagan
RSUD Sleman
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI
GIZIOrganisasi
RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH SLEMAN
Ka.Instalasi Gizi
Setyawati Nur Utami, DCN
Unit Administrasi
Eny Nurkhayati, A.Md

Ka.Sub Instalasi Produksi &


Distribusi Mak

Ka. Sub. Instalasi Gizi Rawat


Inap

Mariyam Romadhoni,
A.MG

Dwi Nuryanti, A.Md

Ka. Sub. Instalasi Penyuluhan &


Konsultasi Diet Rawat Inap &
Rawat Jalan

Ka.Sub. Instalasi Litbang


Gizi Terapan

Yustin Ary Latif, S.Gz

Rosyidah Nurul Aziza,


A.Md

12

Staf

Pramusaji

Ket:

Rawat Inap

Rawat Jalan

*Rosyidah Nurul Aziza, A.Md

*TIM

*Diana Sari Indah,A.Md

= tenaga kerja formal

*Diana Wijayanti,A.Md

= tenaga kerja non formal

Gambar 2. Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSUD Sleman

D. Ketenagaan Instalasi Gizi RSUD Sleman


1. Evaluasi Hasil Pengamatan
Dalam hal ini ketenagakerjaan di Instalasi Gizi RSUD Sleman masih sangat terbatas dalam segi jumlah, karena masih
merangkapnya sebagian ahli gizi yang ada diruangan yang seharusnya ahli gizi diruangan 1 orang. Selain itu di RSUD Sleman
mempunyai satu orang staf yang membantu penyelengaraan makanan.
Tabel 2. Daftar ketenagaan RSUD Sleman bersifat formal
No
.
1.
2.
3.

Tingkat Pendidikan
D-IV Gizi
S1 Gizi
D-III Gizi

Jumlah
1 orang
1orang
6 orang

Jabatan
Ka. Instalasi gizi
Ahli gizi
Ahli gizi

13

4.

SMA

1 orang

Staf

2. Rencana Tindak Lanjut


Keterbatasan jumlah Ahli Gizi ini perlu menjadi perhatian Instalasi Gizi tersendiri karena ketersediaan tenaga yang memadai
akan semakin meningkatkan pelayanan terhadap pasien di rawat inap maupun pegawai yang bertugas di RSUD Sleman.
Dalam sistem penyelenggaraan makanan di RSUD Sleman menggunakan system out-sourcing bekerjasama dengan pihak
catering VIDI sehingga pihak catering VIDI termasuk dalam tenaga kerja di RSUD Sleman yang bersifat non formal karena sudah
membantu system penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
Tabel 3. Daftar ketenegaan RSUD Sleman bersifat non formal
No

Tingkat Pendidikan

Jumlah

Jabatan

.
1.

S1

Manajer/pengawa

2.
3.

D-III Gizi
SMA/sederajat

2
14

s
Ahli gizi
Pramusaji

14

15

III. MANAJEMEN SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN


A. Sistem Penyelenggaraan Makanan
Sistem penyelengaraan makanan merupakan kegiatan penyelenggaraan makanan dan bagian dari kegitan instalasi gizi atau unit
pelayanan gizi di Rumah Sakit.Bentuk penyelenggaraan makanan di RSUD Sleman Yogyakarta menggunakan sistem out-sourcing.
Sistem out-sourcing yaitu penyelengaraan dengan memanfaatkan perusahaan jasa boga atau catering.Sistem our-sourcing di
bagi 2 kategori yaitu semi out-sourcing dan full out-sourcing (PGRS 2006).
Sistem penyelenggaraan makanan di instalasi gizi RSUD Sleman menggunakan system semi out-sourcing
Pemilihan out-sourcing meliputi :
1. Proses pemilihan catering
Pihak Rumah Sakit mengumumkan kepada pihak umum untuk mengadakan kerja sama dalam rangka menunjang
penyelenggaraan di Rumah Sakit. Setelah itu pihak Rumah Sakit membentuk satu tim khusus untuk menyeleksi catering yang sudah

16

terdaftar dan menetukan pihak catering yang akan dipilih berdasarkan Kepmenkes No.715/2003 serta syarat-syarat tertentu dari pihak
Rumah Sakit.
2. Syarat-syarat catering
a.

Harus mempunyai ahli gizi yang sudah memiliki pendidikan profesi.

b.

Tenaga pramusaji harus melakukan tes kesehatan serta memiliki sertifikat pelatihan hygiene sanitasi.

c.

Harus mempunyai nilai kelayakan fisik jasaboga sesuai standart mininimal yang ada di Kepmenkes No.715/2003.

3. Cara pelaksanaan
a.

Setelah pihak catering MOU dengan pihak Rumah Sakit maka pihak catering harus membuat siklus menu, standart porsi,
standart resep, standart bumbu yang akan di setujui pihak Rumah Sakit.

b.

Setelah disetujui proses penyelenggaraan makanan di mulai.

4. Pengawasan
Pengawasan penyelenggaraan makanan dilakukan oleh ahli gizi yang meliputi uji (organoleptik) baik makanan biasa maupun
makanan diit.Setelah itu melakukan pengawasan makanan untuk mengetahui kesesuaian standart porsi, kebersihan dan kelengkapan
makanan.

17

Kelebihan sistem out-sourcing meliputi :


1) Lebih efisien dan efektif dalam sistem penyelengaraan makanan Kekurangan sistem out-sourcing meliputi :
2) Dilihat dari segi biaya lebih mahal
3) Perlu dilakukan suatu pengawasa agar sesuai dengan standart menu dan standart porsi
Sistem penyelenggaraan makanan out-sourcing di RSUD Sleman ini dimulai sejak bulan april 2012. Sebelum dimulainya
menggunakan system out-sourcing di RSUD Sleman sudah menggunakan system swakelola.Pergantian sistem penyelenggaraan
makanan ini disebabkan karena terjadinya perangkapan tugas ahli gizi dan perawat yang ada di RSUD Sleman sehingga untuk
menanggulangi adanya perangkapan tugas ahli gizi dan perawat tersebut maka dilakukan sistem penyelenggaraan makanan outsourcing.Dalam system out-sourcing, RSUD Sleman bekerja sama dengan pihak catering VIDI dalam penyelenggaraan makanan di
rumah sakit.
Untuk kebijakan kontrak dengan pihak catering merupakan keputusan dari pihak rumah sakit untuk saat ini kontrak dengan
pihak catering berlangsung selama 1 tahun.

B. Proses Penyelenggaraan Makanan


1. Alur Sistem Penyelenggaraan Makanan

18

Proses pertama sistem penyelenggaraan makanan adalah penerimaan makanan siap saji, yang dilakukan oleh pramusaji sesuai
dengan standart porsi dan standart diet pasien serta standart menu.Kemudian dilakukan pengecekan makanan mulai dari kesesuaian
menu,standart porsi dan diet, alat makan, sampai kebersihan makanan dan tempat makannya yang dilakukan oleh Ahli Gizi RSUD
Sleman dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi.Selanjutnya melakukan pendistribusian yang dilakukan
dengan menggunakan troli sampai penyajian ke pasien.

Makanan siap saji


Pemorsian

Pengecekan

19

Pendistribusian

Penyajian ke
pasien

Gambar 3. Alur MSPM RSUD Sleman

Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan
konsumen yang dilayani (makanan biasa maupun makanan khusus) (PGRS 2006).
Syarat Distribusi:
a.

Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit, menyangkut standar penyedian energi dan zat gizi lainnya serta dietetika.

b.

Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit.

c.

Adanya peraturan pengambilan makanan.

d.

Adanya bon permintaan makanan.

e.

Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien, kebutuhan konsumen.

20

f.

Tersedianya peralatan makanan

g.

Tersedianya sarana pendistribusian makanan.

h.

Tersedianya tenaga pramusaji.

i.

Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama.


Sistem distribusi yang dilakukan di RSUD Sleman termasuk system campuran. Dimana sistem sentralisasi dilakukan diseluruh

bangsal kecuali di bangsal cendana menggunakan sistem desentralisasi.


Tempat pemorsian berada didapur Instalasi Gizi.Alat transportasi yang digunakan adalah troli.Troli disesuaikan dengan jumlah
kapasitas bangsal. Pengawasan makanan dilakukan sebelum pendistribusian makanan. Tempat pemorsian meliputi meja stainless
yang dimana hasil pengolahan dipisah sesuai dengan jenis masakan dan jenis makanan diet,serta tempat penyaluran makanan.
Sebelum dilakukan disribusi makanan dilakukan perekapan bon permintaan makanan pasien untuk mengetahui jumlah pasien yang
mendapat makanan Untuk mengontrol mutu gizi dilakukan pengawasan sebelum pendistribusian yang meliputi standar porsi,
kelengkapanan kebersihan, kesesuaian menu dan diet pada sesuai bon pemesanan makan pasien.

21

Pendistribuasian makanan pasien dilakukan pada jam tertentu. Makanan dibagi dalam 5 waktu makan yaitu makan pagi, snack
pagi, makan siang, snack sore dan makan sore. Bila ada snack malam maka pembagian snack malam dilakukan bersamaan dengan
pembagian makan sore, biasanya pada snack DM atau snack pada diet tertentu lainnya..

Tabel 4. Jadwal pendistribusian Makanan


No.
1.
2
3.
4.
5.

Waktu
07.00 WIB
10.00 WIB
12.00 WIB
15.00 WIB
17.00 WIB

Pembagian makan
Keterangan
Makan pagi
Snack pagi
Makan siang
Snack sore
Makan sore
Pemabagian snack malam juga
dilakukan pada diet tertentu.

Dalam perencanan menu, menurut buku pedoman pelayanan gizi rumah sakit perencanaan menu merupakan kegiatan
penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen atau pasien dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip
gizi seimbang dan prinsip diet pasien. Dengan hasil tersedianya siklus menu sesuai dengan klasifikasi pelayanan yang ada di rumah
sakit, misalnya 10 hari/seminggu.

22

Perencanaan menu di RSUD Sleman, menggunakan siklus menu 10 hari dan menu tambahan untuk tanggal 31.Menu ke 31
digunakan jika ada penambahan tanggal sampai ke 31 pada bulan tertentu.Siklus menu ini telah dibuat oleh pihak jasa boga yang
sudah disetujui oleh pihak rumah sakit.
2.

Karakteristik Penyelenggaraan Makanan


Penyelengaraan makanan RSUD Sleman melayani pasien dan karyawan, dengan melayani makan pasien dan snack bagi
karyawan yang membutuhkan ekstra makanan tambahan.Jenis makanan pasien yang dilayani makanan diet dan non diet.Menu makan
pagi dan makan sore untuk pasien kelas Paviliun, I , II dan III mendapatkan pembagian lauk yang sama, yaitu 1 lauk hewani dan 1
lauk nabati. Sedangkan untuk menu makan siang pada pasien kelas Pav terdapat 2 lauk hewani dan 1 nabati, pasien kelas I, II dan III
mendapat 1 lauk nabati dan 1 lauk. Sedangkan pada buah kelas Pav, I, II mendapatkan 2 kali yaitu pada siang dan sore, sedangkan
untuk kelas III mendapatkan 1 kali pada makan siang. Pada pembagian snack untuk kelas Pav dan I mendapatkan 2 kali yaitu pada
pukul 10.00 dan 15.00 wib, untuk kelas II mendapatkan 1 kali yaitu pada pukul 10.00, dan untuk kelas III tidak mendapatkan snack
Hal ini telah sesuai dengan standar menu dan standar porsi yang telah ditetapkan.

