Anda di halaman 1dari 19

BAB II

Tinjauan pustaka
2.1 Restorasi
Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan
struktur anatomi dan fungsi pada gigi, yang disebabkan karies,
fraktur, atrisi, abrasi, dan erosi. Bahan restorasi merupakan salah
satu bahan yang banyak dipakai di bidang kedokteran gigi.
Bahan restorasi digunakan untuk memperbaiki dan merestorasi
gigi yang hilang, sehingga dapat mengembalikan fungsi kunyah,
fungsi bicara, dan fungsi estetik.
Restorasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu plastis dan
rigid. Restorasi plastis adalah teknik restorasi dimana preparasi
dan pengisian tumpatan dikerjakan pada satu kali kunjungan dan
tidak

memerlukan

fasilitas

laboratorium.

Restorasi

plastis

cenderung digunakan ketika struktur gigi cukup banyak untuk


mempertahankan integritas dengan dengan bahan tumpatan.
Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium
dental dengan menggunakan model cetakan gigi yang telah
dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi. Umumnya restorasi
ini membutuhkan kunjungan berulang.
2.2 Restorasi Plastis
Restorasi plastis adalah teknik restorasi dimana preparasi
dan pengisian tumpatan dikerjakan pada satu kali kunjungan dan
tidak memerlukan fasilitas laboratorium. Bahan yang sering digunakan
pada restorasi plastis yaitu amalgam, composite, dan glass ionomer cement (GIC).
Amalgam biasanya digunakan untuk restorasi gigi posterior. Komponen utama
amlgam terdiri dari liquid yaitu logam merkuri dan powder yaitu loham campur
yang kandungan utamanya terdiri dari perak, timah, dan tembaga. Kedua

komponen tersebut direaksikan membentuk restorasi yang dengan warna logam


yang kontras dengan warna gigi. Amalgam merupakan bahan restorasi yang
paling kuat dibandingkan dengan bahan yang lain. Komposit merupakan bahan
restorasi yang paling sering digunakan untuk gigi anterior. Kelebihan dari
komposit yaitu aplikasinya mudah, warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik
yang baik. GIC merupakan bahan restorasi yang terdiri dari dua komponen yaitu
bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut
dalam asam dan cairannya berupa larutan asam poliakrilik. Kelebihan dari bahan
ini yaitu preparasi dapat minimal, ikatan dengan jaringan gigi secara kimia,
melepas fluor dalam jangka panjang, bersifat antibakteri dan biokompatibel.
2.2.1 Restorasi Kelas II Amalgam
Restorasi Klas II adalah apabila jaringan karies telah mengenai
permukaan mesial atau distal (proksimal) gigi posterior. Walaupun lesi Klas
II terjadi pada permukaan proksimal, umumnya dianggap sebagai kavitas
campuran, yaitu suatu kavitas yang mengenai dua permukaan, salah satunya
adalah permukaan oklusal. Begitu sering terjadi sehingga dalam praktik
kavitas Klas II dibagi menjadi mesial-oklusal (MO), disto-oklusal (DO),
atau mesial-oklusal-distal (MOD). Karena gigi-gigi biasanya saling
berkontak, akses ke kavitas tertutup dan harus dibuat dengan memotong
substansi gigi dari lingual, fasial, atau oklusal. Cara yang biasa tentunya
adalah membuat akses dari oklusal; meskipun begitu, bila lesi dekat garis
servikal, kadang-kadang preparasi dari fasial atau lingual menjadi pilihan.
Amalgam adalah suatu bahan yang rapuh, sehingga dibutuhkan
dinding kavitas yang tegak lurus terhadap permukaan email. Bila amalgam
dimampatkan ke dinding ini, interfase antara email dan amalgam akan
berakhir sebagai butt join. Karakteristik amalgam yang buruk ini sering
disebut kekuatan tepi. Kekuatan dan keutuhan bagian tepi adalah dua
kriteria penting untuk memutuskan apakah tonjolan yang lemah akan
dipertahankan atau dikorbankan. Jika dikorbankan, seluruh tonjol dipotong,
dibuang kira-kira sepertiga dari panjang total mahkota sehingga cukup
banyak ruang untuk logam agar bisa menahan fraktur selama pengunyahan.

Empat tipe perlekatan dapat dipakai untuk retensi restorasi: (1)


undercut pada daerah oklusal atau gingival, (2) interlock aksial (alur fasial
dan lingual), (3) parit, dan (4) dowel atau pin. Suatu parit adalah lubang
yang dibuat, tempat ke dalamnya amalgam akan dimampatkan. Setelah
mengeras amalgam menjadi kuat dengan retensi yang besar. Panjangnya
bervariasi dari 2-4 mm dan lebarnya kira-kira 1 mm. Parit tidak ditempatkan
terlalu jauh ke arah pulpa, tetapi juga tidak terlalu dekat ke permukaan agar
bagian tepi gigi tidak patah. Lubang parit harus cukup besar untuk tempat
pemampat yang kecil dan dalamnya 1-2 mm.

Gambar 4. Diagram preparasi gigi, nomenklatur dasar dari kavitas .


A.Dinding dan dasar B. Pulpa dan dinding gingival boleh juga dinamakan lantai
Untuk lebih bisa dipahami, kavitas Klas II dapat dibagi dalam dua
kategori; (1) Klas II amalgam insipien adalah tambalan yang sedikit
banyak menutupi lubang masuk melalui aktivitas mikroba dapat
menyerang gigi, dan (2) Klas II amalgam yang diperluas merupakan
tambalan yang mengembalikan bagian gigi yang hilang atau rusak.
`
a. Amalgam Klas II Insipien
Lesi insipien biasanya kecil dan terletak tepat di bawah titik
kontak anatomik dari gigi. Pada gigi-gigi yang malposisi, titik kontak

yang sesungguhnya bisa berada di lain tempat, yang tentunya akan


mengubah lokasi lesi. Deteksi lesi karies Klas II insipien tidak mudah
dilakukan. Proyeksi sayapgigit (bite-wing) barangkali merupakan cara
yang terbaik, karena letak gigi-gigi yang berdekatan menghalangi
pemeriksaan dengan sonde. Gigi harus dipreparasi untuk restorasi Klas
II. Lesi proksimal insipien menembus hanya dentin kira-kira 1 mm dan
semua jaringan karies otomatis akan hilang dalam preparasi kavitas.

Gambar 5. Memotong lesi tengah melalui permukaan proksimal dari


tiga gigi
Ragangan Preparasi Kavitas
Secara umum, ragangan harus kecil dan konservatif. Usahakan
untuk membatasi ukuran dari kavitas, khususnya pada orifis
oklusal. Jangan membuang jaringan email yang sehat terlalu
banyak tetapi sebaliknya, membuat orifis kavitas terlalu kecil akan
membatasi akses ke gigi. Walaupun demikian, pemakaian
pemampat amalgam yang kecil dapat memampatkan amalgam
dengan efektif ke dalam bukaan oklusal yang kecil.
Bentuk kavitas adalah parit terbalik pada bagian samping gigi.
Dinding gingival sejajar dengan tepi interseptal gingival dan
meluas di bawah lesi ke dalam email sehat, biasanya 1 atau 2 mm

di bawah titik kontak. Lokasi tepi fasial dan lingual ditentukan oleh
luas dan sifat dari email. Tepi ini diperluas di luar titik kontak dan
tentu saja, melebihi tepi luar dari lesi. Jika daerah email yang
berwarna putih mutiara membatasi lesi, dinding-dinding ini tidak
ditempatkan terlalu berjauhan bila dibandingkan jika email
teksturnya putih seperti kapur. Lokasi dinding-dinding ini
ditentukan oleh jarak antaranya dan permukaan proksimal dari gigi
yang berdekatan. Dalam rongga mulut yang relatif bebas karies,
jarak ini hanya perlu sebesar ketebalan sonde yaitu 0,4 mm.
Sedangkan pada mulut yang mudah terserang karies, jarak adalah
0,75 mm, kira-kira setebal pahat atau hatchet.

Gambar 6. Pandangan mesial dan oklusal dari preparasi gigi dengan lesi
karies insipien.
Bentuk Intenal
Tegas, dinding yang terpotong
jelas membentuk pinggiran cavo11
surface yang 90 derajat. Dinding aksial dari preparasi berbentuk
datar atau cembung pada pandangan horizontal; pada pandangan
vertikal, rata dan sejajar dengan sumbu panjang gigi. Dinding fasial
dan lingual mempunyai undercut untuk menahan restorasi amalgam
pada tempatnya. Undercut ini tidak dalam tetapi seragam dan
meluas dari dasar gingiva ke permukaan oklusal.
Urutan Preparasi

Restorasi Klas II insipien pada dasarnya adalah preparasi yang


menggunakan bur. Karena tidak meluas,maka tidak ada karies
dentin yang perlu diekskavasi dengan instrumen genggam, sebab
bur secara otomatis sudah menghilangkannya selama preparasi
gigi.
1. Preparasi melibatkan alur oklusal dan ceruk. Pekerjaan ini
dilakukan dengan bur bulat No. 1/2 dan disempurnakan dengan bur
330. Beberapa ceruk dan alur imun terhadap karies.
2. Memotong bagian fasio-lingual yang dilakukan untuk mendapat
12

akses ke lesi proksimal. Kemudian membuat takikan dengan bur


bulat No, 1/2 menembus lingir tepi untuk membuka pertautan
dento-email.
3. Setelah orifis dari parit terbalik dibuat, preparasi dentin dengan
bur bulat, dan potong sebuah alur sempit fasio-lingual di bawah
lapisan proksimal dari email.
4. Lapisan email ditembus denga alur vertikal. Tindakan ini harus
dilakukan hati-hati agar tidak mengenai permukaan gigi .
5. Lapisan email yang menjadi lemah karena pembuatan alur bisa
dipatahkan.
6. Penyempurnaan tepi dilakukan dengan pahat dan hatchet
7. Dinding aksial diperdalam jika diperlukan, untuk membentuk
kembali alur aksial, dan untuk melakukan penyempurnaan tepi
sepanjang oklusal
b. Amalgam Klas II yang Diperluas
Amalgam yang diperluas jelas lebih besar karena daerah-daerah
dalam kavitas atau karies rekuren disekitar tambalan lama. Dinding
dipreparasi datar dan lurus, dengan sudut cavo-surface 90 derajat.
Berbeda dengan preparasi kavitas insipien, sudut fasio-gingiva dan
lingio-gingiva lebih baik tajam daripada bulat. Kedalaman dinding
aksial tidak ditentukan oleh lesi karies atau tambalan yang lama. Tetapi
ditentukan secara acak dan biasanya lebarnya 1,2 mm untuk gigi
premolar dan 1,8 mm untuk gigi molar. Faktor-faktor yang

mempengaruhi lebar ini berkaitan dengan anatomi gigi, seperti lokasi


pertautan ento-email dan jarak dasar gingiva ke garis servikal. Gigi-gigi
umumnya lebih menyempit dan email menjadi lebih tipis di daerah
pertautan semento-email, dan ciri anatomi dari gigi ini sendiri
merupakan faktor yang menentukan lebar dasar gingiva. Tetapi satu hal
yang tidak mempengaruhi lebar dasar gingiva adalah kedalaman karies.
Jika karies dentin atau tambalan yang lama meluas ke arah pulpa , basis
ditambahkan untuk membawa preparasi kembali ke lokasi optimalnya,
atau

diaplikasikan

kalsium

hidroksida

untuk

melindungi

dan

menginsulasi pulpa.
Komponen retentif dasar dari boks proksimal adalah alur aksial,
satu ditempatkan di fasial dan yang lain ditempatkan di lingual. Aluralur ini lebih dalam pada ujung gingivanya dan cenderung menghilang
ke arah oklusal. Makin lebar boks, makin besar sudut yang dibentuk
oleh dinding fasial dan lingual dan akibatnya, makin dalam alur yang
harus dibuat. Bila sudut ini mendekati 90 derajat, retensi tambahan
diperlukan seperti suatu parit atau pin.

Gambar 7. Kedalaman alur aksial dipengaruhi oleh perluasan buccolingual. A. Kavitas yang kecil dengan perluasan minimal. B.Kavitas mulai
mengelilingi gigi. C. Kavitas yang besar meluas mengenai sebagian permukaan
bukal dan lingual
Urutan preparasi

Preparasi kavitas ini mengikuti langkah-langkah dalam preparasi


kavitas dari Dr. G. V Black. Di sini tidak digunakan bur kecepatan
tinggi, melainkan dilakukan prosedur yang sama seperti untuk lesi
insipien. Dengan bur fisur runcing No. 700 kecepatan rendah,
dentin di bawah email proksimal dibuang, diikuti dengan
mencungkil sisa email dan membuat bagian tepi.

