Chapter II-3 PDF
Chapter II-3 PDF
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
KERANGKA TEORI
Retina merupakan lapisan yang paling dalam yang melapisi
bola mata,
merupakan membran yang tipis, lunak dan transparan. Retina merupakan jaringan
bola mata yang paling cepat perkembangannya. Retina meluas dari optik disk ke
oraserrata. Secara garis besar dibagi atas 2 bagian: kutub posterior dan perifer yang
dipisahkan oleh ekuator retina. Kutub posterior sampai ekuator retina, ini merupakan
area posterior retina. Kutub posterior retina terbagi atas 2 area: optik disk dan
makula lutea. Retina perifer di posterior dibatasi oleh ekuator retina dan anterior
dengan oraserrata. Oraserrata merupakan batas yang paling perifer tempat retina
berakhir, terbagi dalam 2 bagian; anterior pars plikata dan posterior pars plana.
oraserrata juga tempat melekat vitreous dan koroid. Secara mikroskopis lapisan
retina mulai dari dalam keluar adalah:
Pigmen epithelium.
Ketebalan retina pada oraserrata 0,1 mm dan 0,23 mm pada kutub posterior.
Strukturnya sangat sederhana apabila dibandingkan dengan struktur saraf yang lain
seperti korteks serebri, retina memiliki daya pengolahan yang sangat canggih.
Pengolahan visual retina, seperti persepsi warna, kontras dan bentuk berlangsung di
korteks serebri. 8
Prevalensi kelainan pada retina di Indonesia mencapai angka 0,13% dan
merupakan penyebab kebutaan ke empat setelah katarak, glaukoma dan kelainan
refraksi. Hal ini diketahui berdasarkan Survey Kesehatan Indra Penglihatan dan
Pendengaran tahun 1993 -1996. 7
Berdasarkan National Programme for Control of Blindness (NPCB) 1992,
kebutaan akibat kelainan retina menempati urutan keempat setelah katarak, kelainan
kornea, optic atrofi dengan prevalensi sebesar 6,3%.
Berdasarkan Andrha Pradesh Eye Disease Study (APEDS) kebutaan akibat
kelainan retina menempati urutan kedua setelah katarak dengan jumlah presentase
22,4%. 3
Adapun kelainan pada retina yang sering menyebabkan kebutaan antara lain:
I.
Retinopati Diabetik.
kebutaan yang
retina
limitan interna.
Diagnosis diabetik makular edema (DME) sangat baik menggunakan slitlamp biomikroskopis, untuk pemeriksaan segmen posterior menggunakan kontak
lens untuk memperjelas visualisasi. Penemuan penting pada pemeriksaan
termasuk:
fokal laser
fotokoagulasi:
Edema retina pada atau diantara area 500 mikrometer dari sentral macula.
Eksudat keras pada atau diantara area 500 mikrometer dari sentral jika
berhubungan dengan penebalan retina yang berdekatan.
Daerah dari penebalan lebih besar dari 1 disk area jika lokasi diantara 1
disk diameter dari sentral macula.10
visual
impairment
and
Blindness,
Retinitis
Pigmentosa
merupakan salah satu penyebab kehilangan visus yang penting pada usia-usia
produktif. Retinitis Pigmentosa merupakan merupakan distrofi pigmen retina primer,
merupakan kelainan heriditer yang kelainannya lebih menonjol pada rods dari pada
cone. Kebanyakan diturunkan secara autosomal resesif, diikuti dengan autosomal
dominan dan paling sedikit diturunkan melalui X-liked resesif.
Insiden:
Terjadi pada 5 orang per 1000 penduduk, pada seluruh penduduk dunia.
Suku Bangsa: laki-laki lebih sering ditemukan dari pada perempuan dengan
perbandingan 3:2.
Lateraliti: sering ditemukan bilateral dan efeknya sama pada ke dua mata.
Gambaran Klinik:
A. Simtom visual:
B. Perubahan fundus:
Optik disk menjadi pucat dan keruh pada stadium akhir dan akhirnya
berturut-turut menjadi atrofi optik.
Annular
atau
ring-shaped
Scotoma,
adalah
tanda
khas
yang
D. Pemeriksaan Elektrofisiologikal.
Perubahan elektrofisiologikal tampak lebih cepat pada penyakit ini
sebelum tanda-tanda sebelum tanda-tanda subyektif atau tanda-tanda
obyektif (perubahan fundus).
Therapi
Sebagian besar pengobatan tidak berhasil, sampai saat ini belum ada
pengobatan yang efektif untuk penyakit ini.
1. Evaluasi terhadap penghentian progresifitas perjalanan penyakit yang telah
dicoba dari tahaun ke tahun, termasuk: vasodilar, ekstrak plasenta,
tranplantasi otot rektus ke dalam rongga suprakoroid, light exclusion therapi,
terapi ultrasonik, terapi akupuntur. Belum lama ini, Vitamin A dan E telah
direkomendasikan untuk mengontrol progresifitas.
2. Low vision aids (LVA) dalam bentuk magnifying glasses, dan night vision
device, mungkin dapat membantu.
3. Rehabilitasi pasien yang berpengaruh terhadap dirinya seperti latar belakang
sosial ekonomi.
4. Profilaksis, konseling genetik untuk tidak menikah dengan keturunan yang
sama untuk menghindari diturunkannya insiden penyakit ini. Selanjutnya bagi
yang sudah menikah dianjurkan untuk tidak mempunyai anak.19
IV.
Retinal Detachment
Retinal Detachment merupakan salah satu kelainan retina yang dapat
penempelan retina atau timbulnya retinal break yang baru dan juga bias
menimbulkan ablasio retina traksional. 19
2. Retinal detachment traksional
Retinal Detachment traksional adalah bentuk kedua tersering. Hal ini
terutama disebabkan oleh Retinopati diabetik proliferatif, vitreo retinopati
proliferatif dan trauma mata dimana membran yang timbul pada vitreus
menarik neurosensori retina dari RPE. Gambaran karakteristiknya yaitu
permukaan retina yang licin dan imobil. Terapi dari
traksional retinal
Selain faktor intrinsik seperti usia, ras, jenis kelamin dan faktor genetik, ada
juga faktor ekstrinsik yang berpengaruh antara lain pendidikan, dan pekerjaan yang
berdampak langsung pada status sosial-ekonomi.
peran
serta
dan
pemberdayaan
Pemda
Provinsi
dan
9. Mantapnya
manajemen
penanggulangan
gangguan
penglihatan
dan
kebutaan.1
Ad.2. Sasaran
1. Seluruh lapisan masyarakat mulai dari balita, usia sekolah, usia produktif dan
lanjut usia.
2. Semua tenaga kesehatan yang berperan dalam penanggulangan gangguan
penglihatan dan kebutaan, seperti Dokter Spesialis Mata, Dokter puskesmas,
Refraksionis Optisien, Perawat Puskesmas dan tenaga medic penunjang
terkait.
3. Organisasi profesi terkait seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Mata
Indonesia, Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia dan Persatuan Perawat
Indonesia. 1
Sementara dari sisi pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan mata maka
ada 2 aspek yang harus diperhatikan.
a. Aspek komunitas.
Kesadaran Masyarakat
b. Aspek klinik.
rencana
dan
program
kerja
nasional
yang
jelas
dan
komprehensif.
5. Penyusunan standard an prosedur operasi yang sesuai dengan tuntutan
masyarakat.
6. Perencanaan mobilisasi tenaga Dokter Spesialis Mata dan Tenaga Kesehatan
lainnya yang terkait untuk mendukung efektifitas kinerja dan tidak tumpang
tindih.
7. Memacu kapasitas operasi Dokter Spesialis Mata dari 200 menjadi 1000
operasi pertahun.20
2.2.
Tabel 2.1.
Kecamatan
PKM
Puskesmas
Balai
Puskesmas
Pembantu
Pengobatan
Keliling
Posyandu
Bahorok
67
Salapian
11
84
Sei Bingei
10
79
Kuala
68
Selesai
10
78
Binjai
53
Stabat
12
79
Wampu
54
Batang Serangan
46
Sawit Seberang
36
Padang Tualang
56
Hinai
50
Secanggang
10
10
75
Tanjung Pura
91
Gebang
Babalan
1
2
9
3
2
6
0
1
50
92
Sei Lepan
Brandan Barat
1
1
4
6
1
7
0
1
50
20
Besitang
Pangkalan Susu
Serapit
Kutambaru
Pematang jaya
Jumlah Total
1
2
10
7
3
11
0
0
59
69
28
146
102
14
1256