Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang
kesejahteraan masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat
dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Rumah sakit
merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan yang terdiri dari balai
pengobatan dan tempat praktik dokter yang juga ditunjang oleh unit-unit
lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur,
laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan.
Kegiatan rumah sakit memiliki potensi menghasilkan limbah yang
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah yang dibuang ke
lingkungan.
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses
untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak
berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum
ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali
(daur ulang).
Dalam pengolahan limbah, rumah sakit tidak hanya menghasilkan
limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung
bahan beracun berbahaya (B3). Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar
10 - 15 % di antaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam
berat, antara lain mercuri (Hg). Sekitar 40 % lainnya adalah limbah organik
yang berasal dari sisa makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun
dapur gizi. Sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas
infus dan plastik.
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah
rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, mengandung
senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme
pathogen yang dapat menyebabkan penyakit. Pengelolaan limbah RS yang
tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan
penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien,
maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Tentu saja RS
sebagai institusi yang sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan
limbah yang dihasilkan.
B. Tujuan
Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan di lingkungan RS Rumah Sakit Islam Kendal
yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas
lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3,
baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun
B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan
tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah,
tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar
kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.
C. Pengertian
1. Bahan-bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatannya,
pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanan dan penggunaannya
mungkin menimbulkan atau membebaskan debu-debu, kabut, uap-uap,
gas-gas, serat atau radiasi mengion yang mungkin menimbulkan
iritasi,kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan dan bahaya-
gas
seperti
asam
sianida,
asam
sulfide
dan
karbonmonoksida.
BAB II
PENGELOLAAN LIMBAH DAN BAHAN BERBAHAYA
A. Pengadaan
1. Macam pengadaan B3
Macam-macam pengadaan bahan berbahaya dan beracun yang
dilaksanakan oleh Instalasi farmasi RS Rumah Sakit Islam Kendal
adalah:
NO
1
2
3
4
NAMA
Spiritus
H2O2
Alkohol
Formalin
SIFAT
Mudah Terbakar
Bahan Korosif
Mudah Terbakar
Karsinogenik
MSDS
Ada
Ada
Ada
Ada
Tempat
Inst. Farmasi
Inst. Farmasi
Inst. Farmasi
Inst. Farmasi
NAMA BAHAN
Larutan cat ZN
Larutan Cat
SIFAT
Mudah Terbakar
Mudah Terbakar
Gram
Larutan Eosin
Larutan KOH 10
dan Iritasi
%
Larutan NaCl
Larutan H2O2
Alkohol
Spiritus
Aceton
Minyak Emersi
Eter Alkohol
Korosif
MSDS
Ada
Ada
Mudah Terbakar
Mudah Terbakar
Mudah Terbakar
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Mudah Terbakar
Ada
TEMPAT
2. Prosedur pengadaan
Pengadaan bahan berbahaya dan beracun sudah diatur sesuai dengan
prosedur di bagian Instalasi Farmasi RS Rumah Sakit Islam Kendal.
B. Pengumpulan dan Penyimpanan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus disimpan secara tepat dan perlu
dijamin agar bahan-bahan berbahaya tersebut tidak bereaksi dengan bahanbahan lain yang disimpan dan juga perlu dijaga agar bahan-bahan yang
menimbulkan bahaya seperti bahan explosive, obat narkotika dan lain-lain.
Untuk pengamanan suatu bahan bahaya lebih dari satu macam, segenap
bahaya harus diperhatikan dan diamankan. Fasilitas dan prosedur
penyimpanan harus menampung keselamatan dari seluruh kemungkinan
bahaya yang ditimbulkan.
Ketentuan penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun sebagai berikut:
1. Bahan-bahan yang mudah terbakar
Suatu bahan /gas dipandang mudah terbakar apabila bahan itu menyala
bila bersentuhan dengan udara atau oksigen, hydrogen, propan, butan,
etilen, hydrogen sulfide merupakan gas-gas yang dapat terbakar. Bahan
yang mudah menyala harus disimpan di tempat yang cukup sejuk untuk
mencegah nyala api manakala uapnya bercampur dengan udara.
Daerah penyimpanan harus jauh dari setiap sumber panas atau bahaya
kebakaran. Pemadam api yang memadai harus tersedia dan di daerah
sekitar tidak diperkenankan merokok.
