Tinjauan pustaka
2.1 Restorasi
Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan
struktur anatomi dan fungsi pada gigi, yang disebabkan karies,
fraktur, atrisi, abrasi, dan erosi. Bahan restorasi merupakan salah
satu bahan yang banyak dipakai di bidang kedokteran gigi.
Bahan restorasi digunakan untuk memperbaiki dan merestorasi
gigi yang hilang, sehingga dapat mengembalikan fungsi kunyah,
fungsi bicara, dan fungsi estetik.
Restorasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu plastis dan
rigid. Restorasi plastis adalah teknik restorasi dimana preparasi
dan pengisian tumpatan dikerjakan pada satu kali kunjungan dan
tidak
memerlukan
fasilitas
laboratorium.
Restorasi
plastis
di bawah titik kontak. Lokasi tepi fasial dan lingual ditentukan oleh
luas dan sifat dari email. Tepi ini diperluas di luar titik kontak dan
tentu saja, melebihi tepi luar dari lesi. Jika daerah email yang
berwarna putih mutiara membatasi lesi, dinding-dinding ini tidak
ditempatkan terlalu berjauhan bila dibandingkan jika email
teksturnya putih seperti kapur. Lokasi dinding-dinding ini
ditentukan oleh jarak antaranya dan permukaan proksimal dari gigi
yang berdekatan. Dalam rongga mulut yang relatif bebas karies,
jarak ini hanya perlu sebesar ketebalan sonde yaitu 0,4 mm.
Sedangkan pada mulut yang mudah terserang karies, jarak adalah
0,75 mm, kira-kira setebal pahat atau hatchet.
Gambar 6. Pandangan mesial dan oklusal dari preparasi gigi dengan lesi
karies insipien.
Bentuk Intenal
Tegas, dinding yang terpotong
jelas membentuk pinggiran cavo11
surface yang 90 derajat. Dinding aksial dari preparasi berbentuk
datar atau cembung pada pandangan horizontal; pada pandangan
vertikal, rata dan sejajar dengan sumbu panjang gigi. Dinding fasial
dan lingual mempunyai undercut untuk menahan restorasi amalgam
pada tempatnya. Undercut ini tidak dalam tetapi seragam dan
meluas dari dasar gingiva ke permukaan oklusal.
Urutan Preparasi
diaplikasikan
kalsium
hidroksida
untuk
melindungi
dan
menginsulasi pulpa.
Komponen retentif dasar dari boks proksimal adalah alur aksial,
satu ditempatkan di fasial dan yang lain ditempatkan di lingual. Aluralur ini lebih dalam pada ujung gingivanya dan cenderung menghilang
ke arah oklusal. Makin lebar boks, makin besar sudut yang dibentuk
oleh dinding fasial dan lingual dan akibatnya, makin dalam alur yang
harus dibuat. Bila sudut ini mendekati 90 derajat, retensi tambahan
diperlukan seperti suatu parit atau pin.
Gambar 7. Kedalaman alur aksial dipengaruhi oleh perluasan buccolingual. A. Kavitas yang kecil dengan perluasan minimal. B.Kavitas mulai
mengelilingi gigi. C. Kavitas yang besar meluas mengenai sebagian permukaan
bukal dan lingual
Urutan preparasi
tepi.
Ini
merupakan
langkah
akhir
sebelum
peroksida
3%
bisa
digunakan
untuk
membantu
menghilangkan debris
2.3 Restorasi rigid
Restorasi rigid dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu
inlay, onlay, veneer, full crown, dan mahkota pasak. Bahan yang
banyak digunakan untuk restorasi rigid adalah logam tuang dan porselen. Logam
merupakan bahan restorasi rigid dengan kekuatan tensil yang besar, yang
membutuhkan preparasi kavitas yang luas dan bevel sebagai retensi, tetapi
memiliki masalah dalam estetik. Sedangkan porselen merupakan bahan restorasi
rigid estetik yang paling unggul dengan kekuatan kompresif yang tinggi. Porselen
mebutuhkan biaya besar biasanya, dua sampai tiga kali lebih mahal dari restorasi
rigid logam. Kedua bahan ini dapat juga dikombinasikan sehingga memiliki
estetika yang baik seperti porselen dan mempunyai kekuatan seperti logam. Hasil
dari kombinasi tersebut sering disebut sebagai mahkota bonded porcelain.
Teknik restorasi rigid dibagi atas tiga metode yaitu direct, semidirect, dan
indirect. Teknik semidirect intraoral merupakan pembuatan inlay/onlay resin
komposit satu kali kunjungan, resin komposit langsung ditumpatkan pada gigi,
disinar dari setiap arah dan kemudian di post-cured sebelum dibonding pada gigi.
Teknik semidirect ekstraoral merupakan pembuatan restorasi rigid satu kali
kunjungan yang dibuat menggunakan die fleksibel dan berfungsi untuk
mengoreksi kontak marginal. Teknik indirect merupakan pembuatan restorasi
rigid yang dilakukan dalam laboratorium dental dengan menggunakan model dari
kavitas gigi yang dipreparasi, membutuhkan tumpatan sementara dan kunjungan
berulang.
2.3.1 Restorasi inlay
Merupakan restorasi rigid yang ditempatkan di kavitas
di antara tonjol gigi. Inlay disebut juga restorasi intrakorona,
yaitu restorasi yang terdapat di dalam kavitas oklusal.
Restorasi ini dibentuk di luar mulut dari bahan yang rigid
yang
kemudian
disemenkan
pada
gigi
yang
telah
dan email serta setiap semen ionomer kaca yang membentuk bagian
preparasi dietsa, dicuci dan dikeringkan.
Resin kemudian diaplikasikan menurut petunjuk pabrik. Pada
pemakaian beberapa semen perekat reaksi pengerasan bisa dipercepat
dengan penyinaran dan reaksi pengerasan akan berlanjut secara kimia.
Kelebihan semen akan lebih mudah dibersihkan pada saat semen belum
mengeras sempurna. Jika semen sudah mengeras, isolator karet dilepas dan
oklusi dicek dengan kertas artikulasi serta diasah dengan bur intan kecil.
Permukaan yang diasah bisa dipoles dengan disk pemoles komposit atau
dengan roret dan poin yang khusus dibuat untuk memoles porselen (Kidd,
2000).
Kunjungan Pertama
a. Akses Ke Karies
Tahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin karies
dengan menggunkan bur fisur tungsten carbide pendek-kuncup dengan
kecepatan tinggi. Penggunaan bur kuncup dan bukan bur fisur sejajar
adalah untuk mencegah terbentuknya undercut.
b. Menentukan Luas Karies
Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan kearah bukopalatal
sampai dicapai pertautan email-dentin yang sehat. Hal ini menentukan
lebar boks arah bukopalatal.
c. Desain Preparasi Kavitas
Desain preparasi kavitas harus memastikan retensi seperti dinding
vertikal kavitas utama yang hampir sejajar dan sedut divergensi dinding
bukal dan lingual pada bagian proksimal masing-masing adalah 50-100.
Jika sudut kurang 50, struktur gigi yang masih ada berada pada keadaan
yang terlalu banyak tekanan selama prosedur sementasi dan jika sudut
lebih dari 100, retensinya bermasalah.
d. Keyway
Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 100 memakai bus
fisur kuncup dan dijaga agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi.
Lebar keyway diantara tonjol merupakan daerah yang paling sempit dan
melebar kearah yang berlawanan dengan letak karies aproksimalnya dan
Bevel hendaknya diletakkan di tepi email agar tepi tipis hasil tuangan
dapat dipaskan seandainya kerapatan hasil tuangan dengan gigi tidak
baik. Hendaknya bevel tidak diluaskan lebih ke dalam lagi karena
retensi restorasi akan berkurang. Tepi luar bevel harus halus dan
kontinyu untuk memudahkan penyelesaian restorasi dan supaya tepi
tumpatannya beradapatsi baik dengan gigi. Bevel biasanya tidak dibuat
didinding aproksimal karena akan menciptakan undercut, mengingat
sebagian besar tepi kavitas terletak di bawah bagian gigi yang paling
cembung. Akan tetapi dinding gingiva dapat dan harus dibevel. Bevel
gingiva sangat penting karena akan menigkatkan kecekatan tuangan
yang biasanya merupakan hal yang paling kritis.
h. Pola Malam
Pola malam dibuat secara:
Direct : pembuatan restorasi rigid secara langsung dalam satu kali
kunjungan.
Indirect : pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium dan
berkali-kali kunjungan
i. Gigi direstorasi rigid sementara dengan menggunakan semen perekat
sementara, seperti zinc oksid eugenol.
Kunjungan Kedua
a. Tumpatan rigid sementara dibongkar
b. Setelah preparasi selesai, aplikasikan lapisan tipis lubricant larut air atau
separating medium (cairan agar atau gliserin) pada gigi. Kemudian
tempatkan
matriks
band,
wedge
atau
cincin
penahan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Baum, Philips, Lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta : EGC.
Chandra, Satish dkk. 2007. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi : Jaypee
Brothers Medical Publishers
Gopikrishna, V. 2011.
New
Delhi : Elsevier
Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. (Johan
Arief Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC.