MK Kontrak Swakel

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

NAMA / NIM : BAYU WIDIANTO / 1115020034

KELAS
: 2 SIPIL 2
TUGAS MANAJEMEN KONSTRUKSI I
Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup mengenai:
a. para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak;
b. rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai
pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan;
c. masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu
pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa;
d. tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli
untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;
e. hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan
konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak
penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
f. cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam
melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi;
g. cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak
tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
h. penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan;
i. pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak
kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
j. keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di
luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
k. kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau
pengguna jasa atas kegagalan bangunan;
l. perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial;
m. aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan
tentang lingkungan.
Menurut UUJK 18/1999, Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang
mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi.
Menurut PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK
INDONESIA, Kontrak kerja konstruksi selanjutnya disebut Kontrak adalah keseluruhan
dokumen yang mengatur hubungan hukum antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan
Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan Jasa Konsultansi.
Menurut Perpres no.70 Tahun 2010, Perpres no.70 Tahun 2012, dan Perpres no. 4
Tahun 2015 Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah
perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.

Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan


dan/ atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi
pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
Berdasarkan pada ketentuan pasal 26 Perpres 54/2010, jenis-jenis barang/jasa yang
pengadaannya dapat dilakukan melalui swakelola sudah tertentu. Dengan demikian pekerjaan
yang tidak memenuhi kriteria, tidak boleh diadakan melalui cara swakelola. Jenis-jenis
pekerjaan yang dimaksud adalah :
1. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau memanfaatkan
kemampuan teknis sumber daya manusia yang dimiliki K/L/D/I dan pekerjaan tersebut sesuai
dengan tugas pokok K/L/D/I yang bersangkutan. Contoh : bimbingan teknis, workshop dan
lain-lain.
2. Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung masyarakat
setempat. Contoh : perbaikan pintu irigasi/pintu pengendalian banjir, dan lainlain.
3. Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati
oleh Penyedia Barang/Jasa. Contoh : pemeliharaan rutin (skala kecil, sederhana), penanaman
gebalan rumput dan lain-lain.
4. Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga
apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan
resiko yang besar. Contoh : pengangkutan/pengerukan sampah pada instalasi pompa,
penimbunan daerah rawa dan lain-lain.
5. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan. Contoh :
pelatihan keahlian/keterampilan, kursus pengadaan barang/jasa pemerintah dan lain-lain.
6. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survey yang bersifat khusus untuk
pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia
Barang/Jasa. Contoh : prototipe rumah tahan gempa, prototipe sumur resapan, dan lain-lain.
7. Pekerjaan survey, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di
laboratorium dan pengembangan sistem tertentu. Contoh : penyusunan/pengembangan
peraturan perundang-undangan dan lain-lain.
8. Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan. Contoh : pencetakan
ijazah, pembangunan bangunan rahasia, dan lain-lain.
9. Pekerjaan Industri Kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri. Contoh : pembuatan film
animasi, pembuatan permainan interaktif dan lain-lain;
10. Penelitian dan pengembangan dalam negeri. Contoh : penelitian konstruksi tahan gempa
dan lain-lain; dan/atau
11. Pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan industri almatsus
dalam negeri. Contoh : pengembangan senjata keperluan militer dan lain-lain.

SUMBER
:
MODUL 8 TENTANG PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA
DENGAN SWAKELOLA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 14/PRT/M/2013
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999
TENTANG JASA KONSTRUKSI

Anda mungkin juga menyukai