Indonesia sebagai Negara megabiodiversity nomer dua di dunia telah dikenal memiliki
kekayaan alam, flora, dan fauna yang sangat tinggi. Para penjelajah dunia Barat, maupun
Timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke-15 yang lalu. Perjalanan eksplorasi
yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah dilakukan oleh Marcopollo,
Wasington, serta masih banyak lagi. Para petualang ini melakukan perjalanan kea lam yang
merupakan awal dari perjalanan ekowisata.
Pada saat ini ekowisata telah berkembang. Wisata tidak hanya sekedar untuk melakukan
pengamatan burung, penulusuran hutan belantara, tetapi terkaiat dengan konsep
pelestarian hutan dan penduduk local. Ekowisata ini kemudian merupakan suatu
perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan,
ekonomi, dan social. Ekowisata tidak dapat terlepas dari konservasi. Sehingga, ekowisata
disebut sebagai wisata yang bertanggungjawab.
A. Pengertian Ekowisata
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun,
pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung
jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara
ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar
pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi
yang dilakukan oleh penduduk dunia.
Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan pariwisata ke area alami yang dilakukan dengan
tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan
penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang
menginginkan daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping itu budaya dan
kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.
Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena
banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat
menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ekowisata
adalah bentuk dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang
dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999). Dari definisi tersebut terbukti
bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat.
kehidupan.
2. Melindungi keanekaragaman hayati.
3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.
Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata digunakan pendekatan pelestarian dan
pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan pelestarian
disbanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik. Kemudian pendekatan
lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu
mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu
yang dapat dilakukan adalah mengatur biaya konservasi untuk dikelola sebagai kebutuhan
kawasan dan masyarakat lokal.
C. Konsep Pengembangan Ekowisata
Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata
pada umumnya. Ada dua aspek uang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi, kemudian
adalah aspek market. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat,
dan perilaku objek dan daya tarik wisata alam dan budata diusahakan untuk menjaga
kelestarian dan keberadaannya.
Pada hakekatnya pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan yang melestarikan dan
memanfaatkan alam dan budaya masyarakat jauh lebih terjamin hasilnya dibanding
dengan keberlanjutan pembangunan biasa. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi
alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pengetahuan, fisik dan psikologi wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek ekowisata
merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan menjual
destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal
kejenuhan pasar.
D. Prinsip Ekowisata
Pengembangan ekowisata didalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan
kelestarian ekosistem hutan. Wisatawan menghendaki pesyaratan kualitas dan keutuhan
ekosistem. Oleh larena itu terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata yang
harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakann maka ekowisata menjamin
pembangunan yang bersahabat dari pembangunan yang berbasis kerakyatan.
Menurut The Ecotourism Society (Eplerwood, 1999) ada delapan prinsip, yaitu :
1. Mencegah dan menanggulangi dampak aktifitas wisatawan terhadap alam dan budaya,
pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakteristik alam dan
budaya setempat.
2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan
pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.
3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk
ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung
penghasilan atau pendapatan. Restibusi dan biaya konservasi dapat dipergunakan secara
langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian
alam.
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan
pengembangan ekowisata. Demikian pula didalam pengawasan, peran masyarakat
diharapkan ikut secara aktif.
5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari
kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.
6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk
pengembangan fasilitas harus tetap menjaga keharmonisan alam. Apabila ada upaya
disharmonis dengan alam, akan merusak produk wisata ekologis ini.
7. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta
menjaga keaslian budaya masyarakat.
8. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung
yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan
sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. Peluang penghasilan pada porsi
yang besar terhadap Negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk
ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh
Negara atau Negara bagian atau pemerintah setempat.
Ekowisata mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata ke daerah yang masih alami.
Meskipun perjalanan ini bersifat petualangan, namun wisatawan dapat menikmatinya.
