PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Politeknik
Negeri
Jember
merupakan
perguruan
tinggi
yang
menyelesaikan
serangkaian
tugas
menghubungkan
pengetahuan
PKL
mahasiswa
bertindak
sebagai
tenaga
kerja
di
kebutuhan
yang
dianjurkan
serta
mempertahankan
status
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta pemahaman mahasiswa
mengenai kegiatan Rumah Sakit yang layak dijadikan tempat PKL.
b. Meningkatkan keterampilan pada bidang keahliannya msing-masing agar
mahasiswa mendapat cukup bekal untuk bekerja setelah lulus.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan PKL, mahasiswa diharapkan :
a. Memahami manajemen asuhan gizi, penyelenggaraan makanan, serta
manajemen pengawasan mutu makanan dalam pelayanan Rumah Sakit.
b. Mampu menilai status gizi pasien dan mengidentifikasi individu dengan
kebutuhan gizi tertentu.
c. Mampu merencanakan pelayanan gizi pasien.
d. Mampu menyusun menu sesuai dengan kondisi penyakit dan dietnya.
e. Mampu menilai kandungan gizi diet enteral dan parenteral yang sesuai
dengan kondisi pasien.
f. Mampu merencanakan perubahan pemberian makan pasien.
g. Mampu mengevaluasi standar menu dan standar resep terkait pemesanan
diet khusus/enteral.
h. Mampu memantau pelaksanaan pemberian diet.
i. Dapat memberikan konseling gizi untuk pasien dengan kondisi medis
komplek.
C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengembangkan keterampilan tertentu yang tidak
diperoleh di Politeknik Negeri Jember.
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan kompetensi
bidang keahliannya.
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengelola suatu penyelengaraan makanan
serta memiliki kemampuan dalam melaksanakan asuhan gizi pada pasien.
I
11-12
II III
13 feb 2
feb
Orien
mar
MSPM
IV
04 14 mar
Promkes
tasi &
pre
test
V
15-16
mar
mar
Evalua Orient
si &
OBG
Poli
rawat
MINGGU
VI
VII VIII IX
X
1819
20 mar 27 apr
IPD 1
IPD 2
asi &
post
pre
test
test
BED
AH
OBG
XI
XII
1-2
3-4
AN
mar
mar
Penye Eval
mar
Post
AK
lesaia
test
29-30
Konseling gizi *
jalan
INSTALASI GIZI
uasi
n
lapor
an
INSTALASI GIZI
*=k
mengenal sebagai Rumah Sakit Murangan .Bahkan hingga sekarang meskipun nama RSUD Sleman sudah ditetapkan sejak
tahun 1977, namun nama Rumah Sakit Murangan lebih lekat dan lebih familier bagi masyarakat stakeholders.
Tahun 1977 RSUD Sleman dinyatakan berdiri secara resmi sebagai Rumah Sakit Umum Pemerintah dengan tipe D berdasarkan
Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 01065/Kanwil/1977.
Status tipe D ini dimiliki RSUD Sleman selama lebih dari sepuluh tahun. Perubahan tipe/kelas D ke kelas Cdiperoleh pada tanggal 15
Februari 1988. Setelah dinaikkan tipenya, setelah dinyatakan memenuhi persyaratan dalam penilaian Tim Departemen Kesehatan RI.
Kenaikan kelas C ke kelas B non- pendidikan tersebut diperoleh sejak bulan Desember tahun 2003.
2. Gambaran Umum Instalasi Gizi RSUD Sleman
Instalasi gizi merupakan wadah yang mengelola pelayanan gizi secara efektif, efisien dengan kualitas yang optimal meliputi
penyediaan, pengelolaan, dan penyaluran makanan, tetapi gizi dan konsultasi gizi, pendidikan dan pelatihan, pengkajian, dan
pengembanga nmelalui perencanaan, pengerakan serta pengendalian sarana dan tenaga dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
(Aritonang, 2009).
Sebelum tahun 1986 bagian dapur rumah sakit dipegang oleh kepala dapur dengan pendidikan Sekolah Kepandaian Putri (SKP)
di bawah pengawasan dokter umum.Kegiatan pokok yang berjalan yaitu pengadaan makanan pagi pelayanan gizi ruang rawat inap
dan karyawan.Penelitian dan pengembangan gizi sebelum dilaksanakan.
Sejak tahun 1986 di dapur rumah sakit dikelola pembantu ahli gizi dan mulai bulan Novembar 1986 dipimpin Ahli Gizi dengan
empat kegiatan pokok yaitu pengadaan bahan makanan, pelayanan gizi ruang rawat inap, penyuluhan dan konsultasi gizi. Penelitian
dan pengembangan gizi sudah mulai berjalan.
10
Komite Medis
Komite Keperawatan
WAKIL DIREKTUR
dr. V. Ida Widayati,M.Kes
Seksi Keperawatan
Sugeng Supriyanto AMK
Instalasi Radiologi
dr. Budi Rahayu,Sp.R
11
Instalasi Gizi
Setyawati Nur Utami,DCN
Diklat Organisasi
C.Instalasi
Struktur
dr. M.G. Rini A,Sp.Kj
Instalasi Gizi
Gambar 1. Bagan
RSUD Sleman
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI
GIZIOrganisasi
RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH SLEMAN
Ka.Instalasi Gizi
Setyawati Nur Utami, DCN
Unit Administrasi
Eny Nurkhayati, A.Md
Mariyam Romadhoni,
A.MG
12
Staf
Pramusaji
Ket:
Rawat Inap
Rawat Jalan
*TIM
*Diana Wijayanti,A.Md
Tingkat Pendidikan
D-IV Gizi
S1 Gizi
D-III Gizi
Jumlah
1 orang
1orang
6 orang
Jabatan
Ka. Instalasi gizi
Ahli gizi
Ahli gizi
13
4.
SMA
1 orang
Staf
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Jabatan
.
1.
S1
Manajer/pengawa
2.
3.
D-III Gizi
SMA/sederajat
2
14
s
Ahli gizi
Pramusaji
14
15
16
terdaftar dan menetukan pihak catering yang akan dipilih berdasarkan Kepmenkes No.715/2003 serta syarat-syarat tertentu dari pihak
Rumah Sakit.
2. Syarat-syarat catering
a.
b.
Tenaga pramusaji harus melakukan tes kesehatan serta memiliki sertifikat pelatihan hygiene sanitasi.
c.
Harus mempunyai nilai kelayakan fisik jasaboga sesuai standart mininimal yang ada di Kepmenkes No.715/2003.
3. Cara pelaksanaan
a.
Setelah pihak catering MOU dengan pihak Rumah Sakit maka pihak catering harus membuat siklus menu, standart porsi,
standart resep, standart bumbu yang akan di setujui pihak Rumah Sakit.
b.
4. Pengawasan
Pengawasan penyelenggaraan makanan dilakukan oleh ahli gizi yang meliputi uji (organoleptik) baik makanan biasa maupun
makanan diit.Setelah itu melakukan pengawasan makanan untuk mengetahui kesesuaian standart porsi, kebersihan dan kelengkapan
makanan.
