Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH (BA-2203)

UJI VIGOR BENIH: POTENSI BERKECAMBAH DAN DAYA


BERKECAMBAH BENIH JAGUNG
Tanggal Praktikum : kamis, 18 Februari 2016
Tanggal Pengumpulan

: kamis, 11 Marets 2016

Disusun oleh :
Ayi Abdul Muhyi
11414012
Kelompok 3

Asisten :
Marsya Haifatunisa Karimah
11413055

PROGRAM STUDI REKAYASA PERTANIAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2016
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar belakang

Benih yang ditanam memberi dua kemungkinan yakni menghasilkan


tanaman normal sekiranya kondisi alam tempatnya tumbuh optimum.
Kedua benih tersebut tumbuh abnormal atau mati. Dalam kehidupan
sehari-hari benih yang diproduksi tidak selalu segera ditanam. Benih
itu mengalami penundaan tanam, umumnya dengan penyimpanan.
Vigor benih yang mencapai tingkat maksimum saat masak fisiologi
benih, harus dipertahankan selama pemanenan maupun proses
selanjutnya. Kemunduran benih adalah proses yang alami, semua
benih pasti mengalami kemunduran. Tetapi prosesnya bisa
diperlambat. Kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis
benih yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam
benih, baik fisik, fisiologi maupun kimiawi yang mengakibatkan
menurunnya viabilitas benih. Kemunduran dapat terjadi selama
periode simpan, perlakuan pemanenan yang tidak tepat, atau selama
dalam transportasi.
Komoditas jagung saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang
strategis.
Meskipun
masyakarat
Indonesia
pada
umumnya
mengkonsumsi jagung bukan sebagai makanan pokok, namun
permintaan terhadap komoditas ini menunjukkan adanya peningkatan.
Peningkatan permintaan tersebut tidak terlepas dari semakin
meningkatnya permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pangan,
sebagai bahan baku industri maupun pakan ternak. Hal ini
menunjukkan adanya implikasi bahwa komoditas jagung kini memiliki
peranan yang sangat penting. Dalam hal peningkatan produksi jagung
akkan sangat diperlukan pengetahuan mengenai tata cara menanam
yang efektif dan juga pengetahuan tentang benih.
Vigor merupakan kemampuan suatu benih tanaman untuk tumbuh
menjadi tanaman normal pada keadaan yang suboptimal baginya. Hal
tersebut menunjukan adanya daya adaptasi benih tanaman tersebut
terhadap lingkungannya. Peningkatan daya vigor benih merupakan hal
yang harus dilakukan unntk meningkatkan produksi tanaman budidaya.
Oleh karena itu pengujian tentang vigor benih ini perlu dilakukan.
1.2.
Tujuan
1. Menentukan perbandingan vigor dari benih padi, jagung, kedelai,
buncis, dan kangkung melalui uji potensi berkecambah
2. Menentukan daya berkecambah benih jagung pada media
tumbuh tanah, pasir, bata merah dan NaCl 5% dan 10%

BAB II
TEORI DASAR
Kemampuan adaptasi benih tanaman dengan lingkungannya berkaitan
dengan vigor benih. Vigor Benih adalah kemampuan benih
menghasilkan tanaman normal pada lingkungan yang kurang memadai
(suboptimum), dan mampu disimpan pada kondisi simpan yang sub
optimum. Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan
pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam
pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi
aspek-aspek
fisiologis
selama
proses
perkecambahan
dan
perkembangan
kecambah.
Sedangkan
Viabilitas
merupakan
kemampuan benih tumbuh normal dalam kondisi yang optimum.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimulkan bahwa
perbedaan yang menonjol yakni kemampuan bertahan hidup benih
pada lingkungn optimal dan/atau suboptimal ( Copeland et al, 2004)
Benih yang belum masak memiliki vigor yang relative rendah karena
pembentukan embryo dalam benih belum sempurna sehingga embryo
sulit untuk berkembang saat pengecambahan. Selain itu, cadangan
makanan dalam benih juga masih dalam jumlah yang relative sedikit,
sedangkan untuk berkecambah benih membutuhkan banyak energy
sehingga vigornya relative rendah. dengan cadangan makan yg rendah
akan membuat benih tidak mampu berkecambah dengan normal.
Sedangkan jika benih terlalu masak kandungan cadangan makanan
dalam benih juga relative sedikit kerna adanya aktifitas metabolic
dalam benih. Oleh karena itu, energy yg dibutuhkan embryo untuk
berkembang
kurang sehingga vigor benih relative rendah (Agarwall dan Sinclair,
1996).
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi,
artinya dari benih bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi
yang tinggi. Vigor benih yang tinggi mempunyai ciri ciri tahan jika
disimpan lama, tahan terhadap serangan hama dan penyakit,cepat dan
pertumbuhannya merata serta mampu menghasilkan tanaman dewasa
yang normal dan berproduksi baik dalam lingkungan tumbuh yang sub
optimal. Rendahnya vigor dapat disebabkan karena factor genetis, ada
kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan
lignkungannya yang kurang menguntungkan, ataupun tidak mampu
untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya. Faktor
lainnya adalahcfaktor fisiologis benihnya, kondisi fisiologis yang
berpengaruh adalahimmaturity atau kekurang masakan benih saat
panen dan kemunduran benih selama penyimpanan. Faktor morfologis
benih Contohnya, benih yang kecil menghasilkan bibit yang kurang

