Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Perkembangan pendidikan Islam mempunyai sejarah yang tidak bisa kita lepaskan
dengan sejarah kemunculannya. Kalau kita lihat masyarakat Arab, dimana Islam lahir dan
pertama kali berkembang, kedatangan Islam lengkap dengan usaha-usaha pendidikan yang
merupakan upaya transformasi besar menuju perubahan. Sebab, masyarakat pra-Islam pada
dasarnya merupakan masyarakat yang tidak memiliki sistem pendidikan formal. Namun,
motivasi atau semangat untuk berubah sudah ditunjukkan umat Islam sejak awa, ketika
diturunkannya surat al-Alaq 1-5.
Pada masa awal perkembangan Islam di Indonesia, pendidikan formal yang sistematis
belum terselenggara. Pendidikan yang berlangsung bisa dikatakan umumnya bersifat
nonformal ; dan inipun berkaitan dengan upaya-upaya dakwah Islamiyah. Berupa
penyebaran, dan penanaman dasar-dasar kepercayaan dan ibadah Islam yang dilakukan oleh
pedagang yang berasal dari Timur Tengah.
Di Indonesia, pendidikan Islam baru dikenal sejak kedatangan Islam itu sendiri ke
Indonesia.Sejarah pendidikan Islam sama tuanya dnegan masuknya agama tersebut ke
Indonesia.1 Hal ini karena pemeluk agama baru tersebut sudah barang tentu ingin
mempelajari dan mengetahui lebih mendalam tentang ajaran-ajaran Islam. Ingin pandai
shalat, berdoa dan membaca al-Quran yang menyebabkan timbulnya proses belajar,
meskipun dalam pengertian yang amat sederhana. Dari sinilah mulai timbul pendidikan
Islam, dimana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar, masjid dan kemudian
berkembang menjadi pondok pesantren. Setelah itu, baru timbul sistem madrasah yang
teratur.

1 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia ; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan


Perkembangannya, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1995), hlm.2.
1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan Bidang Kajian dalam Pendidikan Islam
1. Pendidikan Islam Masa Klasik (Masa Rasulullah saw)
Kurikulum pada masa Rasulullah saw baik pada periode Mekkah ataupun periode
Madinah adalah al-Quran. Kurikulum pendidikan di Mekkah berisi materi
pengajaran yang berkaitan dengan akidah dan akhlak mulia dalam arti yang luas.
Yakni akidah yang dapat mengubah keyakinan dan pola pikir masyarakat yang
semula mempertuhankan benda-benda yang tidak berdaya sebagai tempat memohon
sesuatu, menjadi orang yang meyakini adanya Allah swt yang memiliki berbagai
sifat kesempurnaan dan jauh dari sifat-sifat kekurangan dan sebagau pencipta segala
seuatu yang ada di alam jagad raya untuk kepentingan manusia.
Adapun yang dimaksud dengan akhlak mulia adalah akhlak yang bukan hanya
menunjukkan keshalihan individual dengan mengerjakan serangkaian ibadah dan
bersikap ramah dan tawadhu, melainkan juga akhlak mulia dalam praktik
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Selain berisi pelajaran tentang akidah dan
akhlak,kurikulum pendidikan di Mekkah juga berisi ajaran tentang pokok-pokok
agama, ibadah dan membaca al-Quran.2
Kurikulum pendidikan di Madinah selain berisi materi pengajaran yang berkaitan
dengan akidah dan akhlak, juga pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antarkaum
muslimin, pendidikan kesejahteraan sosial dan kesejahteraan keluarga kaum kerabat,
pendidikan anak-anak, pendidikan tauhid, pendidikan shalat, pendidikan adab sopan
santun, pendidikan kepribadian, dan pendidikan pertahanan keamanan.3 Sedangkan
materi yang berkaitan scientific belum dijadikan sebagai mata pelajaran. Nabi ketika
itu hanya memberikan dorongan untuk memperhatikan kejadian tentang manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam raya.4
2. Pendidikan Islam Masa Khulafaur Rasyidin
2 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm. 81.
3 Ibid., hlm. 94.
4 Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2004),
hlm. 15.
2

Pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq pola pendidikan pada masa Abu Bakar
masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga
pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau
keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya.
Khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan
penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di
masjid-masjid dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk
tiap-tiap daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-Quran
dan ajaran Islam lainnya.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak
jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan
apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai
pendidikan Islam.
Pada masa Ali terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia
berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali
berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat
itu Ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan
perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi seluruh
masyarakat Islam.5
3. Pendidikan Islam Masa Pertengahan
a. Bidang Kajian Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
Kurikulum pendidikan Islam pada masa dinasti Umayyah meliputi : (a) Ilmu
agama : Al-Quran, Hadis dan Fiqh. Sejarah mencatat, bahwa pada masa Umar ibn
Al-Aziz (9-10 H) dilakukan proses pembukuan hadis, sehingga studi hadis
mengalami perkembangan yang pesat, (b) ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala
ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah dan riwayat, (c) ilmu
pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu,
saraf,dan lain-lain, (d) filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari
bangsa asing, seperti ilmu mantik,kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang
berhubungan dengan hal tersebut, seperti ilmu kedokteran.
Kurikulum pelajaran ini selanjutnya diatur secara lebih khusus pada setiap
lembaga pendidikan.Untuk pendidikan di istana misalkan diajarkan tentang al-

5 Lailatul Zuhro, https://www.scribd.com/doc/90731773/Sejarah-Kurikulum-Pada-Masa-PendidikanIslam#download. Diunduh pada tanggal 25 September 2016.


3

Quran, hadis, syair-syair yang terhormat, riwayat para hukama (filusuf), membaca,
menulis, berhitung, dan ilmu-ilmu umum lainnya.6
b. Bidang Kajian Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyah
Materi pendidikan dasar Bani Abbasiyah terlihat ada unsur demokrasinya, di
samping materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) bagi setiap murid juga ada
materi yang bersifat pilihan (ikhtiari), hal ini tampaknya sangat berbeda dengan
materi pendidikan dasar pada masa sekarang. Di saat sekarang ini, materi pendidikan
tingkat dasar dan menengah semuanya adalah materi wajib, tidak ada materi pilihan.
Materi pilihan baru ada di perguruan tinggi.
Materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) adalah :
a) Al-Quran
b) Shalat
c) Doa
d) Sedikit ilmu nahwu dan bahasa Arab (maksudnya yang dipelajari baru pokokpokok dari ilmu nahwu dan bahasa Arab belum secara tuntas dan detail) ; dan
e) Membaca dan menulis
Sedangkan materi pilihan (ikhtiar) ialah :
a) Berhitung
b) Semua ilmu nahwu dan bahasa Arab (maksudnya yang dipelajari baru pokokpokok dari ilmu nahwu dan bahasa Arab belum secara tuntas dan detail)
c) Syair-syair
d) Riwayat / Tarikh Arab 7
4. Pendidikan Islam Masa Modern
Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia sejalan dengan perkembangan
penyebaran Islam di nusantara, baik secara agama maupun sebagai arus kebudayaan.
Islam mulai masuk ke Indonesia dalam akhir abad ke-13 mencakup sebagian besar
nusantara dalam abad ke-16.8
a. Masa Awal Masuknya Islam di Nusantara
Pada awal berkembangnya agama Islam di Indonesia, pendidikan Islam
dilaksanakan secara informal yang pelakasanaannya menitikberatkan kepada
terjadinya hubungan dan kontak pribadi antara muballighah dan masyarakat sekitar.9
Seperti dikemukakan dalam banyak literatur, bahwa agama Islam datang ke
Indonesia di bawa oleh para pedagang muslim. Setiap ada kesempatan
6 Abuddin Nata, Op.Cit, hlm. 134.
7 Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, ( Jakarta : Prenada Media, 2005), hlm. 15.
8 Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan , (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 221.
4

mereka (para dai) memberikan pendidikan dan ajaran agama


Islam. Didikan dan ajaran Islam mereka berikan dengan perbuatan
berupa contoh dan suri tauladan. Mereka berlaku sopan, ramah
tamah, tulus, ikhlas, amanah dan kepercayaan, pengasih dan
pemurah, jujur dan adil, menepati janji dan menghormati adat
istiadat yang ada, yang menyebabkan masyarakat Nusantara
tertarik masuk agama Islam.
Setelah masyarakat muslim di suatu daerah terbentuk, maka yang
menjadi perhatian mereka baru ialah mendirikan rumah ibadah
(masjid, langgar atau mushalla). Apa sebab? karena kaum muslim
itu wajib untuk shalat lima kali sehari semalam dan sangat
dianjurkan untuk berjamaah kemudian sekali seminggu diwajibkan
shalat jumat. Jadi dapat dipastikan bahwa dengan adanya masjid
tersebut mereka menggunakannya untuk melaksanakan proses
pendidikan

Islam

berlangsungnya

di

dalamnya

pendidikan

dan

sejak

saat

nonformal10Pendidikan

itu
di

mulai
langgar

dimulai dengan mempelajari abjad huruf arab (hijaiyah) atau


kadang-kadang langsung mengikuti guru apa yang telah dibaca
dari kitab suci al-Quran. Pendidikan di langgar (taman pendidikan
al-Quran) dikelola oleh seorang petugas yang disebut amil, modin
atau lebai (di Sumatera) yang mempunyai tugas ganda, disamping
memberikan doa pada saat uparaca-upacara adat, juga berfungsi
sebagai guru. Materi pelajaran biasanya diberikan pada pagi atau
petang hari, satu jam sampai dua jam.11
Satu hal yang masih belum dilaksanakan pada pelajaran al-Quran
di langgar, dan ini merupakan kekurangannya adalah tidak
diajarkannya

menuis

huruf

al-Quran

(huruf

arab),

dengan

demikian yang ingin dicapai hanya kemampuan membaca semata.


9 Haidar Putra Daulany, Sejarah Pertumbuhan dan Perbaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta : Kencana, 2014), hlm. 17.
10 Ibid., hlm. 20.
11 Ali Tamam, http://ibnualitamam.blogspot.co.id/2009/08/sejarah-sosial-pendidikan-islam-di.html.
Di unduh pada tanggal 26 September 2016.
5

Pendidikan al-Quran di langgar dibedakan menjadi dua tingkatan,


yaitu :12
a. Tingkatan

rendah;

merupakan

tingkatan

pemula,

yaitu

mulainya mengenal huruf al-Quran sampai bisa membacanya.


Pembelajaran ini diadakan pada tiap-tiap kampung, dan anakanak hanya belajar pada malam hari dan pagi hari sesudah
shalat shubuh.
b. Tingkatan atas, pelajarannya selain tersebut diatas, ditambah
lagi dengan pelajaran lagu, qasidah, tajwid, serta mengkaji
kitab.

b. Masa Kerajaan Islam


1) Kerajaan Islam di Aceh
Pada zaman kerajaan Samudera Pasai materi pendidikan
dan pembelajaran agama bidang syariat adalah fiqih madzhab
Syafii. Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis
talim dan halaqoh.13
Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam
Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi,
materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf,
akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra arab, sejarah dan tata
negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat.14
Di kerajaan Aceh Darussalam jenjang pendidikan yang ada
adalah sebagai barikut :15
a) Meunasah (madrasah); yang berarti tempat belajar atau
sekolah. Materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca

12 Ibid.,
13 Enung K.Rukiati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2006),
hlm. 30.
14http://www.atin.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/71/2014/06/sej-pddk-islamind.pdf. Di akses pada tanggal 26 September 2016.
15 Enung K.Rukiati, Op.Cit., hlm.33.
6

huruf Arab, ilmu agama, bahasa Jawi/Melayu, akhlak dan


sejarah Islam.
b) Rangkang; diselenggarakan

di

setiap

mukmin

dan

merupakan madrasah setingkat Tsanawiyah, materi yang


diajarkan yaitu bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung,
dan akhlak.
c) Dayah; dapat

disamakan

dengan

madrasah

Aliyah

sekarang. Materi yang diajarkan: fiqih (hukum Islam),


bahasa

Arab,

tauhid,

tasawuf/akhlak,

ilmu

bumi,

sejarah/tata Negara, ilmu pasti dan faraid.


d) Dayah Teuku Cik; dapat disamakan dengan perhuruan tinggi
atau akademi. Materi yang diajarkan: fiqih, tafsir, hadits,
tauhid (ilmu kalam), akhlak/tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa
dan sastra Arab, sejarah dan tata Negara, mantiq, ilmu
falaq, dan filsafat.
2) Kerajaan Islam di Jawa
Sementara di pulau Jawa terdapat kerajaan Demak, kerajaan
Mataram (1575-1757), anak-anak usia sekolah sudah banyak
yang mengikuti belajar al-Quran di tempat pengajian-pengajian
di desanya masing-masing. Selain al-Quran juga ada tempat
untuk mengkaji kitab bagi murid yang telah khatam al-Quran
yakni di pesantren. Para santri harus tinggal di asrama yang
dinamakan pondok, di dekat pesantren tersebut kitab-kitab yang
diajarkan di pesantren besar (daerah Kabupaten) adalah kitabkitab besar dalam bahasa Arab (kitab kuning) yang mempelajari
ilmu fiqih, tafsir, hadits, ilmu kalam, tasawuf, dsb. Disusul
dengan perkembangan kerajaan Islam di Kalimantan (kerajaan
Islam Banjar), kerajaan Islam di Sulawesi dan Maluku yang
sistem pendidikannya tidak jauh berbeda dengan pesantren
yang ada di Jawa.16
c. Pendidikan Islam Masa Penjajahan (Sebelum Tahun 1990)
Sebelum tahun 1900, kita mengenal pendidikan Islam secara
perorangan, secara rumah tangga dan secara surau/langgar atau
16 Ali Tamam, http://ibnualitamam.blogspot.co.id/2009/08/sejarah-sosial-pendidikan-islam-di.html.
Di unduh pada tanggal 26 September 2016.
7

masjid. Pendidikan secara perorangan dan rumah tangga itu


lebih

mengutamakan

pelajaran

praktis,

misalnya

tentang

ketuhanan, keimanan dan masalah-masalah yang berhubungan


dengan ibadah.17
Sedangkan pendidikan surau mempunyai dua tingkatan yaitu:
pelajaran al-Quran dan pengajian kitab. Pada pelajaran alQuran diberikan pelajaran huruf hijaiyah, Juz amma, dan alQuran. Setelah murid menyelesaikan pelajaran al-Quran, ia
dapat

melanjutkan

pengkajian

kitab.

Pada

pengkajian

ini

diajarkan ilmu sharf, nahwu, tafsir dan ilmu-ilmu lainnya.18


d. Pendidikan Islam Masa Peralihan (tahun 1900-1909)
Periode peralihan ini boleh dikatakan di pelopori oleh Syekh
Khatib Minangkabau dan kawan-kawannya yang begitu banyak
mendidik dan mengajar pemuda Mekkah, terutama pemudapemuda yang berasal dari Indonesia dan Malaya. Murid-murid
beliau seperti H. Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka) dari
Padang Panjang, KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) di
Yogyakarta, KH. Adnan di Solo, serta KH. Hasyim Asyari (pendiri
Nahlatul Ulama) di Jombang. Dengan demikian sudah barang
tentu murid-murid mereka yang kembali dari Mekkah ikut andil
dalan pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia sekembalinya
di tanah air.19
Dalam periode yang disebut peralihan ini telah banyak berdiri
tempat pendidikan Islam yang terkenal di Sumatera seperti
Surau

Parabek

Bukit

Tinggi

(1908)

yang

didirikan

Syekh

H.Ibrahim Parabek dan di pulau Jawa seperti di pesantren Tebu


Ireng di Jombang Jawa Timur. Pada masa ini pelajaran Nahwu
Sharaf disamakan, buku pelajaran semuanya karangan ulama
Islam kuno yang berbahasa Arab. Serta muncul majalah al-Manar
terbitan Mesir, kemudian muncul majalah al-Munir yang dimotori
17 Hasbullah, Op.Cit., hlm. 55.
18 Ibid., hlm. 55-56.
19 Ibid., hlm.70.
8

oleh H.Abdullah Ahmad di Padang. Pada masa inilah Belanda


sedang mempropaganda sekolah yang mereka kelola dengan
membedakan golongan pribumi, priyayi, bahkan yang beragama
kristen.20
e. Pendidikan Islam Masa Penjajahan (tahun 1909-1945)
Ulama-ulama yang ada pada waktu itu menyadari bahwa
sistem pendidikan langgar dan pesantren tradisional mereka
sudah tidak begitu sesuai dengan iklim Indonesia dan jumlah
murid yang semakin bertambah banyak. Akhirnya berdirilah
Madrasah Adabiyah pada tahun 1909 di padang pimpinan Syekh
Abdullah Ahmad, Madrasah Diniyah Pimpinan Zainudin Labia
tahun 1915. Sementara itu surau pertama yang memakai sistem
kelas adalah Sumatera At-Thawalib pimpinan Syekh Abdul Karim
Amrullah pada tahun 1921. Sedangkan di Aceh berdiri Madrasah
Saadah Adabiyah pimpinan T. Daud beureuh pada tahun 1930.
Kemudian di Jawa pada tahun 1912 lembaga pendidikan alQismul arga atau pondok Muhammadiyah yang didirikan oleh
KH. Ahmad Dahlan, dan pada tahun 1919 KH. Hasyim Asyari telah
mendirikan Madrasah Salafiyah di Tebu Ireng Jombang.
Namun, pada masa penjajahan Jepang segala daya dan upaya ditujukan
untuk kepentingan perang. Murid murid hanya mendapat pengetahuan yang
sedikit sekali, hampir setiap hari hanya diisi dengan kegiatan latihan perang atau
bekerja, mislanya: membersihkan bengkel-bengkel, asrama militer, menanam ubi
dan sayur-sayuran, serta jarak untuk pelumas. Akan tetapi pada masa ini ada
peluang yang bagus untuk mendirikan masdrasah-madrasah karena Jepang
membuka peluang untuk membuka sekolah-sekolah rendah.
Hampir diseluruh pelosok pedesaan terdapat madrasah awaliya yang
dikunjungi banyak anak laki-laki dan perempuan. Madrasah awaliyah tersebut
diadakan pada sore hari lebih kurang setengah jam lamanya, materi yang
diajarkan ialah belajar membaca al-Quran, ibadah,akhlak dan keimanan sebagai
bekal agama yang dilakukan disekolah rakyat pada pagi hari.
20 Ali Tamam, http://ibnualitamam.blogspot.co.id/2009/08/sejarah-sosial-pendidikan-islam-di.html.
Di unduh pada tanggal 26 September 2016.
9

f. Pendidikan Islam pada Masa Kemerdekaan I (1945-1965 / Masa Orde


Lama)
Meskipun Indonesia baru memplokamirkan kemerdekaannya dan tengah
mengahadapi revolusi fisik, pemerintah Indonesia sudah berbenah diri terutama
memperhatikan masalah pendidikan yang dianggap cukup vital dalam
menentukan,

untuk

itu

dibentuklah

Kementrian

Pendidikan

Pengajaran

Pendidikan (PP dan K). Dengan terbentuknya Kementrian Pendidikan tersebut


maka diadakanlah berbagai usaha, terutama mengubah sistem pendidikan dan
menyesuaikannya dengan keadaan yang baru.21
Perkembangan pendidikan Islam setelah kemerdekaan sangat terkait dengan
peran Kementrian Agama yang mulai resmi berdiri 3 Januari 1946. Lembaga
secara inisiatif memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia. Secara
lebih spesifik, usaha ini ditangani oleh suatu bagian khusus yang mengurusi
masalah pendidikan Agama. Tugas dari bagian tersebut sesuai dengan salah satu
nota Islamic education in Indonesia yang disusun oleh Bagian Pendidikan
Departemen Agama pada tanggal 1 September 1956, yaitu : 1) memberi
pengajaran agama di sekolah negeri dan pertikular, 2) memberi pengetahuan
umum di madrasah, dan 3) mengadakan Pendidikan Guru Agama serta
Pendidikan Hakim Islam Negeri.22
Berdasarkan keterangan di atas, ada 2 hal yang penting berkaitan dengan
pendidikan Islam pada orde lama, yaitu pengembangan dan pembinaan madrasah
dan pendidikan Islam di sekolah umum :
a) Perkembangan dan Pembinaan Madrasah
Madrasah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan diakui oleh negara
secara formal pada tahun 1950. Undang-undang No.4 tahun 1950 tentang dasardasar pendidikan dan pengajaran di sekolah, pada pasal 10 menyatakan bahwa
untuk mendapatkan pengakuan Departemen Agama, madrasah harus memberikan
pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok paling sedikit 6 jam seminggu
secara teratur disamping pelejaran umum.
21 Hasbullah, Op.Cit.,hlm.74.
22 http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=sejarahpendis#.V-imQ0_s1dg. Diakses
pada tanggal 26 September 2016.
10

Sedangkan kurikulum madrasah terdiri dari sepertiga pelajaran agama dan


sisanya pelajaran umum. Sedangkan kurikulum madrasah terdiri dari sepertiga
pelajaran agama dan sisanya pelajaran umum. Rumusan kurikulum seperti itu
bertujuan untuk merespon pendapat umum yang menyatakan bahwa madrasah
tidak cukup hanya mengajarkan agama saja, tetapi juga harus mengajarkan
pendidikan umum, kebijakan seperti itu untuk menjawab kesan tidak baik yang
melekat kepada madrasah, yaitu pelajaran umum madrasah tidak akan mencapai
tingkat yang sama bila dibandingkan dengan sekolah umum.
b) Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum
Peraturan resmi pertama tentang pendidikan agama di sekolah umum,
dicantumkan dalam Undang undang Pendidikan tahun 1950 No. 4 dan Undang
Undang Pendidikan 1954 No. 20, (tahun 1950 hanya berlaku untuk Republik
Indonesia Serikat di Yogyakarta). Sebelumnya ada ketetapan bersama
Departemen PKK dan Depertemen Agama yang dikeluarkan pada 20 Januari
Tahun 1951. Ketetapan itu menegaskan bahwa : 23
1. Pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat selama 2 jam per
minggu. Di lingkungan istimewa, pendidikan agama dapat dimulai dari kelas 1.
Dan jam pelajarannya boleh ditambah sesuai kebutuhan, tetapi catatan bahwa
mutu pengetahuan umumnya tidak boleh berkurang dibandingkan dengan sekolah
lain yang pendidikan agamanya diberikan mulai kelas IV.
2. Di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Tingkat Atas (umum dan kejuruan)
diberikan pendidikan agama sebanyak 2 jam seminggu.
3. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sebanyak 10 orang dalam 1
kelas dan mendapat izin dari orang tua dan walinya.
4. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama dan materi pendidikan agama
ditanggung oleh departemen agama.
Pada tahun 1960, siding MPRS menetapkan bahwa pendidikan agama
diselenggarakan di perguruan tinggi umum dan memberikan kebebasan kepada
mahasiswa untuk mengikuti ataupun tidak. Namun, pada tahun 1967 (periode
awal Orde Baru), ketetapan itu diubah dengan mewajibkan mahasiswa mengikuti
mata kuliah agama dan mata kuliah ini termasuk ke dalam sistem penilaian.

g. Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru


23 Ali Tamam, http://ibnualitamam.blogspot.co.id/2009/08/sejarah-sosial-pendidikan-islam-di.html.
Di unduh pada tanggal 26 September 2016.
11