17
18
Proses pertama sistem penyelenggaraan makanan adalah penerimaan makanan siap saji, yang dilakukan oleh pramusaji sesuai
dengan standart porsi dan standart diet pasien serta standart menu.Kemudian dilakukan pengecekan makanan mulai dari kesesuaian
menu,standart porsi dan diet, alat makan, sampai kebersihan makanan dan tempat makannya yang dilakukan oleh Ahli Gizi RSUD
Sleman dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi.Selanjutnya melakukan pendistribusian yang dilakukan
dengan menggunakan troli sampai penyajian ke pasien.
Pengecekan
19
Pendistribusian
Penyajian ke
pasien
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan
konsumen yang dilayani (makanan biasa maupun makanan khusus) (PGRS 2006).
Syarat Distribusi:
a.
Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit, menyangkut standar penyedian energi dan zat gizi lainnya serta dietetika.
b.
c.
d.
e.
20
f.
g.
h.
i.
21
Pendistribuasian makanan pasien dilakukan pada jam tertentu. Makanan dibagi dalam 5 waktu makan yaitu makan pagi, snack
pagi, makan siang, snack sore dan makan sore. Bila ada snack malam maka pembagian snack malam dilakukan bersamaan dengan
pembagian makan sore, biasanya pada snack DM atau snack pada diet tertentu lainnya..
Waktu
07.00 WIB
10.00 WIB
12.00 WIB
15.00 WIB
17.00 WIB
Pembagian makan
Keterangan
Makan pagi
Snack pagi
Makan siang
Snack sore
Makan sore
Pemabagian snack malam juga
dilakukan pada diet tertentu.
Dalam perencanan menu, menurut buku pedoman pelayanan gizi rumah sakit perencanaan menu merupakan kegiatan
penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen atau pasien dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip
gizi seimbang dan prinsip diet pasien. Dengan hasil tersedianya siklus menu sesuai dengan klasifikasi pelayanan yang ada di rumah
sakit, misalnya 10 hari/seminggu.
22
Perencanaan menu di RSUD Sleman, menggunakan siklus menu 10 hari dan menu tambahan untuk tanggal 31.Menu ke 31
digunakan jika ada penambahan tanggal sampai ke 31 pada bulan tertentu.Siklus menu ini telah dibuat oleh pihak jasa boga yang
sudah disetujui oleh pihak rumah sakit.
2.
23
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit bertujuan untuk mewujudkan sistem pelayanan Gizi dengan kualitas yang baik,
memperhatikan berbagai aspek Gizi dan keluhan sakit pasien, serta mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh berupa
pemberian makan pada pasien rawat inap untuk meningkatkan Mutu pelayanan gizi di rumah sakit.
4. Status Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan di RSUD Sleman ditangani oleh jasa boga yang dikelola oleh Cipta Sarina Vidi yaitu pihak out
sourching yang bekerja sama dengan rumah sakit dalam penyelenggaraan makanan.
5. Fungsi Penyelenggaraan Makanan
a. Menyediakan makanan yang berkualitas baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi
klien atau konsumen yang membutuhkannya.
b. Melaksanakan penyelenggaraan makanan sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien dalam rangka pencapaian
status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet. Sistem penyelenggaraan makanan di RSUD Sleman telah terlaksana
fungsinya sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pedoman gizi rumah sakit.
C. Sumber Biaya
24
RSUD Sleman merupakan Rumah Sakit milik pemerintah sehingga anggaran biaya berasal dari Badan Layanan Umum Daerah
Kabupaten Sleman. Sehingga seluruh biaya dari Instalasi Gizi berasal dari Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten Sleman
Sedangkan untuk biaya over load (air, listrik, telfon) berasal dari biaya Rumah Sakit.
D. Sarana Dan Prasarana
1. Inventaris alat
Tabel 5. Inventaris Alat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
No
12
13
14
Nama Barang
Plato
Nampan kayu
Nampan stenlees
Tutup plato
Plato infeksius
Piring infeksius
Gelas infeksius
Tutup plato infeksius
Piring nasi kelas 2
Piring
Piring kecil
Nama Barang
Piring besar
Piring buah
Mangkok cream sup
Jenis
Stainlees
Kayu
Stainlees
Stainlees
Stainlees
Pecah belah
Pecah belah
Stainlees
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Jenis
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Jumlah
193
19
46
113
2
1
3
2
2
80
2
Jumlah
3
5
7
25
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Mangkok stenlees
Mangkok besar
Mangkok kecil
Mangkok sedang
Gelas
Gelas panjang
Tutup gelas
Tutup gelas stenlees
Sendok
Sendok sayur
Lepek lonjong
Lepek ceper
Lepek bening
Lepek hias
Tempat lauk
Tempat sayur
Baskom
Penjepit
Entong
Cetakan nasi
Stainlees
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Plastik
Stainlees
Stainlees
Stainlees
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Pecah belah
Plastik
Stainlees
Plastik
Plastik
8
2
10
4
203
4
33
9
48
9
14
9
3
2
14
9
4
4
1
1
26
27
3) Memisahkan peralatan makan pasien infeksius dan non infeksius dengan memperhatikan tanda merah pada peralatan makan
4)
5)
6)
7)
8)
9)
infeksius.
Direndam air bersih
Dilakukan pencucian dengan detergent (sabun cair)
Dibilas dengan air bersih
Direndam larutan chlorine selama 3 menit
Di bilas dengan air panas pada suhu 80-1000 C selama 10 menit
Alat makan yang sudah dicuci di tiriskan di alat makan
28
Tempat gas
WC
alat px
R.Rapat
R. Gudang Bahan
Makanan Kering
R. Penyajian
R.Alat
R.Admin
29
30
IN
3
1
11
8
2
OUT
10
5
6
Keterangan :
1. R. Admin
4. R. BM kering
7. R. Loker
2. R. rapat
5. Toilet
8. Lemari es
11. R. pengecekan
3. R. Instalasi gizi
6. Gudang
9. Meja BM jadi
31
IV. ASUHAN GIZI PADA PASIEN DIARE CAIR AKUT DEHIDRASI RINGAN
SUSPECT PNEUMONIA DENGAN GIZI KURANG
: An. N.A
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 8 bulan
: 5,8 kg
: 137 cm
BB lahir
: 1100 gram
Agama
: Islam
: Ny. S
Pekerjaan
: Buruh genteng
Alamat
Tgl masuk
: 08 April 2013
Tgl kasus
: 09 April 2013
: 20-50-53
Bangsal
Diagnosa masuk
32
Data Antropometri
Perhitungan
PB 6272,8 10,8
=
=
=4,32 SD pendek
U 72,870,3
2,5
BB /U =
5,88,7 2,9
=
=2,9 SD gizi kurang
8,77,7
1
BB 5,86,4 0,6
=
=
=1 SD normal
PB 6,45,8 0,6
Kesimpulan
Penilaian
Hasil
Standart
Hemoglobin
10,8
12 -16
Hematokrit
35,6
37 - 47
Elektrolit
Kalium
4,4
3,5 5,1
Natrium
137
136 - 145
Klorida
101
98 - 107
Kesimpulan: Pasien mengalami anemia, sedangkan
normal.