Gambar 8. Bur no 700 kecepatan rendah digunakan memotong parit. Sudut


gingiva, khususnya harus tajam dan berbatas jelas. Semua dentin harus
dihilangkan sehingga hanya tinggal lapisan email.
1. Preparasi dari alur berparit di bawah email, tidak boleh terlalu
ditekankan. Dengan hati-hati pertimbangkan apakah sudut-sudut
tajam dan tegas, apakah parit cukup diperluas kea rah fasial dan
lingual, apakah dasar gingiva dari alur rata dan halus, dan juga
apakah semua dentin telah dihilangkan dari bawah email.
2. Bila operator telah memeriksa parit dan email yang sudah
dipatahkan, bagian tepi dibuat dengan instrument genggam.

3. Untuk menambah kesempurnaan pahat dan hatchet email


digunakan pengasah tepi gingiva untuk menghaluskan dasar
gingival dan menghilangkan fragmen email yang tertinggal.
4. Pembersihan bagian dalam dari kavitas. Karies dentin sekarang
diperiksa dan dibuang. Pembersihan bagian dalam dari kavitas
adalah penting dan rutin, yang meliputo pemeriksaan daerah-daerah
yang terlewatkan seperti basis semen yang diperdalam sehingga
menyebabkan amalgam tinggi dalam oklusi atau memperbaiki
dinding oklusal atau sudut garis.
5. Penyempurnaan alur retensi dengan bur fisur runcing cross-cut
No.700 dan bur bulat No. 1/2.
6. Mengubah alur retentive yang bulat menjadi segi empat dengan
pengasah tepi gingival. Jelas bahwa alur retentive segi empat
menambah sifat retentive dari restorasi.
7. Perencanaan

tepi.

Ini

merupakan

langkah

akhir

sebelum

pemasangan pita matriks dan pemampatan amalgam. Permukaan


yang tidak teratur sepanjang dasar gingival dapat dihaluskan
dengan instrument genggam dan kurva tebalik dari oklusal dapat
dipreparasi dengan pahat bengkok yang tajam.
Kemudian dilakukan pembuangan debris, penghilangan fragmen
semen dan membersihkan sisa darah yang telah mongering. Larutan
hidrogen

peroksida

3%

bisa

digunakan

untuk

membantu

menghilangkan debris
2.3 Restorasi rigid
Restorasi rigid dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu
inlay, onlay, veneer, full crown, dan mahkota pasak. Bahan yang
banyak digunakan untuk restorasi rigid adalah logam tuang dan porselen. Logam
merupakan bahan restorasi rigid dengan kekuatan tensil yang besar, yang
membutuhkan preparasi kavitas yang luas dan bevel sebagai retensi, tetapi
memiliki masalah dalam estetik. Sedangkan porselen merupakan bahan restorasi
rigid estetik yang paling unggul dengan kekuatan kompresif yang tinggi. Porselen

mebutuhkan biaya besar biasanya, dua sampai tiga kali lebih mahal dari restorasi
rigid logam. Kedua bahan ini dapat juga dikombinasikan sehingga memiliki
estetika yang baik seperti porselen dan mempunyai kekuatan seperti logam. Hasil
dari kombinasi tersebut sering disebut sebagai mahkota bonded porcelain.
Teknik restorasi rigid dibagi atas tiga metode yaitu direct, semidirect, dan
indirect. Teknik semidirect intraoral merupakan pembuatan inlay/onlay resin
komposit satu kali kunjungan, resin komposit langsung ditumpatkan pada gigi,
disinar dari setiap arah dan kemudian di post-cured sebelum dibonding pada gigi.
Teknik semidirect ekstraoral merupakan pembuatan restorasi rigid satu kali
kunjungan yang dibuat menggunakan die fleksibel dan berfungsi untuk
mengoreksi kontak marginal. Teknik indirect merupakan pembuatan restorasi
rigid yang dilakukan dalam laboratorium dental dengan menggunakan model dari
kavitas gigi yang dipreparasi, membutuhkan tumpatan sementara dan kunjungan
berulang.
2.3.1 Restorasi inlay
Merupakan restorasi rigid yang ditempatkan di kavitas
di antara tonjol gigi. Inlay disebut juga restorasi intrakorona,
yaitu restorasi yang terdapat di dalam kavitas oklusal.
Restorasi ini dibentuk di luar mulut dari bahan yang rigid
yang

