Dosen
OLEH
NAMA
: SOFYA IMAWATI
NIM
: 14.901.530
KELAS
: C.14
I.
Hemagglutination Assay)
B. Tujuan
D. Prinsip
pinta
dan
Treponema
pallidum
endemicum
yang
dengan aktivitas toksigenik yang kecil dan tidak mampu bertahan hidup
diluar tubuh host mamalia. Treponema pallidum akan mati dalam 4 jam
bila terpapar oksigen dengan tekanan atmosfer 21%.Keadaan sensitivitas
tersebut dikarenakan bakteri ini kekurangan superoksida dismutase,
katalase, dan oxygen radical scavengers. Superoksida dismutase yang
mengkatalisis perubahan anion superoksida menjadi hidrogen peroksida
dan air, tidak ditemukan pada kuman ini. Treponema pallidum tidak dapat
menular melalui benda mati seperti bangku, tempat duduk toilet, handuk,
gelas, atau benda-benda lain yang bekas digunakan/dipakai oleh
pengindap, karena pengaruh suhu dan rentang pH. Suhu yang cocok untuk
organisme ini adalah 30-370C dan rentang pH adalah 7,2-7,4.
Penularan bakteri ini biasanya melalui hubungan seksual (membran
mukosa vagina dan uretra), kontak langsung dengan lesi/luka yang
terinfeksi atau dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya melalui plasenta
pada stadium akhir kehamilan. Treponema pallidum masuk dengan cepat
melalui membran mukosa yang utuh dan kulit yang lecet, kemudian
kedalam kelenjar getah bening, masuk aliran darah, kemudian menyebar
ke seluruh organ tubuh. Bergerak masuk keruang intersisial jaringan
dengan cara gerakan cork-screw (seperti membuka tutup botol). Beberapa
jam setelah terpapar terjadi infeksi sistemik meskipun gejala klinis dan
serologi belum kelihatan pada saat itu. Darah dari pasien yang baru terkena
sifilis ataupun yang masih dalam masa inkubasi bersifat infeksius. Waktu
berkembangbiak Treponema pallidum selama masa aktif penyakit secara
invivo 30-33 jam. Lesi primer muncul di tempat kuman pertama kali
masuk, biasanya bertahan selama 4-6 minggu dan kemudian sembuh
secara spontan. Pada tempat masuknya, kuman mengadakan multifikasi
dan tubuh akan bereaksi dengan timbulnya infiltrat yang terdiri atas
limfosit, makrofag dan sel plasma yang secara klinis dapat dilihat sebagai
papul. Reaksi radang tersebut tidak hanya terbatas di tempat masuknya
kuman tetapi juga di daerah perivaskuler (Treponema pallidum berada
diantara endotel kapiler dan sekitar jaringan), hal ini mengakibatkan
hipertrofi endotel yang dapat menimbulkan obliterasi lumen kapiler
(endarteritis obliterans). Kerusakan vaskular ini mengakibatkan aliran
darah pada daerah papula tersebut berkurang sehingga terjadi erosi atau
ulkus dan keadaan ini disebut chancre.
Perjalanan penyakit sifilis bervariasi dan biasanya dibagi menjadi
sifilis stadium dini dan lanjut. Stadium dini lebih infeksius dibandingkan
dengan stadium lanjut. Sifilis stadium dini terbagi menjadi sifilis primer,
sekunder dan laten dini. Sifilis stadium lanjut termasuk sifilis tersier
(gumatous, sifilis kardiovaskular, neurosifilis) dan sifilis laten lanjut.
Sifilis Primer Manifestasi klinis awal sifilis adalah papul kecil
soliter, kemudian dalam satu sampai beberapa minggu, papul ini
berkembang menjadi ulkus. Lesi klasik dari sifilis primer disebut dengan
chancre, ulkus yang keras dengan dasar yang bersih, tunggal, tidak nyeri,
merah, berbatas tegas, dipenuhi oleh spirokaeta dan berlokasi pada sisi
Treponema pallidum pertama kali masuk. Chancre dapat ditemukan
dimana saja tetapi paling sering di penis, servik, dinding vagina rektum
dan anus. Dasar chancre banyak mengandung spirokaeta yang dapat dilihat
dengan mikroskoplapangan gelap atau imunofluresen pada sediaan
kerokan chancre.
