Anda di halaman 1dari 9

Skoring Parameter Kerentanan Banjir

Harkat atau skor (Scoring) adalah pemberian nilai terhadap suatu polygon
peta untuk memberikan tingkat kedekatan, keterkaitan, atau beratnya dampak
tertentu pada suatu fenomena secara spasial (Budiyanto, 2009). Pemberian harkat
pada masing-masing parameter berbeda sesuai dengan seberapa besar parameter
tersebut

berpengaruh

dalam

terjadinya

banjir

(Pratomo,

2009).

Beberapa

Klasifikasi Tingkat Kerentanan Banjir


Rumus yang digunakan dalam menentukan interval tingkat
kerawanan banjir adalah sebagai berikut (Cahyono, 2007) :

K
Dimana :

Interval kelas yang diinginkan


Jumlah harkat tertinggi
Jumlah harkat terendah
Banyaknya kelas yang diinginkan.

Jika rumus tersebut digunakan, maka akan didapat interval tingkat


kerentanan banjir adalah sebagai berikut :
K=
K=
K = 40
Berdasarkan perhitungan di atas, maka akan didapat kelas klasifikasi
kerentanan banjir yang terbagi dalam 5 kelas seperti tersaji pada Tabel 5 di
bawah ini :
Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Kerentanan Banjir
Kelas Kerentanan
Interval Total Harkat
No
Tidak Rentan
50-90
1.
2.
Kurang Rentan
91-130
3.
Sedang
131-170
4.
Rentan
171-210

5.

Sangat Rentan

Sumber : Penulis (2011)

211-250

Penentuan Kecocokan Penggunaan Lahan


Asdak (1995) memberikan 3 variabel dalam penentuan arahan penggunaan
lahan

yaitu

kelerengan

lahan,

jenis tanah, dan curah

hujan. Khusus

unuk kelerengan lahan dalam penentuan arahan penggunaan lahan


harkat yang

berbeda

dengan

kelerengan

lahan untuk

banjir,

memiliki
sedangkan

variabel jenis tanah dan curah hujan mengikuti Tabel 3 dan 4 . Penentuan harkat
untuk kelas kelerengan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Klasifikasi Kelerenga n Untuk Arahan Kecocokan Penggunaan
Lahan.
No
Kriteria
Keterangan
Harkat
1.
(>45%)
Sangat curam
100
2.
(25-45%)
Curam
80
3.
(15-25%)
Agak curam
60
4.
(8-15%)
Landai
40
5.
(0-8%)
Datar
20
Sumber : Asdak (1995)

Penetapan kecocokan penggunaan lahan dilakukan dengan tujuan agar


suatu lahan dapat digunakan dengan semaksimal mungkin sehingga tidak terjadi
penurunan kualitas lahan. Penetapan kecocokan lahan dilakukan dengan
menjumlahkan nilai dari tiga variabel diatas antara laian kelas kelerengan,
kelas jenis tanah, dan kelas curah hujan dengan metode tumpang tindih
(overlay). Berikut ini adalah syarat penentuan kecocokan lahan berdasarkan pada
ketiga variabel di atas:
Tabel 7. Kelas Arahan Kecocokan Penggunaan Lahan
No
Kelas Kecocokan
Syarat Total Harkat
1.
Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan,
Tanaman Kehutanan, Musiman, dan
124
Pemukiman,
2.
Kawasan Penyangga
125-174
3.
Kawasan Lindung
175
Sumber : (Asdak, 1995)

Penggabungan/Tumpang Tindih (Overlay)


Proses penggabungan/tumpang tindih pada ArcView akan menggunakan
ekstensi geoprocessing (intersect two themes) dengan menggabungkan beberapa
peta tematik sesuai dengan parameter banjir di atas. Untuk memudahkan dalam
proses tumpang tindih, di lakukan dua tahap penggabungan sebelum mendapat
hasil

akhir. Secara ringkas alur penggabungan/tumpang tindih dapat dilihat

berdasarkan diagram pada Gambar 4 di bawah ini.


Peta Jenis Tanah
Peta Overlay I
Peta Penggunaan Lahan
Peta Overlay Akhir
Peta Kelerengan
Peta Overlay II
Peta Curah Hujan

Gambar 4. Diagram Kerja Proses Overlay


Setelah mendapat peta penggabungan akhir proses masih berlanjut karena
peta tumpang tindih akhir merupakan peta penggabungan dari empat peta tematik
yang memiliki tingkat kesulitan yang rumit dalam analisis sebab di dalam peta
tersebut mengandung banyak poligon-poligon (Budiyanto, 2009). Gambar 5
berikut memperlihatkan alur proses lanjutan dari penggabungan/tumpang tindih.

