Sengketa Bisnis
Sengketa Bisnis
2.
2.1
Pembuktian
Pengertian Pembuktian
Menurut Subekti, mantan Ketua MA RI dan guru besar hukum perdata
alat-alat
bukti
yang bersifat
mutlak, karena berlaku bagi setiap orang dan tidak memungkinan adanya
bukti lawan.
b. Membuktikan dalam arti konvensional, berarti memberi kepastian tetapi
bukan kepastian mutlak melainkan kepastian yang relatif sifatnya yang
mempunyai tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
1. Kepastian yang hanya didasarkan pada perasaan, sehingga bersifat
intuitif dan disebut conviction intime.
2. Kepastian yang didasarkan pada pertimbangan akal, sehingga disebut
conviction raisonee.
3. Membuktikan dalam arti yuridis (dalam hukum acara perdata), tidak
lain berarti memberi dasar-dasar yang cukup kepada
hakim
yang
tidak mendengarnya
atau
mengalaminya
sendiri
melainkan
menentukan
lain,
misalnya, tentang
persatuan
harta
dengan merujuk pada alat bukti lainnya dengan demikian juga satu
persangkaan saja bukanlah merupakan alat bukti.
4. Bukti dengan pengakuan
Menurut Pasal 1923 1928 KUHPerdata
baik
sebagian
Bahasa
Indonesia
oleh
Poerwadarminta,
3.
3.1
luar
pengadilan berdasarkan
4.
4.1
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yangbersengketa.
4.2
Objek Arbitrase
Objek sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa-
sengketa tertentu
(1) UU No.
Prinsip-Prinsip Arbitrase
Prinsip arbitrase menurut UU No.30 tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
4.4
Jika dilihat dari rumusan Pasal 1 Ayat (3) UU No. 30 Tahun 1999, maka dapat
disimpulkan bahwa perjanjian arbitrase timbul karena adanya suatu kesepakatan
berupa :
1. Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang
dibuatpara pihak sebelum timbul sengketa.
2. Suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang
dibuat
oleh
para
pihak
setelahtimbul sengketa.
Jenis klausula perjanjian arbitrase dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu
klausula arbitrase yang berbentuk pactum de compromittendo dan klausula arbitrase
yang berbentuk acta compromise.
4.5
Jenis-Jenis Arbitrase
Arbitrase sebagai salah satu instrumen penyelesaian sengketa para pihak di luar
lembaga pengadilan telah berkembang sangat baik. Dalam prakteknya terdapat 2(dua)
macam arbitrase, yaitu arbitrase ad-hoc dan arbitrase institusional. Kedua jenis
arbitrase tersebut diatur dalam RV dan UU No. 30 Tahun 1999. DiIndonesia,
definisi lembaga arbitrase dijabarkan dalam ketentuan Pasal 1 angka 8UU No. 30
Tahun 1999 yaitu badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk
memberikan
putusan
mengenai
sengketa
tertentu,
lembagatersebut
juga
tidak bisa dilaksanakannya suatu putusan arbitrase yaitu apabila tidak bertentangan
dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
4.5.2 Asas-Asas Arbitrase
a. Asas kesepakatan
b. Asas musyawarah
c. Asas limitative
d. Asas final and binding