kemudian

disemenkan

pada

gigi

yang

telah

dipreparasi. Inlay biasanya terbuat dari porselen, resin


komposit, dan emas. Restorasi inlay akan berhasil jika sesuai
dengan indikasi. Berikut indikasi dan kontraindikasi restorasi
inlay, yaitu :
Indikasi inlay :
1. Kavitas dengan bentuk preparasi > 1,5 jarak central fossa
ke puncak cusp
2. Resistensi cusp yang ada masih kuat
3. Kavitas kecil yang meluas ke daerah proksimal
4. Untuk mengembalikan fungsi estetik gigi posterior

5. Bila diperlukan untuk restorasi klamer dari suatu gigi tiruan


(retensi), misalnya inlay bukal atau disto/mesial inlay yang
perlu untuk dibuatkan reat seat untuk gigi tiruan.
6. Untuk mengganti restorasi yang lama.
Kontraindikasi :
1.
2.
3.
4.

Frekuensi karies tinggi


OH pasien jelek
Pasien dengan kebiasaan bruxism
Preparasi subgingiva yang dalam. Hal ini bukan merupakan
kontraindikasi yang mutlak, namun sebaiknya dihindari
karena preparasi sub gingiva yang dalam akan sulit untuk
dilakukan pencetakan dan pemolesan.

2.3.2 Inlay Logam Direk


Karakteristik utama preparasi ini adalah tidak boleh adanya undercut.
Secara teoritis sudut antara dinding-dinding kavitas harus antara 7-10
derajat. Dinding-dinding kavitas harus dihaluskan dengan finishing bur
fissure tappered dengan kecepatan rendah maupun tinggi dan membentuk
sudut internal yang tajam. Aloi yang digunakan hendaknya aloi yang duktil
dan tepi kavitas dibevel sehingga inlay dapat diburnis untuk meningkatkan
adaptasi tepinya. Bevel dapat dibuat dengan bur karbida tungsten kecepatan
tinggi atau dengan memakai finishing bur karbida tungsten atau baja dengan
stone hijau kecepatan tinggi atau kecepatan rendah (Kidd, 2000).
Pada sebagian besar kasus dipakai malam inlay tetapi adakalanya
lebih praktis memakai resin akrilik yang khusus dibuat untuk tujuan ini
sehingga jika dipanaskan dalam investment bahan ini akan menguap semua
tanpa meninggalkan residu. Untuk membuat pola malam direk, permukaan
preparasi mula-mula dilumas dulu dengan laposan tipis parafin cair atau
larutan sabun. Sebatang malam inlay dilunakkan dan dibentuk mengerucut
dengan jalan memanaskan ujung malam secara hati-hati diatas api spirtus.
Ujung malam yang sudah melunak dibentuk dengan jari. Kerucut malam
yang lunak tersebut kemudian ditekankan kekavitas dan tetap ditekan

sampai malamnya mendingin. Jika sudah mengerah, malam diukit dengan


instrumen panas atau tajam sambil hati-hati dalam membentuk bevel sudut
tepi kavitas dan kontur. Permukaan malam dihaluskan dengan cotton pellet
yang sudah dibasahu terlebih dahulu dan dipanaskan (Kidd, 2000).
Tahapan selanjutnya adalah memberikan sprue pada pola malam.
Sprue terbuat dari kawat bulat lurus berdiameter sekitar 1mm dan panjang
15mm. Sprue dipanaskan dan setelah ditambah selapis malam inlay
disekelilingnya, sprue ditusukkan ditengah pola malam dan dibiarkan
sampai dingin. Sprue berfungsi sebagai pegangan untuk menarik pola
malam dari kavitas dan untuk membentuk saluran tempat mengalirnya
logam setelah pola ditanam dan spruenya diangkat (Kidd, 2000).
Tambalan sementara diperlukan untuk melindungi dentin yang
terbuka, sampai inlay-nya selesai dicor. Tambalan ini bisa berupa semen
OSE walaupun tidak ideal karena akan sukar dibuka tanpa merusak
preparasi. Lebih disukai memakai akrilik untuk mahkota dan jembatan
sementara karena dapat dibuka dalam satu kesatuan. Akrilik dicampur
sampai konsistensinya kental, dimasukkan kedalam kavitas, dan dibentuk
dengan instrumen plastis datar. Ketika hampir mengeras, inlay sementara
dikeluarkan kemudian dimasuk-keluarkan beberapa kali sampai mengeras.
Ini akan menghindarkan inlay sementara menempel pada kavitas. Inlay
sementara kemudian disemenkan dengan semen sementara OSE (Kidd,
2000).
Tahap Laboratorium
Sprue dan pola diletakkan pada cone-shaped form, ditutup dengan
bumbung tuang lalu dituangi dengan bahan investmen dan dibiarkan
mengeras. Jika telah mengeras, cone-shaped form dan sprue diangkat
dengan pinset. Bumbung tuang kemudian dipanaskan dalam tungku sampai
malam meleleh dan menguap atau akriliknya terbakar habis lalu logam cair
dicorkan dan dibiarkan mengeras. Ketika masih panas bumbung tuang
dicelupkan kedalam air sehingga investmen akan pecah dan mudah dibuka.

