PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin hari semakin maju dan
menantang manusia untuk bersaing. Keberanian ini seringkali memotivasi
manusia untuk maju, akan tetapi tidak jarang hal tersebut membuat manusia
merasa stress. Stress karena kesibukan ini terkadang membuat manusia tidak
memperhatikan keadaan dan keselamatan dirinya. Oleh karena itu tidak
jarang manusia mengalami kecelakaan terutama kecelakaan lalu lintas.
Dimana sampai saat ini korban kecelakaan lalu lintas merupakan
angka kejadian tertinggi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Kecerobohan
dalam memperlengkapi alat pengaman dan tidak memperhatikan ramburambu lalu lintas
Dari kecelakaan ini menimbulkan trauma, baik secara Fisik dan Psikologis.
Fraktur atau patah tulang adalah salah satu bentuk trauma fisik yang perlu
ditangani dengan cepat agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
Masalah ini dapat terjadi pada semua kelompok usia (Brunner and Suddarth,
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
Disinilah peran perawat sebagai tenaga kesehatan ialah memberikan
penyuluhan tentang bagaimana mencegah terjadinya kecelakaan dengan
senantiasa
berhati-hati
dalam
melakukan
aktifitas
sehari-hari,
serta
4. Memperoleh
pengalaman
yang
nyata
dalam
memberikan
asuhan
Pulang
disertai
Pataflowdiagram,
Kemudian
Bab
III
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi Fraktur Radius
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002,
hal. 2357).
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik (Sylvia A., Patofisiologi, 1995).
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat
jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth,
Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2372).
2. Klasifikasi Fraktur
1. Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang tidak
menonjol keluar melewati kulit.
2. Fraktur terbuka
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan kulit ke
tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubungan dengan lingkungan luar,
sehingga berpotensi terjadi infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut
dibedakan menjadi 3 berdasarkan beratnya fraktur.
Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar pada
otot.
3. Fraktur komplit
Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah dari
posisi normal.
4. Fraktur inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana yang
mengganggu kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur ini disebut juga
green stick atau fraktur hickoristik.
5. Fraktur comminuted
Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
6. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang pokok,
seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut oblique (sekitar
45o) pada batang atau sendi pada tulang.
7. Fraktur longitudinal
Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
8. Fraktur transversal
Garis fraktur menyilang lurus pada tulang.
9. Fraktur spiral
Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.
2. Anatomi Fisiologi Tulang Radius
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineralmineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikon). Kalsium dan
fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksida patit), yang tertimbun
pada matriks garam (hidroksia patit) yang tertmbun pada matriks kolagen
dan proteaglikan matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu
osteoid. (Sylvia, A. Price, Patofisiologi, Buku II, Edisi 4, Penerbit EGC,
1995).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Selselnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresi
matriks tulang.
Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak dalam osteum (unit matriks tulang). Osteoklas adalah
makrofag
(sel
tulang
baru
ke
susunan
struktural
sebelumnya.
Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahuntahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi
tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus stres fungsional pada tulang.
4.
5.
hebat
pada
daerah
fraktur
dan nyeri
bertambah
bila
ditekan/diraba.
b. Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
c. Spasme otot.
d. Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan
normal.
e. Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.
f. Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat
oleh fragmen tulang.
g. Krepitasi jika digerakkan.
h. Perdarahan.
i. Hematoma.
j. Syok
k. Keterbatasan mobilisasi.
6.
7.
Darah lengkap
Golongan darah
EKG
Kimia darah.
Therapi/Penatalaksanaan Medik
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat
menangani fraktur :
a. Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan
perkiraan yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan
bentuk tulang dan ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat
dilakukan misalnya pemasangan bidai.
b. Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.
Cara penanganan secara reduksi :
-
Pemasangan gips
Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.
c. Debridemen
Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar
fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.
d. Rehabilitasi
Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk
mengembalikan fungsi normal.
e. Perlu dilakukan mobilisasi
Kemandirian bertahap.
8.
Mengeluh kesemutan/baal
Ekspresi sedih
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre-Operasi
1) Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
2) Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan
sekitar.
3) Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan jaringan
lunak.
10
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.
2) Kaji keluhan nyeri klien : lokasi, intensitas, karakteristik.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3) Beri posisi yang nyaman sesuai anatomi tubuh manusia.
R/ Posisi sesuai anatomi tubuh membantu relaksasi sehingga
mengurangi rasa nyeri.
4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam mengendorkan ketegangan syaraf.
5) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring,
gips.
R/ Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang
yang cedera.
6) Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Analgetik menghambat pembentukan prostaglandin pada otak
dan jaringan perifer.
11
Klien
dapat
melakukan
aktivitas
secara
bertahap
sesuai
antara
perawat
dan
klien
mengefektifkan
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (S, TD, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya infeksi.
2) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri.
3) Tutup daerah luka dengan kasa steril.
12
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.
2) Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam dapat mengendorkan ketegangan sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri.
4) Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai anatomi.
R/ Posisi anatomi membuat rasa nyaman dan melancarkan
sirkulasi darah.
5) Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah
baring.
R/ Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang.
6) Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Menghambat dan menekan rangsang nyeri ke otak.
2. Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips atau fiksasi.
HYD :
-
Klien
dapat
melakukan
aktivitas
secara
bertahap
sesuai
13
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (S, N, TD, P)
R/ Sebagai data dasar untuk menentukan tindakan keperawatan.
2) Kaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas secara mandiri.
R/ Menentukan tindakan keperawatan sesuai kondisi klien.
3) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan hygiene nutrisi,
eliminasi yang tidak dapat dilakukan sendiri.
R/ Kerjasama antara perawat dan klien yang baik mengefektifkan pencapaian
hasil dari
tindakan
keperawatan yang
dilakukan.
4) Dekatkan alat-alat dan bel yang dibutuhkan klien.
R/ Klien dapat segera memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan
sendiri.
5) Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien.
R/ Kerjasama antara perawat dan keluarga klien akan membantu
dalam mencapai hasil yang diharapkan.
6) Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara bertahap
sesuai kemampuan klien dan sesuai program medik.
R/ Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses
penyembuhan.
Rencana Tindakan :
1) Kaji keluhan klien
R/ Mengetahui masalah klien.
2) Observasi tanda-tanda vital (TD, N)
R/ Untuk mendeteksi adanya tanda-tanda awal komplikasi.
3) Anjurkan klien mobilisasi secara bertahap
R/ Meningkatkan pergerakan sehingga dapat melancarkan aliran
darah.
4) Kolaborasi dengan dokter.
R/ Mengetahui dan mendapatkan penanganan dengan tepat.
14
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, N, S, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya infeksi.
2) Rawat luka operasi dengan tehnik aseptik.
R/ Mencegah dan menghambat berkembang biaknya bakteri.
3) Tutup daerah luka dengan kasa steril.
R/ Kasa steril menghambat masuknya kuman dalam luka.
4) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri.
5) Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
R/ Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya
bakteri.
Rencana Tindakan :
1) Kaji
tingkat
pengetahuan
klien
tentang
penatalaksanaan
perawatan di rumah.
R/ Mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan klien.
2) Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan latihan pasif dan
aktif secara teratur.
R/ Dengan
latihan
aktif
dan
pasif
diharapkan
mencegah
15
16
C. C. PATOFLOWDIAGRAM
Periosteum dan
sumsum tulang
Jaringan lunak
Tulang
Spasme otot
Perubahan sumsum
tulang (fragmentasi
tulang)
DP. Nyeri
Bergabung dengan
pembuluh darah yang
terbuka
Emboli lemak
Perubahan perfusi
jaringan
Nekrotik jaringan
Stabil/beraturan
Tidak stabil
Menekan syaraf
Gangguan
fungsi syaraf :
- Kesemutan,
rasa baal.
- Kelemahan
DP : Resiko tinggi
kerusakan
neurovaskuler
Stimulasi inflamasi
Hematoma edema
17
BAB III
PENGAMATAN KASUS
Klien Nn. M umur 15 tahun, agama Katolik masuk RS. St. Carolus Unit Lukas
tanggal 30 Januari 2004, klien sudah 6 hari dirawat dengan diagnosa fraktur
radius + trauma capitis. Klien mengeluh masuk RS karena klien mengalami
kecelakaan motor yang mengakibatkan klien mengalami fraktur pada lengan
kanan, klien pingsan tetapi tidak muntah dan mual.
Pada saat pengkajian klien dengan fraktur radius + trauma capitis. Klien
mengungkapkan nyeri pada lengan kanan dengan intensitas 4 5, klien
menggunakan spalk di lengan kanan. Klien mengeluh pusing, matanya bengkak
di sebelah kiri. terpasang infus RL 500 cc/24 jam (4 5 tetes/menit). Di lengan
kiri pada saat pengkajian klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,
TD: 100/60 mmHg, N: 74 x/menit, HR: 72 x/menit, P: 18 x/menit, S: 36,2 0C.
Hasil laboratorium tanggal 30 Januari 2004 : Hb 12,2 g/dL, Ht 37%, Leukosit
22.500/uL, Trombosit 300.000/uL, tanggal 31 Januari 2004 : LED 12 mm/1 jam.
Hasil CT Scan tanggal 30 Januari 2004 : kesan hematom subkutan daerah
palpebrae kiri dan vertex bagian posterior, gambaran brain swelling ringan, tidak
tampak perdarahan intrakranial. Hasil rontgen 30 Januari 2004 : tampak fraktur
pada os radius kanan bagian distal, kedudukan baik dan sela sendi genu kanan
baik, tidak tampak fraktur pada tulang di sekitar sendi.
Terapi yang didapat klien : Ca. Sandoz 2x1, Bactrim Forte 2x1,
Polidex tetes mata 4x1 tetes, Brainact 4x250 mg, Kalmethason 4x1
Amp, Gastridin 2x1 Amp.
Masalah yang ada pada pasien : (1) Keterbatasan aktivitas b.d trauma
fisik, (2) Nyeri b.d spasme otot akibat fraktur, (3) Kecemasan b.d prognosa
penyakit, (4) Kerusakan integritas kulit b.d trauma.
Untuk intervensi keperawatan yaitu sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada
serta
diagnosa
yang
diangkat/ditemukan.
Pada
pelaksanaan
18
19
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
www.goggle.com
22