Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin hari semakin maju dan
menantang manusia untuk bersaing. Keberanian ini seringkali memotivasi
manusia untuk maju, akan tetapi tidak jarang hal tersebut membuat manusia
merasa stress. Stress karena kesibukan ini terkadang membuat manusia tidak
memperhatikan keadaan dan keselamatan dirinya. Oleh karena itu tidak
jarang manusia mengalami kecelakaan terutama kecelakaan lalu lintas.
Dimana sampai saat ini korban kecelakaan lalu lintas merupakan
angka kejadian tertinggi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Kecerobohan
dalam memperlengkapi alat pengaman dan tidak memperhatikan ramburambu lalu lintas

merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

Dari kecelakaan ini menimbulkan trauma, baik secara Fisik dan Psikologis.
Fraktur atau patah tulang adalah salah satu bentuk trauma fisik yang perlu
ditangani dengan cepat agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
Masalah ini dapat terjadi pada semua kelompok usia (Brunner and Suddarth,
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
Disinilah peran perawat sebagai tenaga kesehatan ialah memberikan
penyuluhan tentang bagaimana mencegah terjadinya kecelakaan dengan
senantiasa

berhati-hati

dalam

melakukan

aktifitas

sehari-hari,

serta

memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada penderita fraktur dan


memberi penyuluhan tentang pentingnya asupan karbohidrat, protein dan
kalsium yang cukup untuk proses penyembuhan dan pembentukan tulang
baru.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Memenuhi tugas akhir DKA 400.
2. Mempelajari secara teori tentang penyakit Fraktur Radius, pengobatan
dan asuhan keperawatannya.
3. Membandingkan antara teori dengan kasus nyata dilapangan tentang
asuhan keperawatan pada penderita Fraktur Radius.

4. Memperoleh

pengalaman

yang

nyata

dalam

memberikan

asuhan

Keperawatan kepada pasien dengan Fraktur Radius.


C. Metode Penulisan
Penyusunan makalah ini dilakukan dengan cara :
1. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari berbagai literatur yang
membahas tentang Fraktur Radius
2. Studi lapangan yaitu dengan melakukan asuhan keperawatan langsung
pada penderita Fraktur Radius di unit Lukas PK. St. Carolus, kamar 57-3
D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini diawali dengan Kata Pengantar, Daftar isi, Bab I
Pendahuluan yang berisi Latar Belakang , Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan dan Sistematika Penulisan, dilanjutkan dengan Bab II Tinjauan
Teoritis yang terdiri dari Konsep Dasar Medik yang terdiri dari Defenisi
Fraktur Radius, Anatomi Fisiologi Fraktur Radius, Etiologi Fraktur Radius,
Patofisiologi Fraktur Radius, Tanda dan Gejala Fraktur Radius. Pemeriksaan
Diagnostik Fraktur Radius, Therapi dan Pengelolaan Medik Fraktur Radius
dan Komplikasi Fraktur Radius, Lalu konsep Asuhan Keperawatan yang
terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana Keperawatan dan
Perencanaan

Pulang

disertai

Pataflowdiagram,

Kemudian

Bab

III

Pengamatan kasus, Bab IV Pembahasan Kasus, dan Bab V Kesimpulan dan


diakhiri dengan Daftar Pustaka.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MEDIK
1. Definisi Fraktur Radius
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002,
hal. 2357).
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik (Sylvia A., Patofisiologi, 1995).
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat
jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth,
Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2372).
2. Klasifikasi Fraktur
1. Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang tidak
menonjol keluar melewati kulit.
2. Fraktur terbuka
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan kulit ke
tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubungan dengan lingkungan luar,
sehingga berpotensi terjadi infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut
dibedakan menjadi 3 berdasarkan beratnya fraktur.

Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang dari 1


cm.

Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar pada
otot.

Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada


pembuluh darah.

