Impetigo
Impetigo
PENDAHULUAN
Istilah impetigo berasal dari bahasa latin yang berarti serangan, dan telah
digunakan untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa
nampak pada daerah permukaan kulit. Ada dua tipe impetigo, yaitu impetigo
bullosa dan impetigo non-bullosa. Impetigo non-bullosa disebut juga impetigo
krustosa
atau
impetigo
kontagiosa.
Impetigo
bulosa
disebabkan
oleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Impetigo adalah infeksi bakteri gram positif yang menular dan disebabkan
Epidemologi
terbanyak (kira-kira 90%) adalah impetigo bulosa yang terjadi pada anak yang
berusia kurang dan 2 tahun. Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan
lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Di Amerika Serikat, merupakan 10% dari
masalah kulit yang dijumpai pada klinik. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah
tropis atau beriklim panas serta pada negara-negara yang berkembang dengan
tingkat ekonomi masyarakatnya masih tergolong lemah atau miskin 5.
Penelitian pada tahun 2005 menunjukkan S. aureus sebagai patogen terbanyak
yang menyebabkan impetigo bulosa dan impetigo non bulosa di Amerika dan
Eropa, sementara itu Streptococcus pyogenes pada negara berkembang.
Kebanyakan infeksi bermula sebagai infeksi Streptococcus tetapi kemudian
Staphylococci mengantikan streptococcus. Selain dapat menyebabkan manifestasi
pioderma primer dan kulit yang utuh, dapat juga menyebabkan infeksi sekunder
dari penyakit kulit yang ada sebelumnya atau pada kulit yang terkena trauma,
yang disebut dengan dermatitis impetigenisata. Impetigo jarang berkembang
menjadi infeksi sistemik, walaupun post streptococcal glomerulonepritis yang
merupakan komplikasi pada infeksi GABHS (Group A-hemolitik streptococcus )
dapat terjadi walaupun jarang. Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri
atau orang lain setelah rnenggaruk lesi. Infeksi sering kali menyebar dengan cepat
pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan hygiene
yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk 5,2.
2.3.
Etiologi
Organisme penyebab adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus betahemolyticus grup A (dikenal dengan Streptococcus pyogenes), atau kombinasi
keduanya. Staphylococcus dominan ditemukan pada awal lesi. Jika kedua kuman
ditemukan bersamaan, maka infeksi streptococcus merupakan infeksi penyerta.
Kuman S. pyogenes menular ke individu yang sehat melalui kulit, lalu kemudian
menyebar ke mukosa saluran napas. Berbeda dengan S. aureus, yang berawal
dengan kolonisasi kuman pada mukosa nasal dan baru dapat ditemukan pada
isolasi kuman di kulit pada sekitar 11 hari kemudian.
Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang
terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain
setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah
atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan hygiene yang buruk atau
tempat tinggal yang padat penduduk.
2.4.
Faktor Predisposisi
Faktor-faktor pencetus terjadinya Pioderma, antara lain:2
Klasifikasi Impetigo
Bakteri
Staphylococcus
menghasilkan
racun
yang
dapat
sehingga krusta akan kembali menebal. Sering krusta menyebar ke perifer dan
menyembuh di bagian tengah. Kemudian pada impetigo bulosa bula yang timbul
secara tiba-tiba pada kulit yang sehat dari plak (penonjolan datar di atas
permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5 cm, pada daerah dalam dari alat gerak
(daerah ekstensor), bervariasi dari miliar sampai lentikular dengan dinding yang
tebal, dapat bertahan selama 2 sampai 3 hari. Bila pecah, dapat menimbulkan
krusta yang berwarna coklat, datar dan tipis.2,4
2.7. Gejala Klinis
Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dan kelainan lain
(sekunder) baik penyakit kulit (gigitan binatang, varisela, infeksi herpes simpleks,
dermatitis atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh
(diabetes mellitus, HIV) 3.
2.7.1. Impetigo Bulosa
a. Vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter < 0,5 cm) yang timbul
sampai bula (gelembung berisi cairan berdiameter > 0,5 cm) kurang dan 1
cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan.
Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi
berwarna keruh.
b. Atap dan bula pecah dan meninggalkan gambaran collarette pada
pinggirnya. Krusta varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika
disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah.
c. Bula yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh.
d. Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat
menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain.
e. Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti
tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher.
f. Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi.
g. Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah,
diare. Jarang sekali disertai dengan infeksi sendi atau tulang.2,4
2.7.2. Impetigo Krustosa
a. Awalnya berupa wama kemerahan pada kulit (makula) atau papul
b.
(penonjolan padat dengan diameter <0,5 cm) yang berukuran 2-5 mm.
Lesi papul segera menjadi menjadi vesikel atau pustul (papula yang
berwarna keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi
pada
orang
dengan
impetigo
krustosa
sebagai
tanda
2.8.
Diagnosis banding
a. Lupus eritematosa bulosa : lesi vesikel dan bula yang menyebar dapat
gatal, seringkali melibatkan bagian atas badan dan daerah lengan.
b. Pemfigus bulosa : vesikel dan bula timbul cepat dan gatal menyeluruh,
dengan plak urtikaria.
c. Herpes simpleks : vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang
pecah menjadi lecet dan tertutup krusta, biasanya pada bibir dan kulit.
d. Pemfigus vulgaris : bula yang tidak gatal, ukuran bervariasi dan 1 sampai
beberapa
sentimeter,
muncul
bertahap
dan
menjadi
menyeluruh
Pemeriksaan Penunjang
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada
suatu daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang
respons terhadap pengobatan, maka diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pewarnaan gram.
Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutropil dengan
kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok.
Kultur cairan.
Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan
adanya
2.10. Terapi
Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan
memperbaiki kosmetik dan lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi ke orang
lain dan mencegah kekambuhan.
Syarat pengobatan yang baik adalah pengobatan harus efektif, tidak mahal
dan memiliki sedikit efek samping. Antibiotik topikal (lokal) menguntungkan
karena hanya diberikan pada kulit yang terinfeksi sehingga meminimalkan efek
4. Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan,
namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif).
5. Hygiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap
pendek dan bersih.
6. Jauhkan diri dari orang dengan impetigo.
7. Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari
yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar
matahari atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci
dengan disinfektan.
8. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat
yang terinfeksi dan cuci tangan setelah itu. 2,3,5.
2.13.
Prognosis
Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan
pengobatan yang teratur, meskipun dapat pula komplikasi sistemik seperti
glomerulonefritis dan lain-lain. Lesi mengalami perbaikan setelah 7-10 hari
pengobatan. 1,5,6
11
BAB III
KESIMPULAN
Impetigo merupakan pioderma superfisialis yang terbatas pada epidermis.
Impetigo terbagi atas 2 bentuk yaitu impetigo krustosa dan impetigo bulosa.
Impetigo krustosa merupakan bentuk pioderma yang paling sederhana, menyerang
epidermis dengan gambaran yang dominan ialah krusta. Diagnosis dapat
ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dari lesi. Penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan melakukan perawatan diri, pengobatan sistemik dan topikal.
Pengenalan klinis dari impetigo tidaklah sulit karena biasanya memberikan
gambaran yang khas. Pemeriksaan penunjang tidak perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosa, akan tetapi dapat dilakukan pada pasien yang tidak respon
setelah mendapat pengobatan, sehingga dapat dilakukan kultur dan tes sensitivitas.
Terapi umumnya berupa medikamentosa dan non medikamentosa dengan
prinsip tetap menjaga hygiene tubuh penderita agar tidak mudah terinfeksi
penyakit kulit. Prognosis umumnya baik. Impetigo umumnya sembuh tanpa
penyulit dalam 2 minggu apabila diobati secara teratur. Komplikasi berupa radang
ginjal pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 1-5% pasien terutama usia 2-6
tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik. Pengobatan utama
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Editor
Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Jakarta; FKUI. 2010. Hal. 57-9
2. Atlas Penyakit Kulit Kelamin. Edisi ke-2. Surabaya; Airlangga university
Press. 2012. Hal.27-9
3. Wolff K., Lowell A, Stephen I, dkk. Pyoderma in Dermatology in General
Medicine. Edisi ke-7. Vol. 1 & 2 (177). Hal. 1694-8
4. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta; Hipokrates. Hal. 46-9
5. Brown RG, Burns T. Lecture Notes on Dermatology. Ed. 9. Blackwell
publishing. Hal. 17-21
6. Siregar. Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2. Jakarta; EGC. 2005. Hal.47-50
13