Daftar Isi..1
BAB I Pendahuluan.2
BAB II Tinjauan Pustaka.3
II. 1 ANATOMI......................3
II. 2 FISIOLOGI.8
II. 3 DEFINISI...10
II. 4 EPIDEMIOLOGI...10
II. 5 ETIOLOGI.10
II. 6 PATOFISIOLOGI..11
II. 7 GAMBARAN KLINIS...12
II. 8 DIAGNOSIS...12
II. 9 DIAGNOSIS BANDING...16
II. 10 PENATALAKSANAAN.16
II. 11 PROGNOSIS....19
BAB III Daftar Pustaka...20
BAB I
PENDAHULUAN
Tuli mendadak atau Sudden Sensorineural Hearing Loss (SSNHL) merupakan
pengalaman yang menakutkan yang menyebabkan pasien segera mengunjungi dokter.1,8
Tuli mendadak didefinisikan sebagai bentuk sensasi subjektif kehilangan pendengaran
pada satu atau kedua telinga yang berlangsung dalam periode 72 jam, dengan kriteria
audiometri berupa penurunan pendengaran 30 dB minimal pada 3 frekuensi berturutturut.1,2 Di Amerika Serikat, kejadian tuli mendadak ditemukan pada 5 20/100.000
orang per tahunnya.8 Distribusi laki-laki dan perempuan hampir sama. Tuli mendadak
dapat ditemukan pada semua kelompok usia, umumnya pada rentang usia 40 50
tahun.5,8 Sering terjadi unilateral dan bersifat idiopatik.9
Tuli mendadak merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan yang
memerlukan penanganan segera, walaupun beberapa kepustakaan menyatakan bahwa
tuli mendadak dapat sembuh spontan.5,8 Diagnosis tuli mendadak ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan audiometri.2,9 Angka pemulihan pasien
yang tidak mendapat pengobatan adalah 28 65%, dimana sebagian besarnya pulih
dalam dua minggu setelah munculnya gejala.8 Masalah yang umum ditemukan pada
kasus tuli mendadak adalah keterlambatan dalam diagnosis, sehingga pengobatan
tertunda yang akhihrya menyebabkan kehilangan pendengaran yang permanen. 8,9 Oleh
sebab itu, penting untuk mengenali dan mendeteksi dini kelainan agar dapat menunjang
pemulihan fungsi pendengaran dan meningkatkan kualitas hidup pasien.8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. ANATOMI
Telinga merupakan organ penerima gelombang suara atau gelombang
udara kemudian gelombang mekanik ini diubah menjadi impuls listrik dan
diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf pendengaran. Telinga dibagi
dalam tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.10
kecil yaitu stapes. Stapes berkaitan dengan incus pada ujung yang lebih
kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terikat pada membran yang
menutup fenestra vestibuli atau tingkap jorong. Rangkaian tulangtulang
ini berfungsi untuk menhantarkan getaran suara dari gendang telinga
menuju rongga telinga dalam.11
c. Telinga bagian dalam
Rongga telinga dalam terdiri dari labirin dan dilapisi dengan membran
yang membentuk labirin membranosa. Saluransaluran ini mengandung
cairan dan ujungujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.11
II. 2.
FISIOLOGI
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya gelombang suara oleh
daun telinga yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tipis
menuju
duktus
koklearis,
kemudian
melalui
menyebabkan
proses
depolarisasi
sel
rambut,
sehingga
melepaskan
II. 3.
a Hantaran udara
b Hantaran tulang
c Hantaran cairan
d Hantaran saraf
: menuju otak
e Interpretasi
: oleh otak
DEFINISI
Tuli mendadak atau Sudden Sensorineural Deafness Hearing Loss
(SSNHL)
didefinisikan
sebagai
bentuk
sensasi
subjektif
kehilangan
EPIDEMIOLOGI
1. Infeksi
Bakteri: meningitis, sifilis
Virus:
mumps,
cytomegalovirus,
varicella zoster/ herpes zoster
3. Vaskular
Hiperkoagulasi:
Makroglobulinemia
Emboli: post operasi Coronary Artery
Bypass Graft (CABG),
Walgenstrom
2. Inflamasi
Sarcoidosis
Wegener granulomatosisi
Syndrome Cogan
4. Tumor
Vestibular schwannoma
Metastasis tulang temporal
Meningitis karsinomatosa
6. Toxin
Antimikroba aminoglikosida
Cisplatin
post terapi
radiasi
-
5. Trauma
Fraktur tulang temporal
Trauma akustik
Trauma tembus tulang temporal
10
11
fisik,
tes
penunjang lainnya.18,19
Anamnesis
a) Kehilangan pendengaran mendadak biasanya satu telinga yang tidak jelas
penyebabnya berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari.
b) Pasien biasanya mengingat dengan jelas kapan tepatnya mereka kehilangan
pendengaran, pasien seperti mendengar bunyi klik atau pop kemudian
pasien kehilangan pendengaran.
c) Gejala pertama adalah berupa tinitus, beberapa jam bahkan beberapa hari
sebelumnya bisa didahului oleh infeksi virus, trauma kepala, obat-obat
ototoksik, dan neuroma akustik
d) Pusing mendadak (vertigo) merupakan gejala awal terbanyak dari tuli mendadak
yang disebabkan oleh iskemik koklear dan infeksi virus, dan vertigo akan lebih
12
hebat pada penyakit meniere, tapi vertigo tidak ditemukan atau jarang pada tuli
mendadak akibat neuroma akustik, obat ototoksik.
e) Mual dan muntah.
f) Demam tinggi dan kejang.
g) Riwayat infeksi virus seperti mumps, campak, herpes zooster, CMV,
influenza.
h) Riwayat hipertensi.
i) Riwayat penyakit metabolik seperti DM.
j) Telinga terasa penuh, biasanya pada penyakit meniere.
k) Riwayat berpergian dengan pesawat atau menyelam ke dasar laut.
l) Riwayat trauma kepala dan bising keras.20
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, dilakukan inspeksi saluran telinga dan membran
timpani untuk membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural. Penyebab tuli
konduktif berupa impaksi serumen,
otitis media,
benda asing,
perforasi
trauma,
pasien diminta
apakah suara didengar lebih keras di satu telinga atau sama di keduanya.
Pada tuli konduktif, suara akan terdengar lebih keras pada telinga yang sakit.
Tes penala dengan hasil Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang
sehat, dan Schwabach memendek memberikan kesan tuli sensorieural.
13
Pemeriksaan penunjang
Audiometri khusus
a. Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index)
skor : 100% atau kurang dari 70%,
kesan :dapat ditemukan rekrutmen.
b. Tes Tone decay atau reflek kelelahan negatif.
Kesan : Bukan tuli retrokoklea.
c. Audiometri tutur (speech audiometry)
SDS ( speech discrimination score): < 100%
Kesan : Tuli sensorineural.
d. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)
Menunjukkan tuli sensori neural ringan sampai berat.
Pemeriksaan audiometri lengkap, termasuk audiometri nada murni, audiometri
tutur (speech audiometry), dan audiometri
impedans
(timpanometri
dan
audiometri
diperlukan
untuk
membuktikan
ketulian
dan
digunakan
untuk
memverifikasi
hasil
audiometri
nada
murni.
14
BERA
lesi retrokoklea,
memiliki
tetapi
sensitivitas
terbatas
hanya
tinggi
untuk
dalam
mendeteksi
Laboratorium
Dilakukan berdasarkan keluhan dan riwayat pasien serta kemungkinan etiologi.
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak spesifik tidak direkomendasikan sebab
jarang terbukti membantu menentukan etiologi tuli mendadak.19
MRI
MRI merupakan baku emas diagnosis vestibular schwannoma. Pemeriksaan
MRI dengan Gadolinium dinilai memiliki sensitivitas tinggi dan digunakan
untuk
menyingkirkan
kemungkinan
abnormalitas
retrokoklea,
seperti
Infeksi
2. Inflamasi
Lyme disease
Virus: mumps,
cytomegalovirus,
Sarcoidosis
Wegener granulomatosisi
Syndrome Cogan
Systemic Lupus Erythematous
Multiple sclerosis
4. Tumor
Vestibular schwannoma
Metastasis tulang temporal
Meningitis karsinomatosa
Cerebellopontine angle tumor
HIV, Arenavirus
-
3. Vaskular
Hiperkoagulasi:
Makroglobulinemia
Sickle cell disease
Emboli: post operasi Coronary Artery
Walgenstrom
15
post terapi
radiasi
-
5. Trauma
Fraktur tulang temporal
Trauma akustik
Trauma tembus tulang temporal
Perilymph fistula
6. Toxin
Antimikroba aminoglikosida
Cisplatin, Aspirin
Total Bed Rest selama dua minggu untuk menghilangkan atau mengurangi stres
16
Definisi perbaikan
Sangat baik
Sembuh
Baik
Tidak
perbaikan
Bila gangguan pendengaran tidak sembuh dengan pengobatan di atas,
dapat dipertimbangkan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Apabila
dengan alat bantu dengar masih belum dapat berkomunikasi secara adekuat perlu
dilakukan psikoterapi dengan tujuan agar pasien dapat menerima keadaan.
