Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology
Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi dan
teknologi kontrasepsi. Penggunaan istilah teknologi terkini, tidaklah indentik
dengan penggunaan peralatan canggih dan piranti yang mahal. Istilah ini
diartikan sebagai teknologi tepat guna dan sesuai untuk institusi pelayanan
dengan sumber daya terbatas, dilaksanakan oleh petugas yang kompeten, dan
memberi

manfaat

maksimal

bagi

masyarakat

atau

keluarga

yang

membutuhkan pelayanan kontrasepsi berkualitas. Pemahaman tentang


teknologi terkini, juga diharapkan dapat mengurangi/menghilangkan masalah
barier medik diantara petugas klinik yang sebelumnya menjadi penghambat
akses bagi keluarga yang membutuhkan pelayanan KB.
Bagaimanapun juga, pemberi pelayanan KB tentunya memerlukan
penyegaran pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan
kemajuan teknologi kontrasepsi maupun perkembangan ilmu terbaru untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB bagi masyarakat. Tidak dapat
dipungkiri bahwa sebagian besar pemberi pelayanan KB adalah para bidan.
Program KB di Indonesia tidak akan berhasil tanpa hadirnya bidan. Bidan
merupakan ujung tombak penyedia layanan KB. Hal senada tercantum dalam
Kepmenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 yang menyatakan bahwa bidan
dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan KB,
dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan.
Para anggota IBI diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan
kualitas pelayanan kesehatan reproduksi terstandar. Standarisasi pelayanan
KB telah ada dalam kebijakan Depkes RI yang meliputi keahlian,
kompetensi, peralatan, sarana, prasarana, dan manajemen klinik. Oleh

karenanya, melalui pelatihan ini diharapkan kualitas pelayanan KB akan


semakin meningkat sesuai dengan standar sehingga dapat memuaskan
klien/akseptor KB, yang pada gilirannya dapat meningkatkan jumlah akseptor
KB.
B. Rumusan Masalah
Apa sajakah macam-macam KB Terkini ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui lebih jelas macam-maam KB Terkini diantaranya:
1. SUNTIKAN
2. IUD
3. PIL
4. KONDOM
5. IMPLANT
D. Manfaat
Untuk mengetahui implikasi KB Terkini terhadap pelayanan kebidanan,
diantaranya:
1. SUNTIKAN
2. IUD
3. PIL
4. KONDOM
5. IMPLANT

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi asal kata dari kontra yang berarti mencegah/ menghalangi


dan konsepsi yang berarti pembuahan/pertemuan antara sel telur dengan
sperma. Jadi kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan
menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi.
Menurut Kamus BKKBN (2011) Kontrasepsi adalah Obat atau alat untuk
mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam,
yaitu kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implantt) dan
kontrasepsi non-hormonal (IUD, Kondom).
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal
itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Dapat dipercaya; 2.
Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3. Daya kerjanya
dapat diatur menurut kebutuhan; 4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan koitus; 5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus; 6. Mudah
pelaksanaanya; 7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat; 8. Dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang
bersangkutan.
B. Metode Kontrasepsi Terkini
Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology
Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi dan
teknologi kontrasepsi. Penggunaan istilah teknologi terkini, tidaklah indentik
dengan penggunaan peralatan canggih dan piranti yang mahal. Istilah ini
diartikan sebagai teknologi tepat guna dan sesuai untuk institusi pelayanan
dengan sumber daya terbatas, dilaksanakan oleh petugas yang kompeten, dan
memberi

manfaat

maksimal

bagi

masyarakat

atau

keluarga

yang

membutuhkan pelayanan kontrasepsi berkualitas.


Selain itu, upaya sedang dilakukan untuk mengembangkan metode mudah
yang memberikan perlindungan ganda terhadap kehamilan dan infeksi/
penyakit menular seksual, termasuk HIV. Pendekatan non-steroid akan
mengatasi kebutuhan perempuan yang ingin menghindari efek samping dari
metode hormonal umum, sementara pendekatan non operasi untuk sterilisasi
bisa lebih aman bagi perempuan yang tidak ingin anak lagi.
3

Perkembangan pemenuhan hak-hak reproduksi menuntut pemahaman


yang lengkap dan akurat tentang alat dan obat kontrasepsi yang diperlukan.
Tuntutan ini, semakin hari semakin nyata, sehingga sekarang disadari bahwa
aspek keadilan dalam melakukan pengaturan kehamilan terjadi ketimpangan
yang menyolok antara pria dan perempuan. Sampai hari ini, jenis dan jumlah
alat dan obat kontrasepsi masih didominasi bagi perempuan. Sementara itu,
pemahaman perilaku terhadap pengaturan kelahiran juga masih didominasi
bagi perempuan dan kurang dapat mampu menjelaskan perilaku pria. Tidak
aneh apabila dalam praktek sehari-hari bidang kedokteran kontrasepsi lebih
banyak yang dilayani bagi perempuan dibanding laki-laki (Kammen,
Oudshoorn, 2004). Pada beberapa dekade terakhir ini, banyak penelitian
difokuskan kepada perkembangan efektivitas dan keamanan kontrasepsi pria.
Idealnya kontrasepsi pria itu harus memiliki khasiat jangka lama, tetapi
bersifat reversibel dalam hal menyebabkan azoospermia (tidak adanya sperma
didalam semen). Menurunkan jumlah sperma relatif lebih sulit bila
dibandingkan dengan menghambat terjadinya ovulasi pada wanita. Hal ini
karena jumlah sperma sekali ejakulasi dapat melebihi 20-40 juta sperma,
sedangkan wanita umumnya hanya untuk menghambat satu sel telur untuk
setiap bulannya. Tantangan umum perkembangan obat kontrasepsi pria
terutama dalam hal:
1. Menekan jumlah sperma yang dikeluarkan.
2. Variasi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan azoospermia.
3. Meminimalkan efek metabolik yang tidak diinginkan.
Penemuan terkini Alat Kontrasepsi perkembangan teknologi memang terus
berkembang dan tidak terkecuali dengan alat kontrasepsi. Beberapa alat
kontrasepsi diantaranya :
A. SUNTIKAN
1. Suntik KB hormonal pada pria
Alat kontrasepsi akan semakin bermacam pilihan dan tentunya akan
menjadi alternative bagi pasangan suami isteri untuk menentukan metode
keluarga berencananya. Selama ini alat kontrasepsi suntikan ataupun pil
Kb hanya monopoli kaum wanita. Namun dengan penemuan yang
4

terbaru ini, lelaki sudah bisa menggunakan alat kontrasepsi suntik. Disatu
sisi hal ini mungkin menguntungkan kaum wanita karena bisa bergantian
menggunakan alat kontrasepsi, namun dilain pihak juga khawatir
penemuan ini akan makin menumbuhsuburkan perilaku seks bebas lelaki
karena pria tidak takut lagi akan menghamili pasangan yang sah.
Keterlibatan laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia
memang masih rendah. Selain kondom, vasektomi (memotong saluran
benih untuk menghambat transportasi sperma) merupakan pilihan dari
jenis kontrasepsi yang saat ini tersedia untuk pria. Untuk mencari
alternatif kontrasepsi terbaru, kini para ahli tengah meneliti kontrasepsi
pria yang lebih efektif, yakni suntikan testoteron. Berdasarkan uji coba
terhadap 1.045 pria sehat berusia 20-45 tahun di Cina, suntikan testoteron
terbukti efektif sebagai alat kontrasepsi pria.
Para responden yang memiliki pasangan usia subur tersebut disuntik
dengan 500 miligram formula testoteron setiap bulan selama 30 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan angka kegagalan (terjadinya kehamilan)
hanya 1,1 per 100 pria dalam kurun waktu 24 bulan. Para peneliti juga
melaporkan tidak ditemukannya efek samping dalam penggunaan
suntikan ini. Selain itu, setelah penghentian suntikan, kemampuan
memproduksi sperma pada laki-laki tersebut kembali normal.
2. Androgen
Metode kontrasepsi pria dalam bentuk injeksi testosteron ester
(testosteron enanthate) pertama kali diuji klinik di Eropa dan Amerika
Serikat tahun 1970. Dosis testosteron yang dicobakan sangat tinggi (200
mg intramuskuler injeksi) sehingga merupakan dosis supra-fisiologis.
Pada relawan laki-laki sehat, testosteron enanthate berhasil memacu
terjadinya

azoospermia

pada

40-50

persen

peserta,

sedangkan

oligozoospermia berat terjadi pada 35- 45 persen. Antara tahun 1985 dan
1995, WHO mendanai dua penelitian multi-senter antar negara tentang
penggunaan adrogen tersebut. Hasilnya apabila telah terjadi azoospermia
dan atau oligozoospermia berat karena rangsangan androgen dari luar
5

tersebut maka pengaruhnya sebagai kontrasepsi dapat dijamin. Pada


penelitian kedua, dilakukan uji klinik dengan memberikan injeksi
testosteron enanthate 200 mg/minggu selama 18 bulan kepada 500 pria.
Pada enam bulan pertama, sementara menunggu proses terjadinya
azoospermia

atau

oligozoospermia

berat

maka

pasangannya

menggunakan kontrasepsi jenis lain. Androgen meningkatkan masa tubuh


(body mass), kepadatan mineral tulang, dan menurunkan lemak tubuh.
Tergantung dasar penilaian yang dipakai, bagi beberapa laki-laki dari
negara sedang berkembang hal tersebut dapat dilihat memberikan benefit
yang positif. Kadar testosteron darah yang melibihi nilai ambang batas
fisiologis dapat meningkatkan kejadian jerawat dan berat badan.
3. Androgen dan Kombinasi dengan Progestin
Bahan lain yang dapat menekan gonadotropin, misalnya progestin,
akan dapat mengurangi kadar androgen yang diperlukan untuk
kontrasepsi pria karena memiliki pengaruh yang saling sinergistik.
Beberapa jenis progestin dan testosteron pernah diteliti sebelumnya.
Penilitian beberapa waktu membandingkan pengaruh injeksi testosteron
enthantate 100 mg/ minggu dengan testosteron yang dikombinasi dengan
pemberiaan levonogestrel per oral dengan dosis 250 g per hari.
Hasilnya menunjukkan kombinasi antara androgen dengan progestin
memberikan efikasi 94 persen, sedangkan androgen tanpa progestin
hanya 61 persen. Proses menjadi azoospermia atau oligozoospermia
dapat dicapai masing-masing dalam waktu 8,9 minggu untuk kombinasi
androgen dengan progestin dan14,4 minggu untuk androgen tanpa
kombinasi.
Penelitian berikutnya dapat membuktikan bahwa dosis levonorgestrel
dapat diturunkan menjadi 125 g per hari tanpa penurunan supresi
spermatogenik tetapi menurunnya berat badan dan supresi serum HDL
dengan penambahan progestin per oral. Testosterom enanthate telah
dicoba diberikan bersama injeksi depotmedroksi progesterone acetat
(DMPA), desogestrel oral, dan cyproterone acetate (progestin dengan
antiandrogenik). Pada semua penelitian ini terlihat bahwa progestin
6

memperkuat efek androgen. Testosteron undecanoate telah diteliti


bersama-sama pill levonogestrel (250 g/hari) dan injeksi norethisterone
enathate (200 mg/6 bulan secara i.m.). Kombinasi antara testosteron
undecanoate dengan norethisterone enanthate sangat efektif dalam
menekan spermatogenesis menjadi azoospermia, sedangkan kombinasi
dengan levonorgestrel oral menjadi semakin lemah. Demikian juga
kombinasi antara testosteron pelet (800 mg) bersama-sama dengan
DMPA (300 mg injeksi) sangat efektif sehingga terjadi azoospermia.
Tidak seperti halnya injeksi, testosteron tempel (patch) kombinasi dengan
levenorgestrel secara oral atau implant memiliki pengaruh yang lemah
terhadap proses azoospermia, hanya berkisar 25-30 persen. Penelitian
lain sedang atau baru saja diselesaikan antara lain: 1) kombinasi
testosteron undecanoate dengan injeksi norethisterone, injeksi DMPA,
atau etonogestrel impan, 2) testosteron peelt dengan DMPA injeksi,
levonorgesterel, atau etonogestrel impan, 3) 7- metil-19-nor-testosteron
(MENT) implant dan levonorgestrel impant, dan 4) testosteron decanoate
injeksi dengan etnogestrel oral atau implant. Cyproterone acetate (CPA)
adalah progestin dalam bentuk oral yang sangat kuat sekali. Apabila CPA
diberikan secara tersendiri, maka terjadi penurunan kadar serum
testosteron dan hipogonadism. CPA dikombinasi dengan testosteron
enanthate (100 mg/minggu atau 250 mg/ 2 atau 3 minggu sekali),
pengobatan

menghasilkan

azoospermia

atau

hampir

mendekati

azoospermia disemua subjek pria yang dikaji. Pada subyek tersebut tidak
didapatkan perubahan serum lipid. Dosis tinggi CPA (50 mg atau lebih)
menurunkan hematokrit darah, meskipun testosteron diberikan pada dosis
fisiologis. Penurunan dosis CPA menjadi 20 mg/hari akan menghilangkan
gejala tersebut. CPA sekarang tidak dicoba lagi sebagai obat kontrasepsi
pria. Progestin lain yang memiliki aksi anti-androgenik adalah dienogest.
Penelitian mulai dilakukan pada obat baru ini dan hasilnya belum
dipublikasikan.
4. Androgen dan GnRH Antagonis
7