Satuan
Keteranga
g/dl
%
n
Rendah
Rendah
Mmol
Mmol
Mmol
pemeriksaan
Normal
Normal
Normal
elektrolitnya
33
Pemeriksaan Klinis
2. Vitas Sign:
Respirasi
Nadi
Suhu
Aktvitas
Kesimpulan
Hasil
32 x /menit
90 x/ menit
39,1
Standart
20 30 x /menit
60 100 x/menit
36 - 37 C
Ringan
d. Dietary history
1) Berkaitan Dengan Riwayat Penyakit
Riwayat Sekarang
+5 Hari hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami demam, pilek
dan batuk. Hari masuk rumah sakit keluhan tetap, nafas menjadi cepat
disertai muntah dengan BAB cair sebanyak 3 x sehari beserta ampas.
kemudian diperiksa di puskesmas kemudian dirujuk ke IGD RSUD
Sleman. HMRS keluhan tetap, batuk bertambah sering dan nafas cepat,
sehingga pasien di anjurkan untuk mondok.
34
Pasien diasuh oleh nenek pasien yang sudah berumur > 50 tahun,
sedangkan kedua orang tua pasien bekerja. Dalam keseharian, pasien
biasanya makan bubur yang dibeli dari penjual bubur atau bubur
instan. Untuk bubur yang dibeli di penjual, biasanya dibeli pada pagi
hari kemudian dibagi dua untuk makan pagi dan makan siang atau
sore.Bubur untuk makan siang atau sore biasanya disimpan di magic
com. jika pasien tidak menghabiskan susunya, susu tersebut diberikan
lagi tanpa memperhitungkan waktu. Berdasarkan observasi yang
dilakukan selama intervensi dirumah sakit, juga terlihat bahwa higyene
sanitasi dari ibu pasien kurang baik yang dibuktikan keteledoran ibu
pasien saat pasien BAB berbentuk cair, ibu pasien tidak mengetahui
dan pasien tidak menggunakan diapers sehingga BAB merembet
kemana-mana.
35
36
Jenis
Menu
Jenis
Pengolaha
Porsi
Gram
URT
Frekuensi
H M
B
MP
Serelac
n
-
LH
Bubur
Ayam cincang
50
10
5 sdm
1 sdm
1
1
Ikan
10
1 sdm
Telur Ayam
Tahu
Bayam
Bening
10
5
25
1 sdm
LN
SYR
1
2
2
BH
Tomat
Pisang
10
50
1 ptg
2
1
Semangka
50
1 ptg
Pepaya
50
kecil
Jeruk
50
ptg
20
1 sachet
sdg
MNM
ASI
300 ml
1 ptg sdg
-
Susu SGM
38,4
8 sdtakar
Madu
sdt
Keterangan:
URT
H, M, B
Energi (kal)
900,1
1152,715
78,07%
P (gr)
31,6
21,75
145,28
L (gr)
36
19,21
188,38%
KH (gr)
112,12
223,2
50,21%
2
5
37
kebutuhan
`
Keterangan : Depkes, 1996
> 120 %
: di atas kebutuhan
90 119 %
: normal
80 - 89 % : defisit Ringan
70 79 % : defisit Sedang
< 70 %
: defisit Berat
Kesimpulan :
Asupan energi yaitu 78,07%, termasuk kategori defisit sedang, asupan
protein yaitu 145,28% termasuk kategori diatas kebutuhan, asupan lemak
yaitu 188,38% termasuk kategori diatas kebutuhan dan asupan
karbohidrat yaitu 50,21% termasuk kategori defisit berat.
= 08 April 2013
Makanan
Berat
Nilai Gizi
38
(gr)
09.00
ASI
11.00
SGM
13.00
Bubur
TOTAL
300 ml
76,8
20
Energi
KH
(Kal)
185,7
360
80
625,7
(gr)
4,5
10
3
17,5
(gr)
9,6
14
2
25,6
(gr)
21
46
14
81
Energi
KH
(kkal)
625,7
1152,715
54,28%
(gr)
17,5
21,75
80,45%
(gr)
25,6
19,21
133,26%
(gr)
81
223,2
36,29%
: di atas kebutuhan
90 119 %
: normal
80 - 89 %
70 79 %
: defisit Ringan
: defisit Sedang
< 70 %
: defisit Berat
Kesimpulan
39
Fungsi
Antibiotik
Cefixime (Oral)
Asam folat
Vitamin A
pernafasan bawah
Antibiotik
Untuk mengatasi anemia
Untuk mengatasi kekurangan vitamin A
untuk
infeksi
saluran
2. Diagnosa
a.
Diagnosa Medis:
Suspect Pneumonia gizi buruk tipe marasmus
b.
Diagnosa Gizi:
NI.1.4
Intake energi yang tidak mencukupi berhubungan dengan kurangnya masukan
makanan ditandai oleh asupan 78,07% (defisit sedang) dan karbohidrat 50,21%
(defisit berat).
NB.3.1
Intake makanan yang tidak aman berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang makanan yang layak/pemberian makanan, penyimpanan dan persiapan
ditandai oleh seringnya pasien diberikan makanan siap saji.
3. Intervensi Gizi
a. Planning
1) Terapi Diet
a) Tujuan Diet
40
Fase Stabilisasi:
1. Kalori : 100 Kal/kg BB/hari
2. Protein : 1gr/kg BB/hari
3. Cairan : 130 cc/kg BB/hari
d) Jenis Diet
: Formula WHO 75
e) Bentuk Makanan
: cair
f) Cara pemberian
: NGT
g) Frekuensi pemberian
: 8 x pemberian
h) Perhitungan Energi
(Seashore, 1994)
kebutuhan Energi: (55 (2 x 11/12) x 8,7
470,496 Kal
Maintenance
94,099 Kal
141,149 Kal
94,099 Kal
Activity
Sepsis
Pertumbuhan &
Metabolisme
20 % x 470,496 Kal
30% x 470,496 Kal
20% x 470,496 Kal
75 % x 470,496 Kal
352,872 Kal +
41
1152,715 Kal
Total Energi
Protein
: 1152,715 Kal
Lemak
= 15 % x 1152,715 Kal
=172,91 kal : 19,21 gram
= 125 ml x 8,7
= 1087,5 cc
i) Rencana Monev :
Tabel 13. Rencana monitoring dan evaluasi
Rencana
monev
Antropometri
Yang diukur
Metode
Evaluasi/
Berat Badan
pengukuran
timbangan
target
Mendekati
BB
Biokimia
Hemoglobin,
Hematokrit, Kalium,
Natrium, Klorida
Laboratorium
normal
Normal
42
Fisik klinik
Kesadaran Umum,
Respirasi, Nadi,
Pemeriksaan
Suhu, BAB
Per NGT
fisik klinis
Observasi
Normal
Terserap
2) Konseling
a) Masalah
Intake energi yang tidak mencukupi dan intake makanan yang tidak
aman.
b) Tujuan :
Memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang Diet untuk
anak dengan berat badan kurang dan memberikan pengetahuan tentang
higiene sanitasi makanan.
c) Sasaran
: Keluarga pasien
d) Tempat
e) Alat peraga
f) Cara/ metode :
Metode yang digunakan berupa ceramah dan tanya jawab.
g) Materi
1. Tujuan diet
a.
43
b.
c.
mencegah
kerusakan
jaringan
tubuh
lebih
lanjut
dan
2. Prinsip diet
a.
b.
c.
d.
b.
sumber protein:
hewani: daging, ayam, telur, ikan, karang, udang, cumi dan
sumber laut lainnya.
nabati: tempe, tahu, oncom, dan kacang-kacangan (kacang ijo,
kacang merah, kedele).
c.
