PROPOSAL
PENYUSUNAN PERENCANAAN
PROGRAM BUMN MEMBANGUN DESA
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
I.4. Luaran
Luaran kegiatan yang diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran di atas adalah:
(1) Tersedianya dokumen perencanaan program yang lahir melalui pendekatan
partisipatoris dalam konsep pemberdayaan masyarakat sesuai karakteristik
program/kegiatan yang dikembangkan berdasarkan karakteristik dan potensi
desa.
(2) Dokumen perencanaan program yang terwarnai upaya pemberdayaan
masyarakat sesuai karakteristik program/kegiatan tersebut.
(3) Dokumen perencanaan fasilitasi desa-desa tidak berdaya berbasis
pembelajaran sosial untuk pemberdayaan masyarakat dilengkapi kerangka
sinerginya dengan program/kegiatan Antam dan SKPD tingkat kabupaten dan
provinsi yang berbasis rekayasa sosial untuk tahun 2012;
(4) Dokumen kerangka monitoring dan evaluasi program dan kegiatan untuk
tahun 2012 dan 2013.
Good Governance
Dengan bergulirnya otonomi daerah, diharapkan desa/kelurahan
menjalankan peran pembangunan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik dan bersih (clean and good governance). Hal ini hanya dapat terjadi
apabila tiga pilar tata pemerintahan, menjalankan peran dan fungsinya masingmasing. Ketiga pilar itu adalah pemerintah desa/kelurahan, warga masyarakat
(citizen) dan kalangan usaha/swasta (private sector).
Apabila salah satu pilar dari tata pemerintahan itu timpang, maka akan
sulit tercapai tata pemerintahan yang baik. Warga masyarakat perlu bersikap
mengkoreksi jalannya pemerintahan desa/kelurahan dan pembangunan sebagai
warga yang baik. Sebaliknya pemerintah desa/kelurahan menerima masukan
masyarakat sebagai bagian dari keterbukaan dan tanggung gugatnya. Sedangkan
kalangan usaha/swasta berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi lokal dengan
membuka peluang kerja, menjalankan kewajiban seperti membayar pajak,
memperhatikan kelestarian lingkungan, dan menjalankan tanggung jawab sosial
lainnya.
Ketiga pilar tersebut harus berjalan bersama dengan kekuatan bersama
yang seimbang menuju visi yang sama, yaitu terciptanya masyarakat yang
sejahtera. Berjalan bersama mengandung arti bahwa masing-masing memiliki
peran dan orientasi yang berbeda, tetapi dengan tujuan yang sama yaitu
masyarakat yang sejahtera, atau masyarakat madani.
utama. Agar pelaksanaan peran masyarakat tersebut berjalan dengan baik maka
perlu diakukan tindakan-tindakan berikut:
1. Pengembangan kelembagaan masyarakat dan pengorganisasian masyarakat.
Pengembagan kelembagaan masyarakat diperlukan agar peran tersebut tidak
dilakukan secara individu melainkan secara bersama sehingga efisien dan
efektif serta sistematis dan terstruktur, pada akhirnya maksimum utilities dapat
diwujudkan.
2. Peningkatan kekuatan masyarakat agar terwujud power sharing. Masyarakat
perlu mengetahui hak dan kewajibannya relatif terhadap hak dan kewajiban
kedua pilar pembangunan yang lain. Ini akan menghindari misalnya
munculnya over power dari pemerintah, atau penyalahgunaan hak oleh swasta,
dan melembaganya fungsi kontrol masyarakat
3. Pemberdayaan Masyarakat. Peran ini dilakukan oleh pemerintah dan swasta
agar kompetensi setiap anggota masyarakat dalam melaksanakan perannya
dalam kelompok kebersamaan meningkat. Pemberdayaan dilakukan sesuai
kebutuhan dan kondisi suatu masyarakat. Karena kondisi dan kebutuhan
masyarakat unik, maka tidak ada pedoman yang berlaku umum tentang
bagaimana pemberdayaan dilakukan, melainkan pedoman umum kepada
fasilitator pendamping tentang bagaimana mengenali kondisi masyarakat
bersama masyarakat untuk selanjutnya diputuskan secara bersama langkahlangkah perumusan kebutuhan dan langkah-langkah pemberdayaannya.
Partisipasi dan Perasaan Memiliki
Pembangunan partisipatif menjadi model yang sangat efektif dalam upaya
membangun kesadaran masyarakat sekaligus menata kembali tatanan sosial yang
ada. Pembangunan partisipatoris ini merupakan model pembangunan yang
melibatkan komunitas pemanfaat sebagai pelaku utama untuk secara aktif
mengambil langkah langkah penting yang dibutuhkan untuk memperbaiki hidup
mereka.
Pembangunan partisipatoris ini juga merupakan koreksi dan sekaligus
model pembangunan yang memadukan dua ancangan yaitu ancangan dari atas,
dimana keputusan-keputusan dirumuskan dari atas dan ancangan dari bawah, yang
menekankan keputusan di tangan masyarakat yang kedua-duanya memiliki
kelemahan masing-masing. Dengan kata lain pembangunan partisipatoris tidak
berarti meniadakan peran pelaku luar; ahli, pemerintah, dan lainnya tetapi
mendudukkan mereka sebagai fasilitator dan katalis dalam suatu proses yang
sepenuhnya dikendalikan oleh masyarakat pemanfaat.
Pembangunan partisipatoris ini mengembangkan ancangan
ketiga dengan cara menggabungkan keuntungan dan membuang
kerugian masing-masing ancangan; top down dan bottom up
Desa Mandiri
2.
3.
4.
5.
6.
Pada saat yang sama di tahun 2012 sudah mulai ada penyiapan
implementasi produk unggulan di 12 Desa sasaran sebagai kegiatan pilot berupa
empat produk: Pertanian (gula-tebu, coklat) Peternakan (Ternak dan Unggas), dan
Perikanan (penyiapan alat tangkap set net Jappa)
1. Persiapan dan Penguatan Fasilitator
Kebaradaan fasilitator sebagai pelaksana program sekaligus sebagai agen
pemberdayaan dan agen perubahan menempati posisi strategis bagi keberhasilan
sebuah program. Fasilitator BUMN Membangun Desa diharapkan selain memiliki
kemampuan teknis sesuai teknologi yang diintroduksi juga berkompetensi dalam
penyadaran, pengorganisasian, fasilitasi perencanaan dan implementasi kegiatan
berbasis komunitas melalui RPJM Desa. Oleh karena itu, persiapan dan penguatan
fasilitator menjadi penting dalam mengawali program.
Pada tahapan ini fasilitator melalui pelatihan khusus dipersiapkan untuk
melakukan proses sosialisasi awal di tengah masyarakat. Pendekatan kepada
setiap tokoh masyarakat dan kelompok strategis perlu dilakukan secara terencana,
intens, berkala, dan terukur. Munculnya kesadaran warga masyarakat akan
pentingnya implementasi program ini sedini mungkin dimulai dari tahap ini,
sehingga kesadaran ini dapat menjadi pondasi yang kuat bagi proses-proses
berikutnya. Dalam kerangka itu, maka, komunikasi dengan warga masyarakat
perlu terus dijaga dan dilakukan dengan memanfaatkan forum-forum warga yang
sudah ada seperti masjid dan tempat ibadah lainya. Pertemuan-pertemuan
informal lainnya juga sangat efektif dan perlu tetap dimediasi dan diprakarsai
untuk mendapatkan informasi awal yang akan sangat berguna pada tahapan
selanjutnya.
Untuk memunculkan kepedulian warga masyarakat terhadap diri dan
lingkungannya, dilakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, mereka diajak
untuk melihat dan mengamati lebih dekat lingkungan sekitar mereka. Bagaimana
realitas warga masyarakat dan lingkungan mereka saat ini. Permasalahanpermasalahan yang mereka kemukakan tentunya berasal dari berbagai aspek
kehidupan sosial. Dan dari permasalahan tersebut kita akan mendapatkan sebuah
potret sosial masyarakat dan lingkungannya.
2. Pemetaan Sosial dan Pemetaan Potensi R-O-N
Pemetaan sosial dan pemetaan potensi R-O-N merupakan upaya untuk
membantu pelaku pembangunan menghimpun informasi secara cepat dan akurat.
Proses pemetaan ini merupakan salah satu upaya untuk membenahi unsur N
15
16
perbaikan, yang dimulai dari diri sendiri. Setiap anggota masyarakat akan mampu
untuk memberikan sumbangan (baik tenaga, waktu, pikiran, ruang bagi kelompok
lain untuk berpartisipasi, dan berdemokrasi) untuk bersama-sama saling peduli,
menjaga dan memelihara lingkungan agar kehidupan bersama tetap harmonis.
Secara teknis, proses pemetaan ini dilakukan secara partisipatif. Melalui
aktivitas pemetaan, warga dalam komunitas saling berbagi informasi dalam
mengenali lingkungannya masing-masing. Tujuannya antara lain agar komunitas
memahami kondisi nyata diri dan lingkungan. Dalam kegiatan ini masyarakat
melakukan rangkaian kegiatan yang sekaligus sebagai proses belajar menggali dan
menemukan informasi kondisi nyata dari masalah, tantangan, dan potensi sosial,
ekonomi, budaya dan lingkungan. Berbagai masalah itu harus didukung oleh data
dan fakta, sehingga diperlukan proses pendalaman untuk mengumpulkan
informasi yang diperlukan.
Informasi dan fakta yang sudah didapatkan dianalisa dan dikaji bersama.
Proses ini merupakan analisa kritis terhadap berbagai kondisi yang ada
berdasarkan informasi dan fakta tadi untuk dicari sebab akibatnya termasuk
kelompok yang terkena dampak dari masalah yang ada (kelompok sasaran). Setiap
informasi yang muncul dianalisa apakah hal tersebut merupakan masalah yang
sebenarnya atau hanya merupakan gejala saja.
Tahap selanjutnya adalah merumuskan masalah yang sudah ditemukan dan
disepakati bersama dikelompokkan (pengorganisasian masalah), kemudian
dianalisa hubungan sebab akibatnya dengan kembali membuat pohon masalah
untuk menemukan akar masalah. Selama proses ini berlangsung, terjadi proses
refleksi dan analisa kritis terhadap setiap tantangan yang ditemukan.
3. Pengorganisasian Kelompok
Proses pengorganisasian kelompok merupakan bagian pendalaman proses
identifikasi dan pembenahan unsur O (community organizing) melalui fasilitasi
pembentukan kelompok, pengembangan organisasi komunitas, pengembangan
jaringan, dan pengembangan kolaborasi multipihak. Fasilitasi pembentukan
kelompok bisa dilakukan dengan memaksimalkan fungsi kelompok yang sudah
eksis selama ini bisa juga membentuk kelompok baru dengan mengedepankan
proses demokratis partisipatif dalam proses pembentukannya. Upaya lain adalah
pengembangan organisasi komunitas seperti komunitas petani, komunitas
peternak, komunitas nelayan, atau komunitas lainnya.
Pengembangan dan pembentukan organisasi komunitas pada hakekatnya
adalah upaya pengorganisasian masyarakat. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa
pengertian pengorganisasian masyarakat telah banyak disalahartikan dan
dimanipulasikan serta seringkali juga dikecilkan artinya sehingga hanya terbatas
pada membentuk organisasi atau badan hukum, jadi lebih ditekankan pada fisik
organisasi sebagai bentuk akhir dari upaya pengorganisasian masyarakat.
Pengorganisasian masyarakat mencakup hal-hal yang lebih luas dan
bersifat langkah-langkah penyadaran masyarakat terhadap kondisi dan
permasalahan yang dihadapi dan kebutuhan menggalang potensi untuk
17
18
19
20
IV. PEMBIAYAAN
Mengacu pada anggaran program unggulan dari sektor pertanian, perkebunan, dan
perikanan.
21
Kecamatan Pomalaa
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Pomalaa di Kota/Kabupaten Kolaka,
Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) :
- Kelurahan/Desa Dawi-Dawi (Kodepos : 93562)
- Kelurahan/Desa Hakatutobu (Kodepos : 93562)
- Kelurahan/Desa Huko Huko (Kodepos : 93562)
- Kelurahan/Desa Kumoro (Kodepos : 93562)
- Kelurahan/Desa Oko Oko (Kodepos : 93562)
- Kelurahan/Desa Pelambua (Kodepos : 93562)
- Kelurahan/Desa Pesouha (Kodepos : 93562)
- Kelurahan/Desa Pomalaa (Kodepos : 93562)
- Kelurahan/Desa Sopura (Kodepos : 93562)
- Kelurahan/Desa Tambea (Kodepos : 93562)
- Kelurahan/Desa Tonggoni (Kodepos : 93562)
- Kelurahan/Desa Totobo (Kodepos : 93562)
22