Sejak tahun 1966 telah terjadi perubahan besar pada bangsa Indonesia baik
itu menyangkut kehidupan social, agama maupun politik. Periode itu disebut
Zaman orde baru dan munculnya angkatan baru yaitu, angkatan 66. Berdasarkan
tekad dan semangat kemerdekaan untuk membangun manusia Indonesia
seutuhnya, maka pendidikan agama makin memperoleh tempat. Dalam siding
MPR yang menyusun GBHN sejak tahun 1973 menyatakan bahwa pendidikan
agama menjadi mata pelajaran wajib disemua sekolah negeri dan disetiap jenjang
pendidikan. Bahkan pendidikan agama sudah dikembangkan sejak taman kanakkanak.
Meskipun sebenarnya tentang pemantapan madrasah ini keberadaannya
sudah diakui sederajat dengan SMP dan SMA umum yang dikelola oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, jauh sebelum ditetapkan UU no.2
1989. Hal ini bisa dilihat dengan adanya SKB tiga menteri, antara menteri agama,
menteri dalam negeri, dan menteri P dan K pada tahun 1976. Di dalam SKB
dinyatakan bahwa ijazah madrasah disamakan dengan ijazah sekolah umum yang
sederajat. Kemudian dikeluarkan UU no.2 tahun 1989 pasal 39 dan dikuatkan
dengan PP no.28 tahun 1990 pasal 14 yang menggariskan kurikulum pendidikan
dasar dan menengah sekurang-kurangnya berisi bahan kajian : Pendidikan,
Bahasa Indonesia, membaca dan menulis, matematika, sains dan teknologi, ilmu
bumi, sejarah umum dan nasional, kerjinan, kesenian, kesehatan, menggambar,
bahasa inggris.
Pada era ini sudah ditetapkan dengan undang-undang terkait masalah
integrasi pelajaran agama dan umum. Integrasi merupakan pembauran sesuatu
hingga menjadi kesatuan yang utuh. Integrasi pendidikan adalah proses
penyesuaian antara unsur-unsur yang saing berbeda sehingga mencapai suatu
keserasian fungsi dalam penddikan. Integrasi pendidikan memerlukan integrasi
kurikulum, dan yang secaraa lebih khusus memerlukan integrasi pelajaran. Inilah
yang terjadi padaa pelajaran agama dengan pelajaran umum.
Hal ini didukung dengan adanya keputusan siding MPRS yang dalam
keputusannya dalam bidang pendidikan agama mengatakan, Pendidikan Agama
menjadi hak yang wajib mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Dengan adanya keputusan tersebut keberadaan Pendidikan Agama semakin
mendapatkan tempat dan akses yang luas untuk dijangkau setiap masyarakat.
Begitu juga teknik pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah
umum mengalami perubahan-perubahan tertentu seiring dengan berkembangnya
12

ilmu pengetahuan dan teknologi, serata perubahan sistem proses belajar mengajar,
misalnya tentang materi pendidikan agama diadakan pengintegrasian dan
pengelompokan, yang tampaknya lebih terpadu dan diadakan pengurangan
alokasi waktu.

BAB III
PENUTUP
13

Kesimpulan
Dari paparan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia di atas, maka kita bisa
melihat bahwa materi-materi pelajaran yang banyak dikembangkan adalah seputar keilmuan
agama Islam. Hampir tidak kita temui materi pelajaran sains dan teknologi, kecuali pada
tahun-tahun menjelang kemerdekaan dan setelahnya. Pemilihan materi yang banyak
membahas ilmu-ilmu agama lebih disebabkan pada keinginan masyarakat, termasuk juga
para pemuka pada masa itu yang menganggap bahwa pemahaman keislaman kaum muslimin
masih minim. Termasuk juga faktor sosiokultural dan letak geografis Indonesia yang
mayoritas penduduknya sebagai petani, sehingga lebih condong kepada kehidupan yang
sederhana dan bersahaja. Ini berbeda dengan kultur masyarakat perkotaan atau industri yang
cenderung kepada paradigma pengembangan sains dan teknologi.
Bagi bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, menjadi hal yang
sangat penting untuk tetap mempertahankan eksistensi pendidikan Islam di sekolah-sekolah
dan madrasah-madrasah, meskipun disadari bila dibandingkan dengan mata pelajaran umum,
frekuensinya tidaklah seberapa. Namun satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan
Islam dengan lembaga pendidikan dalam perjalanan pasang surutnya cukup mewarnai
perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dalam bidang kajian atau materi yang diajarkan pun
juga terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan
perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

14

Hasbullah. 1995. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia ; Lintasan Sejarah Pertumbuhan


dan Perkembangannya. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana, 2011.
Rukiati, Enung K. 2006. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung : CV Pustaka
Setia, 2006.
Suwendi. 2004. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
Suwito. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta : Prenada Media.
Mudyaharjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008.
Daulany,Haidar Putra. 2014. Sejarah Pertumbuhan dan Perbaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia,. Jakarta : Kencana.
Tamam,

Ali.

http://ibnualitamam.blogspot.co.id/2009/08/sejarah-sosial-pendidikan-islam-

di.html. Di unduh pada tanggal 26 September 2016.


Zuhro,Lailatul.https://www.scribd.com/doc/90731773/Sejarah-Kurikulum-Pada-MasaPendidikan-Islam#download. Diunduh pada tanggal 25 September 2016.
http://www.atin.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/71/2014/06/sej-pddk-islamind.pdf. Di akses pada tanggal 26 September 2016.

15

Anda mungkin juga menyukai