Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP KAK

1. Latar Belakang
Pengertian sanitasi menurut Ehler dan Steel (2000) adalah sebagai usaha untuk mencegah penyakit
dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai
penularan penyakit tersebut.
Sementara menurut Riyadi (1984), sanitasi lingkungan adalah prinsip-prinsip untuk meniadakan atau
setidak-tidaknya menguasai faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit,melalui
kegiatan-kegiatan untuk mengendalikan sanitasi air, sanitasi makanan, pembuangan kotoran, air
buangan dan sampah, sanitasi udara, vektor dan binatang pengerat serta hygiene perumahan dan
halaman.
Sementara WHO memberikan batasan kajian sanitasi pada usaha pengawasan penyediaan Sanitasi
bagi masyarakat, pengelolaan pembuangan tinja dan air limbah, pengelolaan sampah, vektor penyakit,
kondisi perumahan, penyediaan dan penanganan makanan, kondisi atmosfer dan kesehatan kerja.
Di Indonesia sanitasi masih menjadi masalah yang sangat penting untuk diperhatikan. Beberapa kajian
menunjukkan hubungan signifikan antara sanitasi dengan kesehatan, sumber daya manusia, dan
ekonomi.
Berdasarkan data dari Water and Sanitation Program (WSP-EAP, 2008), sejumlah 100.000 anak
menjadi korban kematian akibat diare setiap tahun. Sementara insiden typhoid di Indonesia adalah
yang terbesar di wilayah Asia Timur. Diperkirakan 60% penduduk pedesaan hidup tanpa akses
terhadap sanitasi yang layak, sehingga lebih tinggi risiko terpapar dari aspek kesehatan, juga kerugian
terkait kesejahteraan. Cakupan sanitasi di daerah pedesaan belum membaik dalam 3 dekade, yang
ditandai dengan praktik buang air besar sembarangan, baik ke badan air atau langsung ke tanah masih
banyak dilakukan (WSP-EAP, 2007).
Masih rendahnya akses pada jamban pribadi di daerah pedesaan tidak terjadi di perkotaan, karena
73% rumah tangga perkotaan telah memiliki akses ke fasilitas WC pribadi. Namun tidak demikian
dengan akses pada saluran air limbah. Masih sangat kurangnya investasi dalam infrastruktur sanitasi
publik telah menghasilkan cakupan pada saluran air limbah di perkotaan di Indonesia, termasuk salah
satu yang terendah di Asia. Kondisi mana menyebabkan polusi lingkungan yang besar, diperparah
dengan peran sampah yang menyumbat selokan menyebabkan banjir musiman yang parah (WSP,
2011a).

