PENDAHULUAN
Psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronik residif dengan
karakteristik berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis, dan
berwarna putih keperakan disertai oleh fenomena tetesan lilin, tanda Auspitz, dan
fenomena Koebner.1
Psoriasis dijumpai di seluruh dunia dengan prevalensi yang berbeda-beda
dipengaruhi oleh ras, geografis, dan lingkungan. Di Amerika Serikat terjadi pada
2% dari populasi atau sekitar 150.000 kasus baru per tahun. Insiden tertinggi di
Denmark (2,9%) sedangkan rerata di Eropa Utara sekitar 2%. Pada sebuah studi,
insidensi tertinggi ditemukan di pulau Faeroe yaitu sebesar 2,8%. Insidensi yang
rendah ditemukan di Asia (0,4%) misalnya Jepang dan pada ras Amerika Afrika
(1,3%). Sementara itu psoriasis tidak ditemukan pada suku Aborigin Australia dan
Indian yang berasal dari Amerika Selatan.1
Insiden psoriasis pada pria lebih banyak dari pada wanita, psoriasis dapat
terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa muda. 2,3,4 Onset
penyakit ini umumnya kurang pada usia yang sangat muda dan orang tua.3,5 Dua
kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20 30 tahun dan yang
lebih sedikit pada usia antara 50 60 tahun.4 Psoriasis lebih banyak dijumpai
pada daerah dingin dan lebih banyak terjadi pada musim hujan.5
Penyebab yang pasti psoriasis belum diketahui dengan pasti, namun, banyak
faktor predisposisi yang memegang peran penting seperti predisposisi genetik dan
kelainan imunologis. Walaupun etiopatogenesis psoriasis tidak diketahui dengan
pasti, namun banyak faktor yang diduga sebagai pemicu timbulnya psoriasis
seperti: infeksi bakterial, trauma fisik, stress psikologis dan gangguan
metabolisme.6,7
Dalam penatalaksanaan psoriasis perlu diperhatikan mengenai luasnya lesi
kulit, lokalisasi lesi kulit, usia penderita dan ada tidaknya kontraindikasi terhadap
obat yang diberikan. Pengobatan kausal belum dapat diberikan sehingga
pengobatan ditujukan untuk menghilangkan faktor-faktor yang dianggap sebagai
pencetus timbulnya psoriasis antara lain pemberian sedatif pada stres psikis,
serta penatalaksanaan terhadap adanya infeksi fokal seperti tonsilitis, karies gigi
dan infeksi parasit.1
Selain itu diberikan pula penanganan yang betujuan untuk menekan atau
menghilangkan lesi psoriasis yang telah ada baik dengan pengobatan topikal
seperti salep/krim yang mengandung steroid dan tar, maupun dengan pengobatan
sistemik seperti pemberian kortikosteroid, sitostatika (Metothrexate), dan
fototerapi. 1
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas kasus
psoriasis untuk memperdalam pemahaman dalam mendiagnosis dan tatalaksana
psoriasis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronik residif dengan
karakteristik berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis,
dan berwarna putih keperakan disertai oleh fenomena tetesan lilin, tanda
Auspitz, dan fenomena Koebner.1
2.2 Epidemiologi
2
Psoriasis dijumpai di seluruh dunia dengan prevalensi yang berbedabeda dipengaruhi oleh ras, geografis, dan lingkungan. Di Amerika Serikat
terjadi pada 2% dari populasi atau sekitar 150.000 kasus baru per tahun.
