PANITIA
PANITIA
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BUANG AIR KECIL / KENCING
Kencing atau bahasa halusnya buang air seni ini sudah bukan suatu hal yang
asing lagi bagi umat manusia. Setiap manusia melakukan aktivitas ini untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh (mengeluarkan kotoran tubuh).
Dalam melakukan aktivitas inipun kita dituntut melakukannya dengan benar dan
sesuai aturan.
Hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu anha, di mana beliau
berkata,Siapa yang bilang bahwa Rasulullah SAW kencing sambil berdiri, jangan
dibenarkan. Beliau tidak pernah kencing sambil berdiri.
Dari Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW tidak pernah kencing sambil
berdiri semenjak diturunkan kepadanya Al-Quran.
Secara medis kencing berdiri adalah penyebab utama penyakit kencing batu
pada semua penderita penyakit tersebut dan merupakan salah satu penyebab
penyakit lemah syahwat bagi sebagian pria.
Secara agama, kebanyakan orang yang biasanya kencing berdiri kemudian
mereka akan mendirikan shalat, ketika akan ruku atau sujud maka terasa ada
sesuatu yang keluar dari kemaluannya, itulah sisa air kencing yang tidak habis
terpencar ketika kencing sambil berdiri, apabila hal ini terjadi maka shalat yang
dikerjakannya tidak sah karena air kencing adalah najis dan salah satu syarat
sahnya shalat adalah suci dari hadats kecil maupun hadats besar.
Umumnya kita memandang ringan terhadap cara dan tempat buang air,
mungkin karena pertimbangan waktu atau situasi dan kondisi yang
mengharuskan (terpaksa) untuk kencing berdiri tanpa menyangka keburukannya
dari sisi sunnah dan kesehatan. Orang dulu mempunyai budaya melarang anak
kencing berdiri sehingga kita sering mendengar pepatah Guru kencing berdiri,
murid kencing berlari, karena memang terdapat efek negatif dari kencing
berdiri.
Kebiasaan orang kencing berdiri akan mudah lemah bathin, karena sisa-sisa air
dalam pundit-pundi yang tidak habis terpancar menjadikan kelenjar otot-otot dan
urat halus sekitar zakar menjadi lembek dan kendur. Berbeda dengan buang air
jongkok, dalam keadaan bertinggung tulang paha di kiri dan kanan
merenggangkan himpitan buah zakar. Ini memudahkan air kencing mudah
mengalir habis dan memudahkan untuk menekan pangkal buah zakar sambil
berdehem-dehem. Dengan cara ini, air kencing akan keluar hingga habis,
malahan dengan cara ini kekuatan sekitar otot zakar terpelihara.
Ketika buang air kencing berdiri ada rasa tidak puas, karena masih ada sisa air
dalam kantong dan telur zakar di bawah batang zakar. Ia berkemungkinan besar
menyebabkan kencing batu. Kenyataan membuktikan bahwa batu karang yang
berada dalam ginjal atau kantong seni dan telur zakar adalah disebabkan oleh
sisa-sisa air kencing yang tak habis terpencar. Endapan demi endapan akhirnya
mengkristal/mengeras seperti batu karang.
Jika anda biasa meneliti sisa air kencing yang tak dibersihkan dalam kamar
mandi, anda bayangkan betapa keras kerak-keraknya. Bagaimana jika itu ada di
kantong kemaluan Anda?? Hal ini juga merupakan salah satu yang menyebabkan
penyakit lemah syahwat pada pria selain dari penyebab kencing batu.