memiliki kekuatan tumbuh dibandingkan dengan benih yang besar.


Faktor sitologis, kemunduran benih yang disebabkan oleh antara lain
aberasi khromosom. Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih pada
saat panen, prosesing ataupun penyimpanan juga mempengaruhi vigor
benih serta akibat mikroba juga berpengaruh ( Snider, et al, 2014).
Menurut bewley et al ( 2013) Benih yang memiliki vigor rendah
mengakibatkan kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan,
semakin sempitnya keadaan lingkungan di mana benih dapat tumbuh,
kecepatan berkecambah benih menurun, kepekaan akan serangan
hama penyakit meningkat, meningkatnya jumlah kecambah abnormal
dan yang sudah jelas dapat menyebabkan rendahnya produksi
tanaman.
Kualitas benih yang terbaik tercapai pada saat benih masak fisiologis
karena pada saat benih masuk fisiologis maka berat kering benih,
viabilitas dan vigornya tertinggi. Perlu dicatat bahwa viabilitas dan
vigor tertinggi yang dimaksud tidak harus 100%. Setelah masak
fisiologis kondisi benih cenderung menurun sampai pada akhirnya
benih tersebut kehilangan daya viabilitas dan vigornya sehingga benih
tersebut mati. Proses penurunan kondisi benih setelah masak fisiologis
itulah yang disebut sebagai peristiwa deteriorasi atau benih mengalami
proses menua. Proses penurunan kondisi benih tidak dapat dihentikan
tetapi dapat dihambat. Kemunduran benih dapat didefinisikan jatuhnya
mutu benih yang menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam
benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih serta vigor
benih ( Campbell et al, 2000).
Salah satu cara untuk melakukan revigorasi atau meningkatkan vigor
suatu benih adalah dengan matriconditioning. Matriconditioning adalah
salah satu cara untuk memperlakukan benih sebelum tanam sehingga
benih dapat terangsang proses metabolisme dan siap berkecambah
tetapi struktur penting embrio belum muncul. Matriconditioning
digunakan untuk mengkondisikan benih dalam media padat yang
lembab, terutama dengan kekuatan matrik, tanpa pelarut osmotic.
Tujuan utama dari perlakuan matriconditioning benih adalah mengatur
penyerapan air benih secara perlahan, aktifitas metabolisme dan
proses perkecambahan dimulai tetapi tidak sempurna karena radikula
tidak muncul. Benih yang telah diberi perlakuan dikeringkan kembali
sebelum digunakan dan akan menunjukkan laju perkecambahan yang
tinggi setelah diimbibisi kembali pada kondisi normal maupun stress.
Perlakuan matriconditioning memiliki fase imbibisi yang lebih lama
dibanding perlakuan perendaman saja. Fase imbibisi yang cepat seperti
pada perlakuan perendaman benih dapat menyebabkan rusaknya
membran sel dikarenakan masuknya air ke dalam benih yang terlalu
cepat. Kecepatan berkecambah berhubungan erat dengan vigor, benih
yang kecepatan berkecambahnya tinggi, tanaman yang dihasilkan
cenderung lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang sub
optimum ( Kartasapoetra, 2003 ).

BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Alat
Baki pengecambah
Kertas buram
Mortar
Palu
Plastik

Bahan
Air
Bata merah
Benih jagung
NaCl 5% dan 10%
Pasir
Tanah

3.2. Cara Kerja

Pengujian vigor pada perlakuan pertama adalah pada media pasir.


