Anda di halaman 1dari 8

JUMAT

31 JANUARI 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PNEUMOTHORAX

1. PENGERTIAN
Pneumothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura. Pneumothorax dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma (British Thoracic Society 2003).
Pneumothorax ialah didapatkannya udara didalam kavum pleura (Hendra Arif, 2000).
Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura (DR. Dr.
Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006).

2. ETIOLOGI
Pneumothoraks terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui
robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronkhus. Pelebaran alveoli dan
pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bula yang disebut granulomatus
fibrosis. Granulomatous fibrosis adalah salah satu penyebab tersaring terjadinya pneumothoraks,
karena bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi empisema.

3. KLASIFIKASI
a.

Pneumothorak spontan
Pneumothorak yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab.
b. Pneumothorak spontan primer
Suatu pneumothorak yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya.
c. Pneumothorak spontan sekunder

Suatu pneumothorak yang terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya (tunerkulosis paru,
PPOK, asma bronkial, pneumonia, tumor paru).
d. Pneumothorak traumatik
Pneumothorak yang terjadi akibat suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan yang
menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru.
e.
f.
g.

h.

i.

Pneumothorak traumatik bukan latrogenik


Pneumothorak yang terjadi karena jejas kecelakaan.
Pneumothorak traumatik latrogenik
Pneumothorak yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis.
Pneumothorak tertutup
Suatu pneumothorak dengan tekanan udara di rongga pleura yang sedikit lebih tinggi
dibandingkan tekanan pleura pada sisi hemitoraksbkontralateral tetapi tekanannya masih lebih
rendah dari tekanan atmosfer.
Pneumothorak terbuka
Terjadi karena luka terbuka pada dinding dada sehingga pada saat inspirasi udara dapat keluar
melelui luka tersebut.
Tension pneumothoraks
Terjadi karena mekanisme check valve yaitu pada saat inspirasi udara masuk kedalam rongga
pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara dari rongga pleura tidak dapat keluar.

4. PATOFISIOLOGI
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative daripada tekanan intrabronkhial,
sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara dari luaryang tekanannya

nol akan masuk ke bronchus sehingga sampe ke alveoli. Saat ekspirasi, dinding dada menekan
rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi dari tekanan dialveolus ataupun di
bronchus, sehingga udara ditekan keluar melalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat
apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu
batuk, bersin atau mengejan, karena pada keadaan ini glotis tertutup. Apabila dibagian perifer
dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah, bronkhus atau alveolus itu akan pecah atau
robek.
Secara singkat proses terjadinya pneumothoraks adalah sebagai berikut:
1. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk kea rah jaringan
peribronkhovaskuler. Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam alveoli akan meningkat.
2. Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor presipitasi yang
memudahkan terjadinya robekan.
3. Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan fibrosis di
peribronkovaskular kearah hilus, masuk mediastinum, dan menyebabkan pneumothoraks.

5. MANIFESTASI KLINIK
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
4.

Sesak dapat sampai berat, kadang bisa sampai hilang dalam 24 jam apabila sebagian paru yang
kolaps sudah mengembang kembali.
Distres pernapasan berat, agitasi, sianosis, dan takipnea berat.
Takikardi dan peningkatan awal TD diikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah
jantung.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
Hidung tampak kemerahan
Cemas, stres, tegang
Tekanan darah rendah (hipotensi)
Nyeri dada

6. KOMPLIKASI
a. Pneumothoraks tension: mengakibatkan kegagalan respirasi akut
b. Pio-pneumothoraks, hidro pneumothoraks/ hemo-pneumothoraks: henti jantung paru dan
kematian sangat sering terjadi.
c. Emfisema subkutan dan pneumomediastinum: sebagai akibat komplikasi pneumothoraks
spontan
d. Fistel bronkopleural
e. Empiema
f. Pneumothoraks simultan bilateral

7. PENATALAKSANAAN
Tindakan pneumothoraks tergantung dari luasnya pneumothoraks. Tujuannya yaitu untuk
mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi.

a.
b.
c.
d.

Prinsip-prinsip penanganan pneumothoraks menurut British Sosiety dan American


Collage of Chest Physicians adalah:
Observasi dan pemberian tambahan oksigen
Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostostomi dengan atau tanpa
pleurodesis
Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bulla
Torakotomi

8. PENGKAJIAN FOKUS
a. DEMOGRAFI
Biodata pasien yang meliputi :
1. Identitas pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Agama
e. Status perkawinan
f. Pendidikan
g. Pekerjaan
h. Tanggal Masuk
i. No. Medikal Record
j. Diagnosa medis
2. Penanggung jawab
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Pendidikan
e. Pekerjaan
f. Hubungan dengan pasien
b. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Saat Ini
Keluhan sesak napas sering kali dating mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada
dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan, dan terasa lebih nyeri pada gerakan
pernapasan. Melakukan pengkajian apakah da riwayat trauma yang mengenai rongga dada
seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan dalam paru
meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul didada atau tusukan
benda tajam langsung menembus pleura.
2. Riwayat Penyakit Dahulu.
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru dimana sering terjadi
pada pneumothoraks spontan.