Sprue dipotong, biasanya disisakan sedikit sebagai pegangan ketika


mencoba inlay dalam kavitas. Inlay direk yang kecil biasanya tidak dipoles
sampai dicobakan di dalam mulut (Kidd, 2000).
Kunjungan Kedua
Inlay sementara dibuka dan kavitas dibersihan serta diperiksa dari
sisa-sisa tambalan sementara. Untuk sebagian besar inlay kecil dianjurkan
memakai isolator karet agar bila terjatuh tidak ada resiko tertelan. Sebelum
dicobakan kedalam kavitas, permukaan dalam inlay harus diperiksa dengan
teliti memakai alat pembesar. Kemudian inlay dicobakan kedalam kavitas.
Jika restorasinya telah pas, tepi inlay diburnis dengan burnisher tangan
dengan gerakan dari inlay ke gigi. Suatu daerah tepi yang tampak terlalu
tebal dapat dikurangi dengan finishing bur baja bulat dan kecil atau dengan
stone putih low speed. Jika telah ditipiskan, logam dapat diburnis kembali
(Kidd, 2000).
Tepi inlay dipoles dengan poin karet pumis dan caret. Kemudian
inlay diangkat dan sprue dipotong dengan disk karborondum dan sisa
permukaan dipoles dengan roda karet abrasif. Lalu inlay disemenkan
dengan semen ionomer kaca atau dengan semen zinc fosfat. semen
dicampur dengan rasio sesuai petunjuk pabrik dan diulaskan pada
permukaan dalam inlay, dimasukkan kekavitas, ditekan sampai posisinya
baik dengan burnisher. Jika semen telah mengeras, gunakan eskavator atau
sonde untuk menghilangkan kelebihan semen. Restorasi kemudian dipoleh
akhir dengan poin karet pumis dan tepinya divernish (Kidd, 2000).
2.3.3 Inlay Logam Indirek
Teknik preparasi inlay logam indirek sama dengan inlay logam direk,
yang membedakan keduanya adalah pada proses pencetakan. Pencetakan
pada inlay logam indirek menggunakan bahan cetak elastomer. Cetakan dari
rahang antagonis dibuat dengan alginat. Syarat penting dari cetakan adalah

semua permukaan oklusal gigi tercetak tanpa gelembung udara sehingga


model atas dan bawah bisa diartikulasikan dengan benar (Kidd, 2000).
Rekaman hubungan antaroklusal dibutuhkan jika cukup banyak gigi
yang beroklusi. Tapi jika oklusi diragukan, bisa dibuat rekaman antaroklusal
yang baik pada posisi intercuspal, dengan menggunakan malam yang
dilunakkan dengan pemanasan dan digigitkan. Bahan cetak elastomer
bersifat hidrofobik oleh karena itu permukaan gigi yang dipreparasi harus
kering. Gigi diisolasi dengan kapas serta bisa menggunakan saliva ejector.
Rincian permukaan oklusal dari seluruh cetakan harus diperiksa karena
lubang kosong akibat gelembung udara nantinya akan terisi gips dan
menghalangi oklusi model (Kidd, 2000).
2.3.4 Inlay Porcelain
Inlay porselen yang modern mempunyai permukaan dalam (pit
surface) yang dietsa atau sekurang-kurangnya dikasarkan. Inlay ini
disemenkan dengan semen komposit terhadap email yang sudah dietsa atau
ke basis semen ionomer kaca yang dietsa. Jadi, desain retentif dari kavitas
kurang penting dibandingkan untuk inlay logam tuang konvensional. Disini
karies dan restorasi yang lama harus dibuang, tetapi basis ionomer kaca
umumnya dibuat cukup tebal, kadang-kadang di atas subpelapik hidroksida
kalsium, dan berfungsi sebagai pembonding dan penguat dentin yang masih
ada pada tonjol gigi. Inlay atau onlay porselen disini terutama berfungsi
untuk memberikan lapisan permukaan oklusal yang tahan keausan
(Sturdevant, 2006; Baum, 1985).
Prinsip desain kavitasnya adalah harus masih ada cukup email atau
permukaan ionomer kaca untuk dietsa dan tepinya tidak dibevel. Teknik
pencetakannya sama untuk logam tuang indirek. Untuk penyemenan
digunakan resin komposit khusus. Inlay dikembalikan dari laboratorium
dengan permukaan dalam yang telah dietsa menggunakan asam hidrofluorik
atau hanya dibiarkan kasar setelah dilepas dari die refraktori dengan cara
sandblasting. Gigi diisolasi dengan isolator karet, inlay sementara dilepas,

dan email serta setiap semen ionomer kaca yang membentuk bagian
preparasi dietsa, dicuci dan dikeringkan.
Resin kemudian diaplikasikan menurut petunjuk pabrik. Pada
pemakaian beberapa semen perekat reaksi pengerasan bisa dipercepat
dengan penyinaran dan reaksi pengerasan akan berlanjut secara kimia.
Kelebihan semen akan lebih mudah dibersihkan pada saat semen belum
mengeras sempurna. Jika semen sudah mengeras, isolator karet dilepas dan
oklusi dicek dengan kertas artikulasi serta diasah dengan bur intan kecil.
Permukaan yang diasah bisa dipoles dengan disk pemoles komposit atau
dengan roret dan poin yang khusus dibuat untuk memoles porselen (Kidd,
2000).
Kunjungan Pertama
a. Akses Ke Karies
Tahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin karies
dengan menggunkan bur fisur tungsten carbide pendek-kuncup dengan
kecepatan tinggi. Penggunaan bur kuncup dan bukan bur fisur sejajar
adalah untuk mencegah terbentuknya undercut.
b. Menentukan Luas Karies
Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan kearah bukopalatal
sampai dicapai pertautan email-dentin yang sehat. Hal ini menentukan
lebar boks arah bukopalatal.
c. Desain Preparasi Kavitas
Desain preparasi kavitas harus memastikan retensi seperti dinding
vertikal kavitas utama yang hampir sejajar dan sedut divergensi dinding
bukal dan lingual pada bagian proksimal masing-masing adalah 50-100.
Jika sudut kurang 50, struktur gigi yang masih ada berada pada keadaan
yang terlalu banyak tekanan selama prosedur sementasi dan jika sudut
lebih dari 100, retensinya bermasalah.
d. Keyway
Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 100 memakai bus
fisur kuncup dan dijaga agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi.
Lebar keyway diantara tonjol merupakan daerah yang paling sempit dan
melebar kearah yang berlawanan dengan letak karies aproksimalnya dan

dengan mengikuti kontur fisurnya. Setelah membuat keyway, kavitas


dikeringkan untuk memeriksa ada tidaknya sisa karies dibagian ini dan
bahwa kavitasnya sedikit membuka dengan sumbu yang benar. Jika
kemiringan dinding tidak tepat, maka ketidaktepatan itu harus
diperbaiki.
e. Boks Aproksimal
Kini perhatian dapat dialihkan kembali ke lesi aproksimalnya. Dibagian
ini kavitas harus di dalamkan memakai bur bulat kecepatan rendah dan
dengan cara yang sama dengan jalan membuang dentin karies pada
daerah pertautan email-dentin. Ketika dentin karies pada pertautan
email-dentin telah dibuang, dinding email dapat dipecahkan dengan
pahat pemotong tepi gingiva. Preparasi dibuat miring sebesar 10 derajat
dengan bur fisur runcing. Gigi tetangga dilindungi dengan lempeng
matriks untuk melindunginya dari kemungkinan terkena bur. Menjaga
agar sumbu bur sejajar dengan waktu pembuatan keyway merupakan hal
yang sangat penting sehingga bagian boks dan keywaynya mempunyai
kemiringan yang sama. Pelebaran ke arah gingiva hanya dilakukan
seperlunya saja sekedar membebaskan pertautan email-dentin dari
karies, demikian juga halnya dalam arah bukolingual. Setiap email yang
tak terdukung dentin sehat, hendaknya dibuang dengan bur fisur
kecepatan tinggi.
f. Pembuangan Karies Dalam
Karies mungkin masih tertinggal di dinding aksial. Jika dinding karies
telah terbuang, periksalah kemungkinan masih adanya daerah undercut.
Undercut padadaerah

