KEJANG DEMAM
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal diatas 380 C) (Riyadi&sukarmin, 2009). Kejang
demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal lebih dari 38OC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
(Pusponegoro dkk, 2006).
Kejang demam adalah kasus kejang yang sering terjadi pada anakanak. Biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Bila terjadi pada
usia kurang dari 6 bulan harus dipikirkan penyebab lain seperti infeksi susunan
saraf pusat, maupun epilepsi yang terjadi bersama demam (Pusponegoro dkk,
2006).
2. Etiologi
a. Disebabkan oleh suhu yang tinggi
b. Timbul pada permulaan penyakit infeksi (extra Cranial), yang disebabkan
oleh banyak macam agent :
1) Bakteriel:
a) Penyakit pada Tractus Respiratorius: pharingitis, tonsilitis, otitis
media, laryngitis, bronchitis, pneumonia.
b) Pada G. I. Tract: Dysenteri Baciller
c) Pada tractus Urogenitalis: Pyelitis, cystitis, pyelonephritis
2) Virus :
Terutama yang disertai exanthema: varicella, morbili, dengue.
3. Klasifikasi
Kejang demam di bagi menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana
dan kejang demam kompleks.
No
1
2
3
4
5
6
7
Klinis
KD sederhana
Durasi
< 15 menit
Tipe kejang
Umum
Berulang dalam satu episode
1 kali
Defisit neurologis
Riwayat keluarga kejang demam
KD kompleks
15 menit
Umum/fokal
>1 kali
demam
Abnormalitas neurologis sebelumnya
Sebagian besar (63%) kejang demam berupa kejang demam sederhana dan 35
% berupa kejang demam.
4. Manifestasi klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh
infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akuta,
bronkitis, furunklosis dan lain-lain.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonikklonik, tonik klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri.
Begitu kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak,
tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali
tanpa adanya kelainan saraf.
Gg. Metab
Toksik Menyebar
Gg. Hemodinamik
Kenaikan Suhu Tubuh
Mk: Hipertermi
Kebutuhan Energi
Kebutuhan Metab
< 15 Menit
Respirasi
Kerja Pernafasan
Tonus Otot
(Lidah, Mulut)
Kesadaran
Metab.Otak
Transport O2 Terganggu
Pe Respon dr Luar
Mk:Resti Obs.
Jalan Nafas
Hipoksemia
Mk: Resti Cidera
7. Komplikasi
a. Kerusakan otak. Terjadi karena terganggunya konduksi ion di neuron. Di
mana ketika ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuron
secara irreversible
b. Retardasi mental. Dapat terjadi karena deficit neurologis pada demam
neonatus.
c. Epilepsy. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan anatomis di otak yang terjadi hingga epilepsy.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis
dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerahdaerah otak yang tidak jelas terlihat bila
menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian Positron Emission Tomography (PET) : untuk mengevaluasi
kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau aliran darah dalam otak
e. Uji laboratorium :
1) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler, berhubungan
dengan infeksi yang terjadi pada system saraf.
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit, untuk
memantau perdarahan intraventricular.
3) Skrining toksik dari serum dan urin
4) AGD, Kadar kalsium darah, Kadar natrium darah, Kadar magnesium
darah dilakukan bagi pasien yang memiliki riwayat kejang lama.
9. Penatalaksanaan
1. Tindakan mandiri Non-Farmakologi
a. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien.
b. Baringkan pasien di tempat yang rata.
c. Semua pakaian ketat dibuka.
d. Penghisapan lendir bila perlu dan diberikan oksigen.
e. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
f. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen,
bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
g. Berikan kompres untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
h. Setelah pasien sadar, segera ukur dan catat suhu tubuhnya lalu berikan
air hangat.
2. Penatalaksanaan Farmakologi
-
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat
diruang rawat intensif.
Antipiretik
Anti Kejang
Berikan diazepam oral 0,3 mg/kg/hari tiap 8 jam saat demam atau
diazepam rectal 0,5 mg/kg/hari setiap 12 jam bila demam diatas 38oc.
Masalah ini muncul karena adanya proses infeksi, di mana kenaikan suhu
tubuh
merupakan
mekanisme
tubuh
ketika
ada
toksik
maupun
akibat
DAFTAR PUSTAKA