44
b.
b.
45
makan dalam porsi kecil dan sering dan bervariasi agar menarik
minat anak untuk makan.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h) Rencana Kegiatan
Tabel 14. Rencana Kegiatan
N
No
1.
Tahapan
Pembukaan
Waktu
Penyuluh
5 menit a.
memberi salam
b.
Kegiatan
Peserta
a. Menjawab salam
memperkenalkan b. Mendengarakan
diri
46
c.
menjelaskan
tujuan
2.
Inti
15
menit
Menjelaskan
a. Menyimak
tentang:
b. Mendengarkan
a. Tujuan Diet
dan
memperhatikan
b. Prinsip Diet
c. Bahan makanan
yang dianjurkan
d. Bahan makanan
yang dibatasi
e. Bahan makanan
yang dibatasi
f.Cara pengaturan Diet
No.
3.
Tahapan
Penutup
Waktu Penyuluh
10
a. Bertanya
menit
Peserta
dan a. Bertanya
menjawab
b. Menjawab
pertanyaan
pertanyaan
b. Memberikan
kesimpulan
c. Menyampaikan
hasil kesimpulan.
d. Evaluasi
e. Memberi salam
i)
Pelaksana
Mahasiswa PKL gizi klinik Politeknik Negeri Jember
c. Mendengarkan dan
memperhatikan.
d. Menjawab salam
47
j) Evaluasi
1. Cara
: Lisan
2. Jenis
: Pertanyaan terbuka
3. Waktu
b.
Implementasi
1)
Energi
KH
(kal)
1542
(gr)
63,71
(gr)
40,92
(gr)
233,4
ASI 100 ml
61,9
1,5
3,2
180
23
Standart RS
Asupan pasien:
48
TOTAL
Kebutuhan
241,9
1152,715
6,5
21,75
10,2
19,21
30
223,2
(Planning)
Prosentase
20,98%
29,88%
53,09%
13,44%
asupan/kebutuhan
Pembahasan Diet Rumah Sakit
49
Parameter
Tanggal Monitoring
10-04-2013
11-04-2013
5,8 kg
5,9 kg
Antropometr
09-04-2013
Berat Badan 5,8 kg
i
Biokimia
Hemoglobi
10,8
35,6
4,4
137
101
Compos
Fisik/klinis
n
Hematokrit
Kalium
Natrium
Klorida
Keadaan
Compos
Compos
Mentis,
Mentis,
Mentis
Mata
Gelisah
Mata cowong
senyum
Mata
senyum
Mata cowong
Respirasi
Nadi
Suhu
BAB
Energi
+
42x/menit
134x / menit
37 C
Mencret 1 x
79,17 %
berkurang
40x/ menit
130x / menit
36C
Kental 1 x
92,37%
Umum
Asupan
45x/menit
140 x/menit
36C
Kental 1 x
94,66 %
50
C. Tinjauan Pustaka
1. Status Gizi
a.
variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Sebagai contoh : Gizi kurang merupakan keadaan tidak seimbangnya konsumsi
makanan dalam tubuh seseorang. Status gizi yaitu keadaan kesehatan individuindividu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi
dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur secara antropometri (Himawan, 2006).
b.
status gizi secara antropometri, karena lebih praktis dan mudah dilakukan. Secara
umum antropometri artinya ukuran tubuh. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Indikator
antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi balita adalah berat
51
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U).
Dalam pengukuran antropometri yang sering digunakan adalah BB/U karena
mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh
masyarakat umum, baik untuk mengatur status gizi akut dan kronis, berat badan
dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil, dan dapat
mendeteksi kegemukan (over weight) (Khoiri, 2009). Penentuan klasifikasi status
gizi menggunakan Z-skore atau Standar deviasi unit (SD) sebagai batas ambang
kategori dan
Kategori status gizi anak umur 0-60 bulan berdasarkan BB/U, TB/U dan PB/U
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Republik
Indonesia
Nomor
52
Kategori Status
Gizi
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi lebih
> -3 SD
-3 SD sampa dengan -2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD
> 2 SD
Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi
> -3 SD
-3 SD sampa dengan -2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD
> 2 SD
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
> -3 SD
-3 SD sampa dengan -2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD
> 2 SD
53
kini. berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu maupun
masa kini.
2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/PB/U)
Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. beton dan bengoa (1973)
menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi
masa lampau juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.
3) Berat Badan menurut Umur (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife pada tahun 1966 telah
memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasikan status gizi. Indeks
BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini
(sekarang). Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur.
Penyebab
terpenting
diare
pada
anak-anak
adalah
Shigella,
54
55
dan proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukan imunitas
aktif (Ardhani, 2008).
c. Etiologi
1) Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut:
a) Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).Infeksi parenteral yaitu
infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti
otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
(Behrman, 2009).
b) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan
anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
c) Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
56
d) Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
2) Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
yaitu:
a) Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare (Poorwo,
2003).
b) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya
timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
c) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare (Poorwo, 2003).
57
3. Pneumonia
a. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses
infeksi akut pada bronkus yang disebut bronchopneumonia. Gejala penyakit
pneumonia ini berupa nafas cepat dan nafas sesak, karena paru meradang secara
mendadak. Batas nafas cepat adalah frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali per
Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan menit atau lebih pada anak
usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada
anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun
b. Klasifikasi Pneumonia
1) Pneumonia berat, adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak
60 kali per menit atau lebih.
2) Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa.
Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan < 5 tahun
a) Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian
bawah.
b) Pneumonia, bila disertai nafas cepat, usia 2 bulan <1 tahun 50 kali
per menit, untuk
c) Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.
58
c. Determinan Pneumonia
1) Faktor Host
a) Umur
Tingginya kejadian pneumonia terutama menyerang kelompok usia
bayi dan balita. Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko kematian
pada balita yang sedang menderita pneumonia. Semakin tua usia balita yang
sedang menderita pneumonia maka akan semakin kecil risiko meninggal
akibat pneumonia dibandingkan balita yang berusia muda.
b) Jenis Kelamin
Menurut Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk
Penanggulangan Pneumonia pada Balita (2002), anak laki-laki memiliki
risiko lebih besar untuk terkena ISPA
perempuan.
c) Status Gizi
Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan
gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Penyebab langsung timbulnya
gizi kurang pada anak adalah makanan tidak seimbang dan penyakit infeksi.
Kedua penyebab tersebut saling berpengaruh.
Timbulnya Kekurangan
Energi Protein (KEP) tidak hanya karena kurang makan tetapi juga karena
penyakit, terutama diare dan ISPA. Anak yang tidak memperoleh makanan
cukup dan seimbang, daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam
keadaan demikian, anak mudah diserang penyakit infeksi.Salah satu faktor
59
60
b) Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan ibu yang rendah juga merupakan faktor risiko
yang dapat meningkatkan angka kematian ISPA terutama Pneumonia.
Tingkat pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap tindakan perawatan oleh
ibu kepada anak yang menderita ISPA. Jika pengetahuan ibu untuk
mengatasi pneumonia tidak tepat ketika bayi atau balita menderita
pneumonia, akan mempunyai risiko meninggal karena pneumonia sebesar
4,9 kali jika dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan yang
tepat.
