Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PLENO BLOK 25

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

OLEH :
YUDHISTIRA ELPATRIA

(41110074)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA

Latar Belakang
Dari pleno yang disampaikan kelompok A, B, dan C, dapat ditarik garis besar bahwa
latar belakang yang ingin disampaikan adalah bagaimana sebuah mitos terhadap wanita dapat
menyebabkan perbedaan perlakuan di dalam masyarakat. Memang tidak dapat dipungkiri,
bahwa sampai saat ini masih terdapat perlakuan yang berbeda antara pria dan wanita. Hal
tersebut tentunya dapat menciptakan suatu ketidakadilan bagi wanita, yang seharusnya
mendapatkan perlakuan yang sama dengan para pria.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya sudah semestinya memperhatikan masalah
mengenai mitos yang dapat menciptakan ketidakadilan bagi wanita. Seiring berjalannya
waktu, kebudayaan akan mengalami perubahan, dan mitos-mitos yang merugikan kaum hawa
pun akan menghilang sejalan dengan terungkapnya fakta-fakta yang menyanggah kebenaran
mitos tersebut.
Contoh :
Pertama, ada suatu desa yang melarang wanita menjadi pemegang jabatan seperti
lurah, karena masyarakat menganggap bahwa apabila wanita yang memegang jabatan pasti
desanya akan mengalami kemunduran karena wanita dianggap tidak secakap pria dalam
memimpin suatu desa. Padahal paradigma tersebut tidak sepenuhnya benar, karena belum
tentu semua pria lebih hebat dibandingkan dengan wanita di desa tersebut.
Kedua, di dalam masyarakat tertentu ada anggapan bahwa wanita tidak perlu
bersekolah tinggi-tinggi. Karena mereka beranggapan toh nantinya setelah menikah, wanita
tugasnya juga hanya melayani suami dan anak-anak di dalam rumah. Padahal, beberapa
wanita tidak ingin hanya duduk di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah. Banyak wanita
yang mempunyai potensi yang luar biasa. Mereka juga ingin bersekolah dan mendapatkan
pendidikan yang tinggi untuk meraih cita-citanya.
Refleksi :
Dari realita yang ada mengenai mitos-mitos yang menyebabkan pandangan inferior
terhadap wanita, sebaiknya masyarakat mulai mempunyai pemikiran yang terbuka. Terbuka
dalam artian mau menerima kenyataan bahwa mitos-mitos tersebut tidak sepenuhnya benar,
atau bahkan sangat salah. Seiring berkembangnya teknologi dan pengetahuan, manusia dapat
meneliti dan membuktikan apakah suatu mitos tersebut benar adanya. Memang hal ini

bukanlah hal yang mudah, mengingat suatu kepercayaan merupakan salah satu unsur
kebudayaan yang paling sulit dirubah. Tetapi kalau tidak segera dirubah, para wanita akan
terus hidup dalam ketidakadilan.
Wanita yang masih mendapat perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan pria akan
membuat para wanita tidak produktif dalam hidupnya. Mereka tidak dapat melakukan hal-hal
yang ingin dilakukan dengan bebas akibat terhalang oleh mitos yang salah di masyarakat.
Bukan tidak mungkin mereka akan merasa depresi karena tidak dapat menyuarakan apa yang
mereka inginkan, dan masih banyak lagi masalah yang dapat timbul apabila mitos-mitos yang
merugikan wanita tersebut tetap dipelihara di dalam masyarakat.
Sesungguhnya, wanita akan mempunyai pengaruh yang sangat positif apabila sudah
di perlakukan sama dengan laki-laki. Di dalam kehidupan sosial pun wanita dapat melakukan
tugas sama baiknya dengan pria. Ada pepatah mengatakan bahwa dibalik pria sukses, pasti
ada wanita hebat yang selalu mendukungnya dari belakang. Mungkin pepatah tersebut sudah
dapat menggambarkan betapa luar biasanya peran seorang wanita dalam kehidupan.
Intinya, tidak boleh ada lagi diskriminasi jenis kelamin dalam pekerjaan atau hal-hal
lainnya. Sudah saatnya para wanita mendapatkan hak mereka yang dahulu terhalang oleh
paradigma masyarakat. Hak yang sebenarnya merupakan hal yang paling mendasar, yaitu hak
untuk mendapatkan keadilan, sesuai dengan sila ke-5 Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai