Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
A. Kedudukan atau Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Dunia
Pendidikan.
Bila diperhatikan faktor faktor yang melatar belakangi perlunya
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau lembaga pendidikan,
maka nampaknya kehadiran pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya
merupakan keharusan, tetapi juga menurut suatu lembaga dan tenaga
profesional

dalam

pengelolaannya.

Pembahasan

berikut

ini

akan

mengemukakan uraian tentang kedudukan bimbingan dan konseling dalam


pendidikan dan bagaimana pula peranannya dalam mencapai tujuan
pendidikan serta beberapa alternatif pengelolaannya.1[1]
Dalam dunia pendidikan terdapat tiga komponen yang tidak dapat
terpisahkan yaitu: (1) Bidang

Administrasi dan kepemimpinan, (2) Bidang

pengajaran, (3) Bidang pemberian bantuan. Kalau salah satu dari kompnen
tersebut tidak

bekerja atau tidak berfungsi secara normal, maka tujuan

pendidikan yang diharapkan tidak tercapai dengan baik.


a. Bidang administrasi dan Kepemimpinan
Bidang ini merupakan bidang yang melaksanakan masalah administratif
dan kepemimpinan pada suatu sekolah, yaitu masalah yang menyangkut
pelaksanaan pendidikan secara baik. Tanggung jawab bidang ini mencakup
kegiatan kegiatan perencanaan organisasi, pembiayaan, pembagian tugas
staff/ personalia, perlengkapan dan pengawasan. Pada umumnya bidang ini

merupakan tanggung jawab pimpinan dan para petugas administrasi


lainnya.2[2]
b. Bidang pengajaran
Bidang ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pengajaran.
Para guru merupakan petugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
bidang ini.3[3] Bidang ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan,
ketrampilan dan sikap kepada peserta didik. Pada umumnya bidang ini
merupakan pusat kegiatan pendidikan dan merupakan tanggung jawab
utama staff pengajaran (staff edukatif).4[4]
c. Bidang pemberian bantuan
Bidang ini tidak kalah pentingnya dengan kedua bidang terdahulu,
karena bidang ini bertanggung jawab memberikan pelayanan siswa untuk
memperoleh kesejahteraan lahir dan batin dalam proses pendidikan. Murid
sangat memerlukan bantuan untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal. 5
[5]
Dengan demikian tiap komponen mempunyai tugas dan fungsi masing
masing, tetapi dilaksanakan bersama sama. Apabila salah satu komponen
tidak melaksanakan, maka proses pendidikan tidka berhasil dengan baik.
Misalnya di sekolah hanya diberikan sejumlah mata pelajaran saja, tanpa
administrasi dan supervisi yang baik maka tujuan pendidikan tidaka akan
tercapai. Demikian juga dengan masalah masalah itu hanya bisa

2
3
4
5

dipecahkan melalui bidang kegiatan pemberian bantuan, melalui program


layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Dengan melihat kenyataan di sekolah, ada beberapa faktor yang
menyebabkan perlunya pelaksanaan bimbingan antara lain:
a. Guru sebagai pengajar tidak mungkin dapat menyelesaikan beberapa
masalah tertentu dalam pendidikan dan pengajaran.
b. Ada beberapa kegiatan dalam rangka mendidik siswa, yang harus dilakukan
petugas sekolah lain yang bukan guru.
c. Antara guru dan siswa kadang kadang terjadi konflik, hal ini memerlukan
bantuan pihak ketiga untuk memecahkannya.6[6]
d. Dalam situasi tertentu juga dirasakan perlunya suatu wadah atau lembaga
yang menampung dan menyelesaikan masalah masalah peserta didik yang
tidak dapat tertampung dan terselesaikan oleh para pendidik. Misalnya, bila
terjadi ada seorang siswa yang menghadapi masalah pribadi yang cukup
serius. Para pendidik kadang kadang merasa bukan wewenangnya untuk
membantu peserta didik tersebut. Sehingga bilamana bidang pembinaan
pribadi bimbingan dan konseling- tidak ada atau tidak berfungsi, peserta
didik tersebut akan tetap dalam keadaan bermasalah, karena tidak adanya
wadah dan tenaga yang dapat membantunya dalam menyelasaikan masalah
yang dihadapinya.7[7]
Dari uraian terdahulu jelaslah bahwa dalam keseluruhan proses
pendidikan, program bimbingan dan konseling merupakan keharusan yang
tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan pada umumnya. Apalagi
dalam situasi formal itu tidaka hanya membekali para siswa dengan
6
7

setumpuk ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mempersiapkan para peserta


didik untuk memenuhi tuntutan perubahan serta kemajuan yang terjadi di
lingkungan masyarakat. Sebagaimana dikemukakan pada uraian terdahulu,
bahwa perubahan dan kemajuan ini akan menimbulkan masalah, khususnya
bagi para peserta didik itu sendiri, dan umumnya bagi pihak- pihak yang
terlibat di dalam dunia pendidikan. Para peserta didik akan menghadapi
masalah pemilihan spesialisasi, pemilihan jurusan, pemilihan program,
masalah belajar, masalah penyesuaian diri, masalah pribadi dan sosial dan
lain sebagainya yang membutuhkan penanganan dan bantuan dari bidang
pembinaan pribadi, yang merupakan bagian integral darti keseluruhan
sistem pendidikan formal.
B. Posisi Bimbingan dan Konseling Dalam Konteks KTSP8[8]
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), di lingkungan pendidikan dasar
dan menengah yang berkaitan dengan masalah Bimbingan dan Konseling disebutkan bahwa
pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta

didik

untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau
dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan layanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan
pengembangan karir peserta didik.

Menyimak uraian di atas maka keberadaan Bimbingan dan Konseling di setiap satuan
pendidikan merupakan bagian integral dalam suatu sistem pendidikan. Jika guru mata pelajaran
memberikan materi pelajaran pada peserta didik, maka konselor sekolah menggarap
pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini sangat mempengaruhi terhadap
perkembangan peserta didik. Bimbingan dan Konseling di sekolah memiliki kedudukan dan
peran yang sangat penting bahkan perlu, sebab dengan layanan BK di sekolah yang mengacu
pada pengembangan diri, peserta didik akan dapat berkembang secara optimal dalam
melaksanakan tugas perkembangannya. Melihat kedudukan dan perannya layanan BK di
sekolah, maka layanan BK memiliki fungsi a). pemahaman b). pencegahan c).pengentasan d).
pemeliharaan dan pengembangan dan e). fungsi advokasi.
C. Posisi Bimbingan dan Konseling Dalam Konteks KBK
Metode layanan atau bimbingan dan konseling dalam konteks KBK adalah:9[9]
a. Layanan dasar ; yakni layan bantuan kepada peserta didik melalui kegiatan, kelas atau luar kelas
yang disajiak secara sistematis, dalam rangka membantu peserta didik untuk dapat
mengembangkan potensi dirinya seecara optimal. Tujuan layana ini adalah untuk membantu
peserta didik agar memperoleh perkembangan yang normal, memlilik mental yang sehat,
memperoleh keterampialn hidup, yang dapat dilakukan melalui strategi layan klasikal dan
strategi layanan kelompok.
b. Layana responsive; yaitu layan bantuan bagi peseta yang memiliki kebutuhan atau masalah yang
memerlukan bantuan segera. Tujuan layan ini dalah membantu peserta didik agar dapat
mengatasi masalah yang dialaminya yang dilakukan melalui strategi layan konsultasi, konseling
c.

individual, konseling kelompok, reveral dan bimbingan teman sebaya.


Layanan perencanaan individual; yaitu bantua kepada pesert adidik agar mampu membuat dan
melaksanakan perencanan masa depanya. Berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan

kelemahanya. Tujuan layanan ini adalh agar peserta didik dapat memiliki kemapuan
merumuskan tujuan, merencanakan

Anda mungkin juga menyukai