Oleh kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu tindakan yang berakibat
kesengsaraan atau penderitaan-penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual
atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum maupun
dalam kehidupan pribadi.
Seringkali kekerasan pada perempuan terjadi karena adanya ketimpangan
atau ketidakadilan gender. Ketimpangan gender adalah perbedaan peran dan hak
perempuan dan laki-laki di masyarakat yang menempatkan perempuan dalam
status lebih rendah dari laki-laki. Hak istimewa yang dimiliki laki-laki seolaholah menjadikan perempuan sebagai barang milik laki-laki yang berhak untuk
diperlakukan semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan.
Di Indonesia, tindak kekerasan terhadap perempuan terutama pada masa
nifas sampai saat ini belum cukup mendapat perhatian dari institusi terkait, seperti
kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Meski perempuan dalam masa nifas rentan
dan rawan terhadap kekerasan. Seringkali kekerasan pada perempuan terjadi
karena adanya ketimpangan atau ketidakadilan gender.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEKERASAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN ANC
Kekerasan dalam pelayanan kebidanan ANC sering terjadi secara
fisik, psikis, finansial, atau pembatasan ekonomi dan seksual yang
menimbulkan nyeri dan kerusakan yang berdampak lama setelah kejadian
tersebut. Hal ini membutuhkan tugas perkembangan yang pasti dan tuntas
meliputi:
menerima
kehamilan,
mengidentifikasi
peran
sebagai
ibu,
membangun hubungan yang baik dengan suami, orang tua, petugas kesehatan,
janin yang ada dalam kandungannya dan menyiapkan kelahirannya kelak
Kekerasan pada ibu hamil berdampak langsung maupun tidak
langsung pada ibu dan janinnya. Akibat langsung yang berdampak pada ibu
adalah luka, kecatatan fisik ibu, perdarahan, syok, meninggal dunia.
Sedangkan akibat tidak langsung pada ibu adalah infeksi infertilitas,
meningkatnya kecemasan,depresi, kondisi ibu menjadi lebih buruk (anemia
ringan menjadi anemia berat, tidak ada peningkatan berat badan bahkan
penurunan
beat
badan).
Mungkin
ibu
menjadi
perokok
peminum
sesuai
standar,
termasuk
deteksi
kemungkinan
adanya
toxoid, tablet FE, temu wicara, dan tes lab). Hal ini memnyebabkan berbagai
masalah/penyakit yang diderita ibu hamil tidak terdeteksi secara dini, untuk
menjawab kebutuhan tersebut, kementerian kesehatan RI telah menyusun
pedoman pelayanan ANC terpadu. Dalam pedoman ini pelayanan 7T menjadi
10T (t imbang, tekanan darah, nilai status gizi/lingkar lengan atas, tinggi
fundus, tentukan presentasi janin dan DJJ, tablet FE, tes lab, temu
wicara/konseling). Kemudian 10 T menjadi 14 T (timbang, tensi, tinggi
fundus, tablet FE, imunisasi TT, tes lab, tes VDRL, pijat tekan payudara,
pemeliharaan tingkat kebugaran, temu wicara, tes protein urine, tes reduksi
urine, pemberian terapi kapsul yodium, dan pemberian terapi anti malaria).
Sehingga ibu hamil dengan mudah dapat mengakses sarana kesehatan,
pelayanan kebidanan ANC harus dilaksanakan secara terpadu, komprehensif,
efisien dan efektif, serta keterlibatan suami dan keluarga dalam mendukung
kehamilan
ibu
hamil.
(Herawati.2013.
(http://herawatiherawati538.blogspot.com/2013/11/kekerasan-dalampelayanan-kebidanan-anc.html)
Pedoman ini diharapkan menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan ANC yang berkulaitas untuk meningkatkan status
kesehatan ibu yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap
penurunan angka kematian ibu. Dan pedoman ini juga dapat digunakan untuk
memperkaya materi ajar pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam
meningkatkan keterampilan dan kompetensi tenaga kesehatan.
B. KEKERASAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN INC
pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu
tahun.
b.
dan keputusan dari MPEB dan IBI . MPEB akan melakukan sidang dari kasus
ini. MPEB akan meminta keterangan dari bidan dan saksi. Yang menjadi saksi
dari kasus ini adalah asisten bidan. MPEB akan meminta keterangan dari bidan
dan saksi. Setelah asisten bidan mengatakan yang sebenarnya bahwa bidan lah
yang menahan rujukan karena alasan komisi, maka MPEB akan memberikan
sanksi yang setimpal karena sudah merugikan orang lain kepada bidan tersebut
dan sebagai gantinya izin praktik bidan tersebut akan di cabut. Keputusan
MPEB bersifat final.
Alur Sanksi Bidan
Malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat disebabkan oleh banyak
faktor,
misalnya
kelalaian,
kurangnya
pengetahuan,
faktor
ekonomi,
untuk
memulihkan
kesehatannya
kembali
yang
2.
kekerasan berbasis gender, dan dampak kekerasan pada masa nifas terhadap
kesehatan ibu dan bayi.
4. Peran Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan khususnya bidan dapat berperan penting dalam
menghadapi kasus kekerasan pada perempuan . Pertolongan sedini mungkin
dapat mencegah terjadinya masalah kesehatan yang serius dan berlarut-larut
akibat kekerasan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban, tenaga
kesehatan harus :Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar
profesinya Membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban dan
visum atrepertum atas permintaan penyidik kepolisian atau surat keterangan
medis yang memiliki kekuatan hukum yang sama sebagai alat bukti
Pelayanan kesehatan tersebut dilakukan di sarana kesehatan milik
pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat.
D. KEKERASAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN (BAYI)
Menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun,
dengan pembagian sebagai berikut: a.Masa neonatal, yaitu usia 0 28 hari 1)Masa
neonatal dini, yaitu usia 0 7 hari 2)Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 28 hari
b.Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari 1 tahun Bayi merupakan manusia yang
baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang pasti. Pada masa
ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian.
Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari
pertama hidup), dan post-natal (setelah 27 hari).
Angka Kesakitan dan Kematian Bayi masih tinggi di Indonesia. Oleh
karena itu Bidan sangat berperan penting dalam upaya penurunan Angka
Kesakitan dan Kematian Bayi melalui peningkatan kualitas pelayanan. Salah satu
hal yang menjadi penyebab terjadinya kesakitan dan kematian Bayi adalah
merupakan bentuk kekerasan yang terjadi pada bayi dalam pelayanan kebidanan.
Profesi Bidan merupakan salah satu profesi yang penuh dengan resiko,
kadang-kadang dalam mengobati penderita dapat menimbulkan cedera atau cacat
bahkan sampai dengan kematian sebagai akibat dari tindakan bidan.
1. Pengertian
Kekerasan terhadap bayi dalam praktek kebidanan adalah merupakan
semua bentuk malpraktek profesi Bidan terhadap bayi berupa perilaku verbal
atau nonverbal yang mengakibatkan kesengsaraan fisik maupun psikis.
Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari
seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati
dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang
yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La
Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California,1956). Di dalam
setiap profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma
hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah
seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut.
Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari sudut
pandang hukum disebut yuridical malpractice
Untuk malpraktek hukum (yuridical malpractice) dibagi dalam 3 kategori
sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil
malpractice dan Administrativemalpractice.
a. Criminal malpracticeCriminal malpractice
Seseorang yang melakukan perbuatan yang mana perbuatan tersebut
memenuhi rumusan delik pidana yaitu seperti positive act / negative act
yang merupakan perbuatan tercela dan dilakukan dengan sikap batin yang
salah yang berupa kesengajaan (intensional), kecerobohan (reklessness)
atau kealpaan (negligence).
b. Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness). Criminal
malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan
tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.
i. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
j. Pemberian konseling dan penyuluhan .
k. Pemberian surat keterangan kelahiran.
l. Pemberian surat keterangan kematian
dalam
serangkaian
proses
yang
bertujuan
untuk
Akibatnya korban menjadi sasaran dan selalu dalam keadaan tertekan atau
bahkan takut.
Kekerasan terhadap pasien dalam praktek kebidanan adalah merupakan
semua bentuk malpraktek profesi Bidan terhadap ibu berupa perilaku verbal
atau nonverbal yang mengakibatkan kesengsaraan fisik maupun psikis. Di
dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan
norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan
praktek sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua
norma tersebut
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kekerasan dalam praktek kebidanan merupakan salah satu masalah dalam
pelayanan kebidanan yang sering seorang bidan lakukan sadar atau tdak sadar
padahal sikap yang kurang baik pada saat memberikan pelayanan kepada pasien
akan berdampak buruk kepada pasien karena dapat menganggu psikologi seorang
pasien baik pada Antenatal, intranata, postnatal, bayi, Kb dan Gsr pada khususnya.
Kekerasan yang dialami saat Antenatal, inranatal, nifas, bayi dan Gsr
menimbulkan akibat yang berbeda-beda terhadap gangguan kesehatan reproduksi
wanita. Perbedaan tersebut terkait dengan latar belakang sosial demografi yang
menyangkut umur, tingkat pendidikan, jumlah anak, dan tempat tinggal. Setiap
wanita mempunyai ciri sosial demografi yang berbeda sehingga tingkat
kerentanan dampak yang diperoleh menjadi berbeda pada setiap individu.
B.
Saran
Sosialisasi dampak kekerasan pada praktik kebidanan khusunya para
bidan pada saat memberikan pelayanan kepada pasien agar lebih meningkatkan
senyum, sapa, salam, sopan dan santun kepada pasien tanpa adanya diskriminasi
serta menjaga kualitas Mutu pelayanan kebidanan.