Rehabilitasi pendengran agar dengan sisa pendengaran yang ada dapat
digunakan secara maksimal bila memakai alat bantu dengar dan rehabilitasi
suara agar dapat mengendalikan volume, nada, dan intonasi oleh karena
pendengarannya tidak cukup untuk mengontrol hal tersebut. 6
Guideline umum terapi kortikosteroid untuk tuli mendadak5
17
18
II. 11.
PROGNOSIS
Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor, yaitu usia,
derajat gangguan pendengaran, metode pengobatan (kecepatan pemberian obat
dan respon dua minggu pengobatan pertama), ada tidaknya gejala vestibular,
dan faktor predisposisi lainnya yang berkaitan dengan disfungsi mikrovaskuler
di koklea seperti hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia. Pada umumnya
makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan untuk sembuh,
bila lebih dari dua minggu kemungkinan sembuh menjadi lebih kecil. 2,7 Vertigo
dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan lesi dan berkaitan dengan
prognosis buruk.2 Namun, 28-65% pasien tuli mendadak yang tidak diobati
dapat mengalami pemulihan spontan.7,8
19
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. National Institute of Deafness and Communication Disorder. Sudden
Deafness.2003.http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/Pages/sudden.aspx.
Accessed on January 5 2016.
2. Soepardi AE, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti DR. Tuli Mendadak. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala dan Leher. Ed. 6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2011.
3. Bailey BJ, Johnson JT. Head and neck surgery-otolaryngology. 4th ed.
Philadelphia: Lippincott Wilkins; 2006.
4. Cumming CW, Flint PW, Harker LA, Haughey BH, Richardson MA, Robbins
KT, et al. Cummings otolaryngology head and neck surgery. 4th ed. Philadelphia:
Elsevier Mosby; 2005.
5. Stachler RJ, Chandrasekhar SS, Archer SM, Rosenfeld RM, Schwartz SR, Barrs
DM, et al. Clinical practice guideline sudden hearing loss: Recommendations of
the American Academy of Otolaryngology-Head and neck Surgery. Otolaryngol
Head Neck Surg. 2012; 146: S1.
6. Rauch SD. Clinical practice: Idiopathic sudden sensorineural hearing loss. N
Engl J Med. 2008; 359: 833 - 40.
7. Harada H, Kato T. Prognosis for sudden sensorineural hearing loss: A
retrospective study using logistical regression analysis. Int Tinnitus J. 2005;
11(2): 115 8.
8. Novita S, Yuwono N. Continuing Medical Education: Diagnosis dan Tatalaksana
Tuli Mendadak. KalBar: IDI; 2013. vol. 40: 11.
9. Munilson Jacky, Yurni. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuli Mendadak.
Departemen Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas
Kedokteran Unand RS. Dr. M. Djamil Padang .2010. [cited 2016 Jan 04].
Available
at
:http://repository.unad.ac.id/18123/1/Tuli%20Mendadak
%20perbaikan-%20Yurni.pdf.
10. Moller AR. Hearing, Anatomy, Physiology, and Disorders of the Auditory
System. 2nd ed. Texas: Elsevier; 2006. p. 41-56
11. Gacek RR. Anatomy of the Auditory and Vestibular System. In: Snow Jr JB and
Wackym PA. Philadhelpia: Peoples Medical Publishing House; 2009. p. 1-157.
12. Soetirto I., et al. Ganguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2014: 10-14.
13. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2009: 235-36.
14. Muller C. 2001. Sudden Sensorineural hearing loss. Grand Rounds Presentation,
UTMB, Dept of Otolaryngology. [cited 2015 January 3]. Available from:
http://www.utmb.edu/otoref/grnds/SuddenHearingLoss-010613/SSNHL.htm
15. Medscape.
Epidemiology, Sudden
Hearing
Loss. Available
at:
www.medscape.com. Accessed on January 5 2016.
16. Medscape. Etiology, Sudden Hearing Loss. Available at: www.medscape.com.
Accessed on January 5 2016.
17. Medscape. Patophysiology, Sudden Hearing Loss. Available at:
www.medscape.com. Accessed on January 5 2016.
20
21