Insiden tertinggi di Denmark (2,9%) sedangkan rerata di Eropa Utara sekitar
2%. Pada sebuah studi, insidensi tertinggi ditemukan di pulau Faeroe yaitu
sebesar 2,8%. Insidensi yang rendah ditemukan di Asia (0,4%) misalnya
Jepang dan pada ras Amerika Afrika (1,3%). Sementara itu psoriasis tidak
ditemukan pada suku Aborigin Australia dan Indian yang berasal dari
Amerika Selatan.1
Insiden psoriasis pada pria lebih banyak dari pada wanita, psoriasis
dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa muda. 2,3,4
Onset penyakit ini umumnya kurang pada usia yang sangat muda dan orang
tua.3,5 Dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20 30
tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 60 tahun. 4 Psoriasis lebih
banyak dijumpai pada daerah dingin dan lebih banyak terjadi pada musim
hujan.5
2.3 Etiologi dan Faktor Pencetus
Penyebab penyakit psoriasis belum diketahui meskipun telah dilakukan
penelitian dasar dan klinis secara intensif. Diduga merupakan interaksi antara
faktor genetik, sistem imunitas, dan lingkungan. Sedangkan tiga komponen
patogenesis dari psoriasis adalah infiltrasi sel-sel radang pada dermis,
hiperplasia epidermis, dan diferensiasi keratinosit yang abnormal.8
2.3.1 Faktor Genetik
Sekitar 1/3 orang yang terkena psoriasis melaporkan riwayat
penyakit keluarga yang juga menderita psoriasis. Pada kembar
monozigot resiko menderita psoriasis adalah sebesar 70% bila salah
seorang menderita psoriasis. Bila orang tua tidak menderita psoriasis
maka risiko mendapat psoriasis sebesar 12%, sedangkan bila salah satu
orang tua menderita psoriasis maka risiko terkena psoriasis meningkat
menjadi 34-39%.9,10 Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe yaitu:
a. Psoriasis tipe I dengan awitan dini dan bersifat familial.
b. Psoriasis tipe II dengan awitan lambat dan bersifat nonfamilial.
Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik adalah bahwa
psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan
3
Keratinosit
psoriasis
membutuhkan
stimuli
untuk
alkohol,
stres,
endokrin,
dan
infeksi
Human
dasar
patologis
terjadinya
psoriasis
diantaranya
gangguan
memproduksi sitokinin Th1. Ekspresi yang berlebihan dari sitokin tipe1 seperti IL-2, IL-6, IL-8, IL-12, IFN dan TNF menyebabkan
terjadinya akumulasi sel-sel netrofil. Sinyal utama dari Th1 adalah IL12 yang merangsang produksi IFN intraseluler. Pada psoriasis, sel Th
langsung mengatur sel B untuk menghasilkan autoantibodi, dan yang
menjadi target antigen adalah sel-sel kulit itu sendiri.
2.5 Gambaran Klinis
Keluhan utama pasien psoriasis adalah lesi yang terlihat, rendahnya
kepercayaan diri, gatal dan nyeri terutama jika mengenai telapak tangan,
telapak kaki dan daerah intertriginosa. Selain itu psoriasis dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari bukan hanya oleh karena keterlibatan kulit, tetapi juga
menimbulkan arthritis psoriasis. Gambaran klinis psoriasis adalah plak
eritematosa sirkumskrip dengan skuama putih keperakan diatasnya dan tanda
Auspitz. Warna plak dapat bervariasi dari kemerahan dengan skuama
minimal, plak putih dengan skuama tebal hingga putih keabuan tergantung
pada ketebalan skuama. Pada umumnya lesi psoriasis adalah simetris.1
Beberapa pola dan lokasi psoriasis antara lain:
2.5.1 Psoriasis Vulgaris
Merupakan bentuk yang paling umum dari psoriasis dan sering
ditemukan (80%). Psoriasis ini tampak berupa plak yang berbentuk
sirkumskrip. Jumlah lesi pada psoriasis vulgaris dapat bervariasi dari
satu hingga beberapa dengan ukuran mulai 0,5 cm hingga 30 cm atau
lebih. Lokasi psoriasis vulgaris yang paling sering dijumpai adalah
ekstensor ektremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral
bagian bawah, pantat, dan genital. Selain lokasi tersebut diatas,
psoriasis ini dapat juga timbul di lokasi lain. Pada kuku dapat
ditemukan piting nail dan oil drop sign.
2.5.2 Psoriasis Gutata
Tampak sebagai papul eritematosa multipel berukuran 0,5-1,5 cm yang
sering ditemukan terutama pada badan dan kemudian meluas hingga
ekstremitas, wajah dan scalp. Lesi psoriasis ini menetap selama 2-3
bulan dan akhirnya akan mengalami resolusi spontan. Pada umumnya
terjadi pada anak-anak dan remaja yang seringkali diawali dengan
infeksi streptococcus.
