Bab Ii

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TEORI DASAR SISTEM TRANSMISI

2.1.

Sistem Tenaga Listrik


Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks

karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,
transformator, beban dan alat-alat pengaman dan pengaturan yang saling
dihubungkan membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan,
menyalurkan, dan menggunakan energi listrik.
Sebuah sistem tenaga listrik yang baik harus mencakup :
1. Biaya pembangkitan yang minimal.
2. Dapat memenuhi kebutuhan energi konsumen.
3. Menghasilkan energi listrik yang berkualitas dan andal.
Secara mendasar sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan atas 3 bagian
utama yaitu :
1. Sistem Pembangkitan
Pusat pembangkit tenaga listrik (electric power station) biasanya terletak
jauh dari pusat-pusat beban dimana energi listrik digunakan.
2. Sistem Transmisi
Energi listrik yang dibangkitkan dari pembangkit listrik yang jauh
disalurkan melalui kawat-kawat atau saluran transmisi menuju gardu induk (GI).
3. Sistem Distribusi
Energi listrik dari gardu-gardu induk akan disalurkan oleh sistem distribusi
sampai kepada konsumen.

Gambar 2.1 Tiga komponen utama sistem penyaluran tenaga listrik.


Ketiga bagian utama (pembangkitan, transmisi, dan distribusi) tersebut
menjadi bagian penting dan harus saling mendukung untuk mencapai tujuan
utama sistem tenaga listrik yaitu penyaluran energi listrik kepada konsumen.

2.2.

Komponen Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga

listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar
(seperti gardu transmisi) dengan konsumen tenaga listrik. Secara umum yang
termasuk ke dalam sistem distribusi antara lain, :
1. Gardu Induk ( GI )
2. Jaringan Distribusi Primer
3. Gardu Distribusi (Transformator)
4. Jaringan Distribusi Sekunder

2.2.1. Gardu Induk (GI)


Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara
langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik dan umumnya terletak di pingiran kota. Untuk
menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat beban (konsumen) dilakukan dengan
jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.
Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tak langsung,
maka bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik adalah Gardu
Induk yang berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan transmisi dan
menyalurkan tenaga listrik melalui jaringan distribusi primer.
2.2.2. Jaringan Distribusi Primer

Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari


Gardu Induk ( GI ) ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung.
Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya
dari jaringan transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.
Jaringan distribusi primer atau jaringan distribusi tegangan menengah
memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20
kV tidak diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi gejalagejala korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan
telepon.
Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV) dapat
dikelompokkan menjadi lima model, yaitu :

1. Jaringan Radial
Sistem distribusi dengan pola Radial seperti Gambar di bawah ini Adalah
sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat
beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

Gambar 2.2 Konfigurasi Jaringan Radial

Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk


konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen
dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari
sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem
yang lain.
Keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya.
Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang
menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami
gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu
tegangan pada gardu distribusi yang paling

ujung kurang baik, hal ini

dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran.

2. Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)


Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar di bawah ini digunakan untuk
pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan
lainlain). Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan
Automatic Change Over Switch / Automatic Transfer Switch, setiap penyulang
7

terkoneksi ke gardu

pelanggan khusus tersebut sehingga

bila salah satu

penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke


penyulang lain.

Gambar 2.3 Jaringan Hantaran Penghubung

3. Jaringan Lingkar (Loop)


Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti
Gambar di bawah ini dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk.

Gambar 2.4 Konfigurasi Jaringan Loop

4. Jaringan Spindel
Sistem Spindel seperti pada Gambar di bawah ini adalah suatu pola
kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa
penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan
tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).

Gambar 2.5 Konfigurasi Jaringan Spindel


Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan
sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu
hubung. Pola Spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah
(JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah
(SKTM). Namun pada pengoperasiannya, sistem Spindel berfungsi sebagai sistem
Radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang
berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen
tegangan rendah (TR) atau tegangan menengah (TM).

5. Sistem Gugus atau Sistem Kluster


Konfigurasi Gugus seperti pada Gambar di bawah ini banyak digunakan
untuk kota besar yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini
terdapat Saklar Pemutus Beban, dan penyulang cadangan.

Gambar 2.6 Konfigurasi Jaringan Kluster

2.2.3. Gardu Distribusi (Transformator)

Gardu distribusi ( Trafo distribusi ) berfungsi merubah tegangan listrik


dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang digunakan untuk
konsumen dan disebut sebagai jaringan distribusi sekunder.

10

Gambar 2.7 Gardu distribusi jenis tiang

Kapasitas transformator yang digunakan pada transformator distribusi ini


tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani dan luas daerah pelayanan
beban. Gardu distribusi ( trafo distribusi ) dapat berupa transformator satu fasa
dan juga berupa transformator tiga fasa.

11

2.2.4. Jaringan Distribusi Sekunder

Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah


merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen.
Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini adalah
130/230 V dan 130/400 V untuk sistem lama, atau 380/220 V untuk sistem baru.
Tegangan 130 V dan 220 V merupakan tegangan antara fasa dengan netral,
sedangkan tegangan 400 atau 380 V merupakan tegangan fasa dengan fasa

Gambar 2.8 Jaringan Distribusi Sekunder

2.3.

Tegangan Distribusi
Tegangan untuk jaringan distribusi dapat dibagi menjadi beberapa jenis,

antara lain :
2.3.1. Tegangan Menengah (TM)
Tegangan menengah adalah tegangan dengan rentang 1 kV sampai dengan
30 kV. Untuk negara Indonesia menggunakan tegangan menengah sebesar 20 kV.
Tegangan menengah dipakai untuk penyaluran energi listrik dari GI menuju
gardu-gardu distribusi atau langsung menuju pelanggan tegangan menengah.