GnRH agonis pada perempuan sangat kuat potensinya untuk tidak


menimbulan ovulasi. GnRH agonis pada pria tidak dapat dipakai untuk
memprediksi terjadinya proses spermatogenesis. GnRH agonis, jika
diberikan dengan dosis yang tinggi,atau infuse bersama-sama androgen
pada laki-laki maka akan terjadi supresi pengeluaran hormone LH dan
FSH. Namun demikian, cara ini belum belum berhasil menekan sampai
kondisi azospermia dan oligozoozpermia. Disisi lain, GnRH antagonis
(diberikan secara injeksi subkutan secara harian) dan dikombinasikan
dengan androgen akan memiliki pengaruh yang sangat kuat. Namun
demikian obat ini dapat menimbulkan gatal-gatal dikulit, karena reaksi
yang mirip terhadap histamin dari luar tubuh.
5. Androgen dan Kombinasi dengan Estrogen
Penelitian pada tikus dan kera-kera menunjukkan bahwa kombinasi
estradiol implantt dengan testosteron implant menghasilkan supresi dari
spermatogenesis yang terlihat lebih lengkap. Estrogen kemungkinan
memiliki potensi menimbulkan efek samping dan merangsang terjadinya
gynaecomastia.

Sementara

menguntungkan

pada

itu,

tulang

estrogen
serta

juga

menurunkan

memiliki

efek

kadar

HDL.

Spermatogenesis terhambat tetapi bukan karena efek estradiol dan


testosteron yang semula diduga memilki efek additif.
6. Suntikan styrene maleic anhydride (SMA)
Metode non hormonal mempunyai onset yang cepat dan sedikit
dipengaruhi oleh fungsi psikologi lainya yang berkaitan dengan fungsi
androgen. Sumber potensial alami dari kontrasepsi non-hormonal
terutama gossypol, neem dan tripterygium. Obat non hormonal lainnya
yang potensial dan reversibel antara lain adalah vaksin dan suntikan
styrene maleic anhydride (SMA) yang disuntikan kedalam vas deferen.
Obat yang berasal dari sumber natural yang telah banyak diuji cobakan
sebagai kontrasepsi pria adalah gossypol. Gossypol berasal dari tanaman
kapas dan dapat menghambat pergerakan sperma dan pematangan sperma
(spermatogenesis). Studi yang dilakukan di China menemukan bahwa
gossypol menekan spermatogenesis pada sebagian besar pria, tetapi
8

oligospermia tidak terjadi secara konsisten dan reversible. Gossypol juga


dapat menyebabkan turunnya kalium dalam darah (hipokalemia). Neem
dan tripterygium juga berasal dari tumbuhan dan keduanya digunakan
sebagai

kontrasepsi

pria.

Keduanya

menimbulkan

efek

pada

spermatogenesis, yang dilakukan pada percobaan pada binatang. Neem


adalah tanaman asli dari India, dan sudah digunakan untuk percobaan
dalam pengobatan. Tripterigium wilfordii (TW) dan tripterigium
hypoglaucum (TH) adalah tumbuhan yang berasal dari genus yang sama,
dan telah lama digunakan sebagai pengobatan tradisional China. Isolasi
bahan aktif dari tripterigium sudah diuji cobakan untuk kontrasepsi pada
manusia. Dari beberapa penelitian yang ada, Lopez et al (2005)
menyimpulkan bahwa meskipun ada indikasi bahwa obat-obat tersebut
memiliki pengaruh terhadap sperma, namun belum cukup bukti untuk
menjadikan obat-obat tersebut sebagai obat kontrasepsi dalam program
kesehatan masyarakat. Gossypol masih memiliki masalah utama berupa:
toksisitas, efikasi yang rendah, dan reversabilitas yang lambat atau tidak
sempurna. Penelitian TW dan TH perlu dilanjutkan karena masih
sedikitnya bukti-bukti yang nyata tentang pengaruh obat tersebut
terhadap sperma.
7. Metode Operasi Pria (MOP) dengan RISUG (Reversible Inhibition
of Sperm Under Guidance) Penghambatan Sperma Reversibel di
Bawah Bimbingan.
Metode ini pertama kali ditemukan di India oleh seorang profesor
biomedis dari Indian Institute of Technology bernama Sujoy K. Guha.
RISUG terdiri dari campuran bubuk stirena maleat anhidrida (SMA)
dengan dimetil sulfoksida (DMSO). Gel yang dihasilkan disuntikkan ke
vas deferens untuk melapisi dinding vas deferens dan memblokir
lorongnya (lumen). RISUG merupakan salah satu metode kontrasepsi
yang bekerja di dalam saluran vas deferens atau saluran yang berfungsi
untuk mengalirkan sperma. Salah satu keuntungan dari metode ini adalah
karena bersifat sementara, sehingga kesuburan dapat kembali apabila
diinginkan. Suntikan ini sangat efektif dan per dosis bisa bertahan hingga
9

10 tahun. Efek sampingnya juga sedikit dan dosisnya bisa disesuaikan


dengan kebutuhan.
RISUG disuntikkan melalui metode yang mengekspos vas deferens
seperti pada metode vasektomi tanpa pisau bedah. Setelah penerapan
anestesi lokal, dokter membuat lubang di kulit skrotum yang sangat kecil
sehingga tidak memerlukan jahitan tetapi membuat vas deferens mudah
terlihat. Proseurnya dengan menyuntikan bahan sejenis polymer yang
berbentuk gel ke dalam saluran vas deferens, sehingga gel tersebut akan
melapisi bagian dalam dinding vas deferens. Keseluruhan prosedur
biasanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit. Gel polymer
tersebut nantinya akan membunuh setiap sperma yang melewati saluran
vas deferens sehingga mencegah terjadinya kehamilan. Kemudian
apabila pria menginginkan kesuburannya kembali baik dalam hitungan
bulan ataupun tahun, maka bahan polymer akan dibersihkan dari saluran
vas deferens melalui suntikan lain.
8. Vaksin Kontrasepsi
Upaya mengembangkan vaksin untuk mengendalikan fertilitas telah
dilakukan sejak tahun tigapuluhan menggunakan sperma, ovum (telur),
dan hormon sebagai antigennya (Delves, Luna, Roitt, 2002). Namun
demikian baru pada sepuluh tahun terakhir ini mulai adaindikasi
keberhasilan dalam pengembangan vaksin untuk kontrasepsi, yang telah
dibuktikan efikasinya pada manusia dan binatang (Jone, 1988). Vaksinasi
terhadap hormon pengendali reproduksi sangat menjajikan dimasa depan.
Kemungkinan yang paling menjajikan adalah mengatur hormon yang
mengendalikan produksi gametes atau mempengaruhi kelangsungan
hidup dari telur yang telah dibuahi (fertilized egg). Namun demikian,
vaksinasi dapat pula ditujukan untuk menghalang-halangi terjadinya
pembuahan (fertilisasi), yaitu dengan jalan merangsang timbulnya
antibodi, yang titik tangkapnya terletak pada protein didinding
permukaan gametes sehingga sperma tidak dapat menembus dinding
telur.
10

Berikut akan disampaikan secara singkat perbedaan kedua cara kerja


vaksin tersebut.
a. Pengendalian Hormon Reproduksi
Baik pada perempuan atau laki-laki, proses gametogenesis
dikendalikan oleh hormone follicel stimulating hormone (FSH)
dan luteinizing hormone (LH) (Delves, Lund, dan Roitt, 2002a;
Delves, Lund, dan Roitt, 2002b). Produksi kedua hormon ini oleh
glandula pituitaria (pituitary gland) diatur atau diregulasi oleh
hormon pelepas gonadotropin yang berasal dari hipotalamus, yaitu
the hypothalamic gonadotropin releasing hormon (GnRH)atau
disebut hormon pelepas-LH atau LH-RH. FSH dan LH juga
mengatur proses pembentukan steroid pada gonade (gonadal
steroidegenesis) melalui interaksi dengan reseptor FSH dan LH,
yaitu FSH-R dan LH-R (Gambar 2). Hormon yang berbeda telah
ditemukan dengan target yang berbeda pula antara pria dan
perempuan (Gupta dan Koothan, 1990; Thau, 1992).
b. Pria Sasaran Vaksinasi
Pendekatan pertama vaksinasi terhadap pria adalah berbasis pada
peran GnRH. Uji klinis tahap I menunjukkan bahwa vaksin dapat
dianggap

aman,

efektif

dan reversibel.

Penurunan

hormon

gonadotropin tidak diikuti adanya efek samping yang menyolok


kecuali adanya penurunan libido. Penurunan ini akibat vaksin-pria
menurunkan

kadar

testosteron,

sehingga

untuk

tetap

mempertahankan libido tersebut perlu suplementasi testosteron


(Mettens dan Monteyne, 2002).Berbagai macam bentuk vaksin
GnRH dengan urutan homologi tinggi telah diekstraksi dari otak
beberapa jenis kera. Antibodi yang dirangsang oleh vaksin GnRH
memerlukan spesifikasi khusus sesuai molekul GnRH masingmasing, sehingga dicari persamaannya dari berbagai jenis kera
tersebut. Vaksin anti fertilitas yang sekarang telah dikembangkan
memiliki sasaran GnRH sub-spesies yang spesifik, sehingga reaksi

11

silangnya rendah, termasuk reaksi silangnya dengan molekul yang


serupa GnRH atau GnRH isoforms (Ferro,et al, 2001).
Vaksin pria yang memacu antibodi terhadap GnRH kemungkinan
besar dapat digunakan untuk terapi hipertropi prostat dan penyakit
kanker pria dan perempuan yang tergantung pada hormon kelamin.
Uji klinis fase I sedang dilakukan pada penderita kanker prostate
tahap lanjut (dengan metastase) menggunakan vaksin yang memacu
GnRH tersebut (Talwar, et al, 1992; Talwar, 1997).
Pendekatan vaksinasi kedua adalah berbasis pada immunisasi
terhadap hormon gonadotropin FSH. Pendekatan ini dilakukan
karena FSH bersama-sama androgen lainnya mengatur proses
pembentukan sperma (spermatogenesis) yang terjadi dalam sel
Sertoli sementara LH bekerja di sel Leydig yang mengatur produksi
testosteron. Vaksin yang memacu antobodi terhadap FSH hendaknya
tidak mengalami reaksi silang dengan LH, karena turunnya kada LH
akan diikuti penurunan produksi testosteron. Penurunan kadar
testosteron akan diikuti dengan penurunan libido pria. Vaksin yang
sedang dikembangkan agar tidak mengalami reaksi silang dengan
LH baru tahap percobaan pada kelinci (Mettens dan Monteyne,
2002). Sejak lima tahun terakhir ini, pengembangan vaksin
menggunakan FSH yang berasal dari ovine telah dicobakan pada
pria, dan hasilnya cukup baik karena menurunkan jumlah sperma
tanpa terjadi reaksi silang imunitas yang bermakna (Moudgal,
Murthy, Kumar et al., 1997).
c. Perempuan Sasaran Vaksinasi
Pada perempuan, FSH mengatur produksi sel telur (ova) dan LH
merangsang terjadinya ovulasi pada fase folikulogenesis. Sekresi
FSH dan LH dikendalikan oleh hormone gonadoliberin dari
hipotalamus GnRH/LH-RH. Semua hormon-hormon ini adalah
sasaran dari vaksin kontrasepsi. Vaksin berbasis GnRH telah
dicobakan pada beberapa model binatang dan hasilnya reversibel
(Tast, Love, Clarke, Evans, 2000). Seperti dibahas pada vaksin pria,
12

immunisasi terhadap FSH mungkin akan merangsang reaksi silang


terhadap antibodi LH. Disamping itu, besar kemungkinannya bahwa
immunisasi terhadap FSH tidak dapat merangsang antibodi dengan
kadar yang mencukupi, sehingga tidak dapat menghambat konsepsi
secara total. Ferro dan Stimson (1998) meningkatkan spesifisitas
vaksin dengan cara memilih beberapa jenis peptida FSH yang dapat
berikatan dengan vaksin tetanus (Tetanus Toxoid). Untuk jenis-jenis
peptida tertentu dari binatang yang diberikan vaksin tersebut
menunjukkan terjadinya gangguan siklus estros akibat terjadinya
supresi kadar estradiol. Hormon korionik-gonadotropin (hCG)
diproduksi oleh sel tropoblas pada telur yang telah dibuahi dan
kerjanya merangsang korpus luteum sehingga melepaskan hormon
progesteron. Hormon progesteron ini berfungsi untuk memelihara
atau mempertahankan proses kehamilan. Di India, dikembangkan
vaksin terdiri dari -subunit hCG yang dapat mengikat -subunitovine LH dan diikatkan dengan vaksin tetanus toxoid (TT) atau
diptheria toxoid (DT) dan telah terbukti dapat mencegah kehamilan.
Uji klinik vaksin fase I dan fase II vaksin tersebut sedang
berlangsung dan hasilnya cukup menggembirakan (Talwar, 1997).
Kesuburan kembali setelah pemberian vaksin ini ternyata dapat
dijamin, sehingga bukan vaksin yang menyebabkan infertilitas
permanen (Mettens dan Monteyne, 2002).
B. IUD
1. Pengertian IUD
IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim) disebut juga spiral, alat ini dipasang dalam
rahim wanita. IUD atau AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang efektif,
aman, dan nyaman bagi banyak wanita. Alat ini merupakan metode
kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan diseluruh dunia
dengan pemakai saat ini mencapai sekitar 100 juta wanita. AKDR
memiliki efektifitas lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan pada
pemakaian 1 tahun atau lebih. (Anna, 2006).
13

2. Mekanisme Kerja IUD


Mekanisme kerja IUD yaitu :
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba pallopi.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. IUD mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk pembuahan.
d. Memungkinkan untuk mencegah implanttasi telur dalam uterus.
(Hidayati, 2009).
Sejarah mula IUD/AKDR tidak begitu jelas. Akan tetapi terungkap
bahwa pada zaman dahulu orang arab memasukkan batu kedalam rahim
unta mereka dan ternyata unta mereka memang tidak hamil. IUD/AKDR
mulai dikembangkan pada tahun 1909 di polandia, yaitu ketika Richter
membuat suatu alat kontrasepsi dari benang sutra tebal yang dimasukkan
kedalam rahim. Kemudian pada tahun 1930 berkembang dengan dibuatnya
cincin perak yang juga dimasukkan kedalam rahim dan hasilnya
memuaskan. Pada tahun 1962 Dr.Lippes membuat IUD/AKDR dari plastik
yang disebut lippes loop (Suratun, Dkk. 2008).
3. Efektifitas IUD/AKDR
Pada prinsipnya semua kontrasepsi efektif apabila digunakan dengan
baik

dan

benar,

namun

ada

beberapa

metode

yang

tingkat

ketergantungannya cukup tinggi. Kontrasepsi ini Jika tidak dibina dengan


baik maka angka kegagalannya akan tinggi. Salah satu metode tersebut
adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau (IUD).
IUD/AKDR juga dapat mencegah kehamilan mencapai 98% hingga
100% tergantung pada jenis IUD/AKDR . IUD/AKDR terbaru seperti
copper T380A memiliki efektifitas cukup tinggi, bahkan selama 8 tahun
pengguna tidak ditemukan adanya kehamilan. Pada penelitian yang lain
ditemukan setelah penggunaan 12 tahun ditemukan 2,2 kehamilan per 100
pengguna dan 0,4 diantaranya terjadi kehamilan (Suratun, Dkk. 2008).
4. Jenis IUD/AKDR Yang Beredar
AKDR Non-hormonalPada saat ini AKDR telah memasuki generasi
ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan.

14

Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam
sampai generasi plastik(polietilen) baik yang diambah obat maupun tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi :
a) Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil,
Multiload,Nova-T
b) Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
a) Medicated IUD
Misalnya: Cu T 200, Cu T 220, Cu T 300, Cu T 380 A, Cu-7, Nova
T, ML-Cu 375.
b) Un Medicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
IUD yng banyak dipakai di Indonesia dewasa ini arijenis Un
Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenisMedicated Cu T,
Cu-7, Multiload dan Nova-T.Pada jenis Medicated IUD angka
yang tertera dibelakang IUD menunjukkanluasnya kawat halus
tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga
adalah 200mm2.
c. IUD yang mengandung hormonal
a) Progestasert-T = Alza T
Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor
warna hitam.Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat,
melepaskan 65mcg progesteron per hari. Tabung insersinya
berbentuk lengkung, Daya kerja :18 bulan. Teknik insersi:
plunging. (modified withdrawal).
b) LNG-20
Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan
20mcg per hari, Sedang diteliti di Finlandia. Angka kegagalan
/kehamilan sangat rendah: 0,5 per 100 wanita per tahun.
Penghentian

pemakaian

oleh

karena

persoalan-persoalan

perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena


25% mengalami amenore atau perdarahan hait yan sangat sedikit.
5. KeuntunganMenggunakan IUD/AKDR
Penggunaan IUD mempunyaibeberapakeuntunganyaitu :

15

a. Sebagaikontrasepsi yang efektifitasnyatinggiyaitu :Sangatefektif


> 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuandalam 1 tahunpertama (1
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

kegagalandalam 125 - 170 kehamilan).


IUD/AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
Metode jangka panjang (sampai 10 tahun dan tidak perlu diganti).
Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
Tidakmempengaruhihubunganseksual.
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu T380A).
Tidak mempengaruhi produksi ASI (Suratun, Dkk. 2008).
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi).


j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir).
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
l. Membantu mencegah kehamilan ektopik (Saroha, Dkk. 2009).
6. KerugianMenggunakan IUD/AKDR
a. Efek samping yang umum terjadi :
a) Perubahan siklus haid (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama
pemasangan dan akan berkurang setelah 3 bulan).
b) Haid lebih lama dan banyak.
c) Perdarahan (spotting)
d) Saat haid lebih sakit.
b. Kelemahan
a) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
b) Tidak baik digunakan pada wanita yang mempunyai penyakit IMS
atau pada perempuan yang sering berganti pasangan.
c) Penyakit radang panggul.
d) Klien tidak dapat melepas sendiri IUD nya.
e) Perempuan juga harus rajin memeriksa benang IUD dari waktu
kewaktu dengan cara memasukkan jarinya kedalam vagina.
7. Ibu Yang dapat Menggunakan IUD
a. Usia reproduktif
b. Keadaan multipara
c. Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f. Setelah mengalami abortus yang tidak terlihat adanya infeksi
g. Tidak menyukai mengingat-ingat seperti Pil dan Suntik
h. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama yang tidak
dilindungi.
8. Tidak diperkenankanMenggunakanIUD
16

a.
b.
c.
d.

Diketahui hamil atau dicurigai hamil.


Perdarahan yang tidak diketahui sebabnya.
Dicurigai mengidap keganasan saluran genital, (Anna, 2006)
Infeksi panggul, erosi serviks, perdarahan pervaginam yang tidak
diketahui penyebabnya, alergi logam dan kelainan pada rahim

(Hidayati, 2009).
e. Menoragia dan anemia, memiliki banyak pasangan seksual, usia dan
nuliparitas, (Anna, 2006).
f. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri (dinding uterus) .
g. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm (Saroha, Dkk. 2009)
9. Waktu Pemasangan IUD
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak hamil
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4
minggu pasca persalinan.
d. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila
tidak ada gejala infeksi
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi,
(Saroha, Dkk. 2009).
C. PIL KB
1. Definisi
Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah
konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB
merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan. Pil KB
disukai karena relatif mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah
(Saifuddin, 2006).
Pil KB atau oral contraceptives pill merupakan alat kontrasepsi
hormonal yang berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui
mulut (diminum), berisi hormon estrogen dan atau progesteron. bertujuan
untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan
menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan
efektif dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten
(Sastrawinata, 2000).
2. Cara Kerja

17

a. Pil KB kombinasi (Combined Oral Contraceptives = COC)