4. Tatalaksana Gizi Buruk
a. 10 Langkah tatalaksana pada gizi buruk
Tabel 18. Langkah Utama pada Tatalaksana Gizi Buruk
No
.
1.
Stabilisasi
Transisi Rehabilitas
H1-2
H 8- 14
Tindakan
Atasi
H 3-7
i
Mg 2 6
Tindak
lanjut
Mg 7 26
atau
cegah
2.
hipoglikemia
Atasi
atau
cegah
3.
hipotermia
Atasi
atau
cegah
No
4.
dehidrasi
Tindakan
Perbaiki
H 1-2 H 3-7
H 8-4
Mg 2-6 Mg 7-26
61
gangguan
5.
6.
elektrolit
Obati infeksi
Perbaiki
Fe -
Fe +
defisiensi
7.
nutrien mikro
Makanan
stabilisasi
8.
dan transisi
Makanan
9.
10.
tumbuh kejar
Stimulasi
Siapkan
tindak lanjut
Keterangan:
H = Hari
Mg = Minggu
Klasifikasi
Infeksi atau gagal jantung
62
dan
Nadi cepat:
(kemungkinan
pernafasan
overhidrasi
pada
saat
pemberian
makan
atau
Pernafasan
karena
sampai 5 tahun
Setiap kenaikan atau penurunan Infeksi
secara tiba-tiba
Suhu aksiler < 36,5C atau suhu Hipotermia
rektal <35,5 C atau teraba dingin
(mungkin
c. Tanda-tanda dehidrasi
Tabel 20. Tanda-tanda dehidrasi
No.
1.
Tanda
Letargis
ketertarikan
terhadap
63
kejadian disekelilingnya.
dan Anak selau gelisah dan rewel terutama bila
2.
Anak
3.
rewel
Tidak ada air mata
Mata cekung
menangis.
Mata anak yang gizi buruk selalu tampak
4.
gelisah
Mulut
dan
kering
ataukah
baru
beberpa
saat
timbulnya.
lidah Raba dengan jari yang kering dan bersih
untuk menentukan apakah lidah dan mulutnya
kering
6.
Haus
No.
7.
Tanda
Kembalinya
cubitan/turgor
lambat
64
b) Fase transisi :
65
f)
66
67
Dari 10 langkah Tatalaksana gizi buruk yang telah diterapkan selama monitoring
dan evaluasi pasien:
Tabel 21. Tindakan yang dilakukan pada pasien
No
.
Stabilisas
Tindakan
Transisi
Keterangan
i
H1-2
H3
1.
2.
hipoglikemia
Atasi atau cegah
hipoglikemia
Pasien tidak mengalami
3.
hipotermia
Atasi atau cegah
hipotermia
Pemberian resomal pada H1
4.
dehidrasi
Perbaiki
gangguan
elektrolit
Obati infeksi
Pemberian
5.
Tindakan
.
6.
Perbaiki
H1-2
H3
Fe -
untuk
infeksi
saluran
pernafasan
pasien
yaitu
cefotaxime
(inject)
No
antibiotik
kemudian
cetixime
(oral).
Keterangan
Pada
fase
stabilisasi
dan
defisiensi nutrien
mikro
No
Tindakan
H 1-2 H 3
Keterangan
68
.
7.
Makanan
stabilisasi
8.
dan H2
transisi
Makanan tumbuh
kejar
9.
10.
Stimulasi
Siapkan tindak
lanjut
2. Perkembangan Pasien
Untuk mengetahui perkembangan pasien dilakukan evaluasi dan monitoring
meliputi status gizi berdasarkan antropometri, perkembangan laboratorium,
pemeriksaan fisik klinis, perkembangan asupan makanan.
a. Status Gizi (Antropometri)
Pemantauan status gizi pasien berdasarkan berat badan dilakukan setiap hari
selama pelaksanaan monitoring dan evaluasi kasus yaitu pada tanggal 9 - 11 April
2013.
Tabel 22 .Perkembangan berat badan pasien
Indikator berat badan
BBA (Berat Badan Aktual)
BBI (Berat Badan Ideal)
69
Perkembangan BB
10
8
BBA
6
Berat badan
BBI
4
2
0
41373
41374
41375
Penilaian
Hemoglobi
Hasil
10,8
Standart
12 -16
Satuan
g/dl
Keterangan
Rendah
n
Hematokrit
Kalium
Natrium
Klorida
35,6
4,4
137
101
37 - 47
3,5 5,1
136 - 145
98 - 107
%
mmol
mmol
mmol
Rendah
Normal
Normal
Normal
70
Selama Monitoring dan evaluasi 3 hari, tidak ada hasil laboratorium terbaru dari
pasien, sehingga tidak terlihat perkembangan Hb dan hct pasien selama monitoring
evaluasi berlangsung. Sedangkan Untuk keseimbangan elekrolit pasien, pada data
awal, elektrolit tetap normal meskipun mengalami dehidrasi ringan, yang artinya
dehidrasi pada pasien belum menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit pada
pasien.
c. Data fisik/klinis
Tabel 24. Hasil Monitoring dan Evauasi Pemeriksaan Fisik/klinis
Pemeriksaan
Kesadaran
Umum
Respirasi
Nadi
Suhu
Monitoring evaluasi
9-4-2013
10-04-2013
11-04-2013
Compos
Compos
Compos
Normal
Compos
Mentis,
Mentis,
Mentis,
Mentis
Gelisah
senyum
senyum
Normal
Mata cekung +
42x/menit
134x / menit
37 C
Mata cekung +
40x/ menit
130x / menit
36C
>36 C
71
(aksiler)
BAB
Mencret 1 x
Kental 1 x
Kental 1 x
Kental
monitoring 3 hari yaitu antara 36-37 C. Suhu ini masih termasuk normal, pasien
tidak mengalami hipotermia, karena pasien gizi buruk dikatakan mengalami
hipotermia jika suhu aksiler <36,5 C. Pemeriksaan fisik klinis terakhir yaitu pada
BAB pasien. Monitoring terhadap Frekuensi dan konsistensi BAB menunjukkan
perkembangan diare pada pasien, pada hari pertama (09-04-2013), pasien masih
mencret 1x, sedangkan pada hari kedua (10-04-2013) dan hari ketiga (11-042013), BAB pasien mulai kental sebanyak 1x sehari, Artinya diare pada pasien
mulai teratasi.
72
d. Perkembangan Diet
Tabel 25. Perkembangan diet pasien
Pelaksanaan
Intervensi
Jenis Diet
Jenis Makanan
Frekunesi
9-04-2013
F75 90 ml
Cair
8 x pemberian
Tanggal pelaksanaan
10-04-2013
F75 95 ml
Cair
8 x pemberian
11-04-2013
F100 110 ml
Cair
8 x pemberian
pemberian
Pada pelaksanaan intervensi pertama (9-04-2013), Dilakukan tatalaksana gizi
buruk dengan fase stabilisasi, pada fase ini jenis diet yang diberikan adalah F75 90
ml dengan 8 kali pemberian. Volume cairan yang diberikan berdasarkan syarat diet
menurut berat badan pasien. Pada hari pertama pengambilan kasus, berat badan
yang tertera pada rekam medis pasien yaitu 5,6 kg, sehingga rekomendasi diet
yang diberikan pada hari pertama yaitu diet berdasarkan berat badan tersebut,
namun setelah dilakukan penimbangan ulang terhadap berat badan pasien dihari
yang sama, ternyata berat badan badan pasien adalah 5,8 kg. Pengukuran
dilakukan pada saat pasien menggunakan baju, namun baju pasien tipis sehingga
tidak begitu berpengaruh terhadap berat badan. Hal tersebut merupakan kesalahan,
sehingga pemberian cairan dan kalori pada formula 75 pada hari pertama tersebut
masih dibawah syarat diet dan kebutuhan pasien, sehingga intevensi hari kedua
(10-04-2013) masih pada fase stabilisasi namun jumlah cairan yang diberikan
ditingkatkan menjadi 95 ml dengan 8 x pemberian. Pada intervensi hari ketiga (1104-2013) juga dilakukan penimbangan pada berat badan, hasilnya yaitu 5,9 kg.
Berdasarkan hasil catatan perkembangan pasien pada hari ketiga tersebut,
73
pemeriksaan fisik klinis pasien mulai membaik, diare dan dehidrasi juga mulai
teratasi sehingga berdasarkan koordinasi antara perawat, dokter dan ahli gizi,
pasien mulai masuk ke fase transisi dan diberikan formula 100. Formula ini juga
diberikan 8 x pemberian dengan volume 110 ml per pemberian.
e. Perkembangan asupan makanan
Tabel 26. Asupan makan pasien selama 3 hari
Tanggal monitoring dan evaluasi
09-03-2013
10-03-2013
11-03-2013
Asupan Enteral (ml)
540
665
730
Asupan Oral (ml)
30
65
125
Total asupan (ml)
570
730
855
Penyajian (ml)
720
760
880
Prosentase
79,16%
96,05%
97,16%
Berdasarkan tabel di atas, asupan pasien selama 3 hari meningkat mendekati
Data
74
jauh terhadap pemberian formula. Hal inilah yang menyebabkan asupan pasien
rendah pada hari pertama.
Pada hari kedua (10-04-2013) yang masih menggunakan formula 75, asupan
pasien mulai meningkat daripada hari pertama. Kondisi pasien sudah mulai
membaik, sehingga selain melalui NGT pemberian Formula sedikit demi sedikit
diberikan melalui oral untuk membiasakan pasien terhadap rasa dari formula
tersebut. Pada hari kedua ini, pemberian formula masih sebanyak 8 x pemberian
(per 3 jam), dimana volume setiap pemberian adalah 95ml disesuaikan dengan
berat badan pasien. Formula diberikan melalui NGT sebanyak 85% dan 15%
melalui oral. Setiap memberian NGT, semua masuk tanpa ada yang dimuntahkan,
sedangkan sisanya yang diberikan melalui oral, ibu pasien memberikan sedikit
sedikit. Dari pemberian secara oral terkadang ada sisanya karena pasien sudah
tidak mau atau karena formula sudah terlalu lama didiamkan (lebih dari 1 jam).
Pemberian formula 20% secara oral ini hanya dilakukan pada siang hari saat
pasien tidak tidur, sedangkan pada malam hari, semua volume pemberian masuk
lewat NGT. Hal ini menyebabkan asupan pada hari kedua lebih baik dibandingkan
hari pertama.
Pada hari ketiga (11-04-2013), Volume dan energi ditingkatkan menjadi
formula 100 dengan volume 110 ml dalam 8 x pemberian. Pada pemberian dihari
ketiga ini juga dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui NGT dan Oral dimana
pemberian melalui oral ditingkatkan dari 15% menjadi 30% dan melalui NGT 70%
pada siang hari, sedangkan pada malam hari tetap 100% diberikan melalui NGT.
75
Di hari ketiga ini, asupan melalui oral lebih banyak dibandingkan hari kedua jadi
sisa formula yang tidak diminum juga semakin sedikit.hal tersebut menunjukkan
peningkatan asupan pada pasien dibandingkan hari pertama dan hari kedua.
Perkembangan Asupan
1200
1000
800
kalori
kebutuhan
asupan
600
400
200
0
41342
41343
41344
76
Pada hari pertama, asupan makanan dibawah kebutuhan karena adanya faktor
teknis seperti lepasnya selang NGT pasien, sedangkan kondisi pasien masih lemah
dan rewel sehingga sulit untuk diberikan secara oral, selain itu faktor dari
ketidaktepatan waktu pemberian formula dikarenakan pemberi formula lupa jam
pemberian sehingga menyebabkan kurangnya asupan pasien pada hari pertama
tersebut. Pada hari kedua, asupan pasien sudah mendekati kebutuhan pasien, pada
hari kedua ini pemberian mulai dicobakan secara oral sehingga masih terdapat sisa
sedikit dari formula yang terkadang tidak dihabiskan karena pasien sudah tidak
mau minum. Namun pada hari tersebut, daya terima pasien sudah baik terhadap
formula sehingga mempermudah pengenalan formula ini untuk dibiasakan
dirumah. Pada hari ketiga, asupan pasien menjadi lebih mendekati kebutuhan,
asupan melalui oral pun semakin banyak.
Dalam formula tersebut terdapat protein, lemak dan karbohidrat, sehingga
peningkatan asupan energi tersebut di atas, juga mencerminkan peningkatan
asupan protein, lemak dan karbohidrat.
g. Pemulangan pasien.
Berdasarkan kriteria pemulangan pasien pada buku tatalaksana gizi buruk,
pasien dipulangkan karena sudah memenuhi beberapa kriteria tersebut yaitu selera
makan pasien sudah baik, pasien sudah tidak cengeng dan bisa tersenyum, suhu
tubuh normal, diare mulai teratasi dan terjadi kenaikan berat badan pada pasien
sebanyak 0,1 kg.
77
78
A.
Latar Belakang
Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan merupakan
kondisi yang alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan. Selama
kehamilan, hormon estrogen dan progesteron akan merangsang pembentukan air
susu ibu. Setelah melahirkan, kedua hormon
79
mempengaruhi pemberian ASI pada bayi. Dampak dari kurangnya konsumsi ASI
pada bayi dapat mengakibatkan terjadinya gagal tumbuh ( failure to thrive) pada
bayi (Soetjiningsih, 1997).
Asupan gizi yang kurang menyebabkan kebutuhan gizi yang diperlukan untuk
memproduksi ASI diambil dari tubuh ibu. Jika keadaan ini dibiarkan berlarutlarut, maka selain kondisi tubuh ibu akan terganggu, produksi ASI pun akan
berkurang, kualitasnya menurun, dan jangka waktu menyusui menjadi relatif
singkat (Kasdu, 2001).
Menurut Burns (2000), Ada beberapa zat gizi yang harus banyak dikonsumsi
ibu menyusui, yaitu protein, lemak dan banyak buah-buahan dan sayuran. Minum
banyak cairan berupa air putih, susu, teh dan sari buah untuk memulihkan tenaga
setelah melahirkan, merawat bayi dan pekerjaan lain yang
harus dilakukan
sehingga pemberian makanan yang baik dan bergizi tinggi akan membantu tubuh
ibu segera sehat dan kuat dengan cepat setelah melahirkan (Sari, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan, peserta mampu memahami gizi pada ibu menyusui
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat
menjelaskan tentang:
80
a.
b.
c.
d.