Sesungguhnya banyak siksa kubur dikarenakan kencing maka bersihkanlah
dirimu dari (percikan dan bekas) kencing. (HR. Al Bazzaar dan Ath-Thahawi)
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: Rasulullah saw. pernah melewati dua
buah kuburan, lalu beliau bersabda: Ingat, sesungguhnya dua mayit ini sedang
disiksa, namun bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena ia dahulu suka
mengadu domba, sedang yang lainnya disiksa karena tidak membersihkan
dirinya dari air kencingnya. Kemudian beliau meminta pelepah daun kurma dan
dipotongnya menjadi dua. Setelah itu beliau menancapkan salah satunya pada
sebuah kuburan dan yang satunya lagi pada kuburan yang lain seraya bersabda:
Semoga pelepah itu dapat meringankan siksanya, selama belum kering. (Shahih
Muslim No.439)
Kemudian hikmahnya adalah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam melarang
kencing berdiri. Dan bagi muslim yang shalat, kadang setelah keluar dari WC dan
mau shalat, ketika ruku dalam shalat kita merasa ada sesuatu yang keluar dari
kemaluan, itu adalah sisa air kencing yang tidak habis terpencar akibat dari
kencing berdiri yang tidak tuntas keluar, hal ini menyebabkan shalat tidak sah
karena salah satu sarat sahnya shalat adalah bersih dan suci dari najis baik
hadats kecil maupun hadats besar, dan air kencing merupakan najis.
Sehingga Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam sering mengingatkan dalam sabdanya:
Hati-hatilah dalam masalah kencing karena kebanyakan siksa kubur
dikarenakan tidak berhati-hati dalam kencing.
Artinya : Aku pernah berjalan bersama Nabi SAW, saat kami sampai di suatu
tempat pembuangan sampah suatu kaum beliau buang air kecil sambil berdiri
(H.R.Muslim)[1]
2.
Artinya : Barangsiapa yang menceritakan kepada kalian bahwa Nabi SAW
kencing sambil berdiri maka janganlah kalian percayai, karena beliau tidak
pernah buang air kecil kecuali dengan duduk.(H.R. al-Turmidzi[2] dan alNasa-i[3])
3.
Artinya : Sesungguhnya Nabi SAW kencing berdiri karena ada luka pada ma'biztnya (H.R Baihaqi)[4]
4.
Artinya : Rasulullah SAW melarang seseorang kencing sambil berdiri. (H.R alBaihaqi)[5]
Imam al-Nawawi telah menyebut beberapa sebab kenapa Nabi Muhammad SAW
kencing sambil berdiri berdasarkan hadits shahih riwayat Huzaifah di atas
berdasarkan yang dihikayah oleh al-Khuthabi, al-Baihaqi dan lainnya, yakni :
a. Menjadi kebiasaan orang Arab melakukan kencing sambil berdiri untuk
menyembuhkan sakit tulang sulbi dan kemungkinan Nabi Muhammad SAW sakit
tulang sulbi ketika itu. Pendapat ini diriwayat dari Syafii.
b. Nabi Muhammad SAW kencing sambil berdiri karena sakit mabizt (sakit
dalam tulang paha). Ini berdasarkan hadits riwayat al-Baihaqi dan lainnya
berbunyi :
Artinya : Sesungguhnya Nabi SAW kencing berdiri karena ada luka pada ma'biztnya (H.R Baihaqi)
Artinya : Barangsiapa yang menceritakan kepada kalian bahwa Nabi SAW
kencing sambil berdiri maka janganlah kalian percayai, karena beliau tidak
pernah buang air kecil kecuali dengan duduk.(H.R. al-Turmidzi[6] dan alNasa-i[7])
Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa hadits ini diriwayat oleh Ahmad bin Hanbal,
al-Turmidzi, al-Nasa-i dan lainnya. Isnadnya baik.
"Para ulama mengatakan, makruh kencing sambil berdiri kecuali ada uzur, yakni
makruh tanzih, bukan tahrim[8]
Menurut hemat kami, pendapat yang menyatakan makruh kencing sambil berdiri
merupakan pendapat yang lebih rajih dari sisi pendaliliannya, sebagaimana
sudah dijelaskan oleh al-Nawawi pada point e di atas.
Pendapat yang menyatakan makruh kencing sambil berdiri ini merupakan
mazhab Syafii sebagaimana telah ditegaskan oleh al-Nawawi dalam Majmu
Syarh al-Muhazzab sebagai berikut :
"Sahabat kita (pengikut Syafii) mengatakan makruh kencing sambil berdiri
dengan tanpa uzur sebagai makruh tanzih dan tidak makruh kalau uzur. Ini
adalah mazhab kita.[9]