3. Tujuan Penyelenggaraan Makanan

23

Penyelenggaraan makanan di rumah sakit bertujuan untuk mewujudkan sistem pelayanan Gizi dengan kualitas yang baik,
memperhatikan berbagai aspek Gizi dan keluhan sakit pasien, serta mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh berupa
pemberian makan pada pasien rawat inap untuk meningkatkan Mutu pelayanan gizi di rumah sakit.
4. Status Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan di RSUD Sleman ditangani oleh jasa boga yang dikelola oleh Cipta Sarina Vidi yaitu pihak out
sourching yang bekerja sama dengan rumah sakit dalam penyelenggaraan makanan.
5. Fungsi Penyelenggaraan Makanan
a. Menyediakan makanan yang berkualitas baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi
klien atau konsumen yang membutuhkannya.
b. Melaksanakan penyelenggaraan makanan sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien dalam rangka pencapaian
status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet. Sistem penyelenggaraan makanan di RSUD Sleman telah terlaksana
fungsinya sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pedoman gizi rumah sakit.
C. Sumber Biaya

24

RSUD Sleman merupakan Rumah Sakit milik pemerintah sehingga anggaran biaya berasal dari Badan Layanan Umum Daerah
Kabupaten Sleman. Sehingga seluruh biaya dari Instalasi Gizi berasal dari Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten Sleman
Sedangkan untuk biaya over load (air, listrik, telfon) berasal dari biaya Rumah Sakit.
D. Sarana Dan Prasarana
1. Inventaris alat
Tabel 5. Inventaris Alat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
No
12
13
14

Nama Barang
Plato
Nampan kayu
Nampan stenlees
Tutup plato
Plato infeksius
Piring infeksius
Gelas infeksius
Tutup plato infeksius
Piring nasi kelas 2
Piring
Piring kecil
Nama Barang
Piring besar
Piring buah
Mangkok cream sup

Jenis
Stainlees
Kayu
Stainlees
Stainlees
Stainlees
Pecah belah
Pecah belah
Stainlees
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Jenis
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah

Jumlah
193
19
46
113
2
1
3
2
2
80
2
Jumlah
3
5
7

25

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Mangkok stenlees
Mangkok besar
Mangkok kecil
Mangkok sedang
Gelas
Gelas panjang
Tutup gelas
Tutup gelas stenlees
Sendok
Sendok sayur
Lepek lonjong
Lepek ceper
Lepek bening
Lepek hias
Tempat lauk
Tempat sayur
Baskom
Penjepit
Entong
Cetakan nasi

Stainlees
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Plastik
Stainlees
Stainlees
Stainlees
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Plastik
Stainlees
Plastik
Plastik

8
2
10
4
203
4
33
9
48
9
14
9
3
2
14
9
4
4
1
1

26

1) Jenis Penyakit Infeksi


TBC, DH, HIV Aids
2) Pencucian alat makan
Pihak instalasi gizi RSUD Sleman memperhatikan dengan baik terkait hygiene sanitasi alat makan pasien dengan membedakan
plato untuk pasien infeksi dan non infeksi, termasuk pencuciannya. Hal yang sama juga dilakukan terhadap troli serta uji
kualitas air yang dilakukan setiap tiga bulan sekali untuk mendeteksi adanya mikroba pada air. Pencucian alat makan dilengkapi
dengn air panas untuk mensterilkan kuman atau bakteri dari alat makan yang dilakukan saat bilasan terakhir proses pencucian.
a.

Prosedur pencucian alat makan non infeksi


1) Membersihkan kotoran yang ada didalam alat makan pasien (piring, plato, gelas, sendok)
2) Direndam dengan air bersih
3) Dilakukan pencucian dengan detergent atau sabun cair
4) Dibilas dengan air bersih
5) Direndam dengan air panas dengan suhu 80oC 100oC selama 3 menit
6) Angkat dan keringkan
b. Pencucian dan penanganan alat makan infeksius
1) Pencucian peralatan makan (piring, plato, gelas, sendok, dll) terpisah dengan tempat pencucian peralatan dapur.
2) Membuang sisa makanan ke tempat sampah

27

3) Memisahkan peralatan makan pasien infeksius dan non infeksius dengan memperhatikan tanda merah pada peralatan makan
4)
5)
6)
7)
8)
9)

infeksius.
Direndam air bersih
Dilakukan pencucian dengan detergent (sabun cair)
Dibilas dengan air bersih
Direndam larutan chlorine selama 3 menit
Di bilas dengan air panas pada suhu 80-1000 C selama 10 menit
Alat makan yang sudah dicuci di tiriskan di alat makan

28

E. Lay Out Dapur


pencucian
R.Dapur

Tempat gas

WC

alat px

R.Rapat
R. Gudang Bahan
Makanan Kering

R.Admin Instalasi Gizi


R.istirahat

R. Penyajian

R.Alat

Gambar 4. Lay out dapur

R.Admin

29

Analisa Lay-Out Dapur


Dilihat dari gambar lay out di atas dapat dikatakan lay out dapur masih
kurang sesuai karena hal ini bisa di lihat pada saat makanan datang masih terlihat
melewati tempat pencucian alat makan jadi kontaminasi sangat mungkin terjadi.
Selain itu pada saat pendistribusian ahli gizi masih harus melewati pintu
administrasi ruang instalasi gizi sehingga sangat tidak efisien.

30

IN

3
1

11

8
2
OUT

10

5
6

Keterangan :
1. R. Admin

4. R. BM kering

7. R. Loker

10. Meja Alat-alat

2. R. rapat

5. Toilet

8. Lemari es

11. R. pengecekan

3. R. Instalasi gizi

6. Gudang

9. Meja BM jadi

Gambar 5. Lay- out dapur versi mahasiswa

31

IV. ASUHAN GIZI PADA PASIEN DIARE CAIR AKUT DEHIDRASI RINGAN
SUSPECT PNEUMONIA DENGAN GIZI KURANG

A. Gambaran Umum Pasien


Identitas Pasien
Nama

: An. N.A

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 8 bulan

Berat Badan (BB)

: 5,8 kg

Panjang Badan (PB)

: 137 cm

BB lahir

: 1100 gram

Agama

: Islam

Nama Orang tua

: Ny. S

Pekerjaan

: Buruh genteng

Alamat

: Sido Agung, Godean

Tgl masuk

: 08 April 2013

Tgl kasus

: 09 April 2013

No. Rekam Medis

: 20-50-53

Bangsal

: Cendana (Anak) bed 9B

Diagnosa masuk

: Diare Cair Akut Dehidrasi Ringan Suspect Pneumonia

32

B. NUTRITION CARE PROCESS (NCP)


1. Assessment
a.

Data Antropometri

Perhitungan
PB 6272,8 10,8
=
=
=4,32 SD pendek
U 72,870,3
2,5

BB /U =

5,88,7 2,9
=
=2,9 SD gizi kurang
8,77,7
1

BB 5,86,4 0,6
=
=
=1 SD normal
PB 6,45,8 0,6
Kesimpulan

Berdasarkan PB/U pasien termasuk pendek. Berdasarkan BB/U pasien


termasuk gizi kurang dan berdasarkan BB/PB, pasien termasuk normal.
b. Data Biokimia
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan laboratorium
Tanggal
8-04-13

Penilaian

Hasil

Standart

Hemoglobin
10,8
12 -16
Hematokrit
35,6
37 - 47
Elektrolit
Kalium
4,4
3,5 5,1
Natrium
137
136 - 145
Klorida
101
98 - 107
Kesimpulan: Pasien mengalami anemia, sedangkan
normal.

Satuan

Keteranga

g/dl
%

n
Rendah
Rendah

Mmol
Mmol
Mmol
pemeriksaan

Normal
Normal
Normal
elektrolitnya

33

c. Pemeriksaan fisik / klinis


Tabel 7. Hasil pemeriksaan fisik dan klinis (08 April 2013)
Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaan Umum:

Compos Mentis. gelisah


Demam +, sesak +, batuk +,
pilek +, BAB cair 3 x dengan lendir berdarah +,
Mata cowong + dan akral hangat.

Pemeriksaan Klinis
2. Vitas Sign:
Respirasi
Nadi
Suhu
Aktvitas
Kesimpulan

Hasil
32 x /menit
90 x/ menit
39,1

Standart
20 30 x /menit
60 100 x/menit
36 - 37 C
Ringan

: Pasien mengalami demam dan diare.

d. Dietary history
1) Berkaitan Dengan Riwayat Penyakit
Riwayat Sekarang

+5 Hari hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami demam, pilek
dan batuk. Hari masuk rumah sakit keluhan tetap, nafas menjadi cepat
disertai muntah dengan BAB cair sebanyak 3 x sehari beserta ampas.
kemudian diperiksa di puskesmas kemudian dirujuk ke IGD RSUD
Sleman. HMRS keluhan tetap, batuk bertambah sering dan nafas cepat,
sehingga pasien di anjurkan untuk mondok.

34

2) Berkaitan Dengan Riwayat Gizi


a) Data sosio ekonomi
1. Penghasilan
2. Jumlah Anggota keluarga
3. Pola Asuh pasien

: < 1 juta / bulan


: 3 orang
:

Pasien diasuh oleh nenek pasien yang sudah berumur > 50 tahun,
sedangkan kedua orang tua pasien bekerja. Dalam keseharian, pasien
biasanya makan bubur yang dibeli dari penjual bubur atau bubur
instan. Untuk bubur yang dibeli di penjual, biasanya dibeli pada pagi
hari kemudian dibagi dua untuk makan pagi dan makan siang atau
sore.Bubur untuk makan siang atau sore biasanya disimpan di magic
com. jika pasien tidak menghabiskan susunya, susu tersebut diberikan
lagi tanpa memperhitungkan waktu. Berdasarkan observasi yang
dilakukan selama intervensi dirumah sakit, juga terlihat bahwa higyene
sanitasi dari ibu pasien kurang baik yang dibuktikan keteledoran ibu
pasien saat pasien BAB berbentuk cair, ibu pasien tidak mengetahui
dan pasien tidak menggunakan diapers sehingga BAB merembet
kemana-mana.

b) Alergi makanan : Pasien tidak mempunyai alergi terhadap makanan


c) Masalah Gastrointestinal :