Peta Overlay Akhir

Penjumlahan Skor

Klasifikasi Skor

Peta Sebaran Kerentanan


Banjir

Proses Dissolve

Gambar 5. Alur Lanjut Proses Overlay


Pemetaan Sebaran Kerentanan Banjir
Pemetaan merupakan hasil akhir dari hasil analisis yang dimaksudkan
untuk memudahkan orang lain dalam melihat sebaran daerah kerentanan banjir.
Pembuatan peta termasuk dalam muka peta (warna, simbol peta, toponimi, dan
lain-lain), pembuatan layout peta, serta proses print out peta.
Analisis Data
Data-data penelitian kemudian akan diolah dan dianalisis secara spasial
untuk diambil sebuah kesimpulan akhir tentang tingkat kerentanan banjir di
Kabupaten Teluk Wondama. Data hasil analisis akan disajikan dalam peta, grafik,
dan tabulasi.

parameter yang akan digunakan dalam menentukan tingkat kerentanan banjir


beserta harkatnya adalah sebagai berikut (Pratomo, 2009; Nugroho, et.al., 2009) :
a. Kelerengan
Kelas kelerengan dibagi dalam 5 (lima) kelas kriteria dengan
kemiringan minimal adalah 0% dan kemiringan maksimal adalah >40%.
Pemberian harkat untuk kelas kelerengan, merupakan harkat tertinggi
dibandingkan dengan kelas parameter lainnya. Secara lengkap kelas
kelerengan dan bobotnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kelas Kelerengan
No
1.
2.
3.
4.
5.

Kriteria
(>40%)
(26-40%)
(16-25%)
(8-15%)
(0-7%)

Keterangan
Sangat curam
Curam
Agak curam
Landai
Datar

Harkat
20
40
60
80
100

Sumber : Peraturan Dirjen RLPS No. SK.167/V-SET/2004 dan Sedikit Modifikasi


Penulis, (2011)

b. Kelas Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan dibagi dalam 5 tipe yaitu berhutan hingga lahan
terbuka. Kawasan berhutan memiliki harkat terkecil karena memiliki
dampak yang kecil terhadap
lahan terbuka

diberi

harkat

timbulnya
terbesar

banjir, sedangkan
karena

sangat

kawasan

berpengaruh

terhadap munculnya bencana banjir. Pemberian harkat terhadap lima


tipe penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Kelas Penggunaan Lahan
No
1.
2.
3.
4.
5.

Kriteria
Berhutan
Perkebunan, Semak
Pertanian, Sawah, dan Tegalan
Pemukiman
Lahan Tanpa Vegetasi

Keterangan
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik

Sumber : Pratomo, (2008) dan Hasil Interpretasi Penulis, (2011)

Harkat
5
10
15
20
25

c. Kelas Jenis Tanah


Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap proses infiltrasi. Jenisjenis tanah yang memiliki tekstur halus memiliki tingkat infiltasi yang
rendah sehingga menimbulkan aliran permukaan (run off) meningkat.
Sebaliknya jenis tanah yang bertekstur kasar memiliki daya infiltrasi yang
tinggi. Semakin tinggi daya infiltrasi maka semakin rendah aliran
permukaan. Sebaliknya semakin rendah daya infiltrasi maka semakin
tinggi aliran permukaan. Harkat terhadap jenis tanah sesuai dengan
kriterianya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Kelas Jenis Tanah


No
Kriteria
1. Aluvial,
Planosol,
Hidromorf
kelabu, Laterik Air Tanah
2. Latosol
3. Tanah
hutan
cokelat,
Tanah
Mediteran
4. Andosol, Laterik, Grumosol, Podsol,
Podsolic
5. Regosol,Litosol,Organosol,Renzina

Keterangan

Harkat

Tidak Peka

15

Agak Peka
Kepekaan
sedang

30

Peka

60

Sangat Peka

75

45

Sumber : Asdak, (1995)

d. Kelas Curah Hujan

Curah hujan merupakan parameter ketiga yang sangat berpengaruh


dalam bencana banjir setelah kelerengan dan jenis tanah. Satuan curah
hujan yang digunakan adalah dalam mili meter per tahun dan penentuan
harkat untuk kelas curah hujan dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Kelas Curah Hujan
No
1.
2.
3.
4.
5.

Kriteria
01.000 mm/tahun
1.0001.500 mm/tahun
1.5002.500 mm/tahun
2.5003.500 mm/tahun
3.500-5.000 mm/tahun

Keterangan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

Sumber : Asdak, (1995), dan Interpretasi Penulis, (2011)

Harkat
10
20
30
40
50

Anda mungkin juga menyukai