pertautan email-dentin seharusnya telah

dibersihkan. Jika masih terdapat undercut pada dinding aksial, maka


undercut tersebut biasanya terletak seluruhnya pada dentin dan ditutup
dengan semen pelapik pada tahap preparasi berikutnya sehingga
preparasi mempunyai kemiringan yang dikehendaki.
g. Bevel
Garis sudut aksiopulpa hendaknya dibevel, dengan menggunkan bur
fisur. Hal ini untuk memungkinka diperolehnya ketebalan yang cukup
bagi pola malam yang kelak akan dibuat di daerah yang dinilai kritis.

Bevel hendaknya diletakkan di tepi email agar tepi tipis hasil tuangan
dapat dipaskan seandainya kerapatan hasil tuangan dengan gigi tidak
baik. Hendaknya bevel tidak diluaskan lebih ke dalam lagi karena
retensi restorasi akan berkurang. Tepi luar bevel harus halus dan
kontinyu untuk memudahkan penyelesaian restorasi dan supaya tepi
tumpatannya beradapatsi baik dengan gigi. Bevel biasanya tidak dibuat
didinding aproksimal karena akan menciptakan undercut, mengingat
sebagian besar tepi kavitas terletak di bawah bagian gigi yang paling
cembung. Akan tetapi dinding gingiva dapat dan harus dibevel. Bevel
gingiva sangat penting karena akan menigkatkan kecekatan tuangan
yang biasanya merupakan hal yang paling kritis.
h. Pola Malam
Pola malam dibuat secara:
Direct : pembuatan restorasi rigid secara langsung dalam satu kali
kunjungan.
Indirect : pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium dan
berkali-kali kunjungan
i. Gigi direstorasi rigid sementara dengan menggunakan semen perekat
sementara, seperti zinc oksid eugenol.
Kunjungan Kedua
a. Tumpatan rigid sementara dibongkar
b. Setelah preparasi selesai, aplikasikan lapisan tipis lubricant larut air atau
separating medium (cairan agar atau gliserin) pada gigi. Kemudian
tempatkan

matriks

band,

wedge

atau

cincin

penahan

untuk

menghasilkan kontak proksimal yang baik.


c. Lalu tumpat dengan porselen. Sesuaikan anatomi oklusal dengan
menggunkan bur untuk menghasilkan pit dan fisur, inklinasi tonjol dan
batas margin yang baik dan sistemis.
d. Trial Inlay/ Onlay porselen pada pasien
e. Jika kedudukannya baik, restorasi rigid yang sudah ditrial disemenkan
pada gigi tersebut.
f. Kelebihan semen dari tepi-tepi yang dapat dijangkau dibersihkan dengan
eskavator sementara benang gigi digunakan untuk membuang kelebihan

di aproksimal. Tepi-tepi restorasi harus dilapisi dua lapisan pernis


copalite untuk mengurangi pelarutan semen selama jam-jam pertama
pengerasan. Setelah itu, Permukaan oklusal harus dipoles dengan pasta
pumis yang diletakkan pada bur sikat, diikutu oleh whiting yang
diletakkan pada berbagai sikat.

DAFTAR PUSTAKA
Baum, Philips, Lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta : EGC.
Chandra, Satish dkk. 2007. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi : Jaypee
Brothers Medical Publishers
Gopikrishna, V. 2011.

Preclinical Manual of Conservative Dentistry.

New

Delhi : Elsevier
Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. (Johan
Arief Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry, Philadelphia: W. B.


Saunders.
Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6.
Jakarta: Widya Medika

Anda mungkin juga menyukai