C. Pelaksanaan Penyuluhan
1. Sasaran
Pasien post partum ruang Nusa Indah 2 RSUD Sleman yang akan pulang.
2. Penyuluh
Penyaji materi
: Widya Agustini
Moderator
: Tri Jayanti
Operator
: Moch. Amir
Notulen
: Hevi Pujianingsih
81
a.
b.
82
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan
ibu menyusui minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu dan jus
buah.
4) Vitamin dan mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi dari pada masa
hamil.
Menurut Qomaruzzaman (2012), zat gizi yang dibutuhkan oleh ibu menyusui
setiap hari:
a) Nasi
= 400 gr/hr
= 4 piring
b) Lauk Hewani
c) Lauk Nabati
Tempe
potong
d)Sayuran
e) Buah
f) Susu
= 400ml/hari = 2 gelas
g)Gula
= 25 gr/hari
= 5 sdt
= 8-12 gelas/hari.
83
Wanita Dewasa
Tidak Menyusui
2100
50
500
75
26
150
800
Ibu menyusui
0-6 bulan
+500
+17
+350
+45
+6
+50
+350
7-12 bulan
+550
+17
+300
+45
+6
+50
+350
pada ibunya juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada bayinya, karena
air susu ibu mengandung banyak substansi anti infeksi dan faktor-faktor proteksi
terhadap berbagai virus dan organisme yang membahayakan. Kekurangan zat-zat
esensial dapat menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang (Qomaruzzaman,
2012).
84
Nasi
b.
Ayam bb kare
85
c.
d.
Ca buncis wortel
Singkong
b.
Susu
Siang
a.
Nasi
b.
Pepes ikan
c.
Telur bb balado
d.
Tempe bacem
e.
Sayur bayam
86
f.
Pisang
Nasi
b.
c.
Gadon tahu
d.
Sayur lodeh
e.
Jeruk
6. Metode
Metode yang digunakan berupa ceramah dan tanya jawab
7. Proses dan Rencana Kegiatan
a.
Persiapan
laktasi.
b.
Rencana kegiatan.
87
Tahapan
Waktu
1.
Pembukaan
Kegiatan
Penyuluh
a.Memberi salam
Peserta
a.Menjawab salam
Inti
15
b.Mendengarkan
c.Menjelaskan tujuan
Menjelaskan tentang:
a.Menyimak
dan
memperhatikan
menyusui
c.Dampak kekurangan gizi pada ibu
menyusui
d.Hal
3.
Penutup
10
yang
harus
dihindari
menyusui
a.Bertanya dan menjawab pertanyaan a.Bertanya
8. Alat bantu
Leaflet, laptop sebagai media presentasi, food model
9. Biaya
Sumber
saat
b.Menjawab pertanyaan
c.Mendengarkan
dan
memperhatikan
d.Menjawab pertanyaan
88
Biaya secara mandiri untuk pembelian doorprice untuk pasien dan pembelian
kertas leaflet.
D. Evaluasi Penyuluhan
1. Evaluasi
a.
Peserta
Nama Pasien
Ny. D.S
Ny. I
Ny. AA
Ny. R
Ny. BM
Ny. W
Ny. A.W
Penyuluh
89
Tahapan
Pembukaan
Inti
Kegiatan
Waktu
Penyuluh
5Memberi salam
Peserta
a. Menjawab salam
menit
Memperkenalkan diri
10 Menjelaskan tentang:
b. Mendengarkan
a. Menyimak
dan
memperhatikan
Penutup
menyusui
10 a. Bertanya dan
menit
pertanyaan
b. Evaluasi
c. Memberi salam
menjawab a.Bertanya
b. Menjawab
pertanyaan
c. Mendengarkan dan
memperhatikan
d. Menjawab
pertanyaan
Menurut rencana kegiatan, penyuluhan dilakukan selama 30 menit dengan
rincian pembukaan 5 menit, inti 15 menit dan penutup 10 menit. Dalam
kegiatannya, penyuluhan hanya dilakukan selama 25 menit, dimana inti kegiatan
hanya dilakukan selama 10 menit.
d. Penutup
Pertanyaan dari pasien:
90
Apakah kandungan dari minuman cola cala, sprite, Mizone dan pocari sweet dan
bolehkah untuk ibu menyusui?
Jawaban: minuman cola cala dan sprite merupakan minuman berkarbonasi yang
dapat membahayakan bagi kesehatan, sedangkan Mizone dan pocari sweet
merupakan minuman yang mengandung BTM (Bahan Tambahan Makanan)
berupa penguat asam seperti asam sitrat.
Pertanyaan dari penyuluh:
1) Apakah pengertian gizi untuk ibu menyusui?
Jawaban: makanan yang mengandung protein, karbohidrat yang seimbang (Ny.
Ami Wijayanti).
2) Apa saja kebutuhan gizi ibu pada masa menyusui?
Jawaban: 3) Hal apakah yang harus dihindari saat menyusui?
Jawaban: alkohol, minuman keras, pil KB (Ny. Anis A).
Kesimpulan:
Berdasarkan evaluasi tersebut di atas, kesimpulannya adalah:
1) Respon peserta sudah cukup baik terhadap penyuluhan ini meskipun kurang
antusias dalam menjawab pertanyaan.
2) Persiapan dari Penyuluh beserta tim kurang, baik dari perlengkapan maupun
penguasaan materi.
91
Hambatan
Pemecahan Masalah
akan disampaikan
Penyesuaian waktu yang ditentukan dengan
kegiatan yang dilakukan, jadi jangan terlalu
cepat atau lambat dalam menyampaikan
3.
materi.
Pemateri harus bisa menyampaikan materi
dengan komunikasi dan penyampaian yang
baik agar dapat meningkatkan antusias
peserta dalam menyimak penyajian materi,
bisa diselingi dengan pertanyaan atau
tanggapan yang lucu.
A. Kesimpulan
1. Sistem penyelenggaraan makanan di RSUD Sleman menggunakan sistem Outsourcing dengan alur dari makanan siap saji datang sampai makanan siap disajikan
pada pasien.
92
2. Status gizi pasien Diare Cair Akut dehidrasi ringan suspect pneumonia termasuk
gizi kurang, namun dalam penatalaksanaan diet dilakukan penanganan tatalaksana
gizi buruk.
3. Berdasarkan data fisik klinik pasien, keadaan pasien mulai membaik dan dehidrasi
mulai teratasi.
4. Asupan makan pasien semakin hari semakin membaik yang terlihat dari terjadinya
peningkatan pada grafik asupan pasien yang mendekati kebutuhan pasien.
5. Berdasarkan hasil konseling gizi, keluarga pasien mengerti tentang penjelasan
yang diberikan tentang isi leaflet yang dijelaskan.
6. Pendidikan dan pelatihan yang telah dilakukan dengan tema Gizi Ibu Menyusui
berjalan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari bersadarkan respon dari sasaran
yang cukup baik menanggapi materi yang telah disampaikan.
B. Saran
1. Penyampaian materi tentang gizi klinis lebih diperbanyak pada jam mata
kuliah dikampus.
2. Lebih banyak praktikum pada pasien dengan atau tanpa komplikasi penyakit
untuk menambah keterampilan mahasiswa dalam penatalaksanaan asuhan
gizi.