Mengandung 2 jenis hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron.
Mekanisme kerjanya untuk mencegah kehamilan adalah sebagai
berikut:
1) Mencegah pematangan dan pelepasan sel telur
2) Mengentalkan lendir leher rahim, sehingga menghalangi
penetrasi sperma
3) Membuat dinding rongga rahim tidak siap untuk menerima dan
menghidupi hasil pembuahan
b. Pil KB progesteron (Mini pill = Progesterone Only Pill = POP) hanya
berisi progesteron, bekerja dengan mengentalkan cairan leher rahim
dan membuat kondisi rahim tidak menguntungkan bagi hasil
pembuahan.
c. Pil KB Andalan akan mencegah pelepasan sel telur yang telah
diproduksi oleh indung telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan.
Hormon yang terkandung dalam pil KB Andalan akan memperkental
lendir leher rahim sehingga mempersulit sel sperma masuk kedalam
rahim. Hal ini berguna untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
pembuahan dan kehamilan. Selain itu, Pil KB Andalan akan
menebalkan dinding rahim, sehingga tidak akan siap untuk kehamilan.
3. Efektivitas
Bila dipakai dengan benar dan teratur, kegagalannya sangat kecil
yakni 0.1% kehamilan pada 100 wanita pemakai atau tahun pertama
pemakaian (1:1000) Dalam pemakaian sehari-hari karena faktor kesalahan
manusia atau lupa, maka kegagalannya dapat menjadi 6-8 kehamilan atau
100 wanita pemakai atau tahun pemakaian. Kesalahan yang sering terjadi
adalah lupa menelan pil atau terlambat memulai kemasan yang baru
4. Jenis-Jenis Pil KB
Ada 4 jenis pil KB/kontrasepsi oral, yaitu : (Saifuddin, 2006)
a. Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill
Pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron dan diminum
sehari sekali. Estrogen dalam pil oral kombinasi, terdiri dari etinil
estradiol dan mestranol. Dosis etinil estradiol 30-35 mcq. Dosis
estrogen 35 mcq sama efektifnya dengan estrogen 50 mcq dalam
mencegah kehamilan. Progestin dalam pil oral kombinasi, terdiri dari
18

noretindron, etindiol diasetat , linestrenol, noretinodel, norgestrel,


levonogestrel, desogestrel dan gestoden.
Terdiri dari 21-22 pil KB/kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi
derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu
siklus. Pil KB/kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari
pertama perdarahan haid, selanjutnya setiap pil hari 1 pil selama 2122 hari. Umumnya setelah 2-3 hari sesudah pil KB/kontrasepsi oral
terakhir diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya
merupakan perdarahan putus obat. Penggunaan pada siklus
selanjutnya, sama seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama
ditelan pada hari pertama perdarahan haid.
Pil oral kombinasi mempunyai 2 kemasan, yaitu :
1) Kemasan 28 hari
7 pil (digunakan selama minggu terakhir pada setiap siklus)
tidak mengandung hormon wanita. Sebagai gantinya adalah zat
besi atau zat inert. Pil-pil ini membantu pasien untuk
membiasakan diri minum pil setiap hari.Kemasan 21 hari
2) Seluruh pil dalam kemasan ini mengandung hormon. Interval 7
hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan (mendahului
permulaan kemasan baru) pasien mungkin akan mengalami
haid selama 7 hari tersebut tetapi pasien harus memulai siklus
pil barunya pada hari ke-7 setelah menyelesaikan siklus
sebelumnya walaupun haid datang atau tidak. Jika pasien
merasa mungkin hamil, ia harus memeriksakan diri. Jika
pasien yakin ia minum pil dengan benar, pasien dapat
mengulangi pil tersebut sesuai jadwal walaupun haid tidak
terjadi.
b. Pil KB atau kontrasepsi oral tipe sekuensial
Pil dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap
siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya
diberikan selama 14-16 hari pertama diikuti oleh kombinasi
progestron dan estrogen selama 5-7 hari terakhir.
Terdiri dari 14-15 pil KB/kontrasepsi oral yang berisi derivat
estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan
19

progestin. Cara penggunaannya sama dengan tipe kombinasi.


Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan
hal-hal yang tidak diinginkan.
c. Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil mini
Pil mini kadang-kadang disebut pil masa menyusui. Pil mini yaitu pil
KB yang hanya mengandung progesteron saja dan diminum sehari
sekali. Berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis
kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara
tipe kombinasi. Dosis progestin dalam pil mini lebih rendah daripada
pil kombinasi. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,5 mg atau
kurang. Karena dosisnya kecil maka pil mini diminum setiap hari
pada waktu yang sama selama siklus haid bahkan selama haid.
Contoh pil mini, yaitu :
1) Micrinor, NOR-QD, noriday, norod menganddung 0,35 mg
noretindron.
2) Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg
3)
4)
5)
6)

levonogestrol.
Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.
Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat
Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil pasca senggama (morning
after pill)
Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon
estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan
darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor.
Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam
waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari

berturut-turut.
5. Keuntungan
a. Keuntungan pil KB secara umum:
Sangat efektif bila dipakai dengan benar
Tidak mengurangi kenyamanan hubungan suami istri
Menstruasi (Haid) menjadi teratur, lebih sedikit dan lebih singkat

waktunya, juga mengurangi rasa nyeri haid.


Dapat dipakai selama diinginkan, tidak harus beristirahat dulu
Dapat dipakai oleh semua wanita usia reproduktif
20

Dapat dipakai oleh wanita yang belum pernah hamil


Dapat dihentikan pemakaiannya dengan mudah kapan saja
Kesuburan segera kembali setelah pemakaian pil dihentikan
Dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi emergensial setelah

hubungan suami istri


b. Keuntungan Pil oral kombinasi
Sangat efektif sebagai kontrasepsi.
Resiko terhadap kesehatan sangat baik.
Tidak mengganggu hubungan seksual.
Mudah digunakan.
Mudah dihentikan setiap saat.
Mengurangi perdarahan saat haid.
Mengurangi insidens gangguan menstruasi.
Mengurangi insidens anemia defisiensi besi.
Mengurangi insidens kista ovarium.
Mengurangi insidens tumor jinak mammae.
Mengurangi karsinoma endometrium.
Mengurangi infeksi radang panggul.
Mengurangi osteoporosis.
Mengurangi rheumatoid artritis.
c. Keuntungan Pil Mini
Sangat efektif apabila digunakan secara benar.
Tidak mempengaruhi air susu ibu.
Nyaman, mudah digunakan.
Tidak mengganggu hubungan seksual.
6. Kerugian
a. Pil oral kombinasi
Mahal
Penggunaan pil harus diminum setiap hari dan bila lupa minum

akan meningkatkan kegagalan.


Perdarahan bercak dan breakthrough bleeding.
Tidak mencegah penyakit menular seksual, HBV, HIV/AIDS.
Efek samping ringan/jarang, namun dapat berupa amenorea, mual,
rasa tidak enak di payudara, sakit kepala, mengurangi ASI, berat
badan meningkat, jerawat, perubahan mood, pusing, serta retensi
cairan, tekanan darah tinggi, komplikasi sirkulasi yang jarang

namun bisa berbahaya khususnya buat perokok.


b. Pil Mini
Mahal.
21

Menjadi kurang efektif bila menyusui berrkurang.


Breaktfrough bleeding perdarahan bercak, amenorea dan haid

tidak teratur.
Harus diminum setiap hari (bila lupa minnum maka kemungkinan

hamil).
Gejala khusus : nyeri kepala, perubahan mood, penambahan atau
penurunan berat badan, payudara menegang, nausea, pusing,
dermatitis

atau

jerawat,

hiersutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebihan pada

daerah muka) sangat jarang.


Bagi wanita yang pernah mengalami kehamiilan ektopik, pil mini

tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium di masa depan.


Tidak melindungi dari penyakit menular sseksual, HBV,

HIV/AIDS.
c. Efek Samping
Gejala-gejala sampingan yang mungkin timbul selama penggunaan pil
berupa gejala-gejala subjektif dan objektif. Gejala-gejala subyektif,
yaitu :
Mual atau muntah (terutama tiga bulan pertama).
Sakit kepala ringan, migraine.
Nyeri payudara (rasa sakit/tegang pada buah dada).
Tidak ada haid.
Sukar untuk tidak lupa.

Kemasan baru selalu harus tersedia setelah pil kemasan

sebelumnya habis.
Nafsu makan bertambah.
Cepat lelah.
Mudah tersinggung, depresi.
Libido bertambah/berkurang

Gejala-gejala obyektif, yaitu :


Sedikit meningkatkan berat badan.
Tekanan darah meninggi.
Gangguan pola perdarahan yaitu menorrhagia, metrorrgia, spotting,
perdarahan diantara masa haid (lebih sering perdarahan bercak),

terutama bila lupa menelan pil atau terlambat menelan pil.


Perubahan pada kulit: acne, kulit beminyak, pigmentasi/ chloasma.
22

Keputihan (flour albus).


Tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena mengganggu jumlah

dan kualitas Air Susu Ibu (ASI).


Tidak dapat dipakai oleh perokok berat, atau wanita dengan

tekanan darah tinggi terutama pada usia > 35 tahun.


Biasanya gejala-gejala sampingan yang timbul merupakan gejala
sampingan yang ringan dan yang sering ditemukan adalah :
a. Mual/muntah
Mual/muntah sering ditemukan pada siklus pertama dan dapat
berulang pad silkus berikutnya. Pada umumnya mual/muntah ini
kan menghilang bila penggunaan pil dteruskan. Bila mual/muntah
masih

berlangsung

terus

maka

harus

difikirkan

tentang

kemungkinan kehamilan serta sebab-sebab lainnya. Biloa sebabsebab lainnya telah disingkirkan dan mula/muntah berlangsung
terus, sebaiknya diganti dengan cara lain.
b. Pusing, sakit kepala
Kadang-kadang keluhan ini dirasakan oleh karena kecemasan
menggunkan pil kontrasepsi, bahkan keluhan dapat dirasakan pada
tablet

inaktif

diminum.

Hal

ini

agaknya

serupa

dengan

premenstrual headache. Migraine kemudian akan menyembuh atau


kadang-kadang malah menghebat. Harus difikirkan kemungkinan
thrombosis cerebri bila migraine timbul secra tiba-tiba dan hebat
atau nyeri kepala yang hebat.
c. Nyeri/tegang pada buah dada
Pada siklus pertama buah dada dapat teras nyeri/ tegang tetapi
gejala ini segera menghilang pada siklus berikutnya.
d. Hyperpigmentasi/choasma
Hyperpigmentasi/choasma dapat timbul pada beberapa pemakai pil
kontrasepsi terutama mereka yang berdiam didaerah yang bnayak
mendapat sinar matahari. Hanya dengan mengentikan penggunaan
pil kontrasepsi ini, gejala akan menghilang lambat laun.
e. Kulit berminyak, acne
Acne dapat timbul terutama bila memakai pil kontrasepsi yang
mengandung progestogen yang bersifat androgenik. Dengan

23

mengganti dengan pil yang mengandung progestogen yang tidak


bersifat androgenik akan mengurangi gejala ini.
f. Keputihan/ fluor albus
Seperti pada kehamilan kemungkinan mendapat infeksi dengan
monilia lebih besar. Ini mungkin disebabkan oleh pengaruh
antiestrogenik dari progestogen yang dipergunakan serta perubahan
Ph dan flora vagina. Bila setelah pengobatan belum sembuh,
sebaiknya penggunaan pil kontrasepsi dihentikan dan diganti
dengan cara lain sampai gejala-gejala menghilang.
g. Penambahan berat badan
Dalam beberapa bulan pertama dapat terjadi kenaikan berat badan
sampai kurang lebih 1 kilogram. Ini disebabkan oleh retensi cairan
atau akibat perubahan metabolik yang terjadi. Penambahan berat
badab lebih dari 4 kg harus diawasi dan bila tidak dapat diatur
dengan diet, sebaiknya pil dihentikan dan diganti dengan cara lain.
h. Gangguan dalam pola perdarahan/menstruasi
Pada umumnya jumlah darah yang keluar pada waktu menstruasi
akan berkurang. Kadang-kadang terjadi breakthrough bleeding atau
spotting pada waktu penggnaan pil kontrasepsi. Gejala-gejala ini
akan menghilang dengan sendirinya, tetapi bila masih terdapat,
sebaiknya pil diganti dengan yang mengandung estrogen lebih
tinggi.

Harus

pula

disingkirkan

kemungkinan-kemungkinan

penyebab lainnya terutama pada akseptor yang telah lama.


Amenorrhoe atau missed (silent menstruation) dapat terjadi pada
beberapa kasus. Bila terjadi selama dua siklus berturut-turut,
haruslah diperiksa terhadap kemungkinan adanya kehamilan.
Setelah kehamilan disingkarkan dan ternyata setelah tiga siklus,
menstruasi belum juga terjadi maka sebaiknya pil kontrasepsi
dihentikan sampai menstruasi kembali sperti semula. Smentara ini
dianjurkan untuk memakai cara kontrasepsi yang lian.
Kadang-kadang terjadi pula amenorrhoe setelah penggunaan pil
berhenti atau diikuti pula dengan galactorrhoe. Pada kasus-kasus
demikian fertilitas akan kembali dengan sendirinya setelah
24

beberapa waktu atau dapat pula diberikan clomiphen citrat. Bila


dengan cara ini masih belum berhasil dapat pula dicoba dengan
human menopausal gonadotrophin.
Pengaruh pil kontrasepsi terhadap keadaan tubuh lainnya, yaitu :
1. Metabolisme karbohidrat
Pil dapat menimbulkan GTT yang abnormal pada kurang lebih 40
% akseptor. Oleh karena itu penderita DM yang menggunakan pil
kontrasepsi harus diawasi dengan baik.
2. Kelenjar thyroid
Oleh pengaruh estrogen dalam pil kontrasepsi akan terlihat
kenaikan thyroksin binding globulin dan protein bound iodine.
3. Kesuburan setelah berhenti dengan pil kontrasepsi
Pada beberapa akseptor, ovulasi timbulnya agak terlambat, tetapi
pada umumnya tidak menunjukan terlambatnya ovulasi. Induksi
ovulasi dengan clomiphen bila perlu dapat dicoba.
4. Pengaruh terhadap persalinan kemudian
Kelainan kongenital tidak jelas tampak sebagai akibat penggunaan
pil kontrasepsi sebelum kehamilan. Bila terjadi kehamilan, pil
kontrasepsi harus segera dihentikan. Pada beberapa penyelidikan
dikemukakan kemungkinan terjadinya carcinoma vaginae pada
anak di kemudian hari bila pil terus dimakan dalam keadaan hamil.
5. Pengaruh terhadap laktasi
Estrogen akan menghambat laktasi yang sudah berjalan dan
memperpendek masa laktasi, tetapi dengan dosisrendah pengsruh
ini dapat dikurangi. Sebaliknya mini pil yang hanya mengandung
progestrogen tidak mempengaruhi laktasi.
6. Kardiovaskuler
Beberapa penyelidik terutama dari Amerika

dan

Inggris

melaporkan bahwa thrombophlebitis disertai atau tidak disertai


dengan emboli paru-paru serta thrombosis cerebral meninggi pada
pemakai pil kontrasepsi. Kemungkinan ini lebih besar pada
akseptor dengan umur tua obesitas dan perokok. Dinegara-negara
yang sedang berkembang, kematian oleh kehamilan dan persalinan
jauh

lebih

tinggi

dibandingkan

dengan

kematian

oleh

thromboemboli.
7. Tumor ganas
25

Tidak didapatkan bukti yang nyata bahwa pil kontrasepsi


menimbulkan keganasan pada alat-alat genital. Bila ditemukan
keganasan, pil kontrasepsi harus segera dihentikan. Diduga pil
kontrasepsi mengurangi insidens tumor mammae yang jinak.
Penagruh carcinogenik pada Ca mammae belum diketahui dengan
jelas. Sebagian, estrogen meberikan pengaruh yang buruk pada Ca
mammae

pada

masa

premenopause,

tetapi

pada

masa

postmenpause malah dapat menimbulkan regresi Ca mammae


tersebut.
8. Icterus
Pil kontrasepsi hendaknya tidak diberikan pada wanita yang pernah
menderita chronic idiopathic jaundice dan pruritus generalisata
yang terjadi berulang-ulang selama kehamilan. Penderita yang
pernah mengalami virus hepatitis sebaiknya tidak diberikan pil
kontrasepsi, kecuali bila faal hepar telah normal kembali.
9. Hypertensi
Tensi harus diperiksa sebelum mulai mempergunakan pil
kontrasepsi. Hypertensi sendiri bukan merupakan kontraindikasi
absolut, tetapi pengawasan tekanan darah ahrus dilakukan lebih
teliti. Bila tensi naik melebihi 160 mmHg sistolik dan 105 mmHg
diastolik, harus diberikan oengobatan terhadap hypertensinya atau
pil kontrasepsi lain. Gejala hypertensi sering timbul pada wanita
yang sebelumnya pernah mengalami hypertensi selama kehamilan
atau terdapat riwayat hypertensi dalam keluarga.
10. Depresi
Pada wanita dapat terjadi perubahan-perubahan perasaannya(mood)
selama siklus menstruasi. Kadang-kadang sekali dapat terjadi suatu
episode depresi pada pemakai pil kontrasepsi. Bila ini terjadi, pil
kontrasepsi dapat dihentikan dan diganti dengan cara kontrasepsi
yang lain.
11. Libido
Kontrasepsi dengan steroid dapat menambah libido pada wanita.
Ini disebabkan pengaruh steroid tersebut dan hilangnya ketakutan
untuk menjadi hamil. Biasanya frekuensi coitus menurun setelah
26

ovulasi, tetapi dengan pil kontrasepsi perubahan ini tidak tampak.


Kadang-kadang sekali terdapat wanita yang mengeluh libidonya
berkurang dan dalam hal ini sebaiknya pil oral dihentikan
(Sastrawinata, 2000).
d. Indikasi
Usia reproduksi
memiliki anak atau belum
Gemuk atau kurus
Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi.
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Pasca keguguran
Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.
Anemia.
Nyeri haid hebat.
Haid teratur
Yang di bolehkan untuk memakai Pil KB antara lain :
Secara UMUM, kebanyakan wanita dapat memakai Pil KB sebagai cara
kontrasepsi secara aman dan efektif, meskipun mereka :
belum mempunyai anak
remaja
gemuk atau kurus
> 35 tahun , tidak merokok
merokok tapi < 35 tahun
segera setelah keguguran
e. Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari penggunaan berbagai jenis pil KB adalah sebagai
berikut :
1) Kehamilan
2) Kecurigaan atau adanya Carcinoma mammae
3) Adanya neoplasma yang dipengaruhi oleh estrogen
4) Menderita penyakit thromboemboli atau varices yang luas
5) Faal hepar yang terganggu,
6) Perdarahan per vagina yang tidak diketahui sebabnya.
7) Selain itu, indikasi untuk memilih pil kontrasepsi dengan dosis
estrogen yang lebih tnggi (misalnya sequential), adalah :
Siklus yang sangat tidak teratur
Acne,
Depresi premenstruil.

27

Dalam keadaan lain seperti laktasi dan adanya riwayat keluarga


dengan

penyakit

thromboemboli,

sebaiknya

dipilih

mini

pil

(Sastrawinata, 2000).
Kontra indikasi setiap jenis pil berbeda-beda. Kontra indikasi untuk
absolut pil oral kombinasi, yaitu tromboplebitis atau tromboemboli,
sebelumnya dengan tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan
serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga
karsinoma mammae, diketahui atau diduga karsinoma endometrium,
diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen, perdarahan
abnormal genitalia yang tidak diketahui penyebabnya, adenoma hepar,
karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar, diketahui atau diduga hamil,
gangguan fungsi hati, serta tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil
kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.
Kontra indikasi untuk relatif pil oral kombinasi, yaitu sakit kepala
(migrain), disfungsi jantung atau ginjal, diabetes gestasional atau pre
diabetes, hipertensi, depresi, varices, umur lebih 35 tahun, perokok
berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis
selama kehamilan, hepatitis atau mononukleosis tahun lalu, riwayat
keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit rheumatik yang
fatal atau tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun, serta
kolitis ulseratif.
Kontra indikasi pil mini, yaitu wanita yang berusia lebih tua
dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, ada riwayat
kehamilan ektopik, diketahui atau dicurigai hamil melalui anamnesis,
gejala atau tanda kehamilan positif, benjolan di payudara atau dicurigai
kanker payudara, gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai,
paru atau mata), serta ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak
atau ganas (Saifuddin, dkk. 2000).
f. Cara Penggunaan
Panduan cara penggunaan pil KB adalah sebagai berikut:
1. Pil Kombinasi
a. Petunjuk Umum
28

Panduan penggunaan pil kombinasi secara umum :


Pil kombinasi sebaiknya diminum setiap hari pada saat yang

sama.
Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke

tujuh siklus haid.


Penggunaan pil kombinasi dianjurkan diminum pada hari

pertama haid.
Pada kemasan 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo

sesuai dengan hari yang ada pada kemasan.


Bila kemasan 28 pil habis, sebaiknya mulai minum pil dari

kemasan yang baru.


Bila kemasan 21 pil habis, tunggu 1 minggu kemudian mulai

minum pil dari kemasan yang baru.


Minum pil yang lain, apabila terjadi muntah dalam waktu 2

jam setelah meminumnya.


Penggunaan pil kombinasi dapat diteruskan, apabila tidak
memperburuk keadaan saat terjadi muntah hebat atau diare

lebih dari 24 jam.


Penggunaan pil apabila terjadi muntah dan diare berlangsung

sampai 2 hari atau lebih sama dengan aturan minum pil lupa.
Tes kehamilan dilakukan apabila tidak haid.
b. Aturan Pil Lupa
Apabila lupa minum 1 pil (hari 1-21), maka setelah ingat segera
minum 2 pil pada hari yang sama (tidak perlu menggunakan
metode kontrasepsi lain). Apabila lupa minum 2 pil (hari 1-21),
sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai jadual yang ditetapkan
(sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi lain atau tidak
melakukan hubungan seksual sampai pil habis).
c. Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang Tidak Menyusui
Pil kombinasi diminum setelah 3 minggu post partum. Jika sudah 6
minggu post partum dan sudah melakukan hubungan seksual,
sebaiknya menunggu haid dan gunakan metode barier.
d. Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang Menyusui
Petunjuk untuk pasien post partum yang menyusui sama dengan
petunjuk umum dan aturan pil lupa. Sebelum menggunakan pil
29

kombinasi, berikan konseling dan KIE pada pasien tentang


berbagai metode kontrasepsi.
2. Pil Sequential
Pil ini dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada
tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya
diberikan selama 1416 hari pertama diikuti oleh kombinasi
progestron dan estrogen selama 57 hari terakhir.
3. Mini Pil atau Pil Progestin
a. Waktu Mulai Menggunakan Mini Pil atau Pil Progestin
Mini pil mulai dapat digunakan pada hari pertama sampai
hari ke lima pada siklus haid (tidak memerlukan metode

kontrasepsi lain) apabila:


Lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan pasien telah

mendapat haid.
Pasien sebelumnya menggunakan kontrasepsi non hormonal
dan ingin ganti dengan mini pil. Pasien sebelumnya
menggunakan AKDR (termasuk AKDR yang mengandung

hormon).
Mini pil mulai dapat digunakan setiap saat apabila :
Diduga tidak terjadi kehamilan.
Pasien mengalami amenorea (tidak haid) dan dipastikan tidak
hamil (sebaiknya jangan melakukan hubungan seksual

selama 2 hari atau gunakan kontrasepsi lain untuk 2 hari).


Menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan
tidak haid (bila menyusui penuh, tidak memerlukan

kontrasepsi tambahan).
Selain itu, mini pil dapat digunakan saat :
1) Bila sebelumnya pasien menggunakan

kontrasepsi

hormonal lain dan ingin ganti dengan mini pil. Pil dapat
segera diberikan dan tidak perlu menunggu haid berikutnya,
apabila penggunaan kontrasepsi sebelumnya digunakan
dengan benar dan tidak hamil.
2) Bila sebelumnya pasien menggunakan kontrasepsi suntikan
dan ingin ganti mini pil. Pil dapat diberikan pada jadual

30

suntikan

berikutnya

dan

tidak

memerlukan

metode

kontrasepsi tambahan lain.


b. Cara Minum Mini Pil atau Pil Progestin
Di bawah ini merupakan petunjuk minum pil progestin atau mini
pil, yaitu:
Mini pil diminum setiap hari pada saat yang sama sampai

habis.
Pil pertama sebaiknya diminum pada saat hari pertama siklus

haid.
Metode barier digunakan pada hari ke tujuh atau 4-6 minggu

post partum walaupun haid belum kembali.