2. Bahan-bahan beracun
Uap bahan beracun masuk kedalam udara sehingga perlu adanya tempat
yang memiliki pertukaran udara yang baik, tidak terkena sinar matahari
langsung. Bahan-bahan yang dapat bereaksi satu sama lain ditempatkan
secara terpisah.
3. Syarat penyimpanan
Selain cara-cara penyimpanan yang diterangkan di atas, masih perlu
diperhatikan syarat penyimpanan sebagai berikut:
a. Penyimpanan /segera mengetahui terjadinya kebakaran
b. Tenaga kerja yang berhubungan dengan B3 tidak dibenarkan
mempunyai kelainan penglihatan, pendengaran atau penciuman
ke lokasi
BAB III
PENYIMPANAN B3 (BAHAN BERBAHAYA BERACUN)
Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya sangat
diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaikbaiknya dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang
disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan
gas/uap/debu beracun dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.
Penyimpanan bahan kimia berbahaya dikelompokkan sebagai berikut :
A. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun
dalam
kondisi
kedua-duanya
dapat
berbahaya
terhadap
kehidupan
10
menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari
kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan
harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau
penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan. Penyimpanan
tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli,
gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api.
Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau
material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam
seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.
E. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu
reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator
memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya
dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar.
Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin,
ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus
dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang
memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan
kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini
dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.
F. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun
mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari
bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus
tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan
lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang
simpan.
11
12
untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat
membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti
ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus
dipelihara.
13
BAB IV
SYARAT PENGOLAHAN LIMBAH DAN BAHAN BERBAHAYA
BERACUN
Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
A. Persyaratan Lokasi Pengolahan Limbah B3
Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah B3
atau di luar penghasil limbah B3. Untuk pengolahan di dalam lokasi
penghasil, lokasi pengolahan disyaratkan Jarak antara lokasi pengolahan dan
lokasi fasilitas umum minimal 50 meter. Persyaratan lokasi pengolahan
limbah B3 di luar lokasi penghasil adalah :
1. Merupakan daerah bebas banjir
2. Pada jarak paling dekat 150 meter dari jalan utama/jalan tol dan 50 meter
untuk jalan lainnya
3. Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah pemukiman, perdagangan,
rumah sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran,
fasilitas keagamaan dan pendidikan
4. Pada jarak paling dekat 300 meter dari garis pasang naik laut, sungai,
daerah pasang surut, kolam, danau, rawan, mata air dan sumur penduduk
5. Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah yang dilindungi (cagar
alam, hutan lindung dan lain-lainnya).
B. Persyaratan Fasilitas Pengolahan Limbah B3
Dalam pengoperasian limbah B3 harus menerapkan system operasi yang
meliputi :
1. Sistem Keamanan Fasilitas
Sistem keamanan yang diterapkan dalam pengoperasian fasilitas
pengolahan limbah B3 sekurang-kurangnya harus :
a. Memiliki system penjagaan 24 jam yang memantau, mengawasi dan
mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi.
14
peralatan
pemadam
kebakaran,
peralatan
15
koordinator
penanggulangan
keadaan
darurat,
yang
16
prosedur
evakuasi
bagi
seluruh
pekerja
fasilitas
prosedur
untuk
penutupan
sementara
fasilitas
pengolahan
h. Melakukan pelatihan bagi karyawan dalam penanggulangan keadaan
darurat yang dilakukan minimal dua kali dalam setahun.
5. Sistem Pengujian Peralatan
a. Semua
alat
pengukur,
peralatan
operasi
pengolahan
dan
17
4) Prosedur inspeksi
5) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
6) Peralatan keselamatan kerja (K3)
7) Peraturan perundangan-undangan tentang pengolahan limbah
B3.
b. Pelatihan khusus
1) Pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan penunjangnya
2) Pengoperasian alat pengolahan dan peralatan penujangnya
3) Laboratorium
4) Dokumentasi dan pelaporan
5) Prosedur penyimpanan dokumentasi dan pelaporan.
C. Persyaratan Penanganan Limbah B3 Sebelum Diolah
Sebelum melakukan pengolahan, terhadap limbah B3 harus dilakukan uji
analisa kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi guna
menetapkan prosedur yang tepat dalam proses pengolahan limbah B3
tersebut. Setelah kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi
yang terkandung dalam limbah B3 tersebut di ketahui, maka terhadap
selanjutnya adalah menentukan pilihan proses pengolahan limbah B3 yang
dapat memenuhi kualitas dan baku mutu pembuangan dan/atau lingkungan
yang ditetapkan.
18
BAB V
SIMBOL DAN LABEL LIMBAH B3
Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan-tulisan
peringatan pada wadah untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan
esensial. Ketika bahan kimia sedang diproduksi, tenaga kerja biasanya
mempraktekkan usaha keselamatan kerja dengan baik, mengenai bahan-bahan
kimia dalam botol, kaleng atau wadah lainnya, biasanya tenaga kerja yang
mengolahnya belum mengetahui sifat bahaya bahan tersebut. Oleh karena itu
pemberian keterangan, label dan tanda pada bahan tersebut sangatlah penting.
Pengelolaan limbah B3 harus dilakukan dengan cara yang aman bagi
petugas limbah rumah sakit, masyarakat sekitar rumah sakit dan lingkungan
rumah sakit. Faktor penting yang berhubungan dengan keamanan ini adalah
pemberian tanda pada tempat penyimpanan, tempat pemanfaatan, pengolahan,
kemasan ken kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limah B3.
Penandaan terhadap limbah B3 sangat penting guna menelusuri dan
menentukan teknik pengolahan yang selanjutnya. Tanda yang digunakan untuk
penandaan ada 2 jenis yaitu symbol dan label.
A. Symbol
1. Bentuk dasar, ukuran dan bahan
a. Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran 10 cm x 10
cm,sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut limbah B3 dan
tempat penyimpanan limbah B3 minimal 25 cm x 25 cm
b. Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap goresan dan atau
bahan kimia yang kemungkinan akan mengenainya. Warna simbol
untuk dipasang di kendaraan pengangkut limbah B3 harus dengan cat
yang dapat berpendar (fluorescence).
19
Arti
Limbah B3 Mudah
Meledak
Keterangan
Dipasang pada kemasan
limbah B3 yang mudah
meledak.
Limbah B3 Cairan
Mudah Terbakar
Limbah B3
padatan mudah
terbakar
Limbah B3 Reaktif
20
Limbah B3 Beracun
Limbah B3 Infeksi
Limbah B3 Korosi
B. Label
Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi untuk memberikan
informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu limbah
B3 yang dikemas. Terdapat 3 (tiga) jenis label yang berkaitan dengan sistem
pengemasan limbah B3, yaitu:
1. Label Identitas Limbah
Label Identitas Limbah berfungsi untuk memberikan informasi tentang
asal usul limbah, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam
kemasan suatu kemasan limbah B3. Label Identitas Limbah berukuran
minimum 15 cm x 20 cm atau lebih besar, dengan warna dasar kuning
21
dan tulisan serta garis tepi berwarna hitam, dan tulisan"PERINGATAN !"
dengan huruf yang lebih besar berwarna merah.
22
BAB VI
PELAKSANAAN PENGOLAHAN LIMBAH B3 RUMAH SAKIT
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,
konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui
proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya
pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume
bahaya limbah yang dikeluarkan kelingkungan yang meliputi upaya mengurangi
limbah pada sumbernya,serta upaya pemanfaatan limbah. Berbagai upaya telah
digunakan untuk pengolahan berbahaya antara lain reduksi limbah (waste
reduction), minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan limbah
(waste abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada
sumbemya (source reduction).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus
dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau
mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah
pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan
tingkat bahaya limbah yang akan keluar kelingkungan secara preventif langsung
pada sumber pencemar. Hal ini banyak memberikan keuntungan yakni
meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan
pelaksanaannya relatif murah
Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya antara lain :
1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam
menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran,
tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan
sebaik mungkin.
2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah
menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat
mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan
limbah.
23
24
akhir.
Proses
solidifikasi/stabilisasi
berdasarkan
yaitu
proses
solidifikasi
bahan
pencemar
dengan
value)
limbah.
Selain
menentukan
kemampuan
dalam
25
BAB VII
PENANGGULANGAN KONTAMINASI
A.
B.
Mata
1) Gejala akut : Nyeri pada mata dan lacrimasi
2) Penanganan kontaminasi : Segera dicuci dengan air sebanyak
banyakknya
b.
Saluran
nafas
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
c.
Saluran
cerna
1) Gejala akut : Kerusakan oesophagus dan lambung
2) Penanganan kontaminasi : Diberi minum air/susu yang banyak
dan dibutuhkan pengenceran lebih kurang 100 kali sampai tidak
berbahaya bagi jaringan. Untuk menghilangkan rasa sakit diberi
morfin sulfat 5-10 mg tiap 4 jam atau sesuai kebutuhan. Jika
terjadi shock diberi dextrose 5% atau NaCl
d.
Kulit
1) Gejala akut : Eritema dan vesikel
26
Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan
air mengalir
b.
Saluran
cerna
1) Gejala akut : Iritasi selaput mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh formalin
bisa keluar dari tubuh korban dengan segera
c.
Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh
tertutup, tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan
air sebanyak-banyaknya
3. Etanol/alco hot
a.
Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan
air mengalir
b.
Saluran
nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
27
c.
Saluran
cerna
1) Gejala akut : Iritasi selaput mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh Etanol bisa
keluar dari tubuh korban dengan segera
d.
Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh
tertutup, tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan
air sebanyak-banyaknya
4. Baygon
a.
Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan
air mengalir selama 15 menit.
b.
Saluran
nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
c.
Saluran
cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh baygon
dapat keluar dari tubuh korban dengan segera, minum susu atau
air.
d.
Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh
tertutup, tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan
air sebanyak-banyaknya
28
5. Metanol/Brands spiritus
a.
Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan
air mengalir selama 15 menit.
b.
Saluran
nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
c.
Saluran
cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruhnya dapat
keluar dari tubuh korban dengan segera, minum susu atau air.
d.
Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh
tertutup, tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan
air sebanyak-banyaknya
Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan
air mengalir selama 15 menit.
b.
Saluran
nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
29
c.
Saluran
cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruhnya dapat
keluar dari tubuh korban dengan segera, minum susu atau air.
d.
Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh
tertutup, tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan
air sebanyak-banyaknya
Inhalasi
1) Gejala akut : Iritasi, pusing jika menghirup NO2 murni dalam
jumlah besar
2) Penanganan kontaminasi : Bawa korban ke tempat yang segar
dan istirahatkan jika perlu bawa ke UGD
b.
Mata
1) Gejala akut : Penglihatan kabur dan Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Bilas dengan air bersih atau NaCl 15
menit, jika perlu bawa ke IGD.
c.
Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Siram dengan air hangat (30C-40C)
pada bagian kulit yang terbakar atau terluka, jika perlu bawa ke
IGD
8. Kaporit
a.
Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
30
Saluran
nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
c.
Saluran
cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Jangan rangsang untuk muntah cuci
mulut dengan air, beri air minum 500 cc air atau susu
d.
Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh
tertutup, tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan
air sebanyak-banyaknya
9. Oksigen
a.
Inhalasi
1) Gejala akut : Iritasi, pusing jika menghirup O2 murni dalam
jumlah besar
2) Penanganan kontaminasi : Bawa korban ke tempat yang segar
dan istirahatkan jika perlu bawa ke UGD
b.
Saluran
nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
c.
Mata
31
Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Siram dengan air hangat (30C-40C)
pada bagian kulit yang terbakar atau terluka, jika perlu bawa ke
IGD
10. Sitostatika
a.
Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Segera
rendam dan bilas mata terbuka dengan air hangat selama 5
menit. Buka mata dengan tangan dan cuci mata terbuka dengan
NaCl 0.9%. tanggalkan pakaian pelindung.
b.
Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Bilas kulit
dengan air hangat. Bila kulit tidak robek, seka area dengan kassa
yang dibasahi dengan larutan chlorine 5%. Bila kulit robek
dengan larutan H1O2 3%. Tanggalkan seluruh pakaian
pelindung.
Tertusuk
jarum.
Jangan
segera
mengangkat
32
BAB VIII
PENUTUP
Demikian Buku Pedoman Bahan dan Limbah Berbahaya ini disusun untuk
dapat digunakan sebagai pedoman dan pegangan seluruh karyawan RS Rumah
Sakit Islam Kendal pada umumnya.
Penyusunan Rancangan Pedoman ini adalah langkah awal suatu proses yang
panjang, sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak
dalam penerapannya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
33