35

Anoreksia (Ya/Tidak), Mual (Ya/Tidak), Muntah (Ya/Tidak), Diare


(Ya/Tidak), Konstipasi (Ya/Tidak).
d) Kesehatan mulut

Sulit menelan (Ya/Tidak), Stomatitis (Ya/Tidak), Gigi lengkap


(Ya/Tidak).
e) Pengobatan

: vitamin/mineral,suplemen gizi lain: -

f) Pola dan kebiasaan makan


Tabel 8. Pola kebiasaan makan

36

Jenis
Menu

Jenis

Pengolaha

Porsi
Gram
URT

Frekuensi
H M
B

MP

Serelac

n
-

LH

Bubur
Ayam cincang

50
10

5 sdm
1 sdm

1
1

Ikan

10

1 sdm

Telur Ayam
Tahu
Bayam

Bening

10
5
25

1 sdm

LN
SYR

1
2
2

BH

Tomat
Pisang

10
50

1 ptg

2
1

Semangka

50

1 ptg

Pepaya

50

kecil

Jeruk

50

ptg

20

1 sachet

sdg
MNM

ASI

300 ml

1 ptg sdg
-

Susu SGM

38,4

8 sdtakar

Madu

sdt

Keterangan:
URT

= Ukuran Rumah Tangga

H, M, B

= Hari, Minggu, Bulan

Tabel 9. Hasil anamnesa


Hasil
Hasil Anamnesa
Kebutuhan
% Asupan dari

Energi (kal)
900,1
1152,715
78,07%

P (gr)
31,6
21,75
145,28

L (gr)
36
19,21
188,38%

KH (gr)
112,12
223,2
50,21%

2
5

37

kebutuhan

`
Keterangan : Depkes, 1996
> 120 %

: di atas kebutuhan

90 119 %

: normal

80 - 89 % : defisit Ringan
70 79 % : defisit Sedang
< 70 %

: defisit Berat

Kesimpulan :
Asupan energi yaitu 78,07%, termasuk kategori defisit sedang, asupan
protein yaitu 145,28% termasuk kategori diatas kebutuhan, asupan lemak
yaitu 188,38% termasuk kategori diatas kebutuhan dan asupan
karbohidrat yaitu 50,21% termasuk kategori defisit berat.

g) Food Recall 24 jam


Tanggal

= 08 April 2013

Tabel 10. Asupan Luar Rumah Sakit


Waktu

Makanan

Berat

Nilai Gizi

38

(gr)
09.00
ASI
11.00
SGM
13.00
Bubur
TOTAL

300 ml
76,8
20

Energi

KH

(Kal)
185,7
360
80
625,7

(gr)
4,5
10
3
17,5

(gr)
9,6
14
2
25,6

(gr)
21
46
14
81

Tabel 11. Hasil recall 24 jam:


Asupan
Asupan Oral RS
Luar RS
Asupan enteral
Parenteral
Kebutuhan
% Asupan dari standart

Energi

KH

(kkal)
625,7
1152,715
54,28%

(gr)
17,5
21,75
80,45%

(gr)
25,6
19,21
133,26%

(gr)
81
223,2
36,29%

Keterangan : Depkes, 1996


> 120 %

: di atas kebutuhan

90 119 %

: normal

80 - 89 %
70 79 %

: defisit Ringan
: defisit Sedang

< 70 %

: defisit Berat

Kesimpulan

Berdasarkan hasil recall 24 jam, asupan energi pasien yaitu 54,28%


termasuk defisit berat, asupan protein 80,45% termasuk defisit ringan,
asupan lemak 133,26% termasuk diatas kebutuhan dan asupan
karbohidrat 36,29% termasuk defisit berat.

39

Tabel 12. Terapi medis


Nama Obat
Cefotaxime (Inject)

Fungsi
Antibiotik

Cefixime (Oral)
Asam folat
Vitamin A

pernafasan bawah
Antibiotik
Untuk mengatasi anemia
Untuk mengatasi kekurangan vitamin A

untuk

infeksi

saluran

2. Diagnosa
a.

Diagnosa Medis:
Suspect Pneumonia gizi buruk tipe marasmus

b.

Diagnosa Gizi:
NI.1.4
Intake energi yang tidak mencukupi berhubungan dengan kurangnya masukan
makanan ditandai oleh asupan 78,07% (defisit sedang) dan karbohidrat 50,21%
(defisit berat).
NB.3.1
Intake makanan yang tidak aman berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang makanan yang layak/pemberian makanan, penyimpanan dan persiapan
ditandai oleh seringnya pasien diberikan makanan siap saji.

3. Intervensi Gizi
a. Planning
1) Terapi Diet
a) Tujuan Diet

40

memberikan energi sesuai kebutuhan pasien secara bertahap


memberikan makanan sesuai dengan daya terima pasien
memperbaiki kekurangan zat gizi mikro akibat dehidrasi
b) Prinsip Diet

Energi diberikan bertahap, Mudah cerna dan cukup cairan.


c) Syarat Diet

Fase Stabilisasi:
1. Kalori : 100 Kal/kg BB/hari
2. Protein : 1gr/kg BB/hari
3. Cairan : 130 cc/kg BB/hari
d) Jenis Diet

: Formula WHO 75

e) Bentuk Makanan

: cair

f) Cara pemberian

: NGT

g) Frekuensi pemberian

: 8 x pemberian

h) Perhitungan Energi

(Seashore, 1994)
kebutuhan Energi: (55 (2 x 11/12) x 8,7

470,496 Kal

Maintenance

94,099 Kal

141,149 Kal

94,099 Kal

Activity
Sepsis
Pertumbuhan &
Metabolisme

20 % x 470,496 Kal
30% x 470,496 Kal
20% x 470,496 Kal
75 % x 470,496 Kal

352,872 Kal +

41

1152,715 Kal
Total Energi
Protein

: 1152,715 Kal

= 2,5 gram x 8,7


= 21,75 gram : 87 Kal

Lemak

= 15 % x 1152,715 Kal
=172,91 kal : 19,21 gram

Karbohidrat = 1152,715 Kal (87 Kal + 172,91 kal)


= 892,81 : 223,2 gram.
Cairan

= 125 ml x 8,7
= 1087,5 cc

i) Rencana Monev :
Tabel 13. Rencana monitoring dan evaluasi
Rencana
monev
Antropometri

Yang diukur

Metode

Evaluasi/

Berat Badan

pengukuran
timbangan

target
Mendekati
BB

Biokimia

Hemoglobin,
Hematokrit, Kalium,
Natrium, Klorida

Laboratorium

normal
Normal

42

Fisik klinik

Kesadaran Umum,

Asupan zat gizi

Respirasi, Nadi,

Pemeriksaan

Suhu, BAB
Per NGT

fisik klinis
Observasi

Normal
Terserap

2) Konseling
a) Masalah

Intake energi yang tidak mencukupi dan intake makanan yang tidak
aman.
b) Tujuan :
Memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang Diet untuk
anak dengan berat badan kurang dan memberikan pengetahuan tentang
higiene sanitasi makanan.
c) Sasaran

: Keluarga pasien

d) Tempat

: Bangsal Cendana (Anak) bed 9B

e) Alat peraga

: Leaflet Diet untuk Anak Dengan berat Badan


kurang dan Daftar Bahan Makanan Penukar

f) Cara/ metode :
Metode yang digunakan berupa ceramah dan tanya jawab.
g) Materi

1. Tujuan diet
a.

memberikan makanan lebih banyak daripada keadaan biasa


untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat.

43

b.

menanamkan kebiasan makan yang yang baik ntuk memelihara


tumbuh kembang anak

c.

mencegah

kerusakan

jaringan

tubuh

lebih

lanjut

dan

meningkatkan daya tahan tubuh


d.

menambah berat badan hingga mencapai normal

2. Prinsip diet
a.

Tinggi Energi dan Tinggi Protein

b.

jenis dan komposisi makanan sesuai dengan umur dan selera


anak

c.

upayakan menggunakan bahan alami yang diolah sendiri

d.

usahakan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan Terus menyusui


sampai anak umur 2 tahun.

3. Bahan makanan yangg di anjurkan


a.

semua sumber hidrat arang:


asi, nasi tim, bubur, roti, gandum/putih.

b.

sumber protein:
hewani: daging, ayam, telur, ikan, karang, udang, cumi dan
sumber laut lainnya.
nabati: tempe, tahu, oncom, dan kacang-kacangan (kacang ijo,
kacang merah, kedele).

c.

semua jenis sayuran:

44

yang berwarna hijau dan merah sebagai sumber vitamin A dan fe


seperti kangkung, daun katuk, bayam, wortel, kebang kol, sawi,,
selada, jamur.
d.

buah-buahan atau sari buah sumber vitamin A dan vitamin C


seperti jeruk, apel, pepaya, melon, jambu air, salak, semangka.

4. Bahan makanan yang dibatasi


a.

makanan yang digoreng seperti kerupuk, kripik, kacang, karena


lemak menyebabkan anak cepat kenyang, sehingga susah untuk
makan makanan utama.

b.

minuman yang dingin seperti es, makanan/minuman yang manis


seperti sirop, dodol, permen,cokelat, dll. Disamping itu makanan
yang manis menyebabkan gigi cepat rusak sehingga anak
menjadi susah makan/sakit kalau makan dan anak cepat kenyang.

5. Bahan makanan yang dihindari


a.

makanan jajanan yang tidak bersih, karena akan menyebabkan


sakit perut/diare

b.

minuman yang mengandung alkohol atau soda seperti brem, soft


drink, karena akan menyebabkan anak cepat kenyang dan tidak
mau makan makanan utama.

45

6. Cara pengaturan Diet


a.

makan dalam porsi kecil dan sering dan bervariasi agar menarik
minat anak untuk makan.

b.

diperlukan kesabaran untuk membujuk anak, agar mau makan.


misalnya sambil di ajak bermain, anak tidak boleh dipaksa.

c.

untuk anak usia dibawah 1 tahun, konsistensi maknan diberikan


secara bertahap, dimulai dari anak umur 6 bulan

d.

makanlah cukup sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak


mengandung vitamin dan mineral

e.

makanan yang dapat mengurangi nafsu makan, seperti kue-kue


manis dan gurih tidak diberikan dekat sebelum waktu makan.

f.

untuk balita, dapat diberikan maknan formula seperti formula


tempe, formula ikan, terutama pada anak yang menderita diare.

g.

Konsultasikan pada dokter untuk diperiksa kondisi kesehatannya


serta mendapatkan suplemen multi vitamin dan mineral yang
diperlukan.

h) Rencana Kegiatan
Tabel 14. Rencana Kegiatan
N
No
1.

Tahapan
Pembukaan

Waktu

Penyuluh

5 menit a.

memberi salam

b.

Kegiatan
Peserta
a. Menjawab salam

memperkenalkan b. Mendengarakan
diri

46

c.

menjelaskan
tujuan

2.

Inti

15
menit

Menjelaskan

a. Menyimak

tentang:

b. Mendengarkan

a. Tujuan Diet

dan

memperhatikan

b. Prinsip Diet
c. Bahan makanan
yang dianjurkan
d. Bahan makanan
yang dibatasi
e. Bahan makanan
yang dibatasi
f.Cara pengaturan Diet

No.
3.

Tahapan
Penutup

Waktu Penyuluh
10
a. Bertanya
menit

Peserta
dan a. Bertanya

menjawab

b. Menjawab

pertanyaan

pertanyaan

b. Memberikan
kesimpulan
c. Menyampaikan
hasil kesimpulan.
d. Evaluasi
e. Memberi salam
i)

Pelaksana
Mahasiswa PKL gizi klinik Politeknik Negeri Jember

c. Mendengarkan dan
memperhatikan.
d. Menjawab salam

47

j) Evaluasi
1. Cara

: Lisan

2. Jenis

: Pertanyaan terbuka

3. Waktu

: Setelah dilakukan konseling.

b.

Implementasi

1)

Kajian terapi diet Rumah Sakit


Jenis diet/ bentuk makanan/ cara pemberian: gizi seimbang/makanan
biasa/oral.
Parenteral nutrisi: Tabel 15. Kajian terapi diet rumah sakit.
Kriterian

Energi

KH

(kal)
1542

(gr)
63,71

(gr)
40,92

(gr)
233,4

ASI 100 ml

61,9

1,5

3,2

Susu formula 4sdt

180

23

Standart RS
Asupan pasien:

48

TOTAL
Kebutuhan

241,9
1152,715

6,5
21,75

10,2
19,21

30
223,2

(Planning)
Prosentase

20,98%

29,88%

53,09%

13,44%

asupan/kebutuhan
Pembahasan Diet Rumah Sakit

Berdasarkan tabel diatas, kebutuhan gizi pasien adalah Energi


1152,715 Kal, Protein 21,75 gr, Lemak 19,21 gr dan lemak 223,2 gr.
namun kebutuhan gizi pasien ini belum dapat terpenuhi karena pada HMRS
pasien rewel sehingga pasien sulit untuk diberikan makanan secara oral
dari rumah sakit. Pada hari itu, pasien hanya mendapatkan asupan makan
dari susu formula dan ASI. Prosentase asupan berdasarkan kebutuhan
termasuk kategori defisit berat, Pada asupan energi yaitu 20,98%, asupan
protein 29,88%, asupan lemak 53,09% dan karbohidrat 13,44%.Sementara
dari RS diberikan diet makanan seimbang 1500 kal (Nasi untuk ibu).
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan klinis keadaan umum pasien
demam, dehidrasi ringan dan diare cair dengan lendir darah, dan asupan
pasien yang termasuk defisit berat maka atas kesepakatan antara dokter,
ahli gizi dan perawat direkomendasikan formula 75 secara NGT yang
diharapkan pemberian dengan cara ini dapat segera memenuhi kebutuhan
gizi pasien.

49

4. Monitoring Dan Evaluasi


Tabel 16. Monitoring dan evaluasi
Indikator

Parameter

Tanggal Monitoring
10-04-2013
11-04-2013
5,8 kg
5,9 kg

Antropometr

09-04-2013
Berat Badan 5,8 kg

i
Biokimia

Hemoglobi

10,8

35,6
4,4
137
101
Compos

Fisik/klinis

n
Hematokrit
Kalium
Natrium
Klorida
Keadaan

Compos

Compos

Mentis,

Mentis,

Mentis

Mata

Gelisah
Mata cowong

senyum
Mata

senyum
Mata cowong

Respirasi
Nadi
Suhu
BAB
Energi

+
42x/menit
134x / menit
37 C
Mencret 1 x
79,17 %

berkurang
40x/ menit
130x / menit
36C
Kental 1 x
92,37%

Umum

Asupan

45x/menit
140 x/menit
36C
Kental 1 x
94,66 %

50

C. Tinjauan Pustaka
1. Status Gizi
a.

Pengertian Status gizi


Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Sebagai contoh : Gizi kurang merupakan keadaan tidak seimbangnya konsumsi
makanan dalam tubuh seseorang. Status gizi yaitu keadaan kesehatan individuindividu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi
dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur secara antropometri (Himawan, 2006).
b.

Penilaian Status Gizi Dengan Antropomentri


Di Indonesia cara yang paling umum dan sering digunakan adalah penilaian

status gizi secara antropometri, karena lebih praktis dan mudah dilakukan. Secara
umum antropometri artinya ukuran tubuh. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Indikator
antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi balita adalah berat

51

badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U).
Dalam pengukuran antropometri yang sering digunakan adalah BB/U karena
mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh
masyarakat umum, baik untuk mengatur status gizi akut dan kronis, berat badan
dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil, dan dapat
mendeteksi kegemukan (over weight) (Khoiri, 2009). Penentuan klasifikasi status
gizi menggunakan Z-skore atau Standar deviasi unit (SD) sebagai batas ambang
kategori dan

digunakan untuk meneliti dan

memantau pertumbuhan serta

mengetahui klasifikasi status gizi. Z-skor dapat dihitung dengan menggunakan


rumus berikut: (Himawan, 2006).
Z ' skore=

nilai individu subyek Nilai median baku rujukan


Nilai simpangan baku rujukan

Kategori status gizi anak umur 0-60 bulan berdasarkan BB/U, TB/U dan PB/U
berdasarkan

Keputusan

Menteri

Republik

Indonesia

Nomor

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri penilaian Status Gizi


Anak, dapat dilihat pada tabel berikut:

52

Tabel 17. Kategori Status Gizi


Indeks
Berat Badan
menurut Umur
(BB/U)

Kategori Status

Ambang Batas (Z-skore)

Gizi
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi lebih

> -3 SD
-3 SD sampa dengan -2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD
> 2 SD

Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi

> -3 SD
-3 SD sampa dengan -2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD
> 2 SD

Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk

> -3 SD
-3 SD sampa dengan -2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD
> 2 SD

Anak umur 0-60


bulan
Panjang Badan
menurut Umur (PB/U)
Umur 0-60 bulan
Panjang badan
menurut Berat Badan
(PB/BB)
Umur 0-60 bulan
b. Indikator pertumbuhan
Salah satu indikator pertumbuhan adalah indeks antropomentri yang terdiri atas
BB/U, TB/U dan BB/TB (Anggraeni, 2012).
1) Berat badan menurut Umur (BB/U)
Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi. Berat badan menurut umur tidak sensitif untuk
mengetahui apakah seseorang mengalami kekurangan gizi masa lalu atau masa

53

kini. berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu maupun
masa kini.
2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/PB/U)
Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. beton dan bengoa (1973)
menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi
masa lampau juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.
3) Berat Badan menurut Umur (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife pada tahun 1966 telah
memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasikan status gizi. Indeks
BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini
(sekarang). Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur.

2. Diare Cair Akut


a. Definisi
Diare cair akut merupakan diare yang terjadi secara akut dan berlangsung
kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran
tinja yang lunak / cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan
panas. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang
dapat mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena
dehidrasi.

Penyebab

terpenting

diare

pada

anak-anak

adalah

Shigella,

54

Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella, E. coli,


rotavirus (Behrman, 2009).
b. Epidemiologi
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan
dan minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja
penderita. Terdapat beberapa perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare
yaitu tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan,
menggunakan botol susu yang tercemar, menyimpan makanan masak pada suhu
kamar dalam waktu cukup lama, menggunakan air minuman yang tercemar oleh
bakteri yang berasal dari tinja, tidak mencuci tangan setelah buang air besar,
sesudah membuang tinja atau sebelum memasak makanan, tidak membuang tinja
secara benar. Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain
tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi
/ imunosupressif. Umur Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan,
insiden paling banyak pada umur 6 10 bulan (pada masa pemberian makanan
pendamping). Variasi musiman pola musim diare dapat terjadi melalui letak
geografi. Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada
musim panas sedangkan diare karena virus (rotavirus) puncaknya pada musim
dingin. Pada daerah tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi
meningkat pada musim kemarau sedangkan puncak diare karena bakteri adalah
pada musim hujan. Kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik / tanpa gejala

55

dan proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukan imunitas
aktif (Ardhani, 2008).
c. Etiologi
1) Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut:
a) Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).Infeksi parenteral yaitu
infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti
otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
(Behrman, 2009).
b) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan
anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

c) Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.

56

d) Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
2) Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
yaitu:
a) Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare (Poorwo,
2003).
b) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya
timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
c) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare (Poorwo, 2003).

57

3. Pneumonia
a. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses
infeksi akut pada bronkus yang disebut bronchopneumonia. Gejala penyakit
pneumonia ini berupa nafas cepat dan nafas sesak, karena paru meradang secara
mendadak. Batas nafas cepat adalah frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali per
Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan menit atau lebih pada anak
usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada
anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun
b. Klasifikasi Pneumonia
1) Pneumonia berat, adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak
60 kali per menit atau lebih.
2) Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa.
Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan < 5 tahun
a) Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian
bawah.
b) Pneumonia, bila disertai nafas cepat, usia 2 bulan <1 tahun 50 kali
per menit, untuk

usia 1 tahun - <5 tahun 40 kali per menit.

c) Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.

58

c. Determinan Pneumonia
1) Faktor Host
a) Umur
Tingginya kejadian pneumonia terutama menyerang kelompok usia
bayi dan balita. Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko kematian
pada balita yang sedang menderita pneumonia. Semakin tua usia balita yang
sedang menderita pneumonia maka akan semakin kecil risiko meninggal
akibat pneumonia dibandingkan balita yang berusia muda.
b) Jenis Kelamin
Menurut Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk
Penanggulangan Pneumonia pada Balita (2002), anak laki-laki memiliki
risiko lebih besar untuk terkena ISPA

dibandingkan dengan anak

perempuan.
c) Status Gizi
Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan
gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Penyebab langsung timbulnya
gizi kurang pada anak adalah makanan tidak seimbang dan penyakit infeksi.
Kedua penyebab tersebut saling berpengaruh.

Timbulnya Kekurangan

Energi Protein (KEP) tidak hanya karena kurang makan tetapi juga karena
penyakit, terutama diare dan ISPA. Anak yang tidak memperoleh makanan
cukup dan seimbang, daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam
keadaan demikian, anak mudah diserang penyakit infeksi.Salah satu faktor

59

yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit pneumonia pada anak antara


lain adanya kekurangan energi protein. Anak dengan daya tahan tubuh yang
terganggu akan menderita pneumonia berulang-ulang atau tidak mampu
mengatasi penyakit pneumonia dengan sempurna. Status gizi pada balita
berdasarkan hasil pengukuran anthropometri dengan melihat kriteria yaitu:
Berat Badan per Umur (BB/U), Tinggi Badan per Umur (TB/U), Berat
Badan per Tinggi Badan (BB/TB).
2) Faktor Agent
Pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus
pneumoniae, Hemophilus influenzae dan Staphylococcus aureus. Penyebab
pneumonia lainnya adalah virus golongan Metamyxovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Othomyxovirus, dan Herpesvirus.
3) Faktor Lingkungan Sosial
a) Pekerjaan Orang Tua
Penghasilan keluarga adalah pendapatan keluarga dari hasil pekerjaan
utama maupun tambahan. Tingkat penghasilan yang rendah menyebabkan
orang tua sulit menyediakan fasilitas perumahan yang baik, perawatan
kesehatan dan gizi anak yang memadai. Rendahnya kualitas gizi anak
menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan mudah terkena penyakit
infeksi termasuk penyakit pneumonia.

60

b) Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan ibu yang rendah juga merupakan faktor risiko
yang dapat meningkatkan angka kematian ISPA terutama Pneumonia.
Tingkat pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap tindakan perawatan oleh
ibu kepada anak yang menderita ISPA. Jika pengetahuan ibu untuk
mengatasi pneumonia tidak tepat ketika bayi atau balita menderita
pneumonia, akan mempunyai risiko meninggal karena pneumonia sebesar
4,9 kali jika dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan yang
tepat.
4. Tatalaksana Gizi Buruk
a. 10 Langkah tatalaksana pada gizi buruk
Tabel 18. Langkah Utama pada Tatalaksana Gizi Buruk
No
.
1.

Stabilisasi

Transisi Rehabilitas

H1-2

H 8- 14

Tindakan
Atasi

H 3-7

i
Mg 2 6

Tindak
lanjut
Mg 7 26

atau

cegah
2.

hipoglikemia
Atasi
atau
cegah

3.

hipotermia
Atasi
atau
cegah

No
4.

dehidrasi
Tindakan
Perbaiki

H 1-2 H 3-7

H 8-4

Mg 2-6 Mg 7-26

61

gangguan
5.
6.

elektrolit
Obati infeksi
Perbaiki

Fe -

Fe +

defisiensi
7.

nutrien mikro
Makanan
stabilisasi

8.

dan transisi
Makanan

9.
10.

tumbuh kejar
Stimulasi
Siapkan

tindak lanjut
Keterangan:
H = Hari
Mg = Minggu

b. Klasifikasi tanda bahaya pada gizi buruk


Tabel 19. Klasifikasi tanda bahaya pada gizi buruk
Variabel
Hasil pengukuran
Denyut nadi Bila denyut nadi naik 25x/menit

Klasifikasi
Infeksi atau gagal jantung

62

dan

Nadi cepat:

(kemungkinan

pernafasan

denyut nadi > 60x.menit (< 1 th)

overhidrasi

pada

saat

Denyut nadi > 140x/menit

pemberian

makan

atau

Pernafasan

- disertai peningkatan 5 x/menit


Pernafasan cepat:

karena

rehidrasi terlalu cepat)


Pneumonia

> 60 x/menit untuk anak usia < 2 bl


> 50 x/menit untuk anak usia < 212bl
> 40x/menit untuk anak usia 12 bl
Suhu

sampai 5 tahun
Setiap kenaikan atau penurunan Infeksi
secara tiba-tiba
Suhu aksiler < 36,5C atau suhu Hipotermia
rektal <35,5 C atau teraba dingin

(mungkin

karena infeksi atau tidak


makan sama sekali atau
anak tidak diselimuti)

c. Tanda-tanda dehidrasi
Tabel 20. Tanda-tanda dehidrasi
No.
1.

Tanda
Letargis

Cara melihat dan menetukan


Anak yang letargis tidak bisa bangun dan
apatis.Dia tampak mengantuk dan tidak
memnunjukkan

ketertarikan

terhadap

63

kejadian disekelilingnya.
dan Anak selau gelisah dan rewel terutama bila

2.

Anak

3.

rewel
Tidak ada air mata

disentuh atau dipegang untuk tindakan.


Lihat ada air matanya atau tidak pada saat

Mata cekung

menangis.
Mata anak yang gizi buruk selalu tampak

4.

gelisah

cekung, mirip tanda anak dehidrasi. tanya ibu


apakah mata cekung tesebut sudah ada seperti
biasanya
5.

Mulut

dan

kering

ataukah

baru

beberpa

saat

timbulnya.
lidah Raba dengan jari yang kering dan bersih
untuk menentukan apakah lidah dan mulutnya
kering

6.

Haus

Lihat, apakah anak ingin meraih secangkir


saat anda beri resomal. Saat cangkir itu
disingkirkan, lhat apakah anak masih ingin
minum lagi?

No.
7.

Tanda
Kembalinya
cubitan/turgor
lambat

Cara melihat dan menetukan


Gunakan ibu jari dan jari telunjuk saat
kulit mencubit kulit perut bagian tengah antara
umbilikus dan sisi perut. Posisikan tangan
anda sejajar/lurus dengan garis tubuh, bukan
melintang. Tarik lappisan kulit dan jaringan
bawah kulit pelan-pelan. Cubit selama 1 detik
dan lepaskan. Jika nkulit masih terlipat
(belum balik rata selama > 2 detik), dikatakan

64

cubitan kulit/turgor kulit lambat. (Catatan:


cubitan biasanya lambat pada anak wasting)
Tatalaksana anak dengan gzi buruk dibagi menjadi 3 fase yaitu fase stabilisasi,
transisi dan rehabilisasi, diman terdapat 10 langkah yang harus dilakukan dalam
tatalaksana gizi buruk, yaitu:
1) Tujuan terapi gizi
Terapi gizi pada gizi buruk bertujuan untuk memberikan makanan tinggi
kalori, protein dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai
status gizi normal.
2) Fase pada penanganan gizi buruk
a) Fase stabilisasi
b) Fase ini mencegah/mengatasi hipoglikemia, hipotermia dan dehidrasi.
c) Fase Transisi/Fase Rehabilitasi Merupakan fase tumbuh kejar

3) Cara Pengaturan terapi gizi


a) Fase stabilisasi :
1. Cairan : 130 ml/kgbb/h, bila ada edema berat :100 ml/kgbb/h
2. Energi : 80-100 kkal/kgbb/h
3. Protein : 1-1,5 g/kgbb/h
4.

Formula khusus : F-75

b) Fase transisi :

65

1. Cairan : dinaikkan bertahap sampai 150 ml/kgbb/h


2. Energi : 100-150 kkal/kgbb/h
3. Protein : 2-3 g/kgbb/h
4. Formula khusus : F-100
c) Fase rehabilitasi :
1. Cairan : dinaikkan bertahap 150-200 ml/kgbb/h
2. Energi : 150-220 kkal/kgbb/h
3. Protein : 3-4 g/kgbb/h
4. Formula khusus : F-100 atau F-135
d) Frekuensi pemberian dimulai setiap 2 jam - 3 jam - 4 jam
e)

ASI diteruskan sampai usia 2 th

f)

Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi

g) Berdasarkan : BB < 7 kg diberi MP-ASI dan BB > 7 kg diberi makanan


balita.

4) Kriteria pemulangan balita gizi buruk pada balita :


a) Selera makan baik, makanan yg diberikan dihabiskan
b) Ada perbaikan kondisi mental
c) Sudah tersenyum, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, sesuai umurnya
d) Suhu tubuh berkisar antara 36,5 37,5 C
e) Tidak ada muntah atau diare
f) Tidak ada edema

66

g) Kenaikan berat badan > 5 g/kgBB/hr, 3 hari berturutan atau kenaikan 50


g/kgBB/mgg, 2 minggu berturut-turut
h) Sudah berada di kondisi gizi kurang (sudah tidak ada gizi buruk)

D. Hasil Dan Pembahasan


1. Analisa Keadaan Pasien
Pasien An.N.A adalah pasien masuk tanggal 08 April 2013 dengan diagnosa
masuk DCA dehidrasi ringan susp Pneumonia dengan gizi kurang yang dirawat
dibangsal Cendana (Anak) RSUD Sleman. Pasien mengalami diare selama 3 hari.
Status gizi pasien berdasarkan PB/U termasuk kategori pendek. PB/U ini
menggambarkan status gizi masa lampau pasien. hal ini berhubungan dengan
status gizi pasien pada saat lahir Berat Badan pasien hanya 1100 gram (BBLR).
Status gizi pasien berdasarkan BB/U termasuk kategori gizi kurang (-2,9 SD)
sedangkan status gizi pasien berdasarkan BB/PB termasuk normal (-1
SD).Sedangkan pada pemeriksaan fisik dan klinis, Keadaan umum pasien pada
saat hari masuk rumah sakit dalam keadaan dehidrasi ringan, infeksi berupa
suspect pneumonia dengan gejala batuk, demam, sesak, pilek dan diare cair akut
dengan gejala BAB cair sebanyak 3x dengan lendir darah.
Berdasarkan pengkajian antropometri, pemeriksaan fisik dan klinis tersebut
dokter, perawat dan ahli gizi merekomendasikan penanganan pasien berdasarkan
tatalaksana gizi buruk.

67

Dari 10 langkah Tatalaksana gizi buruk yang telah diterapkan selama monitoring
dan evaluasi pasien:
Tabel 21. Tindakan yang dilakukan pada pasien
No
.

Stabilisas
Tindakan

Transisi
Keterangan

i
H1-2

H3

1.

Atasi atau cegah

Pasien tidak mengalami

2.

hipoglikemia
Atasi atau cegah

hipoglikemia
Pasien tidak mengalami

3.

hipotermia
Atasi atau cegah

hipotermia
Pemberian resomal pada H1

4.

dehidrasi
Perbaiki

Masuk Rumah Sakit


Pemberian resomal pada H1

gangguan

Masuk Rumah Sakit

elektrolit
Obati infeksi

Pemberian

5.

Tindakan

.
6.

Perbaiki

H1-2

H3

Fe -

untuk

infeksi

saluran

pernafasan

pasien

yaitu

cefotaxime

(inject)
No

antibiotik

kemudian

cetixime

(oral).
Keterangan
Pada

fase

stabilisasi

dan

defisiensi nutrien

transisi tanpa pemberian Fe.

mikro

Zat gizi mikro yang diberikan


yaitu asam folat 5 mg/hari, Zn
1 x 10mg, vitamin A 100000
IU, sanbe plex 1 x 0,5cc.

No

Tindakan

H 1-2 H 3

Keterangan

68

.
7.

Makanan
stabilisasi

8.

F75 pada fase stabilisasi H1


dan

dan H2

transisi
Makanan tumbuh

F100 pada fase transisi H3.

kejar
9.
10.

Stimulasi
Siapkan tindak

Pemulangan pasien dengan

lanjut

pemberian konseling terhadap


keluarga pasien.

2. Perkembangan Pasien
Untuk mengetahui perkembangan pasien dilakukan evaluasi dan monitoring
meliputi status gizi berdasarkan antropometri, perkembangan laboratorium,
pemeriksaan fisik klinis, perkembangan asupan makanan.
a. Status Gizi (Antropometri)
Pemantauan status gizi pasien berdasarkan berat badan dilakukan setiap hari
selama pelaksanaan monitoring dan evaluasi kasus yaitu pada tanggal 9 - 11 April
2013.
Tabel 22 .Perkembangan berat badan pasien
Indikator berat badan
BBA (Berat Badan Aktual)
BBI (Berat Badan Ideal)

tanggal monitoring evaluasi


09/04/2013 10/04/2013 11/04/2013
5,8
5,8
5,9
8,7
8,7
8,7

69

Perkembangan BB
10
8

BBA

6
Berat badan

BBI

4
2
0
41373

41374

41375

Gambar 6. Perkembangan berat badan


Berdasarkan grafik di atas, monitoring dan evaluasi terhadap berat badan
dilakukan setiap hari dari tanggal 9-11 April 2013. Berat badan Ideal pasien yaitu
8,7 kg. Berat badan pada tanggal 9/04/2013 dan 10/04/2013 yaitu 5,8 kg dan pada
tanggal 11/04/2013 yaitu 5,9kg.Meskipun masih dibawah berat badan Ideal,
namun terdapat kenaikan 0,1 kg pada hari ketiga intervensi. Hal ini bisa terjadi
karena kondisi dehidrasi pasien mulai teratasi dan asupan pasien selama intervensi
terus meningkat.
b. Data Laboratorium
Tabel 23. Hasil Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal
8-04-13

Penilaian
Hemoglobi

Hasil
10,8

Standart
12 -16

Satuan
g/dl

Keterangan
Rendah

n
Hematokrit
Kalium
Natrium
Klorida

35,6
4,4
137
101

37 - 47
3,5 5,1
136 - 145
98 - 107

%
mmol
mmol
mmol

Rendah
Normal
Normal
Normal

70

Selama Monitoring dan evaluasi 3 hari, tidak ada hasil laboratorium terbaru dari
pasien, sehingga tidak terlihat perkembangan Hb dan hct pasien selama monitoring
evaluasi berlangsung. Sedangkan Untuk keseimbangan elekrolit pasien, pada data
awal, elektrolit tetap normal meskipun mengalami dehidrasi ringan, yang artinya
dehidrasi pada pasien belum menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit pada
pasien.

c. Data fisik/klinis
Tabel 24. Hasil Monitoring dan Evauasi Pemeriksaan Fisik/klinis
Pemeriksaan
Kesadaran
Umum