Pada pasien 9 bulan post partum sebaiknya

beralih

menggunakan pil kombinasi karena efektifitas mini pil mulai

menurun.
Bila pasien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan
pil, minum pil yang lain atau gunakan metode kontrasepsi lain
jika akan melakukan hubungan seksual pada 48 jam

berikutnya.
Meskipun pasien belum haid, mulai paket baru sehari setelah

paket terakhir habis.


Bila pasien mendapat haid teratur setiap bulan dan kehilangan
1 siklus (tidak haid), atau merasa hamil, maka lakukan tes

kehamilan.
Apabila pasien mengalami spotting atau perdarahan selama
masa interval, tetap minum pil sesuai jadual (perdarahan biasa

terjadi selama bulan-bulan pertama).


Apabila pasien mengalami kram, nyeri perut hebat atau demam

maka segera periksa ke pelayanan kesehatan.


Sarankan pada pasien untuk menggunakan kondom ataupun
spermisida selain memakai mini pil apabila kemungkinan
terinfeksi penyakit menular seksual (termasuk HBV dan

HIV/AIDS) atau lupa minum pil.


c. Aturan Pil Lupa
Cara minum pil-pil yang terlupa selama 7 hari pertama antara lain:

31

Bila lupa minum pil atau terlambat minum pil, segera minum

pil saat ingat dan gunakan metode barier selama 48 jam.


Bila pasien lupa minum 1 atau 2 pil, segera minum pil yang

terlupa dan gunakan metode barier sampai akhir bulan.


d. Hal yang Perlu Disampaikan pada Pasien
Informasi yang perlu disampaikan pada pasien antara lain:
Penggunaan mini pil akan merubah pola haid terutama 2 atau 3
bulan pertama. Pada umumnya perubahan pola haid ini hanya

bersifat sementara dan tidak mengganggu kesehatan.


Penggunaan mini pil akan menimbulkan efek samping seperti

mual, pusing, ataupun nyeri payudara.


Efektifitas penggunaan mini pil akan berkurang, bila pasien

mengkonsumsi obat-obatan tuberkulosis ataupun epilepsi.


Bila beberapa bulan mengalami haid teratur kemudian

terlambat haid, kemungkinan terjadi kehamilan.


Bila mengeluh perdarahan bercak disertai nyeri hebat pada

perut, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik


Masalah penglihatan kabur, nyeri kepala hebat, kemungkinan

terjadi hipertensi atau masalah vaskuler.


Segera ke pelayanan kesehatan apabila menjumpai masalahmasalah di atas.

D. KONDOM
1. Pengertian
Kondom untuk pria merupakan bahan karet (lateks), poliuretan
(plastik), atau bahan sejenis yang kuat, tipis, dan elastik. Benda tersebut
ditarik menutupi penis yang sedang ereksi untuk menampung semen
selama ejakulasi dan mencegah sperma masuk ke dalam vagina. Kondom
tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah infeksi menular
seksual termasuk HIV/AIDS.
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan
seksual. Kondom tersebut dari karet sintetis yang tipis, berbentuk
silinder, dengan muaranya berpinggir tebal yang bila digulung berbentuk
rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Berbagai bahan telah
32

ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya


(misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas
seksual.
Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun untuk kondom wanita
walaupun sudah ada, belum popular dengan alas an ketidaksinambungan.
Standar kondom dilihat dari ketebalan, pada umumnya standar ketebalan
adalah 0,02 mm. Adapun tipe kondom terdiri dari:
Kondom biasa
Kondom berkontur (bergerigi)
Kondom beraroma
Kondom tidak beraroma
2. Cara Kerja
a. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang
pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam
reproduksi perempuan.
b. Mencegah penularan kepada pasangan yang lain (khusus kondom
yang terbuat dari lateks dan vinil).
3. Efektifitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan pemakaian kondom tidak
efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan
hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100
perempuan per tahun. Tiga teknik yang dapat meningkatkan keberhasilan
penggunaan kondom dan yang harus disampaikan kepada wanita dan
pasangannya, yaitu:
a. Kondom harus ditempatkan sebelum penis mendekati genetalia wanita
karena virus HIV dapat ditemukan dalam cairan praejakulasi. Bertolak
belakang dengan keyakinan yang ada selama ini bahwa sperma tidak
dapat ditemukan dalam cairan praejakulasi.
b. Saat mengenakan kondom dengan ujung datar, harus disediakan ruang
sepanjang inci yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan semen,
untuk mengurangi kemungkinan sobek pada saat ejakulasi.
c. Karena penis menjadi kaku setelah ejakulasi, sangat penting bagi para
pria untuk menarik penisnya dari vagina serta setelah ejakulasi sambil
33

memegang ujung kondom untuk mencegah kebocoran semen dari


ujung kondom yang terbuka sehingga kondom tidak dapat masuk ke
dalam vagina saat pria menarik penis ke luar vagina.
4. Manfaat
a. Kontrasepsi
Efektif bila digunakan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Murah dan dapat dibeli secara umum
Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
harus ditunda
b. Nonkontrasepsi
Member dorongan kepada suami untuk ikut ber KB
Dapat mencegah penularan IMS
Mencegah ejakulasi dini
Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi
bahan karsiogenik eksogen pada serviks)
Saling berinteraksi sesame pasangan
Mencegah imuno infertilitas
5. Keterbatasan
a. Efektifitas tidak terlalu tinggi
b. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
c. Agak mengganggu hubungan seksual dan mengurangi sentuhan
langsung
d. Pada beberapa klien menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan
ereksi
e. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
f. Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
g. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam
hal limbah
6. Penilaian Klien
Klien tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus untuk
pemakaian kondom, tetapi mereka perlu diberi penjelasan lisan atau
instruksi tertulis.
Kondisi yang perlu dipertimbangkan untuk seleksi penggunaan kondom
dapat dilihat pada table berikut ini:
Sesuai untuk pria yang:

Tidak sesuai untuk pria yang:


34

Ingin

program KB
Ingin segera mendapatkan alat

berpartisipasi

kontrasepsi
Ingin kontrasepsi tambahan
Hanya ingin menggunakan alat
kontrasepsi

dalam

berhubungan
Berisiko tinggi

jika
tertular

Mempunyai
berisiko

pasangan

yang

apabila

terjadi

bahan

dasar

tinggi

kehamilan
Alergi terhadap

kondom
Menginginkan kontrasepsi jangka

panjang
Tidak mau

akan
atau

berbagai

menularkan IMS

terganggu
persiapan

dengan
untuk

melakukan hubungan seksual


Tidak peduli berbagai persyaratan
kontrasepsi

7. Cara Penggunaan
a. Gunakan kondom sebelum penis mendekati genetalia eksterna wanita
b. Sebelum digunakan, terlebih dahulu periksa kondom
c. Apabila pria tidak disirkumsisi, ujung kulit penis harus ditarik ke
belakang sebelum memasukkan kondom.
d. Gunakan kondom pada penis yang sedang ereksi sepanjang penis
sampai mencapai rambut pubis di pangkal penis.
e. Apabila kondom memiliki ujung datar, buka ujung yang meruncing,
sisakan ruang kosong sepanjang inci untuk menahan semen, ruang
kosong ini seharusnya tidak boleh berisi udara. Bentuk ruang kosong
dengan menekuk ujung kondom saat dalam keadaan lemas sambil
memulai memasang kondom ke penis.
f. Pastikan terdapat pelumas yang adekuat pada bagian luar kondom
karena jika pelumasan tidak adekuat, kondom rentan terhadap sobek
akibat gesekan. Apabila menggunakan kondom lateks dan anda
memerlukan pelumas,

gunakan air/pelumas

berbahan dasar air,

jangan gunakan pelumas berbahan dasar minyak karena dapat


merusak lateks. Bahan yang terapeutik untuk vagina, seperti monistat
juga tidak aman digunakan pada kondom lateks. Untuk kondom

35

polyuretan, anda dapat menggunakan semua jenis pelumas yang anda


inginkan.
g. Setelah ejakulasi, pria harus menarik kembali penisnya sebelum
penisnya menjadi lemas.
h. Untuk mencegah kondom terlepas atau mengalami kebocoran cairan
ketika menarik penis, pria harus menahan pinggir pangkal kondom
dekat pangkal penisnya.
i. Lepaskan kondom dari

penis,

menjauh

dari

wanita

tanpa

menumpahkan semen lalu buang.


j. Untuk mencapai tingkat efektivitas yang maksimal dalam mencegah
kehamilan, gunakan kondom bersamaan dengan penggunaan sediaan
spermisida.
8. Kondom 'spray-on'
Seorang penemu di Jerman telah membuat kondom dengan sistem
semprot. Dengan kondom ini, dijamin tak akan ada lagi yang bingung
mencari kondom yang sesuai sebab kondom akan menyesuaikan ukuran
dengan sendirinya.
Menurut sang penemu, Jan Vinzenz Krause, direktur Institute for
Condom Consultancy Jika pergi ke toko obat untuk membeli kondom,
yang kebanyakan dijual adalah yang pas untuk pria dengan panjang penis
rata-rata 14,5 cm. Tetapi banyak orang yang memiliki penis lebih kecil
atau lebih besar dari ukuran itu. Maka Krause menciptakan kondom yang
disebut kondom 'spray-on' dengan sistem pompa yang menyemprotkan
lateks cair ke alat kelamin dalam hitungan detik. Krause telah mengajukan
hak paten untuk sistem penyemprotan lateks yang ia ciptakan. Ia mengaku
sudah memiliki prototipe yang sukses dan penemuannya ini dalam
percobaan dapat menyesuaikan ukuran dengan ukuran yang paling besar
sekalipun.
Untuk menggunakan kondom semprot ini, pria memasukkan penisnya
ke dalam tabung dan menekan tombol untuk menyemprotkan lateks cair
dari cartridge yang bisa dilepas. Karet lateks akan mengering dalam
hitungan detik. Setelah selesai digunakan, kondom ini bisa dilepas seperti
kondom biasa. Waktu yang dibutuhkan agar lateks dapat mengering adalah

36

sekitar 20 - 25 detik. Tapi Krause sedang mengupayakan agar waktunya


bisa dipercepat lagi menjadi 10 detik.
Dalam survei yang lakukan, ditemukan ada 2 tanggapan yang berbeda
dari para pria. Beberapa pria mengatakan itu ide yang hebat dan akan
sangat membantu karena sulit menemukan kondom yang pas. Sedangkan
lainnya mengatakan tidak bisa membayangkan cara penggunaannya.
Masalahnya adalah karena memakai kondom dianggap mengganggu
hubungan seks. Kondom spray-on ini dijual dengan harga yang lebih
mahal daripada kondom konvensional.
9. Kondom Spray
Sebuah perusahaan Cina bernama

Blue

Cross

Bio-Medical

menawarkan suatu spray kondom (foam condom) yang dibuat dari silver
nanotech partikel. Alat kontrasepsi terbaru dengan spray condom. Alat
kontrasepsi ini tidak digunakan bagi laki-laki tetapi digunakan oleh pihak
wanita.
Penggunaannya busa spray tersebut disemprotkan ke vagina, setelah
itu busa spray akan membentuk semacam selaput dan mencegah konsepsi
serta melindungi terhadap infeksi. Semprotan spray menggunakan
polyvinyl alcohol resin sebagai bahan dasarnya, yang sudah terkandung
dengan silver nanotech partikel, sehingga memberikan spermicide dan
antiseptik pelumas yang dapat membantu mencegah penyakit menular
seksual

(PMS).

Sepertinya

produk

ini

aman

digunakan

dan

penggunaannya menurut produsennya, Blue Cross Bio-Medical sebagai


berikut ini :
Kocok foam condom sebanyak 4-5 kali sebelum melakukan

hubungan seksual.
Masukkan selang kecil kedalam kaleng foam condom
Balikkan kaleng foam condom (lihat di gambar) dan arahkan selang

kecil tersebut ke dalam vagina, serta tekan dengan perlahan.