Sifilis Sekunder Apabila tidak diobati, gejala sifilis sekunder akan
mulai timbul dalam 2 sampai 6 bulan setelah pajanan, 2 sampai 8 minggu
setelah chancre muncul. Sifilis sekunder adalah penyakit sistemik dengan
spirokaeta yang menyebar dari chancre dan kelenjar limfe ke dalam aliran
darah dan ke seluruh tubuh, dan menimbulkan beragam gejala yang jauh
dari lokasi infeksi semula. Sistem yang paling sering terkena adalah kulit,
limfe, saluran cerna, tulang, ginjal, mata, dan susunan saraf pusat.
Sifilis Laten
hilangnya gejala klinis sifilis sekunder sampai diberikan terapi atau gejala
klinik tersier muncul. Sifilis laten dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu
sifilis laten dini dan lanjut. Sifilis laten dini terjadi kurang satu tahun
setelah infeksi sifilis sekunder, 25% diantaranya mengalami relaps sifilis
sekunder yang menular, sedangkan sifilis laten lanjut muncul setelah satu
tahun. Relaps ini dapat terus timbul sampai 5 tahun. Pasien dengan sifilis
laten dini dianggap lebih menular dari sifilis laten lanjut. Pemeriksaaan
serologi pada stadium laten lanjut adalah positif, tetapi penularan secara
seksual tidak.
Sifilis Tersier
guma kronik, lembut, seperti tumor yang inflamasi dengan ukuran yang
berbeda-beda. Gumma ini biasanya mengenai kulit, tulang dan hati tetapi
dapat juga muncul dibahagian lain. Gumma merupakan lesi yang
granulomatous, nodular dengan nekrosis sentral, muncul paling cepat
setelah dua tahun infeksi awal, meskipun guma bisa juga muncul lebih
lambat. Lesi ini bersifat merusak biasanya mengenai kulit dan tulang,
meskipun bisa juga muncul di hati, jantung, otak, lambung dan traktus
respiratorius atas. Lesi jarang yang sembuh spontan tetapi dapat sembuh
secara cepat dengan terapi antibiotik yang tepat. Guma biasanya tidak
menyebabkan komplikasi yang serius, disebut dengan sifilis benigna lanjut
(late benign syphilis). Sifilis primer didiagnosis berdasarkan gejala klinis
ditemukannya satu atau lebih chancre (ulser). Pemeriksaan Treponema
pallidum dengan mikroskop lapangan gelap dan DFA-TP positif. Sifilis
sekunder ditandai dengan ditemukannya lesi mukokutaneus yang
terlokalisir atau difus dengan limfadenopati. Terkadang chancre masih
ditemukan. Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap dan DFA-TP positif.
Sifilis laten tanpa gejala klinis sifilis dengan pemeriksaan nontreponemal
dan treponemal reaktif (tanpa diagnosis sifilis sebelumnya), riwayat terapi
sifilis dengan titer uji nontreponemal yang meningkat dibandingkan
dengan hasil titer nontreponemal sebelumnya. Sifilis tersier ditemukan
guma dengan pemeriksaan treponemal reaktif, sekitar 30% dengan uji
nontreponemal yang tidak reaktif.
2. Bahan :
Serum
G. Analitik
1. Prosedur Kualitatif
a) Teteskan masing masing 1 tetes (25 ul) serum diluent kelubang
1,3,4 dan 5 untuk lubang ke-2 tambahkan serum 1 tetes (100 ul)
b) Teteskan 25 ul serum pada lubang 1 dan lakukan pengenceran
sampai lubang ke-5 dengan cara ambil 25 ul dari lubang 1 dan di
simpan ke lubang 2 lalu homogenkan. Ambil dari lubang 2 ke lubang
3 lalu homogenkan. Begitu seterusnya sampai lubang ke 5. Sehingga
di dapat pengenceran
1
2 ,
1 1 1 1
10, 20, 20, 40,
terakhir
1
2 ,
1 1 1 1
10, 80, 80, 160,
menjadi
1
160 ,
1
1
1
320, 640, 2560.
