Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang disebabkan karenakita
mengkocok suatu tanaman ke dalam air. Secara fisika buih ini timbul karena
adanyapenurunan tegangan permukaan pada cairan (air). Penurunan tegangan
permukaandisebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa latin = sapo) yang
dapatmengkacaukan iktan hidrogen pada air. Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua
bagianyang tidak sama sifat kepolaranya. Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa
sabun yang biasa disebut saponin.Saponin berbeda struktur dengan senyawa sabun yang ada.
Saponin merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari glikon
(Glukosa, fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan aalam lainya). Saponin umumnya berasa
pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga bersifat beracun
untuk beberapa hewan berdarah dingin (Najib, 2009).
Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen.Saponin
steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin
dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai saraponin. Saponin triterpenoid
tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu
aglikon yang disebut sapogenin. Masing-masing senyawa ini banyak dihasilkan di dalam
tumbuhan (Hartono, 2009).
Tumbuhan yang mengandung sponin ini biasanya memiliki Genus Saponaria dari Keluarga
Caryophyllaceae. Senyawa saponin juga ditemui pada famili sapindaceae,curcurbitaceae, dan
araliaceae. Salah satu tumbuhan obat yang mengandung saponinadalah gingseng yang
termasuk famili araliaceae.
Biosintesis saponin ini terjadi sesuai dengan aglikon yang menempel. Baik steroid maupun
triterpen biosintesis saponin melalui jalur asam malonat yang nanti akan DPP dan IPP yang
membentuk triterpen dan steroid dengan membentuk squalen terlebih dahulu dan terjadi
siklisasi.

1.2
1.
2.
3.
4.
1.3
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah

Apa yang di maksud dengan saponin?


Apa saja sifat-sifat dari saponin ?
Bagaimana mekanisme/aktivitas dari saponin ?
Tanaman apa yang terdapat saponin ?
Tujuan
Untuk mengetahui definsi dari aponin.
Untuk mengetahui aktivitas dari saponin
Untuk mengetahui ciri- ciri adanya saponin
Untuk mengetahui tanaman yang mengandung saponin.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Metabolisme sekunder (saponin)

A. Metabolit sekunder
Metabolisme sekunder (alelokimia) merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang
dihasilakan dari jaringan tumbuhan dan dapat besifat toksik. Dan yang termasuk dalam
metabolit

sekunder

antara

lain

tanin,

saponin,terpenoid,akaloid

dan

flavonoid.

(Ishaaya, 1986; Howe dan Westley, 1988 di kutip oleh Elena,2006).


B. Saponin.
Saponin berasal dari kata Latin yaitu sapo yang bearti mengandung busa stabil bila
dilarutkan dalam air. Kemampuan busa dari saponin disebabkan oleh kombinasi dari
sapogenin yang bersifat hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian rantai gula yang bersifat
hidrofilik (larut dalam air) (Naoumkina et al., 2010).
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol, telah terdeteksi dalam lebih dari 90
suku tumbuhan. Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.
Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadan saponin sangat mudah ditandai
dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok.
Saponin adalah deterjen alami yang mempunyai sifat aktif permukaan,dimana struktur
molekulnya terdiri dari aglikon steroid atau triterpen yang disebut dengan sapogenin dan
glikon yang mengandung satu atau lebih rantai gula (Osbourn, 2003;Guclu-Ustundag and
Mazza, 2007; Vincken et al., 2007).
Saponin dengan sifat deterjennya dapat mempengaruhi substans yang larut dalam
lemak pada pencernaan, meliputi pembentukan misel campuran yang mengandung garam
empedu, asam lemak, digliserida, vitamin yang larut dalam lemak dan dengan mineral
(Cheeke, 20011).
Dari segi ekonomi, saponin penting juga karena kadang-kadang menimbulkan
keracunan pada ternak atau karena rasanya yang manis. Pola glikosida saponin kadangkadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang
umum adalah asam glukoronat (Harborne, 1996).
Pada tenak ruminansia, saponin berpotensi sebagai agen defaunasi dalam manipulasi
prosesfermentasi di dalam rumen. Penggunaan saponin yang ditambahkan ke dalam ransum
dapat menurunkan populasi protozoa rumen secara parsial atau keseluruhan (Wiseman and
Cole,1990).
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang sangat
luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran,
pembentuk busa pada industri sampo dan digunakan dalam industri farmasi serta dalam
bidang fotografi (Prihatman, 2001).

