Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok
1. Nadia Valosdita
(73.1628.601)
2. Mutiara Riyan P
(73.1628.607)
3. DiyanitaBerti K
(73.1628.609)
4. Roby Aditiya
(73.1628.628)
5. Muh. Fuad B
(73.1628.629)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi yang semakin lama semankin berkembang pesat menyebabkan
terjadinya tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak
dapat dielakkan lagi. Implementasi prinsip GCG tidak terlepas dengan implementasi tata
kelola pemerintahan yang baik (good government governance). Istilah good governance
sendiri dapat diartikan sebagai terlaksananya tata ekonomi, politik dan sosial yang baik.
Jika kondisi good governance dapat dicapai maka negara yang bersih dan responsif
(clean and responsive state) akan terujud, semaraknya masyarakat sipil (vibrant civil
society) dan kehidupan bisnis yang bertanggung jawab. Banyak perusahaan yang
mengalami keterpurukan akibat dari tata kelola perusahaan yang buruk. Apabila suatu
peusahaan menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik dapat menimbulkan sinyal
positif bagi para investor agar mau melakukan investasi pada perusahaannya tersebut.
Kebutuhan untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG dirasakan sangat kuat dalam
industri perbankan. Situasi eksternal dan internal perbankan semakin kompleks dan risiko
kegiatan usaha perbankan kian beragam. Keadaan tersebut semakin meningkatkan
kebutuhan akan praktik tata kelola perusahaan yang sehat di bidang perbankan.
Pelaksanaan GCG sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan
dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang
dengan baik dan sehat.
Tata kelola perusahaan (corporate governance) yang buruk dapat menyebabkan
terjadinya fraud (kecurangan) sebagaimana yang terjadi pada beberapa bank di Indonesia.
Dalam beberapa kasus, terjadinya fraud dapat menyebabkan kerugian pada bank yang
jumlahnya cukup besar sehingga bank tersebut dapat ditutup atau dilikuidasi, sebagai
contohnya adalah Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali yang dilikuidasi pada tahun 2005.
Penutupan atau likuidasi akibat fraud yang terjadi pada bank Asiatic dan Bank Dagang
Bali tersebut sangat merugikan stakeholders antara lain pemerintah dan investor.
Oleh karena itu perlu dipahami mengenai pentingnya menerapkan prinsip-prinsip
dan praktik GCG pada sektor perbankan. Dan perlu dilakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap praktik corporate governance pada lembaga perbankan. Dan
sejauh mana efektivitas praktik corporate governance dalam menekan jumlah fraud pada
sektor perbankan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori keagenan dalam lingkup PT Bank Mandiri Tbk. ?.
2. Apakan peran tata kelola dan tata kelola bisnis untuk mengatasi konflik kepentingan
pada PT Bank Mandiri Tbk. ?.
PEMBAHASAN
Bank Mandiri Company Profil
Bercita-cita menjadi The Best Bank in ASEAN 2020, Bank Mandiri menetapkan tiga
aspirasi yang akan menjadi fokus Bank Mandiri di tahun 20152020. Salah satu aspirasi
Bank Mandiri adalah Broadersocio economic impact dimana Bank Mandiri akan terus
berupaya menjadi perusahaan yang terkemuka dalam pencapaian non-keuangan di antaranya
menjadi perusahaan terkemuka pilihan utama pencari kerja, menjadi perusahaan kebanggaan
Indonesia dan menjadi perusahaan terkemuka dalam penerapan Good Corporate Governance
(GCG). Bank Mandiri menjadikan implementasi GCG sebagai salah satu hal utama yang
harus dicapai untuk menjadi The Best Bank in ASEAN 2020.
Bank Mandiri menyadari bahwa melalui penerapan GCG maka Bank Mandiri akan
tumbuh menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan dapat mencapai tujuannya. Untuk itu,
Bank Mandiri berkomitmen untuk senantiasa menempatkan GCG sebagai fondasi utama
dalam menjalankan bisnis perusahaan serta untuk mempertahankan eksistensi perusahaan
dalam menghadapi tantangan dan persaingan usaha dimasa-masa mendatang khususnya di
sektor industri perbankan. Komitmen ini didukung penuh oleh seluruh jajaran manajemen
dan karyawan Bank Mandiri.