2.5.3 Psoriasis Pustulosa Generalisata (Von Zumbusch)
7
Gambar 2.1 Gambaran klinis Psoriasis vulgaris : (a) Tipe Plak ,(b) Tipe
Gutatta dan (c) Tipe Eritrodermi1
2.6 Diagnosis
Diagnosis psoriasis umumnya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
gambaran klinis lesi kulit. Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris
mengeluh adanya bercak kemerahan yang menonjol pada kulit dengan
pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang
bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga
timbul gatal-gatal.9 Pada pemeriksaan fisik ditemukan plak eritema ditutupi
skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih, serta transparan. Plak
eritematous yang tebal menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis,
akantosis, pelebaran pembuluh darah dan inflamasi. 3,4 Pada stadium
penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya
terdapat di pingir.3 Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular, numular,
sampai plakat, dan berkonfluensi, dengan gambaran yang beraneka ragam,
dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau geografis. Tempat predileksi pada
8
10
11
13
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat tar, yang efeknya
adalah anti radang. Preparat tar berguna pada keadaan-keadaan: Bila
psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau
pemakaian pada lesi luas. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga
pemakaian steroid topikal kurang tepat. Bila obat-obat oral merupakan
kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik. Menurut asalnya
preparat tar dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari : Fosil, misalnya
iktiol. Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski dan Batubara,
misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.
2. Kortikosteroid
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara,
yaitu:
a. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
b. Sebagai antimitotik sehingga dapat memperlambat proliferasi seluler.
c. Efek anti inflamasi, diketahui bahwa pada psoriasis terjadi
peradangan kronis akibat aktivasi sel T.
Bila terjadi lesi plak yang tebal dipilih kortikosteroid dengan potensi
kuat seperti: Fluorinate, triamcinolone 0,1% dan flucinolone topikal
efektif untuk kebanyakan kasus psoriasis pada anak. Preparat
hidrokortison 1%- 2,5% digunakan bila lesi sudah menipis.
3. Ditranol (Antralin)
Hampir sama dengan tar memiliki efek antiinflamasi ringan, sebab
dapat mengikat asam nukleat, menghambat sintesis DNA dan
menggabungkan uridin ke dalam RNA nukleus.
4. Vitamin D analog (Calcipotriol)
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D yang bekerja dengan menghambat
proliferasi sel dan diferensiasi keratinosit, meningkatkan diferensiasi
terminal keratinosit. Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g, efek
sampingnya berupa iritasi, seperti rasa terbakar dan menyengat.
5. Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan
menghambat petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi
kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dankrim dengan konsentrasi 0,05%
dan 0,1%. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang
dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek
14
sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada
30% kasus, juga bersifat fotosensitif.
6. Humektan dan Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit dan mengurangi
hidrasi kulit sehingga kulit tidak terlalu kering. Pada batang tubuh
(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep
dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai
emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi
emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.
7. Fototerapi
Narrowband UVB untuk saat ini merupakan pilihan untuk psoriasis
yang rekalsitran dan eritroderma. Sinar ultraviolet masih menjadi
pilihan di beberapa klinik. Sinar ultraviolet B (UVB) mempunyai efek
menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan
psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah,
tetapi tidak dapat diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah
psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artifisial, diantaranya
sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan
secara
tersendiri
atau
berkombinasi
dengan
psoralen
(8-
Presentase
0
1
0%
5-20%
20-50%
50-95%
95%
Kriteria
Tidak ada perubahan
Perubahan minimal : skuama dan atau
eritema berkurang
Perubahan tampak jelas : semua plak mulai
mendatar, skuama dan eritema berkurang
Perubahan berarti : semua plak datar
sempurna, tetapi tepi masih teraba.
Bersih : semua plak mendatar termasuk
tepinya , tersisa hiperpigmentasi.
Kulit memerah
Terasa gatal
Tampak membengkak
Kulit melepuh
Selain berbagai terapi yang disebutkan di atas, monitoring pasien
2. Sitostatik
Bila keadaan berat dan terjadi eritrodermi serta kelainan sendi dapat
sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Obat ini
sering digunakan Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis
Eritroderma yang sukar terkontrol. Bila lesi membaik dosis diturunkan
secara perlahan. Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA
dengan cara menghambat dihidrofolat reduktase dan juga hepatotoksik
maka perlu dimonitor fungsi hatinya. Karena bersifat menekan mitosis
secara umum, hati-hati juga terhadap efek supresi terhadap sumsum
tulang.
3. Etretinat (tegison, tigason)
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan
bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain
mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular
dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. Kerja retinoid
yaitu mengatur pertumbuhan dan diferensiasi terminal keratinosit yang
pada akhirnya dapat menetralkan stadium hiperproliferasi. Efek
samping dapat terjadi kulit menipis dan kering, selaput lendir pada
mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus,
nyeri tulang dan persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi
hepar (peningkatan enzim hati).
4. Siklosporin A
Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional.
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4mg/kgbb/hari. Bersifat
nefrotoksik dan hepatotoksik, gastrointestinal, flu like symptoms,
hipertrikosis, hipertrofi gingiva,serta hipertensi. Hasil pengobatan untuk
psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
5. TNF-antagonis
Tumor Necrosis Factor (TNF) alpha merupakan sitokin proinflamasi
yang memegang peran penting dalam patogenesis psoriasis. Saat ini
sedang dikembangkan sebagai terapi yang memberi haparan baru.
Sediaannya antara lain Adalimumab, Infliximab, etanercept, alefacept
dan efalizumab.
2.10 Prognosis
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
: NLS
Umur
: 17 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku
: Bali
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Hindu
Tanggal Pemeriksaan
: 17 Mei 2016
3.2 Anamnesis
18
Keluhan Utama:
Pasien mengeluh timbul bercak-bercak kemerahan di punggung dan
ekstremitas (tangan dan kaki).
Perjalanan Penyakit
Pasien mengeluh timbul bercak-bercak kemerahan di badan dan
ekstremitas (tangan dan kaki) sejak 3 tahun yang lalu disertai rasa gatal.
Namun pasien mengaku rasa gatal yang dirasakan minimal. Bercak
kemerahan yang dialami pasien terjadi secara tiba-tiba dan semakin lama
semakin meluas. Awalnya pasien sudah mengalami keluhan bercak
kemerahan hanya timbul pada kedua lutut dan siku pasien. Dikatakan saat itu
sempat berobat ke dokter dan diberikan salep. Setelah mendapat pengobatan ,
bercak dikatakan membaik dan tidak meluas. Kemudian bercak meluas
hingga tungkai dan lengan, bahkan sampai badan. Pada bulan April 2016
pasien merasakan timbul bercak baru dan bercak yang lama mengalami
kekambuhan. Keluhan tersebut tidak mengganggu aktivitas pasien. Keluhan
pasien tidak disertai dengan rasa nyeri, panas pada lesi, nyeri sendi, badan
lemas maupun demam. Pasien tidak dalam kondisi mengkonsumsi obatobatan. Pasien mengaku keluhan muncul dan semakin memberat ketika
pasien merasa kelelahan dan banyak pikiran.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat ke dokter umum dengan keluhan serupa 3 tahun
yang lalu. Pasien diberikan obat salep, namun pasien tidak mengingat nama
obat yang diberikan.
Riwayat Atopi
Keluhan bersin pada pagi hari, gatal-gatal dan kemerahan pada kulit
setelah mengkonsumsi makanan disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 3 tahun yang lalu, saat
itu pasien memutuskan untuk berobat ke dokter umum. Keluhan dirasakan
19
: Baik
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 kali permenit
Respirasi
: 16 kali permenit
Temperatur aksila
: 36,5 C
BB
: 55 kg
Status General
Kepala
: Normocephali
Mata
THT
Leher
20
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
: hangat
Status Dermatologi
1.
Lokasi
Effloresensi
Lokasi
Effloresensi
3. Mukosa
: hiperemis (-)
4. Rambut
5. Kuku
8. Saraf
21
22
Grmbar 3 . Lutut
Gambar 4. Punggung
3.4 Diagnosis Banding
1. Psoriasis Vulgaris
2. Tinea Korporis
3. Dermatitis kontak
3.5 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien
3.6 Resume
Pasien laki-laki, 17 tahun, mengeluh timbul bercak-bercak kemerahan di
badan dan ekstremitas (tangan dan kaki) sejak 3 tahun yang lalu disertai rasa
23
gatal. Namun pasien mengaku rasa gatal yang dirasakan minimal. Bercak
kemerahan yang dialami pasien terjadi secara tiba-tiba dan semakin lama
semakin meluas. Keluhan tidak disertai nyeri, nyeri sendi, badan lemas,
maupun demam. Pasien tidak dalam kondisi mengkonsumsi obat-obatan.
Pemeriksaan Fisik:
Status Present : dalam batas normal
Status General : dalam batas normal
Status Dermatologis
1. Lokasi
: Tungkai atas dan bawah kanan dan kiri, lutut kanan dan
kiri, lengan atas dan bawah kanan dan kiri, siku kanan dan
kiri, punggung
Effloresensi
2. Lokasi
Effloresensi
: Punggung
: Tampak makula hipopigmentasi multiple batas tegas
bentuk geografika dengan ukuran bervariasi 0,6 x1 cm
4x 10 cm beberapa berkonfluen, ditutupi skuama tipis
halus berwarna putih
24
KIE tentang penyakit yang dialami pasien , penyebab, faktor pencetus dan
rekurensi penyakitnya, terapi dan efek samping yang bisa ditimbulkan.
3.9 Prognosis
Vitam
: Dubia ad bonam
Functionam
: Dubia ad bonam
Sanationam
: Dubia ad malam
Cosmeticam
: Dubia
BAB IV
PEMBAHASAN
Psoriasis merupakan sebuah penyakit autoimun kronik residif yang muncul
pada kulit. Penyakit ini menimbulkan warna kemerahan, plak bersisik muncul di
kulit, disertai oleh fenomena tetesan lilin, tanda Auspitz, dan Koebner. Umumnya
lesi psoriasis berdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di daerah
siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia.1 Penegakan
diagnosis psoriasis vulgaris didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik kulit,
dan pemeriksaan histopatologi.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah seorang perempuan berusia
17 tahun. Keluhan utama pada pasien ini mengeluh timbul bercak-bercak
25
kemerahan di badan dan ekstremitas (tangan dan kaki) sejak 3 tahun yang lalu
disertai rasa gatal. Namun pasien mengaku rasa gatal yang dirasakan minimal.
Bercak kemerahan yang dialami pasien terjadi secara tiba-tiba dan semakin lama
semakin meluas. Pasien telah berobat ke dokter umum tapi keluhannya tidak
sembuh-sembuh Berdasarkan kepustakaan, psoriasis vulgaris merupakan bentuk
yang paling umum dari psoriasis dan sering ditemukan (80%). Psoriasis
merupakan penyakit autoimun kronik residif yang tampak berupa plak yang
berbentuk sirkumskrip, dapat disertai dengan rasa gatal. Jumlah lesi pada
psoriasis vulgaris dapat bervariasi dari satu hingga beberapa. Lokasi psoriasis
vulgaris yang paling sering dijumpai adalah ekstensor siku, lutut, sakrum dan
scalp. Namun dapat juga terjadi di tempat lainnya. Hal ini menandakan sebaran
lesi pada pasien sesuai predileksi dan penyakit berjalan dalam kurun waktu yang
tergolong kronis. Keluhan ini dirasakan tidak sembuh-sembuh walaupun pasien
sering ke dokter kulit yang menandakan keluhan bersifat residif.
Penyebab penyakit psoriasis belum diketahui meskipun telah dilakukan
penelitian dasar dan klinis secara intensif. Diduga merupakan interaksi antara
faktor genetik, sistem imunitas, dan lingkungan. 8 Berdasarkan anamnesis pasien
mengatakan tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan serupa dan penyakit yang
sama. Berdasarkan kepustakaan, bila orang tua tidak menderita psoriasis maka
risiko mendapat psoriasis sebesar 12%, sedangkan bila salah satu orang tua
menderita psoriasis maka risiko terkena psoriasis meningkat menjadi 34-39%.
Pada kembar monozigot resiko menderita psoriasis adalah sebesar 70% bila salah
seorang menderita psoriasis.
9,10
26
27
29
Mekanisme kerja preparat tar adalah mensupresi sintesis DNA dan menurunkan
aktivitas mitotik pada basal epidermis dan memiliki aktivitas anti inflamasi.
Preparat tar berguna untuk keadaan psoriasis yang telah resisten terhadap steroid
topikal sejak awal atau pemakaian pada lesi luas. Pada kasus ini preparat tar yang
digunakan adalah likuor karbonis detergens yang ditambahkan dengan asam
salisilat 3% dan Inerson 30 gr, untuk memudahkan absorpsi coal tar dan
menambah efek anti inflamasi yang dimiliki glukokortikoid. Salep ini diberikan
pada malam hari karena pengaruh dari ter adalah photosensitif. Sebagai
pengobatan sistemik diberikan Interhistine 50 mg sebagai antihistamin untuk
mengurangi gatal-gatal yang dirasakan pasien.