II.2. Karkteristik Saponin


Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin
memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok

Metabolisme sekunder (saponin)

maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan
tidak larut dalam eter (Hartono, 2009).
Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama saponin
adalah biji-bijian khususnya kedele. Saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon
dan membantu kadar kolesterol menjadi normal. Tergantung pada jenis bahan makanan yang
dikonsumsi, seharinya dapat mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg (Arnelia, 2011).
Sifat-sifat Saponin
Saponin memiliki sifat sebagai berikut :
1) Mempunyai rasa pahit
2) Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3) Menghemolisa eritrosit
4) Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5) Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya
6) Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang
mendekati.
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (surface
tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat
(hexose, pentose dan saccharic acid). Pada hewan ruminansia, saponin dapat digunakan
sebagai antiprotozoa, karena mampu berikatan dengan kolesterol pada sel membran protozoa
sehingga menyebabkan membrondisis pada sel membrane protozoa. Saponin dapat
beraktivitas sebagai adjuvant pada vaksin antiprotozoa yang nantinya mampu menghambat
perkembangan sporozoit di dalam saluran pencernaan.
II.3. Klasifikasi Senyawa Saponin
Secara umum saponin merupakan bentuk glikosida yang memiliki aglikon berupa
steroid dan triterpen. Triterpen merupakan jenis senyawa bahan alam yang memiliki 6
monoterpen atau memiliki jumlah atom karbon sebanyak 30. Dari aglikonnya saponin dapat
bagi menjadi dua yaitu saponin dengan steroid dan saponin dengan triterpen.
A. Saponin steroid
Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin
dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini
memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos.
Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan
Metabolisme sekunder (saponin)

sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki
aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan ini
juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat
terhadap jantung.

Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus),
Senyawa ini terkandung di dalam tumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan
hutan kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik oleh
orang afrika (Anonim, 2009).

Gambar 1

Struktur

Asparagus (Asparagus officinalis.)

B. Saponin triterpenoid
Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan
suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan
lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt
Pal,2002).

Metabolisme sekunder (saponin)

Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatikosida. Senyawa ini terdapat pada
tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai
antibiotik (Anonim, 2009).

Gambar 2
Gatu kola / Pegagan (Centella asiatica)
II.4. Saponin dalam etnobotani
Kebanyakan saponin, yang mudah larut dalam air, yang beracun bagi ikan Oleh
karena itu, dalam etnobotani, saponin terutama dikenal untuk penggunaannya oleh
masyarakat adat dalam memperoleh sumber makanan akuatik. Sejak zaman prasejarah,
budaya di seluruh dunia telah menggunakan tanaman piscicidal, sebagian besar mereka
mengandung saponin, untuk memancing.
Meskipun dilarang oleh hukum, racun ikan tumbuhan masih banyak digunakan oleh
suku-suku asli di Guyana. Di sub-benua India, suku-suku Gond dikenal untuk penggunaan
ekstrak tanaman dalam penangkapan racun ikan
Banyak suku-suku asli California Amerika secara tradisional digunakan soaproot,
(genus

Chlorogalum),

yang

berisi

saponin,

sebagai

racun

ikan.

Mereka

akan

menghancurleburkan akar, pencampuran dalam air untuk membuat busa, dan kemudian
menambahkan busa ke sungai.
Hal ini akan membunuh atau melumpuhkan ikan, yang dapat diperoleh dengan mudah
dari permukaan air. Di antara suku-suku menggunakan teknik ini adalah Lassik, yang
Luiseo, para Yuki, Yokut, para Chilula, yang Wailaki, Miwok tersebut, Kato itu, Mattole itu,
Nomlaki dan Nishinam tersebut.