93
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Adisty. 2012. Asuhan Gizi Nutrition Care Process. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Anonim. Contoh Makanan Sehat Untuk Ibu menyusui.
http://sidomi.com/1113/contoh-makanan-sehat-untuk-ibu-menyusui/. Di akses
pada 28 februari 2013.
94
Burns, A.A et al. (2000). Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Achmad, J
(ed). Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Depkes, 2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Cetakan Ketiga. Jakarta:
Departemen kesehatan.
Himawan, Arif Wahyu. 2006. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Dengan Status Gizi
Balita Di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang. Skripsi,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Kasdu, D dkk.(2001). Info Lengkap Kehamilan & Persalinan (edisi 1). Jakarta : 3G
Publisher
Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan Hygiene Sanitasi
Jasaboga
Khaerunnisa, Hana. 2011. Gizi Pada Ibu menyusui. http://hanakhaerunnisa.blogspot.com/2011/08/gizi-pada-ibu-hamil.html. di akses pada 28
februari 2013.
Khoiri, Idah Fitri. 2009. Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru.Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera
Utara, Medan
Ladewig, P.A et al. (1986). Essentials of Maternal-Newborn Nursing. AddisonWesley Publishing Company.
Mustanir, Fikru. 2013. Satuan Acara Penyuluhan Gizi Ibu Menyusui - Baru.
http://www.slideshare.net/almustanir/sap-giziibumenyusuibaru-1654705.
diakses pada 28 februari 2013.
Qomaruzzaman, oscar. 2011. Satuan Acara Pembelajaran Gizi Pada
Ibu
Menyusui.
file:///E:/PKL/SAP%20ObgynQ/Oscar
%20Qomaruzzaman%20Blog%20%20Satuan%20Acara
%20Pembelajaran%20Gizi%20Pada%20Ibu%20Menyusui.htm.
Di akses pada 28 februari 2013.
Reksani, lina. 2012. Makalah Gizi pada Ibu Menyusui.
http://linareksani.blogspot.com/2012/05/makalah-gizi-pada-ibumenyusui.html. diakses pada 28 Februari 2013.
95
Sari, septina. 2010. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi
Ibu Menyusui Di Desa Gunung Tinggi Kecamatan Pancur Batu. Skripsi.
Universitas Sumatra Utara.
Soetjiningsih. (1997). Masalah-masalah yang sering terjadi pada masa menyusui.
Jakarta : EGC
96
97
Rekomendasi I
Fase Stabilisasi Hari ke-1 (H1)
Fase ini merupakan fase untuk menstabilkan kondisi yang mengancam jiwa
seperti adanya diare yang disertai dengan dehidrasi ringan dan adanya demam.
Kebutuhan Energi pada fase stabilisasi.
1) Energi: 100 Kal/kg BB/hari
2) Protein 1-1,5 gram/kg BB/hari
3) Cairan 130 cc/kg BB/hari
4) 8 x pemberian
Untuk Berat Badan 5,6 kg dengan 8x pemberian maka volume F75 per 1 x
makan yaitu 90 ml (Tabel tatalaksana gizi buruk, 2011).
Total pemberian selama 24 jam yaitu = 90 x 8 = 720 ml
Tabel 32. F75 pada fase stabilisasi H1
Bahan
Gram
Susu Skim
Gula
Minyak
Mineral Mix
TOTAL
18
72
21,6
14,4 ml
Energi
(Kal)
67,5
276,92
216
560,42
Nilai Gizi
P (gr)
L (gr)
6,3
6,3
21,6
21,6
KH
Mineral
(gr)
(ml)
9
66,46
75,46
2,12
2,12
pemberian lewat
sisa
asupan
98
13.00
16.00
19.00
22.00
01.00
04.00
07.00
10.00
TOTAL
(ml)
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
720 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
540 ml
70 ml
70 ml
( a + b)
30 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
90 ml
570 ml
Rekomendasi II
Fase Stabilisasi Hari ke-2 (H2)
Kebutuhan Energi:
1) Energi: 100 Kal/kg BB/hari
2) Protein 1-1,5 gram/kg BB/hari
3) Cairan 130 cc/kg BB/hari
4) 8 x pemberian
Untuk Berat Badan 5,8 kg dengan 8 x pemberian maka volume F75 per 1 x
makan yaitu 95 ml (Tabel tatalaksana gizi buruk, 2011).
Total pemberian selama 24 jam yaitu = 95 x 8 = 760 ml
Bahan
Susu Skim
Gula
Minyak
Mineral Mix
Gram
19
76
22,8
15,2 ml
Energi (Kal)
71,25
292,3
228
-
P (gr)
6,65
-
Nilai Gizi
L (gr)
KH
22,8
-
(gr)
9,5
70,15
-
Mineral
(ml)
2,24
99
TOTAL
591,55
6,65
22,8
79,65
2,24
13.00
16.00
19.00
22.00
01.00
04.00
07.00
10.00
TOTAL
Sisa
diberikan
asupan
(ml)
95 ml
95 ml
95 ml
95 ml
95 ml
95 ml
95 ml
95 ml
760 ml
80 ml
80 ml
80 ml
95 ml
95 ml
95 ml
70 ml
70 ml
665 ml
( a + b)
95 ml
90 ml
80 ml
95 ml
95 ml
95 ml
80 ml
95 ml
730 ml
5 ml
15 ml
10 ml
30 ml
Rekomendasi III
Fase Transisi Hari ke-1 (H1)
Fase ini dapat dilakukan saat anak kondisi anak mulai stabil maka jumlah
makanan pun bisa ditingkatkan agar anak siap memasuki fase selanjutnya
(rehabilitasi).
Kebutuhan Energi: (F100)
1) Energi: 150 Kal/kg BB/hari
2) Protein 2-3 gram/kg BB/hari
3) Cairan 150 cc/kg BB/hari
100
4) 8 x pemberian
Untuk Berat Badan 5,9 kg dengan 8x pemberian maka volume F100 per 1 x
makan yaitu 110 ml (Tabel tatalaksana gizi buruk, 2011).
Total pemberian selama 24 jam yaitu = 110x 8 = 880 ml
Tabel 36. F100 pada fase transisi H1
Bahan
Gram
Susu Skim
Gula
Minyak
Mineral Mix
TOTAL
74,8
44
52,8
17,6 ml
Energi (Kal)
P (gr)
280,5
169,23
528
977,73
6,3
6,3
Nilai Gizi
L (gr)
KH
52,8
52,8
(gr)
37,4
40,62
78,02
Mineral
(ml)
2,59
2,59
13.00
16.00
19.00
22.00
01.00
04.00
07.00
10.00
TOTAL
Jumlah
diberikan
(ml)
NGT (ml)
lewat
110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
880 ml
80 ml
80 ml
80 ml
110 ml
110 ml
110 ml
80 ml
80 ml
730 ml
(ml)
25 ml
30 ml
20 ml
30 ml
20 ml
125 ml
Perkiraa
n sisa
asupan
mulut
( a + b)
5 ml
10 ml
10 ml
25 ml
105 ml
110 ml
100 ml
110 ml
110 ml
110 ml
110 ml
100 ml
855 ml
101
102
Lampiran 4. Leaflet
103
104
105
106
Formula WHO