Respirasi
Nadi
Suhu

Monitoring evaluasi
9-4-2013
10-04-2013
11-04-2013
Compos
Compos
Compos

Normal
Compos

Mentis,

Mentis,

Mentis,

Mentis

Gelisah

senyum

senyum

Normal

Mata cekung +
42x/menit
134x / menit
37 C

Mata cekung +
40x/ menit
130x / menit
36C

Mata cekung 45x/menit


140 x/menit
36C

>36 C

71

(aksiler)
BAB

Mencret 1 x

Kental 1 x

Kental 1 x

Kental

Monitoring dan evaluasi dari pemeriksaan fisik klinis meliputi, keadaan


umum, respirasi, nadi, suhu dan frekuensi serta konsistensi BAB pasien. Keadaan
umum pasien yaitu sadar namun gelisah dengan keadaan mata cekung pada hari
pertama monitoring (9-04-2013). Pada hari kedua (10-04-2013) pasien sudah
mulai bisa tersenyum meski keadaan mata masih sekung. Mata cekung pada bayi
merupakan tanda terjadinya dehidrasi pada bayi. Pada hari ketiga (11-04-2013),
keadaan umum pasien sadar dan sudah mulai sering tersenyum, mata pada pasien
juga sudah membaik (tidak cekung). Respirasi pasien antara 40-45x/menit,
sedangkan pada buku II tatalaksana gizi buruk, bayi berumur 2-12 bulan dikatakan
pneumonia jika pernafasan cepat > 50 x/menit,sehingga pasien ini belum
terdiaagnosa

pneumonia, namun masih suspect. Suhu aksiler pasien selama

monitoring 3 hari yaitu antara 36-37 C. Suhu ini masih termasuk normal, pasien
tidak mengalami hipotermia, karena pasien gizi buruk dikatakan mengalami
hipotermia jika suhu aksiler <36,5 C. Pemeriksaan fisik klinis terakhir yaitu pada
BAB pasien. Monitoring terhadap Frekuensi dan konsistensi BAB menunjukkan
perkembangan diare pada pasien, pada hari pertama (09-04-2013), pasien masih
mencret 1x, sedangkan pada hari kedua (10-04-2013) dan hari ketiga (11-042013), BAB pasien mulai kental sebanyak 1x sehari, Artinya diare pada pasien
mulai teratasi.

72

d. Perkembangan Diet
Tabel 25. Perkembangan diet pasien
Pelaksanaan
Intervensi
Jenis Diet
Jenis Makanan
Frekunesi

9-04-2013
F75 90 ml
Cair
8 x pemberian

Tanggal pelaksanaan
10-04-2013
F75 95 ml
Cair
8 x pemberian

11-04-2013
F100 110 ml
Cair
8 x pemberian

pemberian
Pada pelaksanaan intervensi pertama (9-04-2013), Dilakukan tatalaksana gizi
buruk dengan fase stabilisasi, pada fase ini jenis diet yang diberikan adalah F75 90
ml dengan 8 kali pemberian. Volume cairan yang diberikan berdasarkan syarat diet
menurut berat badan pasien. Pada hari pertama pengambilan kasus, berat badan
yang tertera pada rekam medis pasien yaitu 5,6 kg, sehingga rekomendasi diet
yang diberikan pada hari pertama yaitu diet berdasarkan berat badan tersebut,
namun setelah dilakukan penimbangan ulang terhadap berat badan pasien dihari
yang sama, ternyata berat badan badan pasien adalah 5,8 kg. Pengukuran
dilakukan pada saat pasien menggunakan baju, namun baju pasien tipis sehingga
tidak begitu berpengaruh terhadap berat badan. Hal tersebut merupakan kesalahan,
sehingga pemberian cairan dan kalori pada formula 75 pada hari pertama tersebut
masih dibawah syarat diet dan kebutuhan pasien, sehingga intevensi hari kedua
(10-04-2013) masih pada fase stabilisasi namun jumlah cairan yang diberikan
ditingkatkan menjadi 95 ml dengan 8 x pemberian. Pada intervensi hari ketiga (1104-2013) juga dilakukan penimbangan pada berat badan, hasilnya yaitu 5,9 kg.
Berdasarkan hasil catatan perkembangan pasien pada hari ketiga tersebut,

73

pemeriksaan fisik klinis pasien mulai membaik, diare dan dehidrasi juga mulai
teratasi sehingga berdasarkan koordinasi antara perawat, dokter dan ahli gizi,
pasien mulai masuk ke fase transisi dan diberikan formula 100. Formula ini juga
diberikan 8 x pemberian dengan volume 110 ml per pemberian.
e. Perkembangan asupan makanan
Tabel 26. Asupan makan pasien selama 3 hari
Tanggal monitoring dan evaluasi
09-03-2013
10-03-2013
11-03-2013
Asupan Enteral (ml)
540
665
730
Asupan Oral (ml)
30
65
125
Total asupan (ml)
570
730
855
Penyajian (ml)
720
760
880
Prosentase
79,16%
96,05%
97,16%
Berdasarkan tabel di atas, asupan pasien selama 3 hari meningkat mendekati
Data

kebutuhan. Pada hari pertama (09-04-2013) asupan pasien terhadap formula 75


hanya 76%, hal ini dikarenakan pada pemberian di jam pertama, NGT pada pasien
terlepas sehingga F75 diberikan secara oral. Pada hari pertama ini, pasien masih
rewel dan gelisah sehingga pemberian pertama dengan volume 90ml hanya
diminum 30ml melalui oral. Selain itu, pada pemberian ke-5 (jam 01.00 WIB),
perawat lupa untuk memberikan formula melalui NGT sehingga pemberian ke 5
diberikan 2jam berikutnya (jam 03.00 WIB), pemberian ke 6 (jam 04.00 WIB)
diberikan pada jam (jam 06.00 WIB). Hal tersebut menyebabkan pemberian ke 7
(jam 07.00 WIB) tidak diberikan karena pasien sudah merasa kenyang pada
pemberian ke 6. Akhirnya pemberian ke 8 yang seharusnya diberikan jam 10.00
WIB diberikan pada jam 09.30 WIB untuk mengurangi rentang waktu yang terlalu

74

jauh terhadap pemberian formula. Hal inilah yang menyebabkan asupan pasien
rendah pada hari pertama.
Pada hari kedua (10-04-2013) yang masih menggunakan formula 75, asupan
pasien mulai meningkat daripada hari pertama. Kondisi pasien sudah mulai
membaik, sehingga selain melalui NGT pemberian Formula sedikit demi sedikit
diberikan melalui oral untuk membiasakan pasien terhadap rasa dari formula
tersebut. Pada hari kedua ini, pemberian formula masih sebanyak 8 x pemberian
(per 3 jam), dimana volume setiap pemberian adalah 95ml disesuaikan dengan
berat badan pasien. Formula diberikan melalui NGT sebanyak 85% dan 15%
melalui oral. Setiap memberian NGT, semua masuk tanpa ada yang dimuntahkan,
sedangkan sisanya yang diberikan melalui oral, ibu pasien memberikan sedikit
sedikit. Dari pemberian secara oral terkadang ada sisanya karena pasien sudah
tidak mau atau karena formula sudah terlalu lama didiamkan (lebih dari 1 jam).
Pemberian formula 20% secara oral ini hanya dilakukan pada siang hari saat
pasien tidak tidur, sedangkan pada malam hari, semua volume pemberian masuk
lewat NGT. Hal ini menyebabkan asupan pada hari kedua lebih baik dibandingkan
hari pertama.
Pada hari ketiga (11-04-2013), Volume dan energi ditingkatkan menjadi
formula 100 dengan volume 110 ml dalam 8 x pemberian. Pada pemberian dihari
ketiga ini juga dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui NGT dan Oral dimana
pemberian melalui oral ditingkatkan dari 15% menjadi 30% dan melalui NGT 70%
pada siang hari, sedangkan pada malam hari tetap 100% diberikan melalui NGT.

75

Di hari ketiga ini, asupan melalui oral lebih banyak dibandingkan hari kedua jadi
sisa formula yang tidak diminum juga semakin sedikit.hal tersebut menunjukkan
peningkatan asupan pada pasien dibandingkan hari pertama dan hari kedua.

f. Perkembangan asupan zat gizi

Perkembangan Asupan
1200
1000
800
kalori

kebutuhan
asupan

600
400
200
0
41342

41343

41344

Gambar 6. Perkembangan asupan (E, P, L, KH, C)


Berdasarkan grafik tersebut diatas, asupan pasien selama 3hari semakin
meningkat. Hal ini dikarenakan kondisi pasien semakin lama semakin membaik.

76

Pada hari pertama, asupan makanan dibawah kebutuhan karena adanya faktor
teknis seperti lepasnya selang NGT pasien, sedangkan kondisi pasien masih lemah
dan rewel sehingga sulit untuk diberikan secara oral, selain itu faktor dari
ketidaktepatan waktu pemberian formula dikarenakan pemberi formula lupa jam
pemberian sehingga menyebabkan kurangnya asupan pasien pada hari pertama
tersebut. Pada hari kedua, asupan pasien sudah mendekati kebutuhan pasien, pada
hari kedua ini pemberian mulai dicobakan secara oral sehingga masih terdapat sisa
sedikit dari formula yang terkadang tidak dihabiskan karena pasien sudah tidak
mau minum. Namun pada hari tersebut, daya terima pasien sudah baik terhadap
formula sehingga mempermudah pengenalan formula ini untuk dibiasakan
dirumah. Pada hari ketiga, asupan pasien menjadi lebih mendekati kebutuhan,
asupan melalui oral pun semakin banyak.
Dalam formula tersebut terdapat protein, lemak dan karbohidrat, sehingga
peningkatan asupan energi tersebut di atas, juga mencerminkan peningkatan
asupan protein, lemak dan karbohidrat.
g. Pemulangan pasien.
Berdasarkan kriteria pemulangan pasien pada buku tatalaksana gizi buruk,
pasien dipulangkan karena sudah memenuhi beberapa kriteria tersebut yaitu selera
makan pasien sudah baik, pasien sudah tidak cengeng dan bisa tersenyum, suhu
tubuh normal, diare mulai teratasi dan terjadi kenaikan berat badan pada pasien
sebanyak 0,1 kg.

77

3. Hasil Evaluasi Konseling Gizi


Berdasarkan konseling gizi yang dilakukan pada keluarga pasien, diperoleh hasil
bahwa keluarga pasien terlihat antusias, mendengarkan dan menyimak materi
konseling yang diberikan. Hal tersebut bisa dilihat umpan balik dari keluarga pasien
dengan menanyakan kembali hal yang kurang jelas, khususnya yang berkaitan dengan
higyene dan sanitasi pada persiapan, pengolahan dan perilaku dalam memberikan
makanan pada pasien.

4. Rencana Tindak Lanjut


Selama 3 hari intervensi, keadaan pasien membaik sehingga pasien diperbolehkan
pulang. Untuk itu, rencana tindak lanjut yang dilakukan yaitu pemberian formula
untuk pasien agar dibawa pulang untuk diminum dirumah. Setelah itu, diharapkan
keluarga pasien rutin membawa pasien ke puskesmas agar diberikan makanan
tambahan untuk meningkatkan status gizi pasien.

78

V. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GIZI TENTANG GIZI IBU MENYUSUI

A.