H. Interpretasi Hasil
1. Uji kualitatif
a. Reaktif (+) : jika terjadi aglutinasi
b. Non reaktif (-) : jika tidak terjadi aglutinasi
Jika hasil reaktif maka hasil reaksi dilanjutkan ke uji kuantitatif.
2. Uji kuantitatif
a. Reaktif (+) : jika terjadi aglutinasi
b. Non reaktif (-) : jika tidak terjadi aglutinasi
-hemolisa
yang
menyebabkan
rematik,tonsillitis,dan glomerulus.
C. Metode
: Aglutinasi latex untuk menentukan anti-ALO
dalam serum secara invitro.
D. Prinsip
: Reagen ASO direct latex adalah sebuah suspense
partikel lateks polystyrene yang telah disensitisasi ddengan
streptolisin-O. Ketikan reagen dicampur dengan serum yang
mengandung antibody anti-SLO, terjadi sebuah reaksi Ag-Ab
yang dapat dilihat secara visual karena timbulnya aglutinasi.
E. Dasar teori
Streptokokus grup A (Streptokokus beta hemolitik) dapat
menghasilkan berbagai produk ekstraseluler yang mampu merangsang
pembentukan antibodi. Antibodi itu tidak merusak kuman dan tidak
memiliki daya perlindungan, tetapi adanya antibodi tersebut dalam serum
menunjukkan bahwa di dalam tubuh baru saja terdapat Streptokokus yang
aktif. Antibodiyang terbentuk adalah Antistreptolisin O, Antihialuronidase
(AH), antistreptokinase (Anti-SK), anti-desoksiribonuklease B (AND-B),
dan
anti
nikotinamid
adenine
dinukleotidase(anti-NADase).Demam
a) Menyiapkan tabung
b) Memasukkan 100 ul larutan NaCl 0,9 % kesemua tabung.
Misal : Tabung 1 Pengenceran
Tabung 2 Pengenceran
Tabung 3 Pengenceran 1/8
Tabung 4 Pengenceran 1/16
c) Menambahkan 100 ul serum kedalam tabung 1, homogenkan
d) Memipet 100 ul dari tabung 1 ke tabung 2, dari tabung 2 ke tabung
3, dari tabung 3 ke tabung 4. Lalu memipet lagi 100 ul dari tabung 4
kemudian dibuang.
e) Memipet 50 ul dari tabung 1 ke slide kolom 1, memipet 50 ul dari
tabung 2 ke slide kolom 2 begitu seterusnya
f) Menambahkan 1 tetes reagen lateks ke semua kolom pada slide.
g) Pembacaan tidak boleh > 5 menit
h) Volume titer : x 200 ul = 400 u/L
x 200 ul = 800 u/L
1/8 x 200 ul = 1600 u/L
1/16 x 200 = 3200 u/L
200 ul dari 100 ul NaCl 0,9% + 100 ul serum.
i) Jika masih positif pengenceran dilanjutkan.
H. Interpretasi Hasil
1. Uji kualitatif :
a. ASTO (+) : terjadi aglutinasi (kadar 200 IU /ml)
b. ASTO (-) : tidak terjadi aglutinasi
2. Uji Semi kuantitatif
Titer : Pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan aglutinasi.
dan
D. Prinsip
penyakit
jaringan
penyambung
sistemik
dan
kronis
manusia.jika
siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat
bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi
kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat
menyebabkan demam, dapat terjadi berulang.
F. Pra analitik
1. Alat :
a) Mikropipet 40 mikro liter
b) Pipet tetes/Pasteur
c) Slide
d) Reagen isi Kit
1) LR 40 atau 100 ml Reagen Lateks RF (tutup putih)
Suspensi partikel lateks Polistirene putih yang diikatklan
pada IgG manusia 1.0%
2) PC 0.5 ml atau 1,0 ml serum kontrol positif (tutup merah).
Serum kontrol dari domba, siap pakai, menghasilkan
aglutinasi anti-human IgG yang jelas
3) NC 1,0 ml Serum kontrol negatif
(tutup
hijau)