Pada pasien ini prognosis Quo ad vitam adalah dubia ad bonam karena
secara keselurahan pasien ini tidak memiliki penyakit lain yang menyertai
psoriasis vulgaris. Penyakit psoriasis vulgaris sendiri tidak mengancam jiwa.
Prognosis Quo ad functionam adalah dubia ad bonam. Namun jika tidak
dilakukan terapi pada beberapa jenis Psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat
menjadi serius, seperti pada Psoriasis artropi yaitu Psoriasis yang menyerang
sendi, Psoriasis bernanah (Psoriasis Postulosa). Prognosis Quo ad sanationam
adalah dubia ad malam karena pasien ini telah mengalami keluhan ini untuk kedua
kali dan lesinya luas pada hampir seluruh tubuh. Prognosis Quo ad cosmeticam
adalah dubia karena sisik putih tranparan pada lesi menimbulkan bekas dan tidak
dapat hilang seutuhnya.1
.
30
BAB V
SIMPULAN
Psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronik residif dengan
karakteristik berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis, dan
berwarna putih keperakan disertai oleh fenomena tetesan lilin, tanda Auspitz, dan
fenomena Koebner.
Penyebab yang pasti psoriasis belum diketahui dengan pasti, namun, banyak
faktor predisposisi yang memegang peran penting seperti predisposisi genetik dan
kelainan imunologis. Walaupun etiopatogenesis psoriasis tidak diketahui dengan
pasti, namun banyak faktor yang diduga sebagai pemicu timbulnya psoriasis
seperti: infeksi bakterial, trauma fisik, stress psikologis dan gangguan
metabolisme.
Diagnosis psoriasis umumnya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
gambaran klinis lesi kulit. Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi histopatologi.
Psoriasis vulgaris memiliki beberapa diagnosis banding yakni pitiriasis rosea,
tinea korporis, dermatitis kontak, eritroderma akibat obat.
Psoriasis sebagai penyakit yang multifaktorial dengan penyebab belum
diketahui dengan pasti, sehingga penanganannya juga sangat bervariasi.
Pengobatan promotif dapat berupa menekankan bahwa psoriasis tidak menular
serta suatu saat akan mengalami psoriasis akan remisi spontan dan tersedianya
pengobatan yang bervariasi untuk setiap bentuk dari psoriasis. Pengobatan
preventif berupa menghindari atau mengurangi faktor pencetus, yaitu stres psikis,
infeksi fokal, endokrin, seta pola hidup lain yang dapat meningkatkan resiko
31
penurunan sistem imun. Beberapa regimen terapi yang sering digunakan sebagai
pengobatan kuratif berupa topikal maupun sistemik.18
DAFTAR PUSTAKA
Goldsmith L., Katz S., Gilchrest B., Paller A., Leffell D. editors
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine8 th ed. New York:
McGraw-Hill: 169193
2. Duarsa WN, et al. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit kulit
4.
Institutte.
Availaible
at:
Gudjonsson JE, Elder JT: Psoriasis, in: Katz GS, Paller BG, Wolff K.
(eds), Fitzpatrick Dermatology in general Medicine, 7th ed. The McGraw
Hill Companies. 2008. Chapter 18. p. 169-93.
Dermatol:85(5): 747-9.
8. Schon MP. and Boehncke WH. 2005. Psoriasis N. Eng. J. Med; 352(18):
9.
1899- 1909.
Lui
H.
Plaque
Psoriasis,
Emedicine.
http://www.emedicine.com/article/topic365.htm.
Available
September
30,
at:
2011
32
10. Siregar RS. 1996. Atlas Berwarna: Saripati Penyakit Kulit. Jakarta:
Development
Dokter
Indonesia.
Available
at:
http://cpddokter.com/home/index.php?
option=com_content&task=view&id=195. &Itemid=2. January 15, 2008
(Accessed: May 17, 2016).
12. Idmgarut.
Diagnosis
dan
Terapi
Psoriasis,
Available
at:
http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/diagnosisdanterapi.htm.
February 02, 2009 (Accessed: May 17, 2016).
13. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis, in: Katz GS, Paller BG, Wolff K (eds),
33