Upaya penerapan GCG yang telah dilaksanakan Bank Mandiri ini terbukti telah
memberikan kontribusi yang positif serta telah memberikan manfaat yang nyata bagi Bank
Mandiri, antara lain meningkatnya daya saing perusahaan, kinerja perusahaan serta
meningkatnya kepecayaan para pemangku kepentingan (stakeholder) Bank Mandiri
khususnya investor lokal maupun luar negeri. Berdasarkan hal tersebut dan untuk tetap
menjaga terpeliharanya kepercayaan dan kepentingan stakeholder Bank Mandiri secara terus
menerus dan konsisten meningkatkan komitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai integritas
dan GCG dalam menjalankan setiap aktivitas bisnisnya. Seluruh jajaran Bank Mandiri
meyakini bahwa pemenuhan aspek-aspek GCG dapat mendukung tujuan bank baik dalam
mencapai kinerja terbaik, profitabilitas dan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan,
serta keberlangsungan bisnis jangka panjang.
Sejarah Bank Mandiri
Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program
restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli
1999, empat bank milik Pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank
Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi Bank
Mandiri. Sejarah keempat bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu.
Keempat bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan di
Indonesia.
Pada tahun 2000 sampai dengan 2003 setelah marger, Bank Mandiri melakukan
proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu Bank Mandiri menutup 194 kantor
cabang yang saling berdekatan, rasionalisasi jumlah karyawan menjadi 17.620 dari jumlah
gabungan sebanyak 26.600 dan mengganti platform teknologinya secara menyeluruh.
Dibutuhkan waktu 3 tahun dengan investasi sebesar US$ 200 juta demi mengembangkan
program untuk menggantikan core banking platform sebelumnya agar sesuai dengan standar
perbankan ritel. Selain itu brand
kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Pada tahun 2003 Bank Mandiri melakukan IPO
(Initial Public Offering).
Tahun 2005-2010 Bank Mandiri mencanangkan program transformasi untuk menjadi
bank yang unggul di regional (regional champion). Transformasi dilakukan dengan 4 strategi
utama yaitu implementasi budaya, pengendalian non performance loan secara agresif,
meningkatkan pertumbuhan bisnis yang melebihi rata-rata pertumbuhan pasar dan
pengembangan dan pengelolaan program aliansi antar direktorat atau business unit.
Tahun 2010 - 2014 Bank Mandiri melaksanaan transformasi lanjutan dimana Bank
Mandiri telah melakukan revitalisasi visinya menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang
paling dikagumi dan selalu progresif. Tahun 2015 2020 Bank Mandiri melanjutkan tahap
Corporate Plan, tahun 2015 ini menjadi tahun penting Bank Mandiri memasuki tahun
pertama tahap corporate plan.
Visi dan Misi Bank Mandiri
a. Visi Bank Mandiri yaitu Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi
dan selalu progresif.
b. Misi Bank Mandiri yaitu :
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar.
Mengembangkan sumber daya manusia profesional.
Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder.
Melaksanakan manajemen terbuka.
Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan.
Untuk mencapai misinya Bank Mandiri akan selalu berkomitmen membangun
hubungan jangka panjang yang didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis maupun
perseorangan. Bank Mandiri akan memberikan pelayanan kepada seluruh nasabah dengan
standar layanan internasional melalui penyediaan solusi keuangan yang inovatif. Bank
Mandiri ingin dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan kerjasama tim yang terbaik.
Dengan mewujudkan pertumbuhan dan kesuksesan bagi nasabah, Bank Mandiri mengambil
peran aktif dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang Indonesia dan selalu
menghasilkan imbal balik yang tinggi secara konsisten bagi pemegang saham.
Teori Keagenan
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders)
sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak
oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka
biaya
keagenan
(agency
cost).
Jensen
dan
Meckling
(1976)
mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk
melakukan pengawasan terhadap agen. Hampir mustahil bagi perusahaan untuk
memiliki zero agency cost dalam rangka menjamin manajer akan mengambil keputusan
yang optimal dari pandangan shareholders karena adanya perbedaan kepentingan yang
besar diantara mereka.
Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan
mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham oleh
manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang
berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer
merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Proses ini
dinamakan dengan bonding mechanism, yaitu proses untuk menyamakan kepentingan
manajemen melalui program mengikat manajemen dalam modal perusahaan.
Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen salah
satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow). Kelebihan
arus kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan
kegiatan utama perusahaan. Ini menyebabkan perbedaan kepentingan karena pemegang
saham
lebih
menyukai
investasi
yang
berisiko
tinggi
yang
juga
menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan risiko
yang lebih rendah.
2. Upaya Mengurangi Konflik Kepentingan
Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk
mengurangi konflik kepentingan, yaitu: a) meningkatkan kepemilikan saham oleh
manajemen (insider ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih
(earning after tax), c) meningkatkan sumber pendanaan melalui utang, d) kepemilikan
saham oleh institusi (institutional holdings).
Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara yang
dapat
dilakukan
dalam
meningkatkan insider
mengurangi
ownership.
masalah
Perusahaan
keagenan.
meningkatkan
Pertama,
bagian
dengan
kepemilikan
konflik
keagenan
dispersion dapat
mengurangi
biaya
keagenan ekuitas (agency cost). Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau menantang keberadaan
manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan
dalam perusahaan.
3. Peran Tata Kelola dan Tata Kelola Bisnis Untuk Mengatasi Konflik Kepentingan
Kelemahan mendasar pada perekonomian di Indonesia terutama diakibatkan
oleh beberapa hal, yaitu : kinerja keuangan yang buruk, daya saing yang rendah,
ketiadaan profesionalisme, tidak responsif terhadap perubahan dalam lingkungan
bisnis, pengelolaan ekonomi dan sektor usaha yang kurang efisien serta sistem
perbankan yang rapuh. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara
krisis ekonomi, krisis finansial dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan
lemahya corporate governance.
Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen,
direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan
(stakeholders) lainnya yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan. Good
Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. Di Indonesia penerapan
GCG telah dibuatkan perdomannya oleh Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) melalui bukunya yang baru dirilis tahun 2006 dengan judul Pedoman Umum
Good Corporate Governance Indonesia.
Good Corporate Governance
GCG adalah adalah suatu pola hubungan antara manajemen dengan stakeholders,
manajemen dengan dewan komisaris, dan antar manajemen yang didasarkan pada etika,
Corporate Culture dan Corporat Values yang ditunjang oleh suatu sistem, proses, pedoman
kerja dan organisasi untuk mencapai kerja yang maksimal.
Implementasi tata kelola perusahaan yang baik merupakan alat untuk menjaga
kelangsungan bisnis, menjaga kepercayaan para stakeholder, dan menumbuhkan integritas
perusahaan. Sebagai Bank yang memiliki aspirasi untuk menjadi The Best Bank in ASEAN
2020, dan dalam menghadapi era perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
Bank Mandiri terus berupaya mengikuti perkembangan praktik terbaik Corporate
Governance baik di tingkat nasional maupun regional.
Untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan pada level yang lebih tinggi, BankMandiri
senantiasa membangun sinergi dan aliansi bisnis yang kuat antara Bank Mandiri dan seluruh
Perusahaan Anak melalui Tata Kelola Terintegrasi guna menciptakan nilai tambah bagi
Mandiri Group secara berkelanjutan.
Manfaat GCG yaitu:
1. Meningkatkan kesungguhan manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, kewajaran, dan kehati-hatian dalam
2.
3.
4.
5.
pengelolaan bank.
Meningkatkan kinerja bank, efisiensi dan pelayanan kepada stakeholders.
Menarik minat dan kepercayaan investor.
Memenuhi kepentingan shareholders atas peningkatan shareholders values dan dividen.