3. Fraktur komplit
Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah dari
posisi normal.

4. Fraktur inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana yang
mengganggu kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur ini disebut juga
green stick atau fraktur hickoristik.
5. Fraktur comminuted
Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
6. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang pokok,
seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut oblique (sekitar
45o) pada batang atau sendi pada tulang.
7. Fraktur longitudinal
Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
8. Fraktur transversal
Garis fraktur menyilang lurus pada tulang.
9. Fraktur spiral
Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.
2. Anatomi Fisiologi Tulang Radius
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineralmineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikon). Kalsium dan
fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksida patit), yang tertimbun
pada matriks garam (hidroksia patit) yang tertmbun pada matriks kolagen
dan proteaglikan matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu
osteoid. (Sylvia, A. Price, Patofisiologi, Buku II, Edisi 4, Penerbit EGC,
1995).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Selselnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresi
matriks tulang.
Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak dalam osteum (unit matriks tulang). Osteoklas adalah

sel multinuklear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,


resorbsi dan remodeling tulang.
Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah merupakan tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari tulang ulna.
Ujung atas radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing
dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari
humerus. Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan takik radial dari ulna. Di
bawah kepala terletak leher dan di bawah serta di sebeelah medial dari
leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendon dan insersi otot
bisep.
Batang radius. Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih
bundar daripada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah.
Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa
permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor dan
pronator yang letaknya dalam di sebelah anterior dan di sebelah posterior
memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam lengan
bawah dan tangan.
Ujung bawah agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi
dua buah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius berbendi
dengan ska foid dan tulang semilunar dalam formasi persendian
pergelangan tangan. Permukaan persendian di sebelah medial dari yang
bawah bersendi dengan kepala dari ulna dalam formasi persendian radioulna inferior. Sebelah lateral dari ujung bawah diperpanjang ke bawah
menjadi prosesus stiloid radius.
Fungsi dari tulang pada lengan bawah atau tulaang radius adalah
untuk pronasi dan supinasi harus dipertahankan dengan menjaga posisi
dan kesejajaran anatomik yang baik.
Proses Penyembuhan Tulang
Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endokondial
ketika tulang mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal
dengan jaringan parut, namun tulang mengalami regenerasi sendiri. Ada
beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang :
1. Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tulang mengalami respon yang sama
dengan bila ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan

dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada


tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi
karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan
diinvasi oleh

makrofag

(sel

darah putih besar), yang akan

membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan


nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan
berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
2. Proliferasi Sel
Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk
jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast.
Fibroblast dan osteoblast (berkembang dan osteosit, sel endotel, sel
periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai
matriks kolagen pada patahan tulang.
3. Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen
patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan
tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk
menghubungkan defek-secara langsung berhubungan dengan jumlah
kerusakan dan pergeseran tulang.
4. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu
patah tulang melalui proses penulangan endokondrial.
5. Remodeling
Tahap akhir perbaikan tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi

tulang

baru

ke

susunan

struktural

sebelumnya.

Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahuntahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi
tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus stres fungsional pada tulang.

3. Etiologi Fraktur Radius


Penyebab paling umum fraktur adalah :
-

Benturan/trauma langsung pada tulang antara lain : kecelakaan lalu


lintas/jatuh.

Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan penyakti


seperti osteoporosis, kanker tulang yang bermetastase.

4.

Patofisiologi Fraktur Radius


Fraktur kaput radii sering terjadi akibat jatuh dan tangan
menyangga dengan siku ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam
sendi siku (hemarthosis) harus diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan
memungkinkan gerakan awal.
Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan
eksisi kaput radii bila perlu. Paska operasi lengan dimobilisasi dengan
bebat gips posterior dan sling. Fraktur pada batang radius dan ulna (pada
batang lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-anak. Baik radius
maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada setiap ketinggian,
biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.
Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan
kerusakan pada beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan
sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama
pada tulang panjang. Sumsum kuning yang keluar akibat fraktur terbuka
masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah sehingga
mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak ini sampai pada
pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar
daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran
darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri
yang hebat karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan
kerusakan pada tulang itu sendiri mengakibatkan perubahan sumsum
tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan persyaratan di daerah
tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf ditandai
dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.

5.

Tanda dan Gejala Fraktur Radius


a. Nyeri

hebat

pada

daerah

fraktur

dan nyeri

bertambah

bila

ditekan/diraba.
b. Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
c. Spasme otot.
d. Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan
normal.
e. Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.
f. Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat
oleh fragmen tulang.
g. Krepitasi jika digerakkan.
h. Perdarahan.
i. Hematoma.
j. Syok
k. Keterbatasan mobilisasi.
6.

Pemeriksaan Diagnostik Fraktur Radius


a. Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur.
b. Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan operasi antara
lain :

7.

Darah lengkap

Golongan darah

Masa pembekuan dan perdarahan.

EKG

Kimia darah.

Therapi/Penatalaksanaan Medik
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat
menangani fraktur :
a. Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan
perkiraan yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan
bentuk tulang dan ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat
dilakukan misalnya pemasangan bidai.

b. Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.
Cara penanganan secara reduksi :
-

Pemasangan gips
Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.

Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)


Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk mempertahankan posisi tulang dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat,
paku yang dipasang di sisi maupun di dalam tulang. Alat ini
diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.

c. Debridemen
Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar
fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.
d. Rehabilitasi
Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk
mengembalikan fungsi normal.
e. Perlu dilakukan mobilisasi
Kemandirian bertahap.
8.

Komplikasi Fraktur Radius


a. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok.
Bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera.
b. Sindroma kompartemen
Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari
yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan.
c. Tromboemboli
d. Infeksi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-

Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan memadai.

Adanya kegiatan yang beresiko cedera.

Adanya riwayat penyakit yang bisa menyebabkan jatuh.

b. Pola nutrisi metabolik


-

Adanya gangguan nafsu makan karena nyeri.

c. Pola tidur dan istirahat


-

Pola tidur terganggu karena nyeri.

d. Pola aktivitas dan latihan


-

Ada riwayat jatuh/terbentur ketika sedang beraktivitas/kecelakaan


lain.

Tidak kuat menahan beban.

Ada perubahan bentuk/pemendekan pada bagian yang kontraktur.

e. Pola persepsi dan kognitif


-

Biasanya mengeluh nyeri pada daerah fraktur

Mengeluh kesemutan/baal

Kurang pemahaman tentang keadaan luka dan prosedur tindakan.

f. Pola konsep diri dan persepsi diri


-

Adanya ungkapan ketidakberdayaan karena cedera.

Rasa khawatir akan dirinya, tidak mampu beraktivitas seperti


sebelumnya.

g. Pola hubungan peran


-

Peran terganggu karena adanya nyeri.

Kecemasan akan tidak mampu menjalankan kewajiban memenuhi


kebutuhan keluarga.

h. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres.


-

Ekspresi sedih

Merasa terasing di rumah sakit.

Kaji kecemasan klien.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre-Operasi
1) Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
2) Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan
sekitar.
3) Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan jaringan
lunak.

10

4) Gangguan pola tidur b.d nyeri.


b. Post Operasi
1) Nyeri b.d luka operasi.
2) Risiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.
3) Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips dan fiksasi.
4) Risiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.
5) Kurang pengetahuan klien tentang perubahan tingkat aktivitas
yang boleh dilakukan dan perawatannya saat di rumah.
6) Gangguan harga diri b.d perubahan peran dan perubahan bentuk
fisik atau tubuh.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Pre-Operasi
1. Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
HYD :
-

Nyeri berkurang atau terkontrol

Klien mengatakan nyeri berkurang.

Ekspresi wajah tenang.

Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.
2) Kaji keluhan nyeri klien : lokasi, intensitas, karakteristik.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3) Beri posisi yang nyaman sesuai anatomi tubuh manusia.
R/ Posisi sesuai anatomi tubuh membantu relaksasi sehingga
mengurangi rasa nyeri.
4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam mengendorkan ketegangan syaraf.
5) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring,
gips.
R/ Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang
yang cedera.
6) Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Analgetik menghambat pembentukan prostaglandin pada otak
dan jaringan perifer.

11

2. Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan sekitar.


HYD :
-

Kebutuhan hygiene, nutrisi dan eliminasi.

Klien

dapat

melakukan

aktivitas

secara

bertahap

sesuai

kemampuan klien dan sesuai program medik.


Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat kemampuan beraktivitas klien.
R/ Menentukan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien.
2) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Sebagai data dasar dalam melakukan tindakan keperawatan.
3) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat
dilakukan sendiri.
R/ Kerjasama

antara

perawat

dan

klien

mengefektifkan

tercapainya hasil dari tindakan keperawatan.


4) Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan.
R/ Klien dapat memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan sendiri
dengan cepat.
5) Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien.
R/ Membantu memenuhi kebutuhan klien.
3. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan jaringan
lunak.
HYD :
-

Infeksi tidak terjadi

Tidak ada kemerahan, pus, peradangan

Leukosit dalam batas normal

Tanda-tanda vital stabil.

Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (S, TD, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya infeksi.
2) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri.
3) Tutup daerah luka dengan kasa steril.

12

R/ Kasa steril menghambat masuknya kuman ke dalam luka.


4) Rawat luka fraktur dengan teknik aseptik.
R/ Mencegah dan menghambat perkembangbiakan bakteri.
5) Beri therapi antibiotik sesuai program medik.
R/ Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya
bakteri.
b. Post-Operasi
1. Nyeri b.d luka operasi
HYD :
-

Nyeri berkurang sampai dengan hilang.

Ekspresi wajah tenang.

Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.
2) Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam dapat mengendorkan ketegangan sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri.
4) Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai anatomi.
R/ Posisi anatomi membuat rasa nyaman dan melancarkan
sirkulasi darah.
5) Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah
baring.
R/ Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang.
6) Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Menghambat dan menekan rangsang nyeri ke otak.
2. Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips atau fiksasi.
HYD :
-

Kebutuhan hygiene, nutrisi, dan eliminasi terpenuhi.

Klien

dapat

melakukan

aktivitas

secara

bertahap

sesuai

kemampuan klien dan sesuai program medik.

13

Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (S, N, TD, P)
R/ Sebagai data dasar untuk menentukan tindakan keperawatan.
2) Kaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas secara mandiri.
R/ Menentukan tindakan keperawatan sesuai kondisi klien.
3) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan hygiene nutrisi,
eliminasi yang tidak dapat dilakukan sendiri.
R/ Kerjasama antara perawat dan klien yang baik mengefektifkan pencapaian

hasil dari

tindakan

keperawatan yang

dilakukan.
4) Dekatkan alat-alat dan bel yang dibutuhkan klien.
R/ Klien dapat segera memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan
sendiri.
5) Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien.
R/ Kerjasama antara perawat dan keluarga klien akan membantu
dalam mencapai hasil yang diharapkan.
6) Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara bertahap
sesuai kemampuan klien dan sesuai program medik.
R/ Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses
penyembuhan.

3. Resiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.


HYD :
-

Komplikasi setelah operasi tidak terjadi.

Rencana Tindakan :
1) Kaji keluhan klien
R/ Mengetahui masalah klien.
2) Observasi tanda-tanda vital (TD, N)
R/ Untuk mendeteksi adanya tanda-tanda awal komplikasi.
3) Anjurkan klien mobilisasi secara bertahap
R/ Meningkatkan pergerakan sehingga dapat melancarkan aliran
darah.
4) Kolaborasi dengan dokter.
R/ Mengetahui dan mendapatkan penanganan dengan tepat.

14

4. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.


HYD :
-

Infeksi post operasi tidak terjadi.

Klien tidak mengalami infeksi tulang.

Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, N, S, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya infeksi.
2) Rawat luka operasi dengan tehnik aseptik.
R/ Mencegah dan menghambat berkembang biaknya bakteri.
3) Tutup daerah luka dengan kasa steril.
R/ Kasa steril menghambat masuknya kuman dalam luka.
4) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri.
5) Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
R/ Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya
bakteri.

5. Kurang pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh


dilakukan dan perawatan di rumah b.d kurang informasi.
HYD :
-

Klien dapat mengetahui aktivitas yang boleh dilakukan dan


perawatan saat di rumah.

Rencana Tindakan :
1) Kaji

tingkat

pengetahuan

klien

tentang

penatalaksanaan

perawatan di rumah.
R/ Mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan klien.
2) Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan latihan pasif dan
aktif secara teratur.
R/ Dengan

latihan

aktif

dan

pasif

diharapkan

mencegah

terjadinya kontraktur pada tulang.


3) Berikan kesempatan pada klien untuk dapat bertanya.
R/ Hal kurang jelas dapat diklarifikasikan kembali.

15

4) Anjurkan klien untuk mentaati terapi dan kontrol tepat waktu.


R/ Mencegah keadaan yang dapat memperburuk keadaan fraktur.
5) Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan
yang fraktur.
R/ Mencegah stres tulang.
4. Discharge Planning
a. Anjurkan klien untuk meneruskan latihan aktif dan pasif yang telah
diperoleh selama klien dirawat di rumah sakit.
b. Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan yang
fraktur, bila memang terpaksa lebih baik dengan menggeser saja.
c. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi TKTP, tinggi kalsium, tinggi
vitamin untuk proses penyembuhan tulang.
d. Anjurkan klien untuk mentaati terapi pengobatan dan kontrol yang
tepat waktu.

16

C. C. PATOFLOWDIAGRAM

Benturan/trauma langsung pada


tulang antara lain kecelakaan lalu
lintas/jatuh.
Kelemahan/kerapuhan struktur
tulang akibat gangguan penyakit
seperti osteoporosis, kanker tulang
yang bermetastasis

Diskontinuitas jaringan tulang

Periosteum dan
sumsum tulang

Jaringan lunak

Tulang

DP. Resti infeksi


Keluarnya sumsum
tulang

Spasme otot

Perubahan sumsum
tulang (fragmentasi
tulang)

DP. Nyeri
Bergabung dengan
pembuluh darah yang
terbuka

Emboli lemak

Perubahan perfusi
jaringan

Nekrotik jaringan

Stabil/beraturan

Dapat dikembalikan ke posisi


semula
DP. Resiko tinggi
perubahan pertukaran gas

Tidak stabil

Menekan syaraf

Gangguan
fungsi syaraf :
- Kesemutan,
rasa baal.
- Kelemahan

DP : Resiko tinggi
kerusakan
neurovaskuler

Stimulasi inflamasi

Hematoma edema

17

BAB III
PENGAMATAN KASUS

Klien Nn. M umur 15 tahun, agama Katolik masuk RS. St. Carolus Unit Lukas
tanggal 30 Januari 2004, klien sudah 6 hari dirawat dengan diagnosa fraktur
radius + trauma capitis. Klien mengeluh masuk RS karena klien mengalami
kecelakaan motor yang mengakibatkan klien mengalami fraktur pada lengan
kanan, klien pingsan tetapi tidak muntah dan mual.
Pada saat pengkajian klien dengan fraktur radius + trauma capitis. Klien
mengungkapkan nyeri pada lengan kanan dengan intensitas 4 5, klien
menggunakan spalk di lengan kanan. Klien mengeluh pusing, matanya bengkak
di sebelah kiri. terpasang infus RL 500 cc/24 jam (4 5 tetes/menit). Di lengan
kiri pada saat pengkajian klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,
TD: 100/60 mmHg, N: 74 x/menit, HR: 72 x/menit, P: 18 x/menit, S: 36,2 0C.
Hasil laboratorium tanggal 30 Januari 2004 : Hb 12,2 g/dL, Ht 37%, Leukosit
22.500/uL, Trombosit 300.000/uL, tanggal 31 Januari 2004 : LED 12 mm/1 jam.
Hasil CT Scan tanggal 30 Januari 2004 : kesan hematom subkutan daerah
palpebrae kiri dan vertex bagian posterior, gambaran brain swelling ringan, tidak
tampak perdarahan intrakranial. Hasil rontgen 30 Januari 2004 : tampak fraktur
pada os radius kanan bagian distal, kedudukan baik dan sela sendi genu kanan
baik, tidak tampak fraktur pada tulang di sekitar sendi.
Terapi yang didapat klien : Ca. Sandoz 2x1, Bactrim Forte 2x1,
Polidex tetes mata 4x1 tetes, Brainact 4x250 mg, Kalmethason 4x1
Amp, Gastridin 2x1 Amp.
Masalah yang ada pada pasien : (1) Keterbatasan aktivitas b.d trauma
fisik, (2) Nyeri b.d spasme otot akibat fraktur, (3) Kecemasan b.d prognosa
penyakit, (4) Kerusakan integritas kulit b.d trauma.
Untuk intervensi keperawatan yaitu sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada

serta

diagnosa

yang

diangkat/ditemukan.

