Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendiksitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus buntu
atau umbai cacing (Konsursium Kesehatan, 2007). Penatalaksanaan medis
terhadap apendiksitis dapat

dilakukan dengan cara apendiktomi

(Dermawan, 2010). Adanya luka insisi post operasi apendiktomi


menyebabkan timbulnya nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial (Brunner dan Suddarth, 2002). Masalah yang muncul
bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan nyeri yang
hebat. Dengan komplikasi apendiks perforasi dan peritonitis. Masalah
keperawatan yang sering muncul selain nyeri yaitu, resiko infeksi dan
kerusakan integritas kulit.
Apendiksitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak usia
kurang dari satu tahun jarang terjadi. Insiden tertinggi pada kelompok umur
20-30 tahun, setelah itu menurun. Insiden pada pria dengan perbandingan
1,4 lebih banyak daripada wanita (Santacroce, 2009). Berdasarkan WHO
pada tahun 2010 angka kejadian akibat apendiksitis adalah 22.000 jiwa,
dimana populasi laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Angka kejadian apendiksitis sekitar 12.000 jiwa pada laki-laki dan pada
perempuan sekitar 10.000 jiwa. Berdasarkan data dari Departemen
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010 apendiksitis merupakan
penyakit urutan keempat terbanyak di indonesia setelah sistem pencernaan
1

lain. Menurut rekam medis RSUD Nganjuk penderita apendiksitis pada


tahun 2012 sebanyak 13 pasien, 2013 sebanyak 35, 2014 sebanyak 51
pasien, dan 2015 sebanyak 55 pasien (RM RSUD Nganjuk, 2015).
Apendiksitis merupakan penyebab paling umum inflamasi akut
kuadran kanan bawah rongga abdomen. Apendiks mengalami inflamasi dan
edema yang diakibatkan oleh lipatan atau sumbatan, kemungkinan oleh
fekalit ( masa keras dari feses ), tumor, atau benda asing. Proses inflamasi
mengakibatkan tekanan intraluminal meningkat, sehingga mengakibatkan
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progesif, dalam beberapa
jam nyeri terfokus di kuadran kanan bawah dari abdomen, akhirnya
apendiks yang terinflamasi berisi pus ( Brunner & Suddarth, 2002 ). Hal
tersebut mengakibtkan resiko terjadinya perforasi dan pembentukan massa
periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke
rongga abdomen lalu memberikan respon inflamasi permukaan peritoneum
atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi apendiks disertai dengan abses,
maka dapat menimbulkan nyeri lokal akibat akumulasi abses dan kemudian
juga akan memberikan respon peritonitis. Manifistasi yang muncul dari
perforasi apendiks merupakan nyeri hebat yang tiba tiba datang pada
abdomen kanan bawah ( Muttaqin, 2011 ).
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk menangani nyeri tidak hanya
secara

farmakologis

dengan

pemberian

analgesik.

Tindakan

non

farmakologis yang dilakukan oleh perawat secara mandiri sebagai pelaksana


asuhan keperawatan adalah mengurangi nyeri yaitu dengan melakukan
manajemen nyeri. Dan ditekankan pada teknik relaksasi (nafas dalam) dan

distraksi (mengalihkan perhatian dengan mengobrol, menonton televisi,


mendengarkan musik, massase). Berdasarkan uraian diatas maka penulis
tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan Nn.A ( 20 tahun ) dengan
Nyeri Akut pada Insisi Post Operasi Apendiktomi hari ke-2 di Ruang
Bougenvile RSUD Nganjuk".
B. Batasan Masalah
Pada Studi Kasus ini hanya membahas tentang Asuhan Keperawatan Nn. A (
20 tahun ) dengan Nyeri Akut pada Insisi Post Operasi Apendiktomi hari ke2 di Ruang Bougenvile RSUD Nganjuk.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan Nn. A ( 20 tahun ) dengan nyeri
akut pada insisi post operasi apendiktomi hari ke-2 di Ruang
Bougenvile RSUD Nganjuk.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian Nn. A ( 20 tahun ) dengan nyeri akut pada
insisi post operasi apendiktomi hari ke-2 di Ruang Bougenvile
RSUD Nganjuk.
b. Menetapkan diagnosa keperawatan Nn. A ( 20 tahun ) dengan nyeri
akut pada insisi post operasi apendiktomi hari ke-2 di Ruang
Bougenvile RSUD Nganjuk.
c. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan Nn. A ( 20 tahun )
dengan nyeri akut pada insisi post operasi apendiktomi hari ke-2 di
Ruang Bougenvile RSUD Nganjuk.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan Nn. A ( 20 tahun ) dengan
nyeri akut pada insisi post operasi apendiktomi hari ke-2 di Ruang
Bougenvile RSUD Nganjuk.

e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan Nn. A ( 20 tahun ) dengan


nyeri akut pada insisi post operasi apendiktomi hari ke-2 di Ruang
Bougenvile RSUD Nganjuk.
D. Pengumpulan Data
1. Observasi partisipatif
Adalah suatu prosedur yang berencana antara lain meliputi :
melihat, dan mencatat jumlah data taraf aktifitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmojo, 2002).
2. Interview
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara tanya jawab.
Suatu metode digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti
mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
atau responden atau bercakap- cakap, berhadapan muka dengan orang
tersebut (Notoatmojo, 2012).
3. Pemeriksaan Fisik
Yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk memperoleh data
objektif yang dilaksanakan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan klien
untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan mengambil data dasar
untuk menentukan rencana keperawatan (Notoatmojo, 2002).
4. Studi Dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan melihat data status klien. Catatan
medik maupun dari hasil pemeriksaan penunjang USG, rontgen, dan
pemeriksaan laboratorium (Nursalam, 2003).
5. Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku dengan masalah yang ada hubungannya
dengan kasus apendiksitis (Nursalam, 2003).
E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini disusun secara sistematis menjadi lima bab dengan susunan
sebagai berikut :

BAB I

BAB II

: PENDAHULUAN
Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, batasan
masalah , pengumpulan data, sistematika penulisan.
: TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka meliputi konsep dasar penyakit dan manajemen
asuhan keperawatan. Konsep dasar penyakit berisi tentang
pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gambaran klinis,
pemeriksaan

penunjang,

penatalaksanaan,

komplikasi.

Manajemen nyeri meliputi definisi nyeri, fisiologi nyeri,


klasifikasi nyeri, faktor faktor yang mempengaruhi nyeri, skala
pengukuran nyeri, penatalaksanaan nyeri, hubungan nyeri dengan
luka post apendiktomi, bentuk nyeri post operasi, mekanisme
nyeri post operasi. Dan konsep asuhan keperawatan berisi tentang
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pembahasan berisi tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka
BAB V

dan tinjauan kasus.


: PENUTUP
Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai