PENDAHULUAN
Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver
function test adalah sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau protein
tertentu di dalam darah. Tes fungsi hati umumnya digunakan untuk membantu
mendeteksi, menilai dan memantau penyakit atau kerusakan hati.
Berbagai penyakit & infeksi dapat menyebabkan kerusakan akut
maupun kronis pada hati yaitu menyebabkan peradangan, luka, sumbatan
saluran empedu, kelainan pembekuan darah, dan disfungsi hati. Alkohol,
obat-obatan, dan beberapa suplemen herbal, serta racun juga bisa memberikan
ancaman. Jika besarnya kerusakan cukup bermakna, maka akan menimbulkan
gejala-gejala jaundice, urine gelap, tinja berwarna keabuan terang, pruritus,
mual, kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa berkurang atau bertambah
secara tiba-tiba. Deteksi dini penting untuk diagnosis lebih awal guna
minimalisasi kerusakan dan menyelamatkan fungsi hati.
Laboratorium adalah tempat untuk menganalisa sampel dan
mengeluarkan hasil yang dapat dipertanggung jawabkan secara medis,
penegakkan diagnosa dokter dapat merujuk dari hasil yang diperoleh dari
laboratorium. Sampel pemeriksaan laboratorium dapat berupa urin, darah,
tinja dan sputum. Dalam pemeriksaan fungsi hati di gunakan beberapa
parameter pemeriksaan yaitu
(ALP).
7)
8)
9)
10)
Rak tabung
Tabung reaksi
Mikropipet 20 l
Mikropipet 1000 l
5) Kapas basah
11) Tip Kuning
6) Alkohol
12) Tip Biru
b) Bahan
1) Serum
2) Reagen Kinetik Photometric
2. Analitik
a) Tujuan
Mengetahui adanya gangguan faal hati
b) Metode
Kalorimetri untuk menentukan orthophosphoric
Phosphohydrolase
c) Bahan pemeriksaan
Serum atau plasma heparin.
d) Prinsip
Alkali phosphatase mengkatalisa
dalam
media
monoester
alkali
yang
Kadar ALP dapat mencapai nilai sangat tinggi (hingga 20 x lipat nilai
normal) pada sirosis biliar primer, pada kondisi yang disertai struktur hati
yang kacau dan pada penyakit-penyakit radang, regenerasi, dan obstruksi
saluran empedu intrahepatik. Peningkatan kadar sampai 10 x lipat dapat
dijumpai pada obstruksi saluran empedu ekstrahepatik meskipun obstruksi
hanya sebagian. Sedangkan peningkatan sampai 3 x lipat dapat dijumpai pada
penyakit hati oleh alcohol, hepatitis kronik aktif, dan hepatitis oleh virus.
Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan
aktifitas osteoblastik (pembentukan sel tulang) yang abnormal, misalnya pada
penyakit Paget. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi pada anak, baik
sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal karena pertumbuhan
tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk membedakan ALP
hepar atau tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati
dan tulang; ALP1 menandakan penyakit hati dan ALP2 menandakan penyakit
tulang.
Jika gambaran klinis tisak cukup jelas untuk membedakan ALP hati
dari isoenzim-isoenzim lain, maka dipakai pengukuran enzim-enzim yang
tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan pertumbuhan tulang. Enzim-enzim itu
adalah : 5nukleotidase (5NT), leusine aminopeptidase (LAP) dan gammaGT. Kadar GGT dipengaruhi oleh pemakaian alcohol, karena itu GGT sering
digunakan untuk menilai perubahan dalam hati oleh alcohol daripada untuk
pengamatan penyakit obstruksi saluran empedu.
kadar
contohnya
hipotiroidisme,
malnutrisi,
MATA KULIAH
DOSEN
: YONDRI N. TASIDJAWA
PAPE R
ALKALI PHOSPAT (ALP)
OLEH
SOFYA IMAWATI
(14.901.530)
(14.901.539)
THIARA
(14.901.544)
(14.901.553)