Masukkan selang sekitar 6-8cm ke dalam vagina (panjang selangnya
sendiri sekitar 9cm). Tekan foam condom dengan jari telunjuk

hingga busa memenuhi vagina.


Bersihkan selang kecil itu

37

Gunakan

dalam

1-5

menit

sebelum

melakukan

hubungan

sexsual/jimak, dan lakukan sekali lagi setelah selesai melakukan


hubungan/jimak.
E. IMPLANT/ SUSUK
1. Pengertian Implant/ Susuk
Implant merupakan salah satu jenis alat konntrasepsi yang berupa susuk
yang terbuat sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada
2.

lengan atas.
Jenis-jenis Implant
Dikenal 2 macam implant yaitu :
a. Non biodegradable implant
Ciri-ciri dari Non biodegradable adalah sebagai berikut :
1) Norplan (6 kapsul), berisi hormon levonogrestel, daya kerja 5
tahun.
2) Norplan

-2

(2

batang),

berisi

hormon

levonogrestel, daya kerja 3 tahun. Satu batang,


berisi hormon ST- 1435, daya kerja 2 tahun.
Rencana siap pakai: Tahun 2000. Satu batang,
berisi hormon 3-keton desogesteri daya kerja 2,5-4
tahun. (Hanafi, 2004 hal 179)
Sedangkan non biodegradable implant dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu:
1) Norplan
Digunakan sejak tahun 1987, terdiri dari 6 kapsul kosong
silastik (karet silicon) yang diisi dengan hormone levonor gestrel
dan ujung-ujung kapsul ditutup dengan Silastik adhesive.
Tiap kapsul mempunyai panjang 34 mm, diameter 2,4 mm, berisi
36 mg levonorgestrel, serta mempunyai ciri sangat efektif
dalam mencegah kehamilan untuk lima tahun. Saat ini norplant
yang paling banyak dipakai. (Hanafi Hartanto, 2004 hal 180)
2) Norplan -2
Digunakan sejak tahun 1987, terdiri dari dua batang silastic yang
padat, dengan panjang tiap batang 44 mm. Dengan masing-masing
batang diisi dengan 70 mg levonorgestre di dalam matriks
batangnya. Ciri norplan-2 adalah sangat efektif untuk mencegah
kehamilan 3 tahun.
38

Pada kedua macam Implant tersebut, Levonogestrel berfungsi


melalui membran silastic dengan kecepatan yang lambat dan
konstan. Dalam 24 jam setelah Insersi, kadar hormone dalam
plasma darah sudah cukup tinggi untuk mecegah ovulasi.
Pelepasan hormon tiap harinya berkisar antara 50-85 mcg pada
tahun pertama, Kemudian menurun 30-35 mcg perhari untuk lima
tahun. (Hanafi Hartanto, 2004 hal 180)
b. Biodegradable Implant
Biodegradable implant melepaskan progestin dari bahan pembawa/
pengangkut yang secara perlahan-lahan larut di dalam jaringan tubuh.
Jadi bahan pembawanya sama sekali tidak diperlukan untuk
dikeluarkan lagi seperti pada norplant.
Dua macam implant biodegradable sedang di uji coba saat ini pada
sejumlah wanita, yaitu :
1) Carproronor, suatu kapsul polymer yang berisi levonorgestrel,
pada awal penelitian dan pengembanganya, carpronor berupa
suatu kapsul biodegradable yang mengandung levonogestrel
yang dilarutkan dalam minyak ethyl-aleate dengan diameter
kapsul < 0,24 cm dan panjang kapsul yang teliti terdiri dari 2
ukuran, yaitu:
2,5 cm berisi 16 mg levonorgestrel, melepaskan 20 mcg

hormonnya/ hari.
4 cm : berisi 25 mg levonogestrel, melepaskan 30-50 mcg

hormonnya/ hari.
Penelitian pada kelinci dan kera menunjukkan bahwa proteksi
kontraseptif berlangsung paling sedikit 18 bulan, dan mungkin
dapat berlangsung lebih lama. Sekarang sedang dikembangkan 2
versi baru implant capronor yang dibiodegradable, yaitu :
1) Capronor -2, satu kapsul 4 cm terbuat dari polimer
caprolactone yang diisi dengan 18 mg levonorgestrel.
Penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan diperlukan 2
kapsul dengan formula ini.
2) Capronor -3, satu kapsul 4 cm terbuat dari co-polimer
(caprolactone dan trimethylene carbonate) yang diisi dengan
39

32 mg levonorgestrel. Ca. Polimer mengalami biodegradasi


lebih cepat dibandingkan polimer tunggal. Kapsul capronor
akan tetap intak selama periode 12 bulan dari pelepasan
hormon levonorgestrel nya dan bila diinginkan kapsulnya
dapat dikeluarkan selama masa ini.
c. Narethindrone pellets
Pellets dibuat dari 10% kolesterol murni dan 90% norechindrone
(NET). Setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET, yang akan
dilepaskan saat pellets dengan perlahan-lahan melarut. Pellet
berukuran kecil, masing-masing sedikit lebih besar daripada butir
besar. Uji coba pendahuluan menggunakan 4 dan 5 pellets.
Dosis harian NET dan efektivitas kontrasepsi semakin bertambah
dengan banyaknya jumlah pellet. Sediaan empat pellets tampaknya
memberikan perlindungan yang besar terhadap kehamilan untuk
sekurang-kurangnya 12 bulan. Lebih dari 50% akseptor pellets
mengalami pola haid 1 reguler.
Perdarahan inter menstrual atau perdarahan bercak merupakan
problem utama. Terjadi rasa sakit payudara pada 4% akseptor.
Jumlah kecil dari kolesterol dalam masing-masing pellet kurang dari
2% kolesterol dalam satu butir telur ayam tidak mempunyai efek
pada kadar kolesterol darah akseptor. Insersi pellets dilakukan pada
bagian dalam lengan atas prosedur insersi seperti pada capronor, dan
dapat dipakai dengan inserter yang sama.
Daerah insersi disuntikkan dengan anestesi lokal lalu dibuat
insisi 3 mm. Pollets diletakkan kira-kira 3 cm di bawah kulit. Tidak
diperlukan penjahitan luka insisi, cukup ditutup dengan verband saja.
(Hanafi, 2004 hal 180)
3. Cara kerja Implant
Sebenarnya cara kerja Implant sama dengan cara kerja dari pil, namun
jika implantt ditanamkan di dalam kulit (susuk), biasanya di lengan atas.
Berikut merupakan efektifitas dari Implant, yaitu :
Menekan ovulasi
Perubahan lendir serviks menjadi kental dan sedikit
Menghambat perkembangan siklus dari endometrium
40

99 % Sangat efektif (Kegagalan 0,2 1 kehamilan per 100

perempuan). (Hanafi Hartatnto, 2004 hal 183).


4. Keuntungan Implant
a. Tahan sampai 5 tahun atau sampai diambil. Kesuburan akan kembali
segera setelah pengangkatan. Pencegahan kehamilan terjadi dalam
waktu 24 jam setelah pemasangan.
b. Melindungi wanita dari kanker Rahim
c. Aman digunakan setelah melahirkan dan menyusui
d. Tidak mengganggu aktivitas seksual
e. Daya guna tinggi
f. Perlindungan jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)
g. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
h. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
i. Bebas dari pengaruh estrogen
j. Tidak mengganggu kegiatan senggama
k. Klien hanya perlu kembali ke Klinik jika ada keluhan
l. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
m. Mengurangi nyeri haid
n. Mengurangi jumlah darah haid
o. Mengurangi/ memperbaiki anemia
p. Melindungi terjadinya kanker endometrium
q. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
r. Melindungi diri dari beberapa penyakit radang panggul
s. Menurunkan angka kejadian endometriosis
5. Kerugian
Selain banyaknya keuntungan dari pemasangan implantt seperti halnya di
atas, berikut terdapat beberapa kerugian/ kelemahan dari implantt, yaitu :
a. Susuk KB/ implant harus dipasang dan diangka oleh petugas
b.
c.
d.
e.

kesehatan yang terlatih.


Lebih mahal.
Sering timbul perubahan pola haid.
Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena

kurang mengenalnya, dll


6. Kontra Indikasi
a. kehamilan atau disangka hamil
b. Penderita penyakit hati akut
c. kanker payudara
d. kelainan jiwa
e. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus
f. Penyakit trombo emboli
g. Riwayat kehamilan ektopik.
h. Perdarahan vagina tanpa sebab
41

i. Telah atau belum memiliki anak


j. Pascapersalinan dan tidak menyusui
(Hanafi Hartanto, 2004 hal 169)
7. Indikasi
a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu
yang lama tetapi tidak tersedia menjalani kontap/ menggunakan
b.

AKDR.
Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung

estrogen.
8. Efektivitas
a. Efektivitasnya tinggi, angka kegagalan norplant < 1 per 100 wanita
per tahun dalam tahun pertama.
b. Efektivitasnya norplant berkurang sedikit setelah sedikit setela 5
tahun, dan pada Tahun ke 6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil.
9. Efek samping dan penanganannya
a. Amenorrhea
Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek
samping yang serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada
kehamilan, terutama jika terjadi amenorrhea setelah masa siklus haid
yang teratur. Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya untuk
merangsang perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.
b. Perdarahan bercak (spotting) ringan
Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan.
Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan
tindakan apapun. Bila klien mengeluh dapat diberikan :
Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 ug EE) selama 1 siklus 1, atau
Ibu profen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5hari)
Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil

kombinasi habis.
Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan dengan satu siklus pil

kombinasi.
Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan)
Informasikan bahwa kenaikan/penurunan BB sebanyak 1-2 Kg
dapat saja terjadi.

42

Perhatikan diet klien bila perubahan BB terlalu mencolok. Bila BB


berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi

yang lain.
c. Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih
ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila
tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada ditempatnya,
pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila
ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru
pada lengan yang lain atau ganti cara.
d. Infeksi pada daerah insersi
Bila infeksi tanpa nanah : bersihkan dengan sabun dan air atau
antiseptik, berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implantt
jangan dilepas dan minta klien control 1 minggu lagi. Bila tidak
membaik, cabut implantt dan pasang yang baru di lengan yang lain

atau ganti cara.


Bila ada abses : bersihkan dengan antiseptic, insisi dan alirkan pus
keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, beri antibiotik oral

7 hari. (Hanafi hartanto, 2004 hal 184)


10. Waktu pemasangan
Berikut merupakan waktu yang baik untuk pemasangan implant :
a. Sewaktu haid berlangsung
b. Setiap saat asal diyakini klien tidak hamil
c. Bila menyusui : 6 minggu-6 bulan pasca salin
d. Saat ganti cara dari metode yang lain
e. Pasca keguguran
11. Prosedur pemasangan
a. Terhadap
calon
akseptor
dilakukan konseling dan KIE
yang

selengkap

mungkin

mengenal norplant ini sehingga


calon
mengerti

akseptor
dan

betul-betul
menerimanya

sebagai cara kontrasepsi yang

43

akan dipakai dan berikan iformed consent untuk ditanda tangani oleh
suami istri.
b. Persiapan alat-alat yang diperlukan :
sabun antiseptic
kasa steril
cara antiseptic (betadine)
kain steril yang mempunyai lubang
Obat anestesi local
Semprit dan jarum suntik
Trokar no. 10
sepasang sarung tangan steril
satu set kapsul norplant (6 bulan)
Scalpel yang tajam.
c. Teknik pemasangan
Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun
Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan

sabun antiseptic
Calon akseptor dibaringkan telentang di tempat tidur dan lengan

kiri diletakkan pada meja kecil disamping tempat tidur akseptor.