Latar Belakang
Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan

kondisi yang alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan. Selama
kehamilan, hormon estrogen dan progesteron akan merangsang pembentukan air
susu ibu. Setelah melahirkan, kedua hormon

tersebut akan digantikan oleh

hormon prolaktin dan oksitosin yang menyebabkan mio-epitel kelenjar susu


berkontraksi sehingga air susu keluar (Ladewig, 1986).
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayinya.
Salah satunya karena air susu tidak keluar. Penyebab air susu tidak keluar juga
tidak sedikit, mulai dari stress mental sampai ke penyakit fisik, termasuk malgizi.
Gizi ibu yang kurang baik, diit yang terlalu ketat pasca bersalin, dan penurunan

79

berat badan yang sangat drastis akan

menurunkan produksi ASI dan

mempengaruhi pemberian ASI pada bayi. Dampak dari kurangnya konsumsi ASI
pada bayi dapat mengakibatkan terjadinya gagal tumbuh ( failure to thrive) pada
bayi (Soetjiningsih, 1997).
Asupan gizi yang kurang menyebabkan kebutuhan gizi yang diperlukan untuk
memproduksi ASI diambil dari tubuh ibu. Jika keadaan ini dibiarkan berlarutlarut, maka selain kondisi tubuh ibu akan terganggu, produksi ASI pun akan
berkurang, kualitasnya menurun, dan jangka waktu menyusui menjadi relatif
singkat (Kasdu, 2001).
Menurut Burns (2000), Ada beberapa zat gizi yang harus banyak dikonsumsi
ibu menyusui, yaitu protein, lemak dan banyak buah-buahan dan sayuran. Minum
banyak cairan berupa air putih, susu, teh dan sari buah untuk memulihkan tenaga
setelah melahirkan, merawat bayi dan pekerjaan lain yang

harus dilakukan

sehingga pemberian makanan yang baik dan bergizi tinggi akan membantu tubuh
ibu segera sehat dan kuat dengan cepat setelah melahirkan (Sari, 2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan, peserta mampu memahami gizi pada ibu menyusui
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat
menjelaskan tentang:

80

a.

Pengertian gizi untuk ibu menyusui

b.

Kebutuhan gizi ibu pada masa menyusui

c.

Dampak kekurangan gizi pada ibu menyusui

d.

Hal yang harus dihindari saat menyusui

C. Pelaksanaan Penyuluhan
1. Sasaran
Pasien post partum ruang Nusa Indah 2 RSUD Sleman yang akan pulang.
2. Penyuluh
Penyaji materi

: Widya Agustini

Moderator

: Tri Jayanti

Operator

: Moch. Amir

Notulen

: Hevi Pujianingsih

3. Waktu dan Durasi


Waktu pelaksanaan penyuluhan: Jumat, 8 Maret 2013.
Durasi penyuluhan selama 30 menit.
4. Tempat
Penyuluhan dilaksanakan di klinik laktasi bangsal Nusa Indah (OBG) RSUD
Sleman.
5. Materi

81

a.

Pengertian gizi ibu menyusui.


Gizi ibu menyusui adalah makanan sehat yang seimbang yang mengandung
protein, lemak, mineral, air dan karbohidrat yang dibutuhkan oleh ibu menyusui
dalam jumlah tertentu selama menyusui (Mustanir, 2013).

b.

Kebutuhan Zat Gizi Ibu Menyusui (Khaerunnisa, 2011) yaitu:


1) Kalori
Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah ASI yang
dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama kehamilan.
Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah
70 kal/100 ml, dan kira-kira 85kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang
dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 500 Kal per hari untuk 6 bulan
pertama dan 500 Kal per hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah
susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2300-2600 Kal ketika
menyusui.
2) Protein
Ibu memerlukan tambahan 17 gr diatas kebutuhan normal ketika menyusui.
Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 Kal yang dianjurkan.
3) Cairan

82

Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan
ibu menyusui minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu dan jus
buah.
4) Vitamin dan mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi dari pada masa
hamil.

Menurut Qomaruzzaman (2012), zat gizi yang dibutuhkan oleh ibu menyusui
setiap hari:
a) Nasi

= 400 gr/hr

= 4 piring

b) Lauk Hewani

= 160 gr/hari = 4 potong

c) Lauk Nabati
Tempe

= 100 gr/hari = 4 potong / tahu = 200 gr/hari = 4

potong
d)Sayuran

= 225 gr/hari = 3 mangkuk

e) Buah

= 300 gr/hari = 3 potong

f) Susu

= 400ml/hari = 2 gelas

g)Gula

= 25 gr/hari

= 5 sdt

= setara dengan 100 kalori (max 15% dari total


kebutuhan)
h)Air

= 8-12 gelas/hari.

83

Berikut ini adalah tabel kebutuhan gizi ibu menyusui.


Tabel 27. Kebutuhan gizi ibu menyusui
Zat Gizi
Energi
Protein (gram)
Vitamin A (RE)
Vitamin C (mg)
Besi (gram)
Yodium ()
Kalsium (mg)
c.

Wanita Dewasa
Tidak Menyusui
2100
50
500
75
26
150
800

Ibu menyusui
0-6 bulan
+500
+17
+350
+45
+6
+50
+350

7-12 bulan
+550
+17
+300
+45
+6
+50
+350

Dampak kekurangan gizi pada ibu menyusui.


Kekurangan gizi pada ibu menyusui selain menimbulkan gangguan kesehatan

pada ibunya juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada bayinya, karena
air susu ibu mengandung banyak substansi anti infeksi dan faktor-faktor proteksi
terhadap berbagai virus dan organisme yang membahayakan. Kekurangan zat-zat
esensial dapat menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang (Qomaruzzaman,
2012).

84

Gangguan kesehatan anak meliputi proses pertumbuhan dan perkembangan


anak terganggu, bayi mudah sakit dan mudah terkena infeksi. Kekurangan gizi
esensial (penting) menimbulkan gejala-gejala yang khas seperti gangguan pada
mata akibat kekurangan vitamin A, serta gangguan tulang akibat kekurangan
vitamin D (Khaerunnisa, 2011).
d.

Hal yang harus dihindari saat menyusui


Saat menyusui minuman keras sebisa mungkin dihindari. Selain itu merokok
selama menyusui dapat membahayakan bayi dan mengurangi produksi susu.
Penggunaan pil KB selama menyusui harus dihindari sebab dampak jangka
panjang hormon dalam pil masih belum diketahui. Pil KB juga diketahui
mengurangi produksi susu. Namun, pil POP (Progesteron Only Pil / low-dose)
tidak mempengaruhi produksi susu, dan pada kasus khusus pil ini boleh di
gunakan (misalnya pada kasus ibu Diabetes yang tidak boleh hamil). Namun,
kebanyakan wanita sebaiknya menggunakan metode KB alamiah, kondom, atau
IUD daripada menggunakan KB hormonal (Reksani, 2012).

Contoh menu sehari:


Pagi
a.

Nasi

b.

Ayam bb kare

85

c.

Tahu perkedel kukus

d.

Ca buncis wortel

Selingan pagi pukul 10.00


a.

Singkong

b.

Susu

Siang
a.

Nasi

b.

Pepes ikan

c.

Telur bb balado

d.

Tempe bacem

e.

Sayur bayam

86

f.

Pisang

Selingan sore pukul 16.00


Bubur Kacang Hijau
Malam
a.

Nasi

b.

Daging bumbu semur

c.

Gadon tahu

d.

Sayur lodeh

e.

Jeruk

6. Metode
Metode yang digunakan berupa ceramah dan tanya jawab
7. Proses dan Rencana Kegiatan
a.

Persiapan

: persiapan alat penyuluhan dan pemanggilan pasien ke klinik

laktasi.

b.

Rencana kegiatan.

87

Tabel 28. Rencana Kegiatan Penyuluhan


No.

Tahapan

Waktu

1.

Pembukaan

Kegiatan
Penyuluh
a.Memberi salam

Peserta
a.Menjawab salam

menit b.Memperkenalkan diri


2.

Inti

15

b.Mendengarkan

c.Menjelaskan tujuan
Menjelaskan tentang:

a.Menyimak

menit a.Pengertian gizi untuk ibu menyusui b.Mendengarkan


b.Kebutuhan gizi ibu pada masa

dan

memperhatikan

menyusui
c.Dampak kekurangan gizi pada ibu
menyusui
d.Hal
3.

Penutup

10

yang

harus

dihindari

menyusui
a.Bertanya dan menjawab pertanyaan a.Bertanya

menit b.Memberi kesimpulan


c.Menyampaikan hasil kesimpulan
d.Evaluasi
e.Memberi salam

8. Alat bantu
Leaflet, laptop sebagai media presentasi, food model
9. Biaya
Sumber

saat

b.Menjawab pertanyaan
c.Mendengarkan

dan

memperhatikan
d.Menjawab pertanyaan

88

Biaya secara mandiri untuk pembelian doorprice untuk pasien dan pembelian
kertas leaflet.

D. Evaluasi Penyuluhan
1. Evaluasi
a.

Peserta

Tabel 29. Daftar Peserta yang terdiri dari 7 orang pasien.


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nama Pasien
Ny. D.S
Ny. I
Ny. AA
Ny. R
Ny. BM
Ny. W
Ny. A.W

1) Respon peserta sudah cukup baik dalam menyempatkan waktu ikut


penyuluhan, memperhatikan dan menyimak penjelasan materi.
2) Namun beberapa peserta kurang antusias dalam mengikuti penyuluhan,
kurang responsif dalam sesi tanya jawab.
b.

Penyuluh

1) Moderator tidak menyampaikan tujuan penyuluhan dan tidak memberikan


kesimpulan.
2) Penyaji materi kurang tepat dalam memberikan jawaban pada peserta.

89

3) Hanya mengajukan 3 pertanyaan dari 4 pertanyaan dikarenakan doorprice


tidak cukup.
Tabel 30. Pelaksanaan penyuluhan:
No
.
1.
2.

Tahapan
Pembukaan
Inti

Kegiatan

Waktu

Penyuluh

5Memberi salam

Peserta
a. Menjawab salam

menit
Memperkenalkan diri
10 Menjelaskan tentang:

b. Mendengarkan
a. Menyimak

menit a. Pengertian gizi untuk ibub. Mendengarkan


menyusui

dan

memperhatikan

b. Kebutuhan gizi ibu pada


masa menyusui
c. Hal yang harus dihindari saat
3.

Penutup

menyusui
10 a. Bertanya dan
menit

pertanyaan
b. Evaluasi
c. Memberi salam

menjawab a.Bertanya
b. Menjawab
pertanyaan
c. Mendengarkan dan
memperhatikan
d. Menjawab

pertanyaan
Menurut rencana kegiatan, penyuluhan dilakukan selama 30 menit dengan
rincian pembukaan 5 menit, inti 15 menit dan penutup 10 menit. Dalam
kegiatannya, penyuluhan hanya dilakukan selama 25 menit, dimana inti kegiatan
hanya dilakukan selama 10 menit.
d. Penutup
Pertanyaan dari pasien:

90

Apakah kandungan dari minuman cola cala, sprite, Mizone dan pocari sweet dan
bolehkah untuk ibu menyusui?
Jawaban: minuman cola cala dan sprite merupakan minuman berkarbonasi yang
dapat membahayakan bagi kesehatan, sedangkan Mizone dan pocari sweet
merupakan minuman yang mengandung BTM (Bahan Tambahan Makanan)
berupa penguat asam seperti asam sitrat.
Pertanyaan dari penyuluh:
1) Apakah pengertian gizi untuk ibu menyusui?
Jawaban: makanan yang mengandung protein, karbohidrat yang seimbang (Ny.
Ami Wijayanti).
2) Apa saja kebutuhan gizi ibu pada masa menyusui?
Jawaban: 3) Hal apakah yang harus dihindari saat menyusui?
Jawaban: alkohol, minuman keras, pil KB (Ny. Anis A).