Tanah dan pasir pada baki pengecambah dibagi menjadi dua bagian
dengan kelembaban sedemikian rupa sehingga apabila bola tanah
dipijit dengan kedua jari tangan maka akan dapat pecah dengan
mudah. Kemudian ditanamkan 25 butir benih jagung pada
kedalaman 2-3 cm lalu ditutup dengan media lembab yang sama.
Selanjutnya materi yang sedang diuji ditempatkan di dalam
laboratorium. Bentuk-bentuk kecambah normal dan abnormal
diamati pada hari pada hari ke 4 dan 7 untuk jagung. Kecambah
normal yang dijumpai pada setiap pengamatan dibuang demikian
juga kecambah yang mati atau busuk. Setelah itu dihitung daya

berkecambah, potensi berkecambah, untuk benih jagung pada


setiap pengamatan.
Pengujian selanjutnya adalah uji vigor pada media bata merah.
Pertama, kerikil bata merah dilembabkan kemudian dimasukkan ke
baki pengecambah hingga tinggi. Setelah itu, ditanamkan 25
butir benih jagung, selanjutnya ditutup dengan batu bata merah.
Bentuk-bentuk kecambah normal dan abnormal diamati pada hari
pada hari ke 4 dan 7 untuk jagung. Kecambah normal yang dijumpai
pada setiap pengamatan dibuang demikian juga kecambah yang
mati atau busuk. Setelah itu dihitung daya berkecambah, potensi
berkecambah, untuk benih jagung pada setiap pengamatan.
Pengujian selanjutna adalah uji vigor dengan menggunnakan NaCl.
Pertama, diiapkan larutan NaCl 0%, 5%, 10% lalu substrat kertas
direndam dalam larutan tersebut. ditanamkan 25 butir benih jagung
dengan metode UKDdp lalu disimpan pada ember perkecambahan.
Bentuk-bentuk kecambah normal dan abnormal diamati pada hari
pada hari ke 4 dan 7 untuk jagung. Kecambah normal yang dijumpai
pada setiap pengamatan dibuang demikian juga kecambah yang
mati atau busuk. Setelah itu dihitung daya berkecambah, potensi
berkecambah, untuk benih jagung pada setiap pengamatan.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengamatan

Tabel 2. Data Potensi dan Daya Berkecambah Benih Jagung Kelompok 3


Perlaku Kecamba
Kecamb Kecambah
Potensi
Daya

an

h Normal

Tanah
Pasir
Bata
NaCl
0%
NaCl
5%
NaCl
10%

0
21
18

ah
Abnorma
l
25
4
0

14

Mati

Berkecam
bah

Berkecamb
ah

0
0
7

100
100
72

0
84
72

84

56

25

25

Tabel 3. Data Potensi dan Daya Berkecambah Benih Jagung Kelompok 4


Kecamb
Potensi
Daya
Perlaku Kecamba
ah
Kecambah
Berkecam Berkecamb
an
h Normal Abnorma
Mati
bah
ah
l
Tanah
0
0
25
0
0
Pasir
25
0
0
100
100
Bata
12
0
13
48
48
NaCl
25
0
0
100
100
0%
NaCl
0
0
25
0
0
5%
NaCl
0
0
25
0
0
10%
4.2. Pembahasan
Perkecambahan terjadi diawali dengan proses imbibisi. Proses imbibisi
adalah proses masuknya air ke dalam benih yang selanjutnya dapat
merangsang kerja enzim untuk menghasilkan energy untuk melakukan
pengecambahan benih. Pada pengujian benih yang dikecambahkan
pada media yang mengandung garam NaCl, benih jagung tidak ada
yang berkecambah. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan
tekanan osmotic yang justru mengakibatkan benih mengeluarkan air
bukannya menyerap air sehingga benih tidak dapat melakukan
pengecambahan (Oleyana, 2011)
Media yang digunakan dalam pengujian vigor benih jagung adalah
tanah, pasir, bata, dan NaCl. Pada media tanah, benih jagung tidak
dapat timbuh secara normal beda dengan pertumbuhan kecambah
jagung pada media pasir. Pada media pasir, kecambah jagung dapat
tumbuh dengan normal karena pada media tersebut radikula dapat
dengan mudahnya tumbuh berbeda dengan pada media tanah yang
lebih padat sehingga radikulanya lebih susah keluar. Pada media bata,
benih jagung yang berkecambah normal juga cukup banyak sama
halnya dengan media pasir, media bata memudahkan radikula untuk

muncul pada benih. Pada media kertas yang mengandung NaCl semua
benih jagung tidak dapat berkecambah karena adanya perbedaan
tekanan osmotic yang sudah dijelaskan sebelumnya ( Oleyana, 2011).
Dari semua pernyataan tersebut dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan masing masing media tanamnya. Pada media tanah
meskipun kurang baik sebagai media pengecambahan benih jagung
tetapi tanaman jagung yang muncul lebih tegak dan menancap pada
tanah sedangkan pada media pasir yang cukup baik untuk
pengecambahan benih jagung, tanaman jagungnya tiidak dapat
menancap dengan kiuat pada pasir. Pada media NaCl jelas tidak cocok
untuk pengecambahan benih jagung akan tetapi media tersebut dapat
digunakan sebagai bahan dalam pengujian vigor benih. Media bata
sama halnya seperti media pasir, tanaman jagung tidak dapat
menancap dengan kuat ( Sadeghi et al,2011) .
Masing masing media mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
potensi kecambah dan daya kecambah benih jaguungnya. Potensi
berkecambah dan daya berkecambah paling baik ditunjukan pada
media pasir dengan potensi berkecambah nya 100% dan daya
berkecambahnya 84%. Media tanah juga menunjukan potensi
berkecambah benih jagung yang tinggi yaitu 100% akan tetapi
kecambahnya tidak tumbuh secara normal sehinggga daya
berkecambahnya 0%. Media bata menunjukann potensi berkecambah
dan daya berkecambah sebesar 72%, pada media ini cukup banyak
benih jagungg yang tidak berkecambah karena distribusi air yang tidak
merata pada media. Pada media yang mengandung NaCl baik yang
berkonsentrasi 5% maupun 10% menunjukan potensi berkecambah
dan daya berkecambah 0%. Media yang mengandung NaCl tidak
mendukung pengecambahan benih jagung. Media yang mengandung
NaCl menyebabkan benih bervigor palling buruk jika dilihat dari
persentase potensi berkecambah dan daya berkecambahnya
(Throneberry dan Smith. 2001).
Apabila dibandingkan dengan data potensi berkecambah dan daya
berkecambah jagung dari kelompok 4, hasilnnya tidak jauh berbeda
dan pada kesimpulannya media yang aling baik dalan pengecambahan
benihnya adalah pasir dan media yang menyebabkan benih bervigor
paling buruk adalah media yang mengandung NaCl. Hanya
perbedaanya adalah pada pertumbuhan benih menjadi kecambah
normalnya yang disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan
oleh tiap kelompok misalnya banyaknya pengairan sehingga
menyebabkan kondisi kelembaban berbeda yang berpengaruh pada
pertumbuhan kecambah jagung. Dari data compile dapat ditentukan
benih yang memiliki vigor yang paling baik adalah benih buncis karena
benih tersebut dapat tumbuh pada media yang mengandung NaCl
tidak seperti benih lain yang diujikan ( Bewley et al, 2013).
BAB V

PENUTUP
5. Kesimpulan
1. Perbandingan vigor benih dari benih bervigor tinggi ke benih
bervigor paling buruk adalah buncis, kedelai, jagung, padi dan
kangkung.
2. Daya berkecambah benih jagung pada media tanah sebesar 0%,
media pasir sebesar 84%, media bata sebesar 72%, dan media NaCl
5% dan 10% masing masing sebesar 0%.

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal V.K., dan James B. Sinclair. 1996. Principles of Seed Pathology


2nd Ed. California : CRC Press.
Bewley J.D., Henk W.M.H., Kent J. Bradford, dan Hiro Nonogaki. 2013.
Seeds Physiology of Development, Germination and Dormancy
3rd Ed. New York : Springer.
Campbell, N.A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2000. Biologi Ed.5 Jilid 3.
Jakarta: Erlangga.
Copeland, Lawrence O., Miller B., dan McDonnald. 2004. Principles of
Seed Science and Technology 4th Ed. Norwell, USA : Kluwer
Academic Publisher.
Kartasapoetra. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntutan
Praktikum. Jakarta : Rineka Cipta
Oyelana,Olatunji Afolabi. 2011. The Germination Biology and Pattern
of Growth in Eight Solanum species Found Endemic in
Nigeria. .Journal of Plant Sciences, 6: 143-154.
Sadeghi, Hossein et al. 2011. EFFECT OF SEED OSMOPRIMING ON
SEED GERMINATION BEHAVIOR AND VIGOR OF SOYBEAN
(Glycine max L.). ARPN Journal of Agricultural and Biological
Science 6(1) : 40-43.
Snider, John L. et al. 2014. Seed Size and Oil Content Are Key
Determinants of Seedling Vigor in Gossypium hirsutum. The
Journal of Cotton Science 18(1):19
Throneberry dan Smith. 2001.Relation of respiration and Enzymate
Activity to Corn Seed Viability. Journal Plant Physol : 30(1) : 337343.

Anda mungkin juga menyukai