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang mungkin
menyebabkan pneumothoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dan lain-lain.
c. DATA FOKUS TERKAIT PERUBAHAN FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala
: Dispnea dengan aktivitas atau istirahat.
2. Sirkulasi
Tanda
: Takikardia.
Frekuensi tak teratur/disritmia.
Irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap effusi).
Tanda Homman.
TD: hipertensi/ hipotensi.
DVJ
3. Integritas Ego
Tanda
: Ketakutan, gelisah.
4. Makanan/Cairan
Tanda
: Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus tekanan.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala
:
Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk.
Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumothorak spontan).
Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher,
bahu, abdomen (efusi pleural).
Tanda
:
Berhati-hati pada area yang sakit.
Perilaku distraksi.
Mengkerutkan wajah.
6. Pernapasan
Gejala
:
Kesulitan bernapas, lapar napas.
Batuk (mungkin gejala yang ada).
Riwayat bedah dada/trauma : penyakit paru kronis, inflamasi/infeksi paru (empiema/effusi),
penyakit interstisial menyebar (sarkoidosis), keganasan.
Pneumothorak spontan sebelumnya.
Tanda
:
Pernapasan:peningkatan frekuensi/takipnea.
Peningkatan kerja napas, penggonaan otot aksesori pernapasan pada dada dan leher, retraksi
interkotal, ekspirasi abdominal kuat.
Bunyi napas menurun atau tidak ada.
Fremitus menurun.

Perkusi dada: Hiperresonan diatas area terisi udara (pneumothorak), bunyi pekak diatas area
yang terisi cairan (hemotoraks).
Observasi dan palpasi dada: Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps,
penurunan pengembangan thoraks (area yang sakit).
Kulit: Pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.
Mental: Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif/terapi PEEP.
7. Keamanan
Gejala
:
Adanya trauma dada.
Radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala
:
Riwayat faktor resiko keluarga; tuberculosis, kanker.
Adanya bedah intratorakal/biopsi paru.
Bukti kegagalan membaik.
d. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar x dada: Menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleural; dapat menunjukan
penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
2. Laboratorium (Darah Lengkap dan Astrup)
AGD : variable tergantung pada derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik
pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2
mungkin normal/ menurun; saturasi oksigen biasanya menurun.
3. Torasentesis: menyatakan darah/ cairan serosanguinosa (hemotorak).
4. HB : mungkin menurun menunjukkan kehilangan darah

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan denagan menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam rongga pleura.
2. Resiko tinggi trauma pernapasan berhubungan dengan pemasangan WSD.
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi.
10. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
Dx: Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan denagan menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam rongga pleura.
Intervensi Keperawatan
Identifikasi faktor penyebab kolaps
spontan, trauma keganasan, infeksi
komplikasi mekanik pernapasan.

Rasional
Memahami penyebab dari kolaps paru
sangat penting untuk mempersiapkan WSD
pada pneumothoraks dan menentukan untuk
intervensi lainnya.

Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman


pernapasan, laporkan setiap perubahan
yang terjadi
Observasi tanda-tanda vital

Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan


kedalaman pernapasan, kita dapat
mengetahui sejauh mana perubahan kondisi
klien.
Peningkatan RR dan takikardi merupakan
indikasi adanya penurunan fungsi paru.

Dx: Resiko tinggi trauma pernapasan berhubungan dengan pemasangan WSD.


Intervensi Keperawatan
Perhatikan undulasi pada selang WSD

Anjurkan pasien memegang selang bila


ingin mengubah posisis
Beri penjelasan pada klien tentang
perawatan WSD
Bantu dan ajarkan klien untuk
melakukan batuk dan napas dalam yang
efektif.

Rasional
Perawat harus yakin apa yang menjadi
penyebab, segera periksa kondisi system
drainase, dan amati tanda-tanda kesulitan
bernapas.
Menghindari tarikan spontan peda selang
yang menpunyai resiko tercabutnya selang
dari rongga dada.
Meningkatakan sikap kooperatif klien dan
mengurangi resiko trauma pernapasan.
Menekan darah yang nyeri ketika batuk atau
napas dalam.

Dx: Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi.


Intervensi
Kaji patologi masalah individu

Rasional
Informasi penurunan takut karena ketidaktahuan.
Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman
kondisi dinamik dan pentingnya intervensi
terapeutik.
Identifikasi kemungkinan kambuh/ komplikasi Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat dan
jangka panjang.
keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.
Kaji ulang tanda/ gejala yang memerlukan
Berulangnya pneumothorak/ hemotorak
evaluasi medic cepat, contoh nyeri dada tibamemerlukan intervensi medik untuk mencegah/
tiba, dispnea, pernapasan lanjut.
menurunkan potensial komplikasi.
Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, contoh Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan
nutrisi baik, istirahat, latihan.
penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.

Daftar Pustaka :

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system pernapasan.
Jakarta:Salemba Medika
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
http://73554b.deviantart.com/art/Pneumothorax-210657950

Anda mungkin juga menyukai