12

2.3.2. Tegangan Rendah (TR)


Tegangan rendah adalah tegangan dengan nilai di bawah 1 kV yang
digunakan untuk penyaluran daya dari gardu distribusi menuju pelanggan
tegangan rendah. Penyalurannya dilakukan dengan menggunakan sistem tiga fasa
empat kawat yang dilengkapi netral. Indonesia sendiri menggunakan tegangan
rendah 380/220 V dimana tegangan 380 V merupakan besar tegangan antar fasa
dan tegangan 220 V merupakan tegangan fasa-netral.

2.4.

Komponen Saluran Transmisi Tenaga Listrik


Saluran transmisi tenaga listrik terdiri atas konduktor, isolator, dan

infrastruktur tiang penyangga.


2.4.1. Konduktor
Kawat dengan bahan konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi
selalu tanpa pelindung/isolasi kawat. Ini hanya kawat berbahan tembaga atau
alumunium dengan inti baja (steel-reinforced alumunium cable/ACSR) telanjang
besar yang terbentang untuk mengalirkan arus listrik.
Kawat tembaga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat
penghantar alumunium, karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Akan
tetapi juga

mempunyai kelemahan yaitu untuk besaran tahanan yang sama,

tembaga lebih berat dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu kawat
penghantar alumunium telah mulai menggantikan kedudukan kawat tembaga.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium, digunakan campuran
alumunium (alumunium alloy). Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana
jarak antara menara/tiang berjauhan, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih
tinggi, oleh karena itu digunakan kawat penghantar ACSR.

13

Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambing


sebagai berikut :
1. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari alumunium.
2. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
3. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium berinti kawat baja.
4. ACAR

(Alumunium

Conductor,

Alloy-Reinforced),

yaitu

kawat

penghantar alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.

Kabel AAC

Kabel AAAC

Kabel ACSR

Gambar 2.9 Jenis-jenis konduktor

2.4.2. Isolator
Isolator pada sistem transmisi tenaga listrik disni berfungsi untuk penahan
bagian konduktor terhadap ground. Isolator disini bisanya terbuat dari bahan
porseline, tetapi bahan gelas dan bahan isolasi sintetik juga sering digunakan
disini. Bahan isolator harus memiiki resistansi yang tinggi untuk melindungi
kebocoran arus dan memiliki ketebalan yang secukupnya (sesuai standar) untuk
mencegah breakdown pada tekanan listrik tegangan tinggi sebagai pertahanan
fungsi isolasi tersebut. Kondisi nya harus kuat terhadap goncangan apapun dan
beban konduktor.

14

Jenis isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah jenis
porselin

atau

gelas.

Menurut

penggunaan

dan

konstruksinya,

isolator

diklasifikasikan menjadi :
1. Isolator jenis pasak
2. Isolator jenis pos-saluran
3. Isolator jenis gantung

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.10 Jenis-jenis isolator, (a) pasak, (b) pos saluran, (c) gantung
Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran
transmisi dengan tagangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33kV), sedangkan
isolator jenis gantung dapat digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang
jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh penggunaanya yaitu jika
satu piring isolator untuk isolasi sebesar 15 kV, jika tegangan yang digunakan
adalah 150 kV, maka jumlah piring isolatornya adalah 10 pringan.

2.4.3. Tiang Penyangga


Saluran transmisi dapat berupa saluran udara dan saluran bawah tanah,
namun pada umumnya berupa saluran udara. Energi listrik yang disalurkan lewat
saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga

15

mengandalkan udara sebagai media isolasi antar kawat penghantar. Dan untuk
menyanggah/merentangkan kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang
aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut
dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut
menara/tower. Antar menara/tower listrik dan kawat penghantar disekat oleh
isolator.
Suatu menara / tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja,
antara lain :
1. Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan)
2. Gaya tarik akibat rentangan kawat
3. Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower.

2.5.

Kehandalan Sistem Distribusi


Fungsi jaringan distribusi ialah menyalurkan dan mendistribusikan tenaga

listrik dari gardu induk distribusi (distribution substation) kepada pelanggan listrik
dengan mutu pelayanan yang memadai. Salah satu unsur dari mutu pelayanan
adalah kontinuitas pelayanan yang tergantung pada topologi dan konstruksi
jaringan serta peralatan tegangan menengah. Masalah utama dalam menjalankan
fungsi jaringan distribusi tersebut adalah mengatasi gangguan dengan cepat
mengingat gangguan yang terbanyak dalam sistem tenaga listrik terdapat dalam
jaringan distribusi, khususnya jaringan tegangan menengah 20 KV.
Istilah keandalan jaringan distribusi menggambarkan keamanan jaringan
distribusi dalam menghindarkan atau meminimalisasi gangguan-gangguan yang
menyebabkan pemadaman jaringan distribusi. Penyebab gangguan- gangguan
pada jaringan distribusi khususnya jaringan tengangan menengah 20 KV adalah
1. Gangguan akibat alam (petir, angin, hujan)
2. Gangguan peralatan (hubung singkat atau human error)
Keandalan adalah penampilan unjuk kerja suatu peralatan atau sistem
sesuai dengan fungsinya dalam periode waktu dan kondisi operasi tertentu.
16

Anda mungkin juga menyukai