Anda di halaman 1dari 2

~Energi Surya, Solusi Energi Masa Depan

Kumpulan Artikel - 102 - Energi Matahari / Surya / Solar


Array Cetak Array PDF
Jumlah kata ( 694 )
( www.alpensteel.com ) Hakcipta 2016 Alpen Steel | Renewable Energy. Semua
Hak Dilindungi.
Jl. Jalan Laksamana Nurtanio No 51 Bandung 40183 Indonesia. HP:082-111-111-100
HP:0852-111-111-77
Designed and maintenanced by donz!

(Oleh: David Siagian) Penulis jurnalis MedanBisnis


ENERGI merupakan masalah utama semua negara. Di satu sisi, energi menjadi
faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tanpa energi mustahil
perekomian dapat bergerak. Di sisi lain, penggunaan energi fosil secara masif dalam
beberapa dasawarsa terakhir ini meninggalkan persoalan besar; menipisnya
persediaan energi dan peningkatan suhu bumi secara drastis.
Para ahli memperingatkan, banyak negara akan kehabisan bahan bakar minyak, gas
dan batubara dalam lima tahun ke depan. Indonesia hanya memiliki cadangan
minyak untuk jangka waktu sepuluh tahun. Itu pun, kebutuhan minyak nasional tidak
terpenuhi oleh kilang-kilang di dalam negeri. Kebutuhan minyak nasional berkisar
1,25 juta barel per hari, sedangkan yang mampu diproduksi di dalam negeri hanya
649.000 barel per hari, sisanya 608.000 barel lagi harus diimpor.
Krisis minyak nasional berpengaruh pada aktivitas ekonomi, pasar maupun sektorsektor lain yang membutuhkan pasokan energi. Padahal, komsumsi energi di dalam
negeri cenderung meningkat seiring pertumbuhan ekonomi kelas menengah yang
mendongkrak daya beli atas kendaraan bermotor dan peralatan rumah tangga
lainnya. Tidak heran, 33 persen energi nasional digunakan rumah tangga, lebih
besar dari energi yang dibutuhkan perkantoran 30 persen dan kebanyakan energi
digunakan untuk peralatan pendingin ruangan (AC).
Di sisi lain, tingginya laju pemanasan global akibat penggunaan bahan bakar fosil
secara berlebihan telah menjadi concern pemerintahan-pemerintahan di dunia.
Berdasarkan perhitungan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), greenhouse gas
bulletin atau konsentrasi karbondioksida di atmosfer pada 2013 mencapai 396 parts
per million (ppm). Itu berarti, konsentrasi karbondioksida di atmosfer sudah di
ambang batas bahaya.
Solusi Inovatif
Menipisnya cadangan energi fosil serta kehancuran alam merupakan "konsekuensi
logis" dari pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu, sementara kita tidak bisa
selamanya bergantung pada sumber energi konvesional ini. Selain suatu saat akan
habis, penggunaan energi fosil secara terus-menerus akan memperburuk

pemanasan global. Karena itu diperlukan gerakan cepat mencari sumber-sumber


energi alternatif, sumber-sumber energi bersih dan terbarukan (renewable energy).
Indonesia, sesungguhnya, surga dari sumber-sumber energi terbarukan. Sumber
energi matahari, angin, air, panas bumi, uap, gelombang laut dan lain-lain melimpah
di negeri ini. Celakanya, sumber-sumber energi bersih dan ramah lingkungan itu
belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, jika dimanfaatkan dengan baik,
energi terbarukan akan memberi keuntungan besar bagi perekonomian Indonesia di
samping dapat mempertahankan kelestarian ekologis.
Di banyak negara maju, teknologi surya dan angin gencar dikembangkan. Pada
2013, di Italia, Jerman dan Spanyol, yang juga akan diikuti Meksiko dan Perancis,
tenaga surya komersial bahkan telah mencapai titik keseimbanagan atau grid parity,
yaitu titik di mana menghasilkan listrik dengan tenaga surya biayanya sebanding
atau bahkan lebih murah daripada membeli dari jaringan listrik.
Uji penerbangan pesawat bertenaga surya Solar Impulse 2 beberapa waktu lalu
membawa harapan penggunaan energi bersih dan terbarukan ini di masa depan.
Pesawat yang dirancang dua ilmuwan Swiss tersebut mampu terbang mengelilingi
dunia tanpa menggunakan bahan bakar fosil. Pada pesawat Solar Impulse 2 (SI-2)
terdapat lebih 17.000 sel surya yang mampu mengumpulkan hingga 340 kWh energi
surya per hari. Permukaan sel surya yang dibentangkan di bagian sayap sepanjang
72 meter itu sekitar 269,5 m2. Jika energi listrik yang dihasilkan dari 269,5 m2
elemen surya dialirkan ke rumah-rumah berdaya 900 watt, maka sebanyak 377
rumah tangga dapat dialiri listrik. Di pedesaan atau tempat-tempat terpencil yang
hanya membutuhkan jumlah daya listrik minim (450 watt), rumah yang dapat dialiri
listrik akan semakin banyak, 755 rumah, hanya dengan luas permukaan 269,5 m2.
Dapat dibayangkan berapa daya listrik yang dihasilkan jika modul-modul sel surya
dibangun di banyak tempat.
Letak geografis Indonesia yang tepat di garis khatulistiwa membuat teknologi sel
surya ini sangat menguntungkan dikembangkan. Sebab, seluruh wilayah Indonesia
mendapat sinar matahari sepanjang tahun. Keuntungan lain, energi surya tidak
memerlukan transmisi dan dapat dibangun di mana saja, sebab dapat dipasang
secara modular. Saat ini, telah ditemukan teknologi sel surya yang lebih fleksibel,
lebih murah dan praktis, seperti teknologi thin-film solar power. Teknologi ini
menggunakan bahan silikon tipis yang disebut thin film amorf.
Di tengah permasalah energi dan lingkungan perlu memobilisasi antusiasme
pemerintah untuk mendukung teknologi yang memungkinkan berkurangnya
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan mendorong sikap positif terhadap
sumber-sumber energi bersih dan terbarukan. Daripada membangun kilang minyak
seharga Rp 100 triliun per unit, lebih baik berinvestasi pada teknologi pembangkit
listrik tenaga surya. Sumber energi ini dapat dijadikan sebagai sumber energi hijau
yang menjanjikan sekaligus solusi bagi krisis energi nasional.
(Oleh: David Siagian) Penulis jurnalis MedanBisnis

Anda mungkin juga menyukai