Gunakan hand scoon seteril dengan benar.
Lengan kiri pasien yang akan di pasang diolesi dengan cairan

anstiseptic/ betadin.
Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan kain steril

yang berlubang.
Dilakukan injeksi obat anestesi kira-kira 6-10 cm di atas lipatan

siku.
setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjag 0,5 cm dengan

skalpel yang tajam.


Trocard dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada

jaringan bawah kulit.


Kemudian kapsul dimasukkan di dalam trokar dan di dorong

dengan plunger sampai kapsul terletak di bawah kulit.


Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedu sampai
keenam, kapsul di

bawah kulit diletakkan demikian rupa

sehingga susunanya seperti kipas.


Setelah semua kapsul berad di bawah kulit, trokar ditarik pelanpelan keluar.
44

Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak.


Dekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut dengan perban

untuk mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi haematom.


Nasehat pada akseptor agr luka jangan basah, selama lebih kurang
dari 3 hari dan datang kembali jika tejadi keluhan-keluhan yang

mengganggu (Hanafi Hartanto, 2004 hal 187)


Pencabutan/ Ekstraksi
12. Indikasi
a. Alat permintaan akseptor (apabila menginginkan hamil lagi)
b. Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat
diatasi dengan pengobatan biasa.
c. Sudah habis masa pakainya.
d. Terjadi kehamilan.
13. Teknik pencabutan implant
Mengeluarkan implant umumnya lebih sulit dari pada insersi persoalan
dapat timbulnya implant dipasang terlalu dalam atau bila timbul jaringan
fibrous di sekeliling implantt. Adapun cara untuk mengeluarkan implant
yang sudah terpasang pada kulit adalah :
a. Informed consent
b. Bidan dan akseptor melakukan cuci tangan dengan memperhatikan
aseptik dan antiseptik.
c. Tentukan lokasi dari implantt dengan jari-jari tangan dan dapat diberi
tanda/gambar dengan tinta bila perlu.
d. Oleskan tempat yang akan dilakukan pencabut dengan larutan
antiseptik dan pasang duk steril.
e. Suntikan anestesi lokal di bawah implant, jangan menyuntikan
anastesi di atas implantt karena pembengkakan kulit dapat
menghalangi pandangan dari retak implantt nya.
f. Buat satu insisi 4 mm sedekat mungkin pada ujung-ujung implant,
pada daerah alas kipas.
g. Keluarkan implantt pertama yang terletak paling depan ke insisi atau
terletak paling depan ke permukaan.
Sampai saat ini dikenal 4 cara pencabutan implant :
1) Cara POP OUT (Darney, Klaise dan Walker), merupakan teknik
pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun tidak
selalu mudah untuk mengerjakannya. Dorong ujung proksimal
kapsul (arah bahu) ke arah diistal dengan ibu jari sehingga
45

mendekati lubang insisi, sementara jari telunjuk menahan bagian


tengah kapsul, sehingga ujung distal kapsul menekan kulit.
2) Cara standard, jepit ujung distal kapsul dengan klem mosquito,
sampai kira-kira 0,5 -1 cm dari ujung klemnya, masuk dibawah kulit
melalui lubang insisi. Putar pegangan klem pada posisi 180 di sekitar
sumbu utamanya mengarah ke bagu akseptor. Bersihkan jaringanjaringan yang menempel di sekeliling klem dan kapsul dengan skalpet
atau kasa steril sampai kapsul terlihat dengan jelas. Tangkap ujung
kapsul yang sudah terlihat dengan klem orile lepaskan klem
mosquito dan keluarkan kapsul dengan klem orile.
3) Cara U, teknik ini dikembangkan oleh Dr Untung prawiroharjo dari
semarang dibuat insisi memanjang selebar 4 mm kira-kira 5 mm
proksimal dari ujung distal kapsul di antara kapsul ke-3 dan kapsul
ke-4. kapsul yang akan dicabut difiksasidengan meletakkan jari
telunjuk tangan kiri

sejajar

disamping kapsul.

Kapsul

dipegang

dengan klem (Norplant holding forceps) kurang lebih 5 mm dari ujung


distalnya. Kemudian klem diputar ke arah pangkal lengan atas/ bahu
akseptor sehingga kapsul terlihat di bawah lubang insisi dan dapat
dibersihkan dari jaringan-jaringan yang menyelubunginya dengan
memakai skalpel untuk seterusnya dicabut keluar.
4) Cara Tusuk Ma, dikembangkan oleh Dr. IBG Manuaba dari
denpasar memakai alat bantu kawat atau jari roda sepeda, satu ujung
di lengkungan sepanjang 0,5 0,75 cm dengan sudut 90 dan
diperkecil

serta

diruncingkan,

sedangkan

ujung

yang

lain

dilengkungkan dalam satu bidang dengan lengkungan runcing tadi dan


dipakai untuk pegangan operator setelah kapsul dijepit dengan
pinset atau klem arteri, jaringan ikat dibersihkan dengan pisau sampai
kapsul tampak putih. Kemudian alat tusuk ma ditusukkan pada
kapsul serta terus diikat keluar. Berikan anestensi lagi bila
diperlukan, untuk mengeluarkan implantt yang lain. Tutup dan
bungkus luka insisi seperti pada saat insersi bila akseptor ingin
dipasang implantt yang lain. Upaya pencabutan keenam kapsul
46

norplant dibatasi sampai waktu 45 menit. Bila waktu tersebut tidak


semua kapsul berhasil dikeluarkan, maka prosedur pencabutan
dihentikan dan upaya pencabutan kembali sisa kapsul yang masih
tertinggal diulangi kira-kira 3-4 minggu kemudian. Hal ini untuk
mengurangi terjadinya infeksi dan rasa nyeri. Di samping itu mecabut
sisa kapsul norplant akan lebih mudah

bila lengan akseptor telah

sembuh dari trauma jaringan upaya pencabutan yang lalu. Setelah


selesai dengan pencabutan keenam kapsul norplant rendam setelah
alat-alat yang sudah dipakai dalam cairan 0,5% untuk dekontaminasi
alat-alat.
Pemeliharaan alat-alat untuk Insersi dan Pengangkatan Implant
a. Trocard harus dicuci dengan air hangat dan larutan antiseptik segera
setelah insersi, kemudian didesinfeksi sebelum pemakaian.
b. Desinfeksi dapat dilakukan dengan :
1) Autoclave selama 20 menit.
2) Direbus dalam air mendidih selama 5-10 menit.
3) Sterilisasi dingin dengan larutan germiside untuk sedikitnya 1 jam
4) Desinfeksi dengan autoclave merupakan cairan paling efektif.
5) Ketiga cara desinfeksi tersebut akan membunuh HIL yaitu
penyebab AIDS. Tetapi merebus dalam air panas selama 5-10
menit atau sterilisasi dingin, tidak akan membunuh virus hepatitis
B pada daerah endemik hepatitis, alat-alat harus direbus dalam air
selama 15-30 menit.
6) Ujung trocar harus dipriksa setelah melakukan 10 insersi, dan bila
diperlukan dapat diasah kembali dengan pemeliharaan yang baik.
Trocar dapat dipakai untuk melakukan kurang lebih 50 insersi.
(Hanafi Hartanto, 2004 hal 189).

BAB III
47

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu
dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variebel yang mempengaruhi fertilisasi.
(Prawirohardjo, 2006). Kontrasepsi menurut Mochtar, 2004 adalah cara
mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-obatan.
Keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Sedangkan
kontrasepsi menurut BKKBN, 2012 adalah menghindari/mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma.
Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology
Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi dan
teknologi kontrasepsi. Penggunaan istilah teknologi terkini, tidaklah indentik
dengan penggunaan peralatan canggih dan piranti yang mahal. Istilah ini
diartikan sebagai teknologi tepat guna dan sesuai untuk institusi pelayanan
dengan sumber daya terbatas, dilaksanakan oleh petugas yang kompeten, dan
memberi

manfaat

maksimal

bagi

masyarakat

atau

keluarga

yang

membutuhkan pelayanan kontrasepsi berkualitas. Pemahaman tentang


teknologi terkini, juga diharapkan dapat mengurangi/menghilangkan masalah
barier medik diantara petugas klinik yang sebelumnya menjadi penghambat
akses bagi keluarga yang membutuhkan pelayanan KB.
Adanya teknologi kontrasepsi terkini akan terus mengantisipasi beberapa
hambatan dalam penggunaan alat kontrasepsi, sehingga dapat mengurangi
efek samping, menambah kenyamanan dalam menggunakan kontrasepsi.
Untuk itu setiap tenaga kesehatan harus mengetahui teknologi-teknologi
kontrasepsi terkini, dan dalam hal ini Pemerintah telah mengadakan
pelatihan-pelatihan CTU di daerah-daerah agar pelatihan ini berdistribusi
merata disegala daerah.
B. Saran

48

Kontrasepsi bukanlah tanggung jawab perempuan saja, sudah saatnya pria


juga berpartisipasi memikirkannya. Apalagi apabila sang isteri sudah merasa
tidak nyaman dengan kontrasepsi yang digunakannya, karena timbul efek
samping seperti kegemukan, tekanan darah tinggi, dan perdarahan per
vaginam.
Oleh karena itu, disarankan kepada PUS agar menggunakan alat
kontrasepsi yang aman, nyaman dan tidak mengurangi keharmonisan dalam
rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Kunsila. 2012. Suntikan KB Untuk Pria. Diperoleh tanggal 19
September 2013 melalui http://www.merdeka.com/sehat/vasalgel-suntikankb-untuk pria.html
Anawalt BD, Herbst BD, Herbst KL et al. Desogestrel plus testosterona
effectively suppresses spermatogenesis but also causes modest weight gain
and high density lipo protein suppression. Fertility and Sterility 2000;14:704714.
Anna, Dkk. 2006. KeluargaBerencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Buku
Kedokteran, EGC.

49

Arum Dyah Noviawati Setya. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.


Jogjakarta: Nuha Medika
Baker HWG. Management of Male infertility. Ballires Clinical Endocrinology
and Metabolism 2000;14(3):409-422.
Bilian X. Intrauterine Devices. Best Practice & Research Clinical and
Gynaecology 2002;16(2):155-168.
Bonanomi M, Lucente G, Silvestrini B. Male fertility: core chemical structure in
pharmacological research. Contraception 2002;65:317-320.
Bray JD, Zhang Z,Winneker RC, Lyttle CR. Regulation of gene expression by
RA-910, a novel progesterone receptor modulator, in T47D cells. Steroids
2003;68:995-1003.
Ferro VA, Khan MA, Latimer VS, Brown D, Urbanski HF, Stimson WH.
Immunoneutralisation of GnRH-I, without cross-reactivity to GnRH-II, in the
development of a highly specific antifertility vaccine for clinical and
veterinary use. J Reprod Immunol 2001;51:10929.
Hanifah, Winkjosastro. 2007.Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan bina
sarwono prawirohardjo.

pustaka

Hartanto, hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta :


Muliasari
Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi.
Jakarta : Salemba Medika.
http://kbterkini.blogspot.co.id, diakses tanggal 17 Oktober 2016
http://sayangkurero.blogspot.co.id/2015/02/kontrasepsi-terkini.html,
tanggal 19 Oktober 2016
Humaniraya.
2009.
Penduduk
Indonesia,
Diaksesolehfitriaulfah, 20 Mei, 14.15 wib.

diakses

http://jurnalnet.com.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media


Aesculapius.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. PromosiKesehatandan IlmuPerilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka
Cipta.

50

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Saroha, Dkk. 2009. PelayananKeluargaBerencana. Jakarta :TransInfo Media.
Sulistyawati Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba
Medika
Suratun, Dkk. 2008. PelayananKeluargaBerencana dan PelayananKontrasepsi.
Jakarta :TransInfo Media.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. IlmuKebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

51

Anda mungkin juga menyukai