Melindungi Bank Mandiri dari invensi politik dan tututan hukum.
Bank menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing organ Bank yang
selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi Bank dan menetapkan
manapun.
5. Kewajaran (Fairness)
Bank memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan asas kesetaraan
saham minoritas dan stakeholders lainnya. Selaku Komisaris Independen dan Pihak
Independen harus dapat terlepas dari benturan kepentingan (conflict of interest).
Dalam rangka mendukung pelaksanaan GCG Bank, pemegang saham dalam RUPS
menetapkan Komisaris Independen dengan jumlah dan persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan guna menjalankan tugas pengawasan
terhadap bank dan kelompok usaha bank yang tidak melakukan kegiatan usaha bank.
c. Komite-Komite Di Bawah Komisaris
Dalam menjalankan tugasnya, komisaris membentuk komite-komite :
1. Komite Audit, membantu komisaris dalam pengawasan atas hal-hal yang terkait
dengan informasi keuangan, sistem pengendalian internal dan efektivitas pemeriksaan
oleh auditor eksternal dan internal.
2. Komite Nominasi dan Remunerasi, membantu komisaris dalam menjalankan fungsi
pengawasan atas hal-hal yang terkait dengan penetapan kualifikasi dan proses
nominasi serta remunerasi komisaris, direksi dan para pejabat eksekutif.
3. Komite Kebijakan Risiko membantu komisaris dalam menjalankan fungsi
pengawasan kebijakan risiko usaha.
4. Komite GCG, membantu komisaris dalam memberikan rekomendasi arah kebijakan
implementasi prinsip-prinsip GCG.
d. Direksi
Seperti halnya pemberhentian komisaris, pemberhentian direksi hanya bisa dilakukan
oleh pemegang saham dalam RUPS. Karena Bank Mandiri adalah suatu Badan Usaha
Milik Negara yang telah terbuka, anggaran dasar bank mengatur bahwa pengangkatan
Direksi oleh RUPS harus disetujui oleh pemegang saham dwiwarna seri A (Negara
Republik Indonesia). Lebih lanjut anggaran dasar mengatakan bahwa hanya pemegang
saham dwiwarna seri A yang berhak mengajukan pencalonan kepada RUPS. Penunjukan
tersebut efektif setelah Direksi terpilih lulus fit and proper test Bank Indonesia.
Tahap Implementasi GCG Bank Mandiri
1. Perumusan governance commitment : merumuskan visi, misi dan strategi Bank Mandiri
dengan revitalisasi Bank Mandiri
2. Government Structure : menyempurnakan struktur dan infrastruktur GCG agar proses
pelaksanaan prinsip GCG dapat menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan
stakeholder.
3. Penyempurnaan governance mechanism : memastikan efektivitas proses implementasi
GCG yang di dukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur GCG.
4. Sosialisasi dan evaluasi: sosialisasi dan evaluasi yang dilakukan untuk menjamin
implementasi prinsip GCG secara berkesmbungan.
5. Walking the talk : implementasi GCG secara disiplin dan konsisten yang diwujudkan
dalam tindakan nyata oleh seluruh jajaran Bank Mandiri
Implementasi Good Corporate Governance
Bank Mandiri terus melakukan penguatan Good Corporate Governance (GCG) secara
berkelanjutan dan konsisten melalui proses dari waktu ke waktu. Implementasi GCG Bank
Mandiri telah dilakukan secara terstuktur dengan tahapan sebagai berikut:
1998
(Awal
Merger)
2000 2001
Peletakan Dasar-
Dasar
Governance
Commitment,
GCG
- Surat Keputusan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris tentang Code of
Structure
And Mechanisms
2003
sebesar 6,2, meningkat dari penilaian tahun sebelumnya dengan skor 5,4.
Dalam rangka pelaksanaan IPO, Bank Mandiri telah melakukan
Initial Public
Offering
berikut :
(IPO)
Bank Mandiri
- Komite Audit
- Komite Pemantau Risiko
- Komite Remunerasi dan Nominasi
- Komite GCG
Pembentukan Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)
Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku bagi perusahaan publik
Melaksanakan keterbukaan informasi secara tepat waktu, antara lain dalam
publikasi Laporan Keuangan, informasi maupun peristiwa atau fakta
material
Menyusun Laporan Tahunan yang tepat waktu, memadai, jelas dan akurat
Menghormati dan memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas
Mengikuti penilaian implementasi GCG oleh Lembaga Independen yaitu
2005
Transformasi
Budaya
2008-2010
Transformasi
Budaya
Lanjutan
Uang & Pencegahan Pendanaan Teroris, Risk Based Audit Tools dan Sistem
Informasi Manajemen Audit.
Pengambilan keputusan bisnis maupun keputusan manajemen lainnya
dengan
mempertimbangkan
prinsip-prinsip
GCG
serta
senantiasa
gratifikasi
yang
sejalan
dengan
himbauan
Komisi
diselenggarakan KPK.
Rating GCG oleh The Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD)
dalam ajang ASEAN CG Scorecard, Bank Mandiri meraih kategori The Best
Overall.
Rating GCG oleh Corporate Governance Asia (CGA) yang berkedudukan
di Hongkong, Bank Mandiri meraih predikat ICON in Corporate
Governance.
himbauan KPK.
Melakukan transformasi tahap 3
ini
Kode Etik
Kode etik merupakan pedoman perilaku jajaran bank dalam menjalankan tugas dan
kedinasan sehari-hari serta dalam melakukan hubungan bisnis dengan para nasabah, rekanan
maupun rekan kerja. Adanya aturan dasar tersebut yang dimuat dalam Kode Etik (Code of
Conduct), menjadikan salah satu komitmen bank terhadap prinsip-prinsip GCG, yang selama
ini mendukung bank untuk mancapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Muatan kode etik
Bank Mandiri berisikan pengaturan etika kerja dan etika bisnis. Etika kerja yang mengatur
Jajaran Bank dalam berperilaku, mencakup aspek sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Benturan Kepentingan
Kerahasiaan
Penyalahgunaan Jabatan
Perilaku Insiders
Integritas dan Akurasi Data Bank
Integritas Sistem Perbankan
Adapun etika bisnis sebagai dasar perilaku jajaran bank dalam menjalankan aktivitas bisnis,
mencakup aspek berikut:
1. Perilaku Individu
2. Perlindungan Terhadap Harta Milik Bank
3. Penyelenggaraan Bisnis Bank
Upaya implementasi dan penegakkan kode etik Bank Mandiri dilakukan dengan penuh
kesadaran secara terus-menerus dalam bentuk sikap, perbuatan, komitmen serta ketentuan,
dilakukan antara lain dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
Pernyataan Kepatuhan Kode Etik Bank Mandiri untuk menerapkan kode etik yang efektif.
Komitmen Manajemen dan Seluruh Pegawai Bank Mandiri.
Annual Disclosure Benturan Kepentingan.
Pakta Integritas.
Program Awareness
KESIMPULAN
Penerapan prinsip good corporate governance secara komprehensif menjadi faktor
penting dalam menentukan tingkat profitabilitas perseroan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Bank terbesar di Indonesia dari sisi aset ini memperkuat penerapan prinsip good corporate
governance (GCG) dalam setiap bisnis proses hingga mendapat pengakuan dari jurnal
Corporate Governance Asian (CGA) (Annual Recognition Award ) 2013 sebagai ikon
penerapan GCG terbaik di Indonesia. Penghargaan The Best of Asia ini merupakan yang
kelima kalinya disematkan kepada Bank Mandiri secara berturut-turut.
Hal ini tidak mustahil terjadi pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk karena bank telah
mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG, kode etik dan perilaku secara efektif dan efisien
serta sebagai dasar kegiatan operasional yang sehat dan aman. Bank Mandiri berusaha
menciptakan iklim usaha yang bersih dan sehat dengan berusaha menekan perilaku fraud
dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada tiap level bisnis.