Pada

pelaksanaan

dijabarkan/dilakukan sesuai dengan intervensi yang ada diantaranya yaitu


membantu kebutuhan pasien, mengobservasi tanda-tanda vital, mengajarkan
teknik relaksasi tarik napas dalam, mengkaji tingkat kecemasan klien,
mengobservasi keadaan kulit.

18

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan tersebut, pada saat evaluasi


didapat bahwa klien mengatakan masih belum bisa beraktivitas, nyeri masih ada,
kecemasan masih ada dan lecet serta hematoma masih ada pada kaki, lengan ,
dan mata. Maka rencana perawatan masih dilanjutkan.

19

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Setelah melakukan pengamatan pada Nn. M di Unit Lukas dengan diagnosa


fraktur radius + trauma capitis dan membandingkannya dengan teori, maka dapat
diketahui fraktur radius pada klien adalah radius kanan bagian distal dan
ditemukan bahwa penyebab utama klien mengalami fraktur tersebut karena
akibat trauma fisik karena kecelakaan lalu lintas. Dan sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa penyebabnya adalah trauma. Tanda dan gejala yang timbul
adalah nyeri, spasme otot. Sama halnya dengan yang dialami klien yaitu nyeri
pada lengan kanan serta pusing.
Diagnosa keperawatan yang diangkat sebagian sudah sesuai dengan yang ada di
teori yaitu ketidakmampuan beraktivitas berhubungan dengan trauma fisik
dikarenakan klien belum mampu melakukan aktivitas dan klien masih pusing.
Nyeri berhubungan dengan spasme otot akibat fraktur dimana pasien mengeluh
nyeri pada daerah tangan yang fraktur. Untuk diagnosa keperawatan kecemasan
berhubungan dengan prognosa penyakit yang dialami dan kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan trauma dikarenakan pada kaki dan lengan klien ada
lecet serta pada mata kiri pasien ada hematoma ditemukan pada klien saat
pengkajian.
Intervensi keperawatan dan implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan
teori dan kebutuhan klien karena klien belum bisa melakukan aktivitas sendiri
maka implementasi dilakukan membantu klien dalam pemenuhan kebutuhannya.
Mengajarkan klien teknik relaksasi tarik napas dalam untuk mengurangi nyeri.
Memberi support system kepada klien serta merawat luka / lecet yang ada pada
kaki dan lengan kiri.
Pada evaluasi dapat dikatakan bahwa intervensi yang dilakukan belum memberi
hasil yang optimal karena untuk diagnosa keterbatasan aktivitas klien belum
dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Dan untuk evaluasi diagnosa nyeri,
kecemasan serta kerusakan integritas kulit belum memberi hasil yang maksimal
karena didapati klien masih mengalami nyeri dan kecemasan serta lecet pada
kaki dan lengan juga hematoma pada mata masih ada, maka tetap harus
ditindaklanjuti oleh perawat/Pn di ruangan .

20

BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Nn. M dapat disimpulkan


bahwa fraktur radius yang dialami klien disebabkan trauma fisik akibat
kecelakaan lalu lintas. Yang perlu diperhatikan dari pasien ini adalah
penanganan dalam membantu setiap kebutuhan pasien serta melibatkan keluarga
dalam memberi support kepada klien agar dapat belajar sedikit demi sedikit
untuk peningkatan aktivitas secara bertahan dan makan makanan tinggi protein,
karbohidrat dan kalsium untuk mempercepat proses penyembuhan/pertumbuhan
tulang.

21

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Edisi 8 volume 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Black, Joyce M (1997). Medical Surgical Nursing, Clinical Management


for Continuity of Care. 5th edition, 3 rd volume. Philadelphia. W.B Saunders
Company.

Carpenito, Lynda Jual (1997). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada


Praktek Klinis. Edisi keenam, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, Marilynn. E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3,
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Evelyn. C. Pearce (1999). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Cetakan


ke-22, Jakarta. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.

Price, Sylvia. A (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Edisi 4 buku 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

www.goggle.com

22

Anda mungkin juga menyukai