Kesimpulan:
Berdasarkan evaluasi tersebut di atas, kesimpulannya adalah:
1) Respon peserta sudah cukup baik terhadap penyuluhan ini meskipun kurang
antusias dalam menjawab pertanyaan.
2) Persiapan dari Penyuluh beserta tim kurang, baik dari perlengkapan maupun
penguasaan materi.

91

3) Pelaksanaan penyuluhan tidak sesuai dengan rencana kegiatan.

2. Hambatan Dan Pemecahan Masalah


Tabel 31. Hambatan Dan Pemecahan Masalah
No
.
1.
2.

Hambatan

Pemecahan Masalah

Jawaban untuk peserta kurang tepat

Pemateri harus lebih menguasai materi yang

Waktu tidak sesuai dengan rencana

akan disampaikan
Penyesuaian waktu yang ditentukan dengan
kegiatan yang dilakukan, jadi jangan terlalu
cepat atau lambat dalam menyampaikan

3.

Peserta kurang responsif

materi.
Pemateri harus bisa menyampaikan materi
dengan komunikasi dan penyampaian yang
baik agar dapat meningkatkan antusias
peserta dalam menyimak penyajian materi,
bisa diselingi dengan pertanyaan atau
tanggapan yang lucu.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Sistem penyelenggaraan makanan di RSUD Sleman menggunakan sistem Outsourcing dengan alur dari makanan siap saji datang sampai makanan siap disajikan
pada pasien.

92

2. Status gizi pasien Diare Cair Akut dehidrasi ringan suspect pneumonia termasuk
gizi kurang, namun dalam penatalaksanaan diet dilakukan penanganan tatalaksana
gizi buruk.
3. Berdasarkan data fisik klinik pasien, keadaan pasien mulai membaik dan dehidrasi
mulai teratasi.
4. Asupan makan pasien semakin hari semakin membaik yang terlihat dari terjadinya
peningkatan pada grafik asupan pasien yang mendekati kebutuhan pasien.
5. Berdasarkan hasil konseling gizi, keluarga pasien mengerti tentang penjelasan
yang diberikan tentang isi leaflet yang dijelaskan.
6. Pendidikan dan pelatihan yang telah dilakukan dengan tema Gizi Ibu Menyusui
berjalan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari bersadarkan respon dari sasaran
yang cukup baik menanggapi materi yang telah disampaikan.

B. Saran
1. Penyampaian materi tentang gizi klinis lebih diperbanyak pada jam mata
kuliah dikampus.
2. Lebih banyak praktikum pada pasien dengan atau tanpa komplikasi penyakit
untuk menambah keterampilan mahasiswa dalam penatalaksanaan asuhan
gizi.

93

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Adisty. 2012. Asuhan Gizi Nutrition Care Process. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Anonim. Contoh Makanan Sehat Untuk Ibu menyusui.
http://sidomi.com/1113/contoh-makanan-sehat-untuk-ibu-menyusui/. Di akses
pada 28 februari 2013.

94

Burns, A.A et al. (2000). Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Achmad, J
(ed). Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Depkes, 2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Cetakan Ketiga. Jakarta:
Departemen kesehatan.
Himawan, Arif Wahyu. 2006. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Dengan Status Gizi
Balita Di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang. Skripsi,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Kasdu, D dkk.(2001). Info Lengkap Kehamilan & Persalinan (edisi 1). Jakarta : 3G
Publisher
Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan Hygiene Sanitasi
Jasaboga
Khaerunnisa, Hana. 2011. Gizi Pada Ibu menyusui. http://hanakhaerunnisa.blogspot.com/2011/08/gizi-pada-ibu-hamil.html. di akses pada 28
februari 2013.
Khoiri, Idah Fitri. 2009. Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru.Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera
Utara, Medan
Ladewig, P.A et al. (1986). Essentials of Maternal-Newborn Nursing. AddisonWesley Publishing Company.
Mustanir, Fikru. 2013. Satuan Acara Penyuluhan Gizi Ibu Menyusui - Baru.
http://www.slideshare.net/almustanir/sap-giziibumenyusuibaru-1654705.
diakses pada 28 februari 2013.
Qomaruzzaman, oscar. 2011. Satuan Acara Pembelajaran Gizi Pada
Ibu
Menyusui.
file:///E:/PKL/SAP%20ObgynQ/Oscar
%20Qomaruzzaman%20Blog%20%20Satuan%20Acara
%20Pembelajaran%20Gizi%20Pada%20Ibu%20Menyusui.htm.
Di akses pada 28 februari 2013.
Reksani, lina. 2012. Makalah Gizi pada Ibu Menyusui.
http://linareksani.blogspot.com/2012/05/makalah-gizi-pada-ibumenyusui.html. diakses pada 28 Februari 2013.

95

Sari, septina. 2010. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi
Ibu Menyusui Di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu. Skripsi.
Universitas Sumatra Utara.
Soetjiningsih. (1997). Masalah-masalah yang sering terjadi pada masa menyusui.
Jakarta : EGC

96

Lampiran 1. Skrining gizi

Lampiran 2. Rekomendasi Diet

97

Rekomendasi I
Fase Stabilisasi Hari ke-1 (H1)
Fase ini merupakan fase untuk menstabilkan kondisi yang mengancam jiwa
seperti adanya diare yang disertai dengan dehidrasi ringan dan adanya demam.
Kebutuhan Energi pada fase stabilisasi.
1) Energi: 100 Kal/kg BB/hari
2) Protein 1-1,5 gram/kg BB/hari
3) Cairan 130 cc/kg BB/hari
4) 8 x pemberian

Berat Badan= 5,6 kg

Untuk Berat Badan 5,6 kg dengan 8x pemberian maka volume F75 per 1 x
makan yaitu 90 ml (Tabel tatalaksana gizi buruk, 2011).
Total pemberian selama 24 jam yaitu = 90 x 8 = 720 ml
Tabel 32. F75 pada fase stabilisasi H1

Bahan

Gram

Susu Skim
Gula
Minyak
Mineral Mix
TOTAL

18
72
21,6
14,4 ml

Energi
(Kal)
67,5
276,92
216
560,42

Nilai Gizi
P (gr)
L (gr)
6,3
6,3

21,6
21,6

KH

Mineral

(gr)

(ml)

9
66,46
75,46

2,12
2,12

Tabel 33. Asupan makan pasien selama 24 Jam (H1)


Jam

Jumlah yang Jumlah pemberian Jumlah


diberikan

lewat NGT (ml) (a)

pemberian lewat

sisa

asupan

98

13.00
16.00
19.00
22.00
01.00
04.00
07.00
10.00
TOTAL

(ml)
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
720 ml

mulut (ml) (b)


30 ml
30 ml

90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
540 ml

70 ml
70 ml

( a + b)
30 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
570 ml

Rekomendasi II
Fase Stabilisasi Hari ke-2 (H2)
Kebutuhan Energi:
1) Energi: 100 Kal/kg BB/hari
2) Protein 1-1,5 gram/kg BB/hari
3) Cairan 130 cc/kg BB/hari
4) 8 x pemberian

Berat Badan= 5,8 kg

Untuk Berat Badan 5,8 kg dengan 8 x pemberian maka volume F75 per 1 x
makan yaitu 95 ml (Tabel tatalaksana gizi buruk, 2011).
Total pemberian selama 24 jam yaitu = 95 x 8 = 760 ml

Tabel 34. F75 pada fase stabilisasi H2

Bahan
Susu Skim
Gula
Minyak
Mineral Mix

Gram
19
76
22,8
15,2 ml

Energi (Kal)
71,25
292,3
228
-

P (gr)
6,65
-

Nilai Gizi
L (gr)
KH
22,8
-

(gr)
9,5
70,15
-

Mineral
(ml)
2,24

99

TOTAL

591,55

6,65

22,8

79,65

2,24

Tabel 35. Asupan makan pasien selama 24 Jam (H2)


Jam

13.00
16.00
19.00
22.00
01.00
04.00
07.00
10.00
TOTAL

Jumlah yang Jumlah pemberian Jumlah

Sisa

diberikan

lewat NGT (ml) (a)

pemberian lewat (ml)

asupan

(ml)
95 ml
95 ml
95 ml
95 ml
95 ml
95 ml
95 ml
95 ml
760 ml

80 ml
80 ml
80 ml
95 ml
95 ml
95 ml
70 ml
70 ml
665 ml

mulut (ml) (b)


15 ml
10 ml
15 ml
25 ml
65 ml

( a + b)
95 ml
90 ml
80 ml
95 ml
95 ml
95 ml
80 ml
95 ml
730 ml

5 ml
15 ml
10 ml
30 ml

Rekomendasi III
Fase Transisi Hari ke-1 (H1)
Fase ini dapat dilakukan saat anak kondisi anak mulai stabil maka jumlah
makanan pun bisa ditingkatkan agar anak siap memasuki fase selanjutnya
(rehabilitasi).
Kebutuhan Energi: (F100)
1) Energi: 150 Kal/kg BB/hari
2) Protein 2-3 gram/kg BB/hari
3) Cairan 150 cc/kg BB/hari

100

4) 8 x pemberian

Berat Badan= 5,9 kg

Untuk Berat Badan 5,9 kg dengan 8x pemberian maka volume F100 per 1 x
makan yaitu 110 ml (Tabel tatalaksana gizi buruk, 2011).
Total pemberian selama 24 jam yaitu = 110x 8 = 880 ml
Tabel 36. F100 pada fase transisi H1

Bahan

Gram

Susu Skim
Gula
Minyak
Mineral Mix
TOTAL

74,8
44
52,8
17,6 ml

Energi (Kal)

P (gr)

280,5
169,23
528
977,73

6,3
6,3

Nilai Gizi
L (gr)
KH
52,8
52,8

(gr)
37,4
40,62
78,02

Mineral
(ml)
2,59
2,59

Tabel 37. Asupan makan pasien selama 24 jam (H1)


Jam

13.00
16.00
19.00
22.00
01.00
04.00
07.00
10.00
TOTAL

Jumlah yang Jumlah

Jumlah

diberikan

pemberian lewat pemberian

(ml)

NGT (ml)

lewat

110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
880 ml

80 ml
80 ml
80 ml
110 ml
110 ml
110 ml
80 ml
80 ml
730 ml

(ml)
25 ml
30 ml
20 ml
30 ml
20 ml
125 ml

Perkiraa

n sisa

asupan

mulut

( a + b)
5 ml
10 ml
10 ml
25 ml

105 ml
110 ml
100 ml
110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
100 ml
855 ml

101

Lampiran 3. Daftar Hadir Penyuluhan

102

Lampiran 4. Leaflet

103

104

105

Lampiran 5. Foto/ gambar

106

Bahan-bahan pembuatan formula 75 dan 100 WHO

Pembuatan formula WHO

Formula WHO

Anda mungkin juga menyukai