Metabolisme sekunder (saponin)

Salah satu penelitian penggunaan saponin kelas produk alami melibatkan kompleksasi
mereka dengan kolesterol untuk membentuk pori-pori di bilayers membran sel, misalnya,
dalam sel darah merah (eritrosit) membran, di mana kompleksasi menyebabkan lisis sel darah
merah (hemolisis) pada injeksi intravena. Selain itu, sifat amphipathic kelas memberi mereka
aktivitas sebagai surfaktan yang dapat digunakan untuk meningkatkan penetrasi
makromolekul seperti protein melalui membran sel. Saponin juga telah digunakan sebagai
adjuvan dalam vaksin.
Saponin dari tanaman Gypsophila paniculata (Nafas Bayi) telah terbukti sangat
signifikan menambah sitotoksisitas immunotoxins dan racun ditargetkan lain ditujukan
terhadap sel kanker manusia. Kelompok penelitian Profesor Hendrik Fuchs (Universitas
Charite, Berlin, Jerman) dan Dr David Flavell (Southampton General Hospital, Inggris)
bekerja sama menuju pengembangan saponin Gypsophila untuk digunakan dalam kombinasi
dengan immunotoxins atau racun lainnya yang ditargetkan untuk pasien dengan leukemia ,
limfoma dan kanker.lainnya.

Gambar 3
Nafas Bayi (Gypsophila paniculata)
Ada yang luar biasa, promosi komersial didorong dari saponin sebagai suplemen diet dan
nutriceuticals. Ada bukti dari kehadiran saponin dalam persiapan obat tradisional, di mana
administrasi lisan mungkin diharapkan mengarah kepada hidrolisis glikosida dari terpenoid (dan
obviation dari setiap toksisitas terkait dengan molekul utuh). Tapi seperti yang sering terjadi
engdan luas klaim terapi komersial untuk produk alami :

1. Klaim untuk manfaat organisme / manusia sering didasarkan pada s angat awal studi
biologi biokimia atau sel.
2. Menyebutkan umumnya dihilangkan dari kemungkinan sensitivitas kimia individu, atau
toksisitas umum agen khusus, dan toksisitas tinggi kasus yang dipilih.

Metabolisme sekunder (saponin)

Sementara pernyataan semacam itu memerlukan tinjauan konstan (dan meskipun web
segudang mengklaim sebaliknya), tampak bahwa ada sangat terbatas AS, Uni Eropa, dll
lembaga-disetujui peran untuk saponin dalam terapi manusia. Dalam penggunaan mereka
sebagai adjuvant dalam produksi vaksin, toksisitas terkait dengan kompleksasi sterol tetap
menjadi isu utama untuk menarik perhatian.
Bahkan dalam kasus digoksin, manfaat terapeutik dari cardiotoxin adalah hasil
administrasi hati-hati dosis yang tepat. Perawatan yang sangat besar harus dilakukan dalam
mengevaluasi atau bertindak atas klaim spesifik dari manfaat terapeutik dari memakan
produk alami saponin-jenis dan lainnya.
II.5 Aktivitas biologi
Saponin mempunyai aktivitas biologi yang beragam. Aktivitas biologi ini dipengaruhi
oleh kelas Aglycone, gugus polar pada Aglycone, macam karbohidrat yang terikat pada
Aglycone, posisi terikatnya pada Aglycone, bahkan orientasi Saponin setelah mengikat
membran sel juga ikut mempengaruhinya. Disini hanya akan dijelaskan secara singkat
beberapa macam aktivitas saja, diantaranya:
Aktivitas hemolisis
Saponin dapat menyebabkan sel darah merah pecah (lisis). Ini disebabkan karena
Saponin dapat berikatan dengan kholesterol dari membran sel. Aktivitas ini berkurang
kalau aglycone dibuang.

Ciri-ciri yang lain dari aktivitas hemolisis ini, misalnya:


a. Makin banyak karbohidrat yang terikat pada Aglycone makin kecil daya
hemolisisnya.
b. Kecepatan hemolisis Saponin Steroid lebih besar dari Saponin Triterpenoid
c. .Karbohidrat yang terikat pada C3 OH mempunyai daya hemolisis makin
tinggi apabila jumlah unit monosakaridanya makin besar (kalau diurut daya
hemolisis paling rendah meningkat ke urutan lebih tinggi adalah mono, di, tri,
tetra, penta dan heksa sakarida).
d. Makin banyak gugus polar pada Aglycone makin rendah daya hemolisisnya.
Interaksi antara saponin dan membran sehingga Saponin dapat membentuk porus atau
merusak membran perlu ditelaah lebih lanjut. Sepertinya beberapa mekanisme dan
keadaan ikut terlibat, seperti: pembentukan Saponin kholesterol kompleks, perubahan
organisasi atau susunan membran fosfolipid, pemecahan fosfo lipida dan hasil
Metabolisme sekunder (saponin)

senyawa yang terbentuk (DAG), Saponin struktur dan orientasinya dengan sel
membran.
Contoh Saponin yang dapat menyebabkan hemolisis: sebagian ginsenosides,
Gypsophilasaponins.
Mempengaruhi sistim immun

Telah dilaporkan bahwa Saponin dapat menginduksi produksi dari cytokine seperti
interleukin dan interferon yang mungkin dapat memediasi efek immunostimulan.
Seponin juga telah dibuktikan dapat meningkatkan respon immun melalui immunisasi
oral. Hal ini disebabkan saponin dapat meningkatkan pengambilan (up take) antigen
oleh usus dan sel mukosa yang lain (misalnya hidung).

Menurut Odaet al.(2000) secara keseluruhan juxta-position dari gugus fungsional


hidrofilik dan hidrofobik lebih penting dari pada perbedaan struktur dari masingmasing kelompok yang memberikan kontribusi pengaruhnya saponin sebagai
adjuvan.

Contoh Saponin yang dapat meningkatkan immun respon: Panax ginseng C. A. Meyer
saponins, Quillaja saponins, dan Lonicerajaponica.

Saponin sebagai anti kanker

Saponin Ginsenosides, dammaranes, mempunyai efek anti tumor dengan menghambat


penyebaran melalui pembuluh darah dengan mekanisme supresi inducer dalam sel
endotel sehingga mencegah pelekatan (adhering), invasi, dan metastasis.

Dioscin, suatu Saponin steroid dan Aglycone diosgenin mempunyai efek anti tumor
dengan menghentikan siklus sel (cell cycle arrest) dan apoptosis.

Platycodon D, salah satu platycodigenin, potensial sebagai khemoterapi mempunyai


efek apoptosis melalui jalur caspase-3 dependent PARP, pemecahan lamin A dan Egr1 aktivasi akibat induksi ROS.

Deltonin, suatu Saponin steroida yang diisolasi dari Dioscorea zingiberensis Wright
(DZW), dengan struktur kimia diosgenin-3-O-E-D-glucopyranosyl (1o4)-[D-Lrhamnopyranosyl (1o2)]-E-D- gluco-pyranoside mempunyai efek anti kanker dengan
menghentikan pembelahan sel melalui fase G2-M8.

Tubeimoside II mempunyai aktivitas anti kanker lebih besar dibandingkan dengan


tubeimoside I. Ini karena tubeimoside II mempunyai gugus OH pada C 16, sedangkan
tubeimoside I tidak punya. Lain dari pada itu tubeimoside II mempunyai efek
samping yang lebih ringan.

Metabolisme sekunder (saponin)

