Disusun oleh :
Ayi Abdul Muhyi
11414012
Kelompok 3
Asisten :
Marsya Haifatunisa Karimah
11413055
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
BAB II
TEORI DASAR
Kemampuan adaptasi benih tanaman dengan lingkungannya berkaitan
dengan vigor benih. Vigor Benih adalah kemampuan benih
menghasilkan tanaman normal pada lingkungan yang kurang memadai
(suboptimum), dan mampu disimpan pada kondisi simpan yang sub
optimum. Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan
pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam
pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi
aspek-aspek
fisiologis
selama
proses
perkecambahan
dan
perkembangan
kecambah.
Sedangkan
Viabilitas
merupakan
kemampuan benih tumbuh normal dalam kondisi yang optimum.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimulkan bahwa
perbedaan yang menonjol yakni kemampuan bertahan hidup benih
pada lingkungn optimal dan/atau suboptimal ( Copeland et al, 2004)
Benih yang belum masak memiliki vigor yang relative rendah karena
pembentukan embryo dalam benih belum sempurna sehingga embryo
sulit untuk berkembang saat pengecambahan. Selain itu, cadangan
makanan dalam benih juga masih dalam jumlah yang relative sedikit,
sedangkan untuk berkecambah benih membutuhkan banyak energy
sehingga vigornya relative rendah. dengan cadangan makan yg rendah
akan membuat benih tidak mampu berkecambah dengan normal.
Sedangkan jika benih terlalu masak kandungan cadangan makanan
dalam benih juga relative sedikit kerna adanya aktifitas metabolic
dalam benih. Oleh karena itu, energy yg dibutuhkan embryo untuk
berkembang
kurang sehingga vigor benih relative rendah (Agarwall dan Sinclair,
1996).
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi,
artinya dari benih bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi
yang tinggi. Vigor benih yang tinggi mempunyai ciri ciri tahan jika
disimpan lama, tahan terhadap serangan hama dan penyakit,cepat dan
pertumbuhannya merata serta mampu menghasilkan tanaman dewasa
yang normal dan berproduksi baik dalam lingkungan tumbuh yang sub
optimal. Rendahnya vigor dapat disebabkan karena factor genetis, ada
kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan
lignkungannya yang kurang menguntungkan, ataupun tidak mampu
untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya. Faktor
lainnya adalahcfaktor fisiologis benihnya, kondisi fisiologis yang
berpengaruh adalahimmaturity atau kekurang masakan benih saat
panen dan kemunduran benih selama penyimpanan. Faktor morfologis
benih Contohnya, benih yang kecil menghasilkan bibit yang kurang
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Alat
Baki pengecambah
Kertas buram
Mortar
Palu
Plastik
Bahan
Air
Bata merah
Benih jagung
NaCl 5% dan 10%
Pasir
Tanah
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengamatan
an
h Normal
Tanah
Pasir
Bata
NaCl
0%
NaCl
5%
NaCl
10%
0
21
18
ah
Abnorma
l
25
4
0
14
Mati
Berkecam
bah
Berkecamb
ah
0
0
7
100
100
72
0
84
72
84
56
25
25
muncul pada benih. Pada media kertas yang mengandung NaCl semua
benih jagung tidak dapat berkecambah karena adanya perbedaan
tekanan osmotic yang sudah dijelaskan sebelumnya ( Oleyana, 2011).
Dari semua pernyataan tersebut dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan masing masing media tanamnya. Pada media tanah
meskipun kurang baik sebagai media pengecambahan benih jagung
tetapi tanaman jagung yang muncul lebih tegak dan menancap pada
tanah sedangkan pada media pasir yang cukup baik untuk
pengecambahan benih jagung, tanaman jagungnya tiidak dapat
menancap dengan kiuat pada pasir. Pada media NaCl jelas tidak cocok
untuk pengecambahan benih jagung akan tetapi media tersebut dapat
digunakan sebagai bahan dalam pengujian vigor benih. Media bata
sama halnya seperti media pasir, tanaman jagung tidak dapat
menancap dengan kuat ( Sadeghi et al,2011) .
Masing masing media mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
potensi kecambah dan daya kecambah benih jaguungnya. Potensi
berkecambah dan daya berkecambah paling baik ditunjukan pada
media pasir dengan potensi berkecambah nya 100% dan daya
berkecambahnya 84%. Media tanah juga menunjukan potensi
berkecambah benih jagung yang tinggi yaitu 100% akan tetapi
kecambahnya tidak tumbuh secara normal sehinggga daya
berkecambahnya 0%. Media bata menunjukann potensi berkecambah
dan daya berkecambah sebesar 72%, pada media ini cukup banyak
benih jagungg yang tidak berkecambah karena distribusi air yang tidak
merata pada media. Pada media yang mengandung NaCl baik yang
berkonsentrasi 5% maupun 10% menunjukan potensi berkecambah
dan daya berkecambah 0%. Media yang mengandung NaCl tidak
mendukung pengecambahan benih jagung. Media yang mengandung
NaCl menyebabkan benih bervigor palling buruk jika dilihat dari
persentase potensi berkecambah dan daya berkecambahnya
(Throneberry dan Smith. 2001).
Apabila dibandingkan dengan data potensi berkecambah dan daya
berkecambah jagung dari kelompok 4, hasilnnya tidak jauh berbeda
dan pada kesimpulannya media yang aling baik dalan pengecambahan
benihnya adalah pasir dan media yang menyebabkan benih bervigor
paling buruk adalah media yang mengandung NaCl. Hanya
perbedaanya adalah pada pertumbuhan benih menjadi kecambah
normalnya yang disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan
oleh tiap kelompok misalnya banyaknya pengairan sehingga
menyebabkan kondisi kelembaban berbeda yang berpengaruh pada
pertumbuhan kecambah jagung. Dari data compile dapat ditentukan
benih yang memiliki vigor yang paling baik adalah benih buncis karena
benih tersebut dapat tumbuh pada media yang mengandung NaCl
tidak seperti benih lain yang diujikan ( Bewley et al, 2013).
BAB V
PENUTUP
5. Kesimpulan
1. Perbandingan vigor benih dari benih bervigor tinggi ke benih
bervigor paling buruk adalah buncis, kedelai, jagung, padi dan
kangkung.
2. Daya berkecambah benih jagung pada media tanah sebesar 0%,
media pasir sebesar 84%, media bata sebesar 72%, dan media NaCl
5% dan 10% masing masing sebesar 0%.
DAFTAR PUSTAKA