Ekowisata selalu menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan
menjamin keberpihakan kepada masyarakat. Peranan masyarakat local sangat besar
dalam upaya menjaga keutuhan alam. Peranan ini dilaksanakan mulai saat perencanaan,
saat pelaksanaan pengembangan dan pengawasan dalam pemanfaatan.Diposkan
oleh Citruz Shell Fine di 18.23
Wakatobi merupakan salah satu dari 50 taman nasional yang ada di indonesia dimana,
merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan
sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi
Di dalam pengembangan wilayah terkandung unsur penataan ruang yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup. Menurut Akil (2002), penataan ruang tidak hanya memberikan
arahan lokasi, tetapi juga memberikan jaminan terpeliharanya ruang yang berkualitas dan mempertahankan
keberadaan obyek-obyek wisata dari aktivitas ekonomi lainnya. Dalam Undang-Undang Penataan Ruang Nomor
26 Tahun 2007, penataan ruang bertujuan mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan
sumber daya manusia, dan terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Pengembangan kegiatan ekowisata harus memperhatikan aspek penataan ruang yang terkandung dalam
pengembangan wilayah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penyesuaian rencana pengembangan kegiatan
ekowisata dengan rencana tata ruang wilayah suatu daerah. Dalam rencana pengembangan wilayah, aspek yang
dikembangkan tidak hanya aspek fisik saja tetapi juga aspek sumber daya manusia dan sosial budaya setempat.
Hubungan antara pengembangan wilayah dan pariwisata antara lain (Akil, 2002):
1. penataan ruang dilakukan dengan pendekatan yang terpadu dan terkoordinasi, berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan (pendekatan pengembangan ekosistem) untuk mendukung kegiatan ekowisata.
2. Peningkatan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan pariwisata yang baik dengan sektor lainnya untuk
memberikan nilai efisiensi yang tinggi dan percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah.
3. Pengembangan pariwisata dikaitkan dengan pengembangan ekonomi nasional, wilayah dan lokal
4. Pengembangan pariwisata melibatkan seluruh stakeholder dan sektor lainnya, perlibatan peran masyarakat
dari sektor hulu (memberikan kegiatan produksi yang ekstraktif) sampai dengan kegiatan hilir (kegiatan produksi
jasa)
5. Pemanfaatan rencana pengembangan wilayah dalam mendukung pengembagan parwisata, khususnya dalam
arahan alokasi pemanfaatan ruang. Kawasan lindung dapat dioptimalkan juga sebagai kawasan yang memberikan
dukungan bagi kegiatan pengembangan pariwisata (forest tourism) dan kawasan budi daya memberikan alokasialokasi ruang untuk pengembangan pariwisata
6. Pengembangan dukungan sarana-prasarana transportasi secara terpadu intermoda dan terkait dengan struktur
pengembangan wilayah
Penerapan unsur penataan ruang dalam ekowisata dapat dilakukan dengan melakukan zoning dan clustering
dalam kawasan ekowisata. Zoning merupakan salah satu manajemen spasial dalam pengelolaan ekowisata.
Inskeep (1988) dalam Page dan Dowling (2002) mengatakan bahwa konsentrasi atraksi wisata dan fasilitasfasilitasnya pada suatu area berakibat pada efisiensi penyediaan infrastruktur, memberikan kemudahan akses
terhadap fasilitas dan aktivitas berwisata bagi wisatawan, mendorong perencanaan yang terintegrasi dan
mengurangi penyebaran dampak negatif ke area yang lain. Pendapat ahli yang lain juga mengatakan bahwa
penerapan zoning dan clustering berdampak positif terhadap: berkurangnya dampak terhadap penyedia jasa dan
lingkungan sekitar akibat kemudahan akses bagi ekowisatawan; efisiensi penyediaan infrastruktur seperti
jaringan air bersih dan pengolahan sampah; kontrol dan peningkatan kualitas lingkungan, dll. Setiap zona dalam
suatu kawasan ekowisata mempunyai fungsi yang berbeda, sesuai dengan tata guna lahannya.
Strategi lain yang dapat digunakan adalah pengaturan tata guna lahan sebagai kelanjutan dari zoning.
Pengaturan guna lahan sangat penting dilakukan untuk keberlanjutan kegiatan ekowisata, tidak hanya bagi
pengembangan ekowisatanya sendiri melainkan juga sebagai alat kontrol pembangunan lain yang berpengaruh
terhadap keberlanjutan ekowisata.
DAFTAR PUSTAKA
Akil, Sjarifudiin. 2002. Implementasi Kebijakan Sektoral dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan dari
Perspektif Penataan Ruang, dalam web http://www.kimpraswil.go.id/ditjen_ruang/Makalah/DirjenPRpariwisata.doc
Page, J. Stephen and K.R. Dowling. 2002. Ecotourism. London: Prentice-Hall