II.6 Identifikasi saponin


Secara kualitatif untuk menyatakan keberadaan saponin pada contoh bahan dapat
dilakukan dengan uji busa dan menghemolisis sel-sel darah merah, bila larutan saponin
diinjeksikan ke dalam aliran darah. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi
tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan
adanya saponin. Selanjutnya golongan sapogeninnya dapat ditentukan dengan reaksi warna
menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard. Berdasarkan warna yang terbentuk, apabila
terbentuk warna merah atau ungu menunjukkan saponin triterpen, sedangkan bila terbentuk
warna hijau atau biru menunjukkan saponin steroid (Harborne, 1996).
Secara kualitatif, saponin steroid yang termasuk golongan spirostanol dapat dibedakan
dengan furostanol. Glikosida furostanol menunjukkan warna merah pada lempeng
kromatografi lapis tipis (KLT) bila disemprot dengan pereaksi Ehrlich (p-dimetil amino
benzal dehida dan asam klorida) dan warna kuning dengan pereaksi anisaldehida, sebaliknya
tidak terjadi perubahan warna pada glikosida spirostanol (Mahato et al., 1982)
Secara konvensional, elusidasi struktur saponin dilakukan melalui studi
Derivatisasi dan degradasi (Chen and Snyder, 1993; Qiu et al., 1999; Thakur et al.,2011;
Sirohi et al., 2014). Derivatisasi saponin dilakukan melalui reaksi metilasi atau asetilasi.
Degradasi saponin dilakukan melalui reaksi hidrolisis total dan atau hidrolisis parsial.
Hidrolisis saponin dapat dilakukan dengan cara enzim, basa, atau asam yang menghasilkan
sapogenin dan gula. Hidrolisis dalam suasana asam menghasilkan hidrolisis total maupun
hidrolisis parsial tergantung konsentrasi asam,waktu, dan suhu. Secara khusus hasil hidrolisis
total saponin adalah untuk mengidentifikasi sapogenin dan glikon. Posisi ikatan glikosidik
inter glikon maupunantar glikon dan sapogenin, diidentifikasi dengan melakukan reaksi
permetilasi dandiikuti dengan reaksi hidrolisis secara total satuan-satuan gula yang
menyusunglikonnya. Bagian yang tidak termetilasi pada masing-masing satuan gula adalah
sisiyang berikatan.
II.7. Sumber Penghasil Senyawa Saponin

Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman makanan


ternak seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah . Saponin umumnya
mempunyai karakteristik yaitu rasa pahit, sifat iritasi mucosal, sifat penyabunan, dan
sifat hemolitik dan sifat membentuk komplek dengan asam empedu dan kolesterol.
1.

Bunga Matahari

Metabolisme sekunder (saponin)

Gambar 4
Bunga Matahari (Helianthus annuus L)
A. Klasifkasi
Nama Tumbuhan

Bunga matahari

Nama Latin

Helianthus annuus L

Ordo

Asteralis

Famili

Asteraceae

Upfamily

Helianthoideae

Bangsa

Heliantheae

Genus

Heliantus

B. Kandungan senyawa kimia :


Akar bunga matahari mengandung polisakarida dan helianthoside 2. Batang
mengandung chlorogenic acid, neochlorogenic acid, dan scopolin. Daun mengandung
neochlorogenic acid, isochlorogenic, fumaric acid, camphor dan luteolin. Bunga mengandung
triterpenoid saponines, helianthoside A, B, C. Biji mengandung minyak lemak dan asam
organik. Hasil skrining fitokimia biji bunga matahari menunjukkan kandungan alkaloid,
fitosterol, tanin, saponin, flavonoid, steroid, karbohidrat, lemak, dan minyak.
C. Manfaat :

Bunga matahari berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah,serta merupakan pereda


nyeri alami. Oleh karena itu bunga matahari dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
saat sakit gigi, sakit kepala, nyeri haid, dan nyeri lambung.

Metabolisme sekunder (saponin)

10

Biji bunga matahari bermanfaat untuk meningkatkan nafsu makan, mengatasi

kelesuan, dan meredakan sakit kepala.


Akar tanaman bunga matahari bermanfaat untuk meluruhkan air seni, mengatasi
infeksi saluran kencing, batuk rejan, dan keputihan, serta dapat meredakan batuk, dan
juga mengurangi rasa nyeri. Daunnya berkhasiat untuk meredakan radang,

mengurangi nyeri, dan antimalaria.


Batang bunga matahari (bagian sumsumnya) dapat digunakan untuk meningkatkan

vitalitas, membantu kerja liver.


2. Kacang Tanah

Gambar 5
Kacang Tanah (Arachis hypoea)
A. Klasifikasi
B. Kandungan senyawa kimia

Nama Tanaman

kacang Tanah

Nama Latin

Arachis hypogea

Kingdom

Plantae

Ordo

Leguminales

Family

Fabaceae

Upfamily

Faboidae

Genus

Secara umum untuk famili Fabaceae


(Arachis) memiliki ciri-ciri kimia yaitu
mempunyai bahan cadangan, kandungan
protein

adalah

fithemaglutinin(lektin).

Selain itu terdapat pula saponin, isoflavon


dan asam amino non protein (Sutrisno,
1998).
C. Manfaat

Arachis

Biji

kacang

tanah

banyak

mengandung minyak lemak, maka kacang tanah dapat digunakan sebagai sumber

Metabolisme sekunder (saponin)

11

minyak nabati. Fithemaglutinin yang terdapat dalam kacang tanah, atau biasa disebut
lektin dapat digunakan untuk penetapan golongan darah (Sutrisno, 1998).
Kulit ari (testa) kacang tanah (A.hypogaeaL) digunakan secara tradisional sebagai
obat sakit sendi, aprodisiak, pencahar, obat bermacam- macam pendarahan dan
leukemia (Ozoraet al., 2006)
3. Pepaya (carica papaya L.)

Gambar 6
Pepaya (carica papaya L.)
Klasifikasi dari tanaman sareh Pepaya (carica papaya L.) sebagai berikut :
Kingdom
: plantae (tumbuhan)
Devisio
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Klas
: Magnolipsida (berkeping 2/dikotil )
Subklas
: Dilenidae
Ordo
: Violales
Famili
: Caricaceae
Genus
: Carica
Species
: Carica papaya L.
o Tanaman ini mengandung metabolit sekunder : alkloid dan saponin
o Manfaat : Dapat mengobati :
Kulit melepuh karena panas : toreh kulit buah pepaya, tampung getahnya dan
oleskan, diamkan sehari semalam.Bila bagian yang melepuh agak luas,
parutlah pepaya dan daging buahnya ditempelkan.
Malaria dan demam : tumbuk daun pepaya hingga menjadi gelas,
tambahkan ai 3 kali sehari, lakukan 5 hari berturut-turut.
Digigit ular berbisa : 5 jari akar pepaya,cuci,tumbuk sampai halus, tempelkan
pada bagian yang terkena ,balut. Ganti 2 kali sehari
Sariawan, sembelit : makan buah pepaya segar 3kali sehari
Merangsang nafsu makan : sehelai daun pepaya di cuci, lumatkan, beri garam
dan air sedikit demi sedikit sebanyak gelas,peras. Minum airny sekaligus.
II.8. Aplikasi Saponin Serta Contoh dari Jurnal Penelitian Jurnal
penelitian saponin
Saponin yang terdapat dalam pisang ambon
A. Klasifikasi
Metabolisme sekunder (saponin)

12

Klasifikasi tanaman pisang ambon yang diterima secara luas saat ini adalah sebagai
berikut (Satuhu dan Supriyadi, 2008):

Gambar 7
Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum (L.)
Division
: Magnoliophyta
Sub division : Spermatophyta
Klas
: Liliopsida
Sub klas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Musaceae
Genus
: Musa
Species
:Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt.
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun
besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya ( Musa acuminate, M. balbisiana,
dan M. xparadisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Budidaya pisang
sesuai dengan iklim Indonesia baik dataran rendah maupun tinggi sampai dengan 1300 dpl
( Ishak, 1995).
B. Morfologi batang pisang
Batang pisang menurut ( Nakasone, 1998) merupakan batang semu yang terbentuk
dari pelepah daun yang membesar di pangkalnya dan mengumpul membentuk struktur
berselangseling yang terlihat kompak sehingga tampak sebagai batang ( pseudo stem). Batang
pisang yang sebenarnya terdapat didalam tanah dan kadang-kadang muncul di permukaan
tanah sebagai umbi yang tumbuh akar dan tunas. Secara umum batang tersusun atas
epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat stomata. Sistem berkas pembuluh yang
terdiri atas xylem dan floem dan tersusun tersebar
C. Kandungan kimia dan manfaat tumbuhan
Manfaat Batang Pisang
Batang pisang banyak dimanfaatkan untuk pembuatan tali dalam pengolahan
tembakau serta bagian yang paling sering dimanfaatkan untuk pembuatan kompos. Bahkan
para peternak kini sudah banyak yang memanfaatkan batang pisang untuk diolah menjadi
pakan ternak ruminansia terutama pada musim kemarau saat persediaan pakan terbatas.
Manfaat lain dari batang pisang adalah air atau getah dari batang pisang juga bisa
dijadikan sebagai penawar racun dan bahan baku dalam industri obat tradisional.
D. Latar belakang penelitian
Getah batang pisang mengandung saponin, antrakuinon dan kuinon yang
berfungsi sebagai antibakteri dan penghilang rasa sakit. Terdapat pula kandungan
Metabolisme sekunder (saponin)

13

lektin yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit, tannin bersifat
antiseptik dan kalium yang bermanfaat untuk melancarkan air seni.Selain itu, zat
saponin berkhasiat mengencerkan dahak (Anonim, 2011).
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa ekstrak batang pisang
mengandung beberapa jenis senyawa fitokimia yaitu saponin, tanin dan flavonoid
(Wijaya, 2010).
E. Identifikasi awal saponin
Dilakukan dengan uji busa dan uji warna. Saponin ditunjukkan dengan adanya
pembentukan busa stabil selama 30 detik setelah simplisia tanaman dikocok dalam air
yang menghasilkan ketinggian busa 1-3 cm dan penambahan asam klorida pekat pada
tabung reaksi. Identifikasi dengan uji warna dilakukan terhadap simplisia dpelarut
kloroform yang dipanaskan dan penambahan pereaksi Liebermann Burchard (LB),
jika pada larutan menghasilkan cincin warna coklat atau violet menunjukan adanya
saponin triterpen sedangkan jika menghasilkan cincin warna hijau atau biru
menunjukan adanya saponin steroid (Jaya, 2010).
F. Metode dalam penelitian
Saponin paling tepat diekstraksidari tanaman dengan pelarut etanol 70-95%
atau metanol. Ekstrak saponin akan lebih banyak dihasilkan jika diekstraksi
menggunakan metanol karena saponin bersifat polar sehingga akan lebih mudah larut
dari pada pelarut lain. Isolasi saponin dihasilkan dengan metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) menggunakan lempeng silika gel dan eluen campuran klorofom,metanol
dan air (Harborne, 1987).
G. Tujuan Peneliti
Yaitu bertujuan untuk mengisolasi senyawa saponin yang terkandung pada
ekstrak metanol batang pisang Ambon dengan metode KLT preparatif dan
mengidentifikasi nilai absorbansi senyawa saponin yang terkandung pada isolate.
hasil KLT preparatif pada panjang gelombang maksimal dengan spektrofotometri UVVIS.
H. Pembahasan dalam penelitian

Proses ekstraksi ini menggunakan pelarut metanol yang kemudian


dievaporasi dan selanjutnya diuapkan dengan waterbath yang diperoleh
ekstrak kental berwarna coklat dengan rendemen 1,554 %.Dalam penelitian
ini dilakukan pengujian saponin dengan 2 cara yaitu dengan uji busa dan uji
warna.
Dalam uji busa digunakan aquades sebagai pelarut dan asam klorida 2 N
sebagai pereaksinya.Setelah simplisia dikocok dalam aquades, busa yang
terbentuk pada tabung reaksi setinggi 3 cm dan setelah penambahan asam
klorida 2 N, busa tidak hilang dengan ketinggian 2 cmselama 30 detik. Busa
yang terbentuk disebabkan karena senyawa saponin memiliki sifat fisika yaitu
mudah larut dalam air dan akan menimbulkan busa ketika dikocok.
Dalam uji warna yang dilakukan menghasilkan cincin coklat setelah simplisia
yang dilarutkan dalam kloroform dan dipanaskan selama 5menit sambil
dikocok, ditambahkan pereaksi LB menunjukan adanya saponin triterpen.
Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang senyawa saponin yang
menyatakan bahwa sampel setelah ditambahkan pereaksiLB akan
menghasilkan cincin warnacoklat-ungu yang menunjukkan adanya saponin
triterpen dan hijau-biru untuk saponin steroid.
Metabolisme sekunder (saponin)

14

Pemisahan senyawa saponin dari ekstrak batang pisang Ambon dalam


penelitian ini menggunakan metode KLT dengan eluen kloroform : metanol :
air (13:7:2) lapisan bawah (Harborne, 1987). Hasil KLT yang diamati secara
visual tidak terlihat bercak noda pada lempeng alumunium silika gel Merck
yang telah ditotolkan ekstrak dan terelusi oleh eluen. Pada pengamatan
dibawah lampu UV 254 dan 366 terlihat beberapa bercak noda dengan nilai
Rf yang berbeda. Lempeng kemudian disemprotkan dengan pereaksi LB dan
dipanaskan pada suu 110oC selama 10 menit untuk membuktikan bercak dari
senyawa saponin.
Dalam proses identifikasi pada penelitian ini dengan spektrofotometri UV-Vis
bertujuan untuk mengetahui nilai absorbansi senyawa saponin pada panjang
gelombang maksimal yang terkandung dari filtrat hasil isolate. Hasil
identifikasi menunjukkan satu puncak dari garis gelombang yaitu pada 209
nm sebagai panjang gelombang maksimal dan memiliki nilai absorbansi
2,754.

Metabolisme sekunder (saponin)

15

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.I KESIMPULAN
a. Saponin merupkan metabolisme sekunder yang mempunyai berbagai akivitas
b. Senyawa saponin dapat di isolasi dengan menggunkan metode maserasi dan KLT
(Kromatograpi Lapis Tipis).
c. Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Saponin
tersebar luas di antara tanaman tinggi
d. Sifat yang khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air, mempunyai
sifat detergen yang baik, mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel darah merah),
tidak beracun bagi binatang berdarah panas, mempunyai sifat anti eksudatif dan
mempunyai sifat anti inflamatori.
e. Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman makanan ternak
seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah,PEPAYA DLL.
IV.II SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Metabolisme sekunder (saponin)

16

DAFTAR PUSTAKA
M. Agung Pratama Suharto, Hosea Jaya Edy1, Jovie M. Dumanauw.isolasi dan identifikasi
senyawa saponin dari ekstrak methanolbatang pisang ambon(musa paradisiaca var.
sapientum l.).jurnal
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia.Edisi III. Departemen KesehatanRepublik Indonesia,
Jakarta
Anonim. 2011. Antiseptik Alami dariBatang
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman.2008. Kimia Farmasi Analisis.PustakaPelajar,
Yogyakarta
Harborne. 1987. Metode Fitokimia :Penuntun cara modernmenganalisis tumbuhan. Edisi
II.Terjemahan Kosasih Padmawinatadan Iwang Soediro.Penerbit ITB,Bandung
Jaya, Ara Miko. 2010. Isolasi dan UjiEfektivitas Antibakteri SenyawaSaponin dari Akar Putri
Malu(Mimosa pudica) [skripsi]. JurusanKimia Fakultas Sains danTeknologi Universitas
Islam Negeri(UIN) Maulana Malik Ibrahim,Malang92
Sarker, Satyajit dan Lutfun Nahar. 2009 .Kimia untuk Mahasiswa Farmasi.
Pustaka Belajar, YogyakartaSirait, Midian. 2007. Penuntun Fitokimiadalam Farmasi.
Penerbit ITB,Bandung
Sjahid, Landyyun Rahmawan. 2008.Isolasi dan Identifikasi Flavonoiddari Daun Dewandaru
(Eugeniauniflora
L.)
[skripsi].
FakultasFarmasi
UniversitasMuhammadiyah
Surakarta,Surakarta
Suyanti dan Ahmad Supriyadi. 2008.Pisang, Budi Daya, Pengolahandan Prospek Pasar.
Edisi Revisi.Penebar Swadaya, Jakarta
Wijaya, Arief Riza. 2010. Getah Pisangsebagai Obat Alternatif TradisionalPenyembuh Luka
Luar MenjadiPeluang sebagai Produk Industri.Jurnal.

Metabolisme sekunder (saponin)

17

Anda mungkin juga menyukai