Hasil diatas relatif sama dengan hasil Riskesdas 2010 (cit. Depkes RI. 2010), dimana berdasarkan
tempat tinggal, persentase rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) milik
sendiri lebih tinggi di perkotaan (79,7%) dibandingkan dengan di perdesaan (59,0%). Sementara
menurut Devine (2009), di Jawa Timur 34 persen dari mereka yang terbiasa buang air besar di tempat
terbuka, menunjukkan bahwa mereka puas dengan praktik ini. Hanya 60 persen setuju dengan
pernyataan bahwa ada kerugian pada praktik buang air besar di tempat terbuka.
Menurut Bank Dunia, dari 57 juta orang yang melakukan buang air besar (BAB) sembarangan, 40
juta diantaranya tinggal di perdesaan.
Semua ini terjadi bukan tanpa alasan yang jelas, semua ini terjadi karena ledakan penduduk yang
begitu hebat serta kinerja dan kesadaran masyarakat yang kurang terhadap masalah ini .
Data dari (laporan pencapaian mdg Indonesia ) pada tahun 2004 menyatakan bahwa 84% air tanah di
wilayah Jakarta sudah tercemar.Kita sebagai warga masyarakat yang baik seharusnya lebih
memperhatikan sanitasi kita agar tidak tercemar yang bisa mengakibatkan penyakit seperti :
muntaber,diare,penyakikulit berbahaya,dan lain-lain.
Kementerian Pekerjaan Umum menyebutkan negara baru menganggarkan 0,33 persen (Rp200 orang
per tahun) untuk pembangunan sanitasi yang layak. Idealnya setiap orang dianggarkan Rp54 ribu
untuk setiap tahunnya. Namun berbeda justru muncul dari Bappenas. Lembaga ini menyebutkan butuh
anggaran sebesar Rp56 triliun hingga tahun 2020. "Saat ini, anggaran pengadaan sanitasi terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun," Persoalan sanitasi ini jangan dianggap remeh.
Karena implikasinya tidak sederhana. "Setidaknya target MDGs pada tahun 2015 mendatang, bisa-bisa
Indonesia gagal hanya karena dipicu soal sanitasi ini," katanya. Selain itu, kata dia, yang paling nyata
persoalan sanitasi akan menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat akibat akses yang tidak baik
tersebut. Indikasi itu setidaknya telah muncul.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia untuk tahun ini melorot dari urutan ke 108 menjadi
124. Dalam merespons isu sanitasi ini, terlihat betapa antarlembaga dan kementerian di pemerintahan
tidak sinkron satu dengan lainnya.
Pada konferensi yang diselenggarakan oleh World Bank Water Sanitation Program (WSP) itu
terungkap, bahwa Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi buruk.
Menurut data yang dipublikasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 63 juta penduduk Indonesia
tidak memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan
tanah.

Menurut data Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia (MDG), pada 2010 cakupan pelayanan
Sanitasi di Indonesia baru mencapai 46 persen. Padahal, target di 2015, Indonesia harus sudah
mencapai 68,87 persen. Sementara itu, target pemenuhan akses sanitasi layak harus mencapai 62,41
persen.
Memang, meski terdengar sepele bagi penduduk kota yang berkelimpahan pasokan air bersih,
masalah seputar ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi di daerah-daerah lain ternyata cukup
parah. Karena itulah, perlu kerjasama berbagai pihak untuk segera memperbaiki hal ini. Sanitasi
termasuk target MDG (Millenium Development Goal).
Karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya atau terobosan-terobosan yang signifikan oleh pemerintah.
Utamanya adalah kerja sama yang baik antar kementerian dan lembaga sehingga program-program
yang dibuat oleh masing-masing kementerian dan lembaga dapat secara komprehensif meningkatkan
IPM Indonesia dan mempercepat pencapaian MDGs pada tahun 2015.
Pada Tahun 2014-2015, Kabupaten Sigi telah menyusun Dokumen Buku Putih Sanitasi,Strategi
Sanitasi Kabupaten serta Memorandum Program Sanitasi, sesuai yang diamanatkan oleh Perpres No.
185 tahun 2014 mengenai Percepatan Pembangunan Sanitasi.
Kegiatan ini difasilitasi oleh pemerintah Pusat melalui kegiatan multisektor/Lembaga/Kementrian,
dengan harapan hal tersebut bisa menjadi acuan untuk pembangunan sanitasi di daerah, dengan
jangka waktu perencanaan 5 tahun.
Selama kurun waktu penyusunan dokumen, banyak yang bisa dilihat. Tapi yang paling penting selama
proses berlangsung adalah bagaimana menjaga agar komitmen Pemerintah Daerah dalam mengawal
apa yang telah disusun bersama dalam dokumen-dokumen tersebut bisa terlaksana selama kurun
waktu berjalan.
Oleh karena itu Jakstra ini dihadirkan sebagian besar substansinya sebagai dokumen pelengkap dari
dokumen sanitasi yang ada,yang berisi mengenai serangkaian strategi dan kebijakan dalam mengawal
kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi.

2. Maksud dan Tujuan


Penyusunan "Kebijakan dan Strategi Nasional Percepatan Pengelolaan Persampahan" dimaksudkan
untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mengevaluasi kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan
Pemerintah Kabupaten Sigi untuk pengelolaan Sanitasi.

Sedangkan tujuan dilaksanakannya penyusunan "Kebijakan dan Strategi Nasional Percepatan


Pengelolaan Sanitasi" adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan rekomendasirekomendasi kebijakan yang dibutuhkan untuk percepatan
pencapaian target pengelolaan sanitasi di Kabupaten Sigi.
2. Hasil dari kajian diharapkan dapat menjadi pedoman dalam penyusunan kebijakan teknis,
perencanaan, pemrograman dan kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan sanitasi baik di
lingkungan,Pemerintah Daerah, maupun bagi masyarakat dan dunia usaha.

3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Teridentifikasinya isu-isu strategis permasalahan utama pengelolaan sanitasi di Kabupaten
Sigi.
2. Tersusunnya rumusan rekomendasi kebijakan percepatan pencapaian target pengelolaan
sanitasi dari aspek regulasi, kelembagaan, pendanaan, teknis operasional, dan peran serta
masyarakat.
3. Tersusunnya rumusan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk implementasi rekomendasi
percepatan pencapaian target Pengelolaan Sanitasi.

4. Dasar Hukum
Merupakan payung kebijakan yang memayungi kegiatan penyusunan kegiatan ini. Baik itu kebijakan
secara langsung terhadap pembangunan Sanitasi, maupun secara tidak langsung dan bersifat sektoral
sanitasi (Air Limbah, Persampahan dan Sanitasi).
Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain:
A. Undang-Undang :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan

Tanggung jawab Keuangan Negara.


5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang No. 12 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025.
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
10. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
11. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
13. Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.
14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
15. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga.
16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
17. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
18. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


1

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3892)
2

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja
Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan


Sistem Penyediaan Sanitasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar


Akuntansi Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2005 Tentang Pinjaman


Daerah.

10 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana


Perimbangan.
11 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2005 Tentang Hibah Kepada
Daerah.
12 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
13 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Standar
Pelayanan Minimum.
14 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
16 Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan
Antara

Pemerintah,

Pemerintah

daerah

Provinsi,

dan

Pemerintah

Daerah

Kabupaten/Kota.
17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Uang Negara/Daerah.
18 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
19 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerja Sama Daerah.
20 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
21 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan.
22 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah.
23 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata
Ruang Nasional.
24 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air.
25 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Modal di Daerah.
26 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
27 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2010 Tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
28 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan Tata
Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

29 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
30 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang

Standar

Akuntansi Pemerintahan.
31 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak
Daerah yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak.
32 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah.
33 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman
Daerah.
34 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.

C. Peraturan Presiden
1

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014.


Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Sanitasi &
Sanitasi

D. Keputusan Presiden Republik Indonesia


1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air.

E. Peraturan Menteri Republik Indonesia

1. Peraturan Menteri PU No. 494 Tahun 2005 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pembangunan Perkotaan.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 310).
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Strategi
Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Sanitasi (KSNP-SANITASI).
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan .
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Standarisasi Sarana dan
Prasarana Kerja Pemerintah Daerah.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota.
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal.
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pedoman Analisis Beban
Kerja Di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Barang Milik Daerah.


13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Sanitasi.

14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNPSPALP).
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan
Pelayanan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah.
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

F. Keputusan Menteri Republik Indonesia


1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7 /1995
tentang Program Kali Bersih.
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL
dan UPL Departemen Pekerjaan Umum
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan UKL UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang
Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL.
6. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534 Tahun 2001 Tentang
Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemetaan Ruang, Perumahan
dan Permukiman dan Pekerjaan Umum.
7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217 Tahun 2002 Tentang
Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP).
8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang
Baku Mutu air Limbah Domestik.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X /2004
tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang Pedoman


Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil
11. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 tahun 2006 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengelolaan persampahan
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX /2008
tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
G. Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah Nomor 21 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW)
Kabupaten Sigi.
H. Keputusan Bupati
1. Keputusan Bupati Sigi Nomor 690-248 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Kelompok
Kerja Sanitasi Kabupaten Sigi Tahun 2014.
I.

Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan.
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos
Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada
Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug
Terkendali Di TPA Sampah.
3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur
Resapan.
4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa
Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih.
5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah
Organik Skala Lingkungan.
6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi
Pengolahan Air Sistem Berpindah pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik.
7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis
Pengelolaan Drainase PerKabupatenan.
8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem
Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman.

9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Penoperasian
Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus.
10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi.
11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK

5. Ruang Lingkup

1. Melakukan Identifikasi isu-isu strategis terkait tema kajian.


2. Melaksanakan analisis pemangku kepentingan awal dan menyiapkan sebuah rancangan
rencana pelibatan pemangku kepentingan selama masa konsultansi,yang akan didiskusikan
dan disepakati dengan penanggung jawab kegiatan sebelum finalisasinya.
3. Mengumpulkan informasi dan menganalisis terkait kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan
Pemerintah untuk pengelolaan Sanitasi
4. Mengevaluasi data-data yang terkumpul dan mengkaji dari 5 aspek, yaitu regulasi,
kelembagaan, pendanaan, teknis operasional dan peran serta masyarakat.
5. Memberikan rekomendasi kebijakan dan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk percepatan
pencapaian target Pengelolaan Sanitasi Di Kabupaten Sigi.
6. Mengembangkan kriteria untuk program pengendalian dan pemantauan implementasi
rekomendasi kebijakan..

6. Metodologi
a. Metodologi
Kegiatan ini sifatnya ingin mengetahui lebih mendalam dari suatu subjek/objek tertentu,
yaitu ingin menggambarkan dengan jelas lokasi-lokasi yang berhubungan dengan potensi,
peluang serta kendala pengembangan Sanitasi di Kabupaten Sigi. Semaksimal mungkin harus
dapat berusaha menjelaskan lebih mendalam mengapa dan faktor apa serta dimana
yang
menggambarkan secara jelas potensi, peluang serta kendala pengembangan sanitasi dimasa
depan.
Dokumen ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif yaitu penelitian menjelaskan
dengan selengkap-lengkapnya subjek/objek penelitian dengan memanfaatkan data-data baik

primer maupun sekunder, kata-kata/kualitatif, tulisan, gambar dan data bukan angka bahkan
sejarah yang dijadikan dasar untuk menjelaskan kondisi daerah dalam hal Penyediaan Sanitasi.
Dengan demikian laporan dari kegiatan ini juga akan dilengkapi dengan kutipan-kutipan data
(primer & sekunder) untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.
Data tersebut mungkin berasal dari catatan sejarah, catatan hasil survey lapangan, foto,
ataupun dokumen resmi lainnya.

b. Tahapan Pelaksanaan
1) Tahapan Persiapan
Persiapan Tim Kerja, Jadwal Pelaksanaan serta perangkat kerja seperti peralatan survey
dan perangkat survey berupa peta-peta dasar, checklist data, blangko-balngko survey
serta questioner bila diperlukan.

2) Tahapan Pengumpulan Data

Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh konsultan dari para
responden,

dan

bukan

berasal

dari

pengumpulan

data

yang

pernah

dilakukan sebelumnya.
Teknik pengumpulan data primer ini terdiri dari beberapa cara, yaitu kuesioner,
wawancara, Focus-Group Discussion (FGD), observasi, serta opinion pooling
yang dikuantitatifkan seperti analytical hierarchy process atau AHP (atau versi
kembangannya,ANP / analytical network process).
Dalam melaksanakan survey fisik lapangan, Konsultan harus menghasilkan data-data
yang berhubungan dengan kondisi existing objek-objek amatan melalui pengukuran
lapangan.

Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal
mencari dan mengumpulkannya dari instansi terkait. Data sekunder yang diperlukan
berupa data-data dasar fisik wilayah, ekonomi wilayah, penatagunaan lahan existing
antara lain:

Fisik dasar kawasan, meliputi informasi dan data: topografi, hidrologi,


geologi, klimatologi, dan tata guna lahan;
Kependudukan, meliputi jumlah dan persebaran penduduk menurut
ukuran keluarga, umur, pendidikan, dan mata pencaharian;
Perekonomian; meliputi data investasi, perdagangan, jasa, industri,
pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata, pendapatan daerah, dan lainlain;
Penggunaan lahan, menurut luas dan persebaran kegiatan yang
diataranya meliputi: permukiman, perdagangan dan jasa, industri, pariwisata,
pertambangan, pertanian, perikanan, kehutanan dan lain lain;
Prasarana dan utilitas umum:
o Air minum (sistem jaringan, bangunan pengolah, hidran); mencakup
kondisi dan jaringan terpasang menurut pengguna, lokasi
bangunan dan hidran, kondisi air tanah dan sungai, debit terpasang,
dll;
o Sewarage; air limbah rumah tangga; Sanitasi (sistem jaringan,
bak kontrol, bangunan pengolah); jaringan terpasang,
prasarana penunjang dan kapasitas;
o Drainase; sistem jaringan makro dan mikro , dan kolam penampung;
Identifikasi daerah rawan bencana, meliputi lokasi, sumber bencana, besaran
dampak, kondisi lingkungan fisik, kegiatan bangunan yang ada, fasilitas
dan jalur kendali yang telah ada.
Selanjutnya data dan informasi disusun dan disajikan dalam bentuk peta, diagram, tabel
statistik, termasuk gambar visual kondisi air minum dan sumber air baku di Kabupaten Sigi
sehingga deskripsinya jelas dan akurat.

3) Perumusan Visi & Misi

Visi pada dasarnya merupakan suatu rumusan umum mengenai keadaan atau kondisi
yang diinginkan pada akhir periode pelaksanaan kebijakan dan strategi
pengembangan sanitasi di Kabupaten Sigi.

Visi harus dapat memberikan gambaran tentang kondisi pengembangan sanitasi (air
limbah, persampahan & drainase lingkungan) selama 5 tahun mendatang di

Kabupaten Sigi.
Visi harus dapat memberikan arah pandangan ke depan terkait dengan kinerja

kebijakan dan strategi pengembangan sanitasi Kabupaten Sigi.


Visi harus bersifat rasional, realistis dan mudah dipahami;
Visi harus bersifat fleksibel, sehingga bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan

yang mungkin terjadi;


Visi kebijakan dan strategi pengembangan SANITASI daerah harus mendukung
pencapaian visi daerah.

c. Identifikasi dan analisis isu strategis, permasalahan & tantangan


Melakukan identifikasi isu, permasalahan, potensi, kelemahan, peluang serta tantangan
jangka menengah yang sekiranya akan dihadapi dalam rangka implementasi Kebijakan

dan Strategi Pengembangan Sanitasi nantinya.


Melakukan analisis terkait isu, permasalahan, potensi, kelemahan, peluang serta
tantangan jangka menengah yang sekiranya akan dihadapi dalam rangka implementasi
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sanitasi nantinya
Catatan :Alat bantu analisis minimal menggunakan analisis SWOT

7. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari pekerjaan ini seharusnya dapat mengindikasikan dua indikator penting
yaitu indikator kualitatif dan kuantitatif.
Dengan demikian substansi yang dihasilkan merupakan substansi data, substansi narasi/normatif dan
kombinasi keduanya.
Keluaran secara kualitatif yaitu :
1. Rumusan rekomendasi kebijakan percepatan pencapaian target pengelolaan sanitasi
Kabupaten Sigi dari aspek regulasi, kelembagaan, pendanaan, teknis operasional, dan peran
serta masyarakat.
2. Rumusan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk implementasi rekomendasi percepatan
pencapaian target Pengelolaan Sanitasi
Sedangkan keluaran secara kuantitatif, yaitu :

1. . eksemplar buku laporan pendahuluan


4. . eksemplar buku laporan akhir

Anda mungkin juga menyukai