Laporan 1
Laporan 1
240210130017
IV.
4.1
HASIL PENGAMATAN
Amilum
1%
Bening
Bau
-
Endapan
+
++
++
++
Bau
Asam
cuka
Keterangan
Endapan putih
Sebelum
dipanaskan: keruh
Setelah
dipanaskan:
Bening
PEMBAHASAN
Larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara
fisik. Larutan terdiri dari zat terlarut dan pelarut (Simanjuntak dan SIlalahi, 2003).
Menurur Brady (1999), larutan adalah campuran molekul (atom atau ion
dalam beberapa hal), biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam
larutan dibanding dalam pelarut murni. Jadi pembentukan larutan dapat dibuat
sebagai proses hipotesis berikut:
1. Jarak antara molekul-molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang
ditampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan energi untuk
Eka Wahyuni
240210130017
melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi yang disertai dengan peningkatan
enthalphi, reaksinya adalah endoterm.
2. Pemisahan yang sama terhadap molekul-molekul terlarut terjadi.
3. Membiarkan molekul-molekul pelarut dan terlarut bercampur.
Underwood (2002) dalam bukunya yang berjudul Analisis Kimia
Kuantitatif mengemukakan bahwa, larutan adalah campuran homogen antara zat
terlarut dan pelarut yang komposisinya bisa berbeda-beda. Zat-zat pembentuk
campuran homogen bercampur secara merata, tidak dapat dibedakan, serba sama,
tidak memiliki bidang batas, dan mempunyai sifat yang sama di seluruh bagian.
Di dalam larutan terdapat dua komponen, yakni zat terlarut (solute) dan pelarut
(solvent). Pelarut adalah komponen yang keadaan fisiknya tidak berubah ketika
larutan itu terbentuk, sedangkan komponen yang dilarutkan dalam pelarut itu
disebut zat pelarut. (Underwood, 2002)
Larutan juga merupakan campuran dua atau lebih zat murni. Dalam suatu
larutan, satu zat terlarut dalam zat lainnya secara homogen. Dalam pembuatan
larutan asam basa yang harus mendapat perlakuan khusus. Hal ini disebabkan
bahwa pada pembuatan larutan asam harus dilakukan di ruang asam. Apabila
larutan tersebut direaksikan tidak di ruang asam maka asam-asam akan menguap
sehingga larutan tersebut akan kehilangan asamnya, reaksi asam tidak terbentuk
secara sempurna atau bahkan tidak terbentuk sama sekali. Blower yang ada di
ruang asam seharusnya dinyalakan supaya asam yang dihasilkan dari pembuatan
reagen tidak terhisap. Begitupun sama hbalnya dengan pembuatan larutan basa
yang harus dilakukan di ruang basa.
Pada praktikum kali ini dilakukan pendahuluan berupa pembuatan
berbagai larutan. Larutan yang dibuat pada praktikum ini antara lain larutan KI
jenuh, Na-thiosulfat 0,1N (50ml), KOH 0,1N (50ml), Alkohol 95% Netral,
Indikator PP 1%, NaOH 10% (50 ml), NaOH 1N, KOH 10%, asam asetat 0,01N
(50 ml) dan amilum 1%.
1. KI Jenuh
Kalium adalah logam perak yang lunak garam-garam kalium mengandung
kation monofalen k+. Garam-garam ini biasanya larut dan membentuk larutan
yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna (vogel, 1979).
Eka Wahyuni
240210130017
Sedangkan larutan KI jenuh merupakan larutan yang mengandung solud
yang setimnbang dengan padatannya sehingga kejenuhan dari larutan ini ditandai
adanya endapan putih.
Berdasarkan hasil pengamatan dan beberapa proses yang telah dilakukan,
bahwa pada pembuatan larutan KI jenuh terdapat endapatn putuh, dan larutan
berwarna bening. Hal ini terjadi diakibatkan saat padatan KI harus ditambahkan
kedalam air sedikit demi sedikit maka terlihat adanya endapan pada larutan maka
larutan telah mencapai jenuh. Kejenuhan larutan ini terjadi ketika zat terlarut
(solute) telah setimbang dengan larutannya (solution). Sebutir kristal kalium iodod
merupakan gabungan dari beberapa molekul iodid. Ketika kristal kalium iodid itu
dimasukan kedalam air, maka molekul-molekulnya memisah dari permukaannya
menuju edalam air (melarut). Maka proses inilah berada dalam kesetimbangan dan
larutannya jenuh.
2. Na-Tiosulfat 0,1 N
Natrium tiosulfat (Na2S2O3) berupa padatan kristal tidak berwarna.
Senyawa yang dikenal dengan nama sodium tiosulfat merupakan donor sulfur
yang mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih non-toksik, tiosianat,
dengan enzim sulfurtransferase yaitu rhodanase Senyawa ini sangat mudah larut
dalam air dan tidak larut dalam etanol.
Praktikum kali ini digunakan Na2CO3 dan Na2CO3 anhidrous, perbedaan
diantara keduanya adalah Na2CO3 anhidrus merupakan Na2CO3 yang kehilangan
kandungan airnya karena adanya proses pemanasan. Fungsi dari penambahan
Na2CO3 anhidrous yaitu sebagai bahan pengawet yang dapat memperlambat laju
proses oksidasi. Karena apabila tidak ditambahkan, Na2S2O3 akan mudah
teroksidasi menjadi Na2S3O6.
Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) berupa hablur besar, tidak berwarna, atau
serbuk hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara
kering pada suhu lebih dari 33C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap
lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. Sifat-sifat
kimia Natrium Tiosulfat dapat diketahui antara lain memiliki stabilitas termal
Eka Wahyuni
240210130017
lebih rendah dari natrium sulfat, membentuk endapan putih setelah direaksikan
dengan asam encer (HCl). (Petrucci, 1989)
Natrium tiosulfat juga berperan sebagai antidot untuk keracunan sianida.
Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi
bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzyme sulfurtransferase, yaitu
rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan dapat
diberikan secara empiris pada keracunan sianida. Penelitian dengan hewan uji
menunjukkan kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila dikombinasikan
dengan hidroksokobalamin (Austin, 1996).
Natrium tiosulfat ummnya dibeli sebagai pentahidrat Na 2S2O3.5 H2O dan
larutan-larutannya distandarisasi terhadap sebuah standar primer. (Day, R.A dan
Underwood,A.L, 2003)
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, data menunjukan bahwa
Na-tiosulfat memiliki warna bening dan tidak berbau serta tidak adanya endapan
hal ini Natrium karbonat (Na2CO3) merupakan senyawa yang mempunyai berat
molekul 106, berwarna putih, berupa padatan kristal adapula yang berbentuk
bubuk yang bersifat higroskopik.
Tabel 2. Sifat Fisik dan Kimia Na2CO3
Sifat Fisik
Sifat Kimia
Rumus molekul : Na2CO3
Larut dalam air
Berat molekul : 106 gr/mol
Sering digunakan sebagai elektrolit
Titik lebur, 1 atm : 8510 C
Sebagai konduktor yang baik dalam
proses elektrolisis
0
Kelarutan, 0 C : 7,1 g/100 g H2O
CO2 murni dapat diperoleh dari
melakukan
pemanasan
natrium
bikarbonat pada persamaan berikut:
2 NaHCO3 Na2CO3 + CO2 + H2O
Kelarutan, 100 0 C : 485 g/100 g H2O
Kapasitas panas, 25 0 C : 4,3350
cal/mol 0 C
Densitas, 200 C : 2,533 gr/ ml
Energi bebas Gibbs (25C)
-1.128.229 kj/mol
Tekanan parsial, 30 0 C : 388,08 psi
Eka Wahyuni
240210130017
Na2CO3 + 10 H2O
Bentuk: Solid
Penampilan: putih atau kuning, kaustik, licin seperti sabun, dapat
Eka Wahyuni
240210130017
Eka Wahyuni
240210130017
effectively a spherical of radius 1.53 (between and in size). Kelompok OH
baik dengan cepat atau secara acak teratur sehingga OH- kelompok secara efektif
bola anion dengan jari-jari 1,53 (antara Cl - dan F - dalam ukuran). At room
temperature, the groups are ordered and the environment about the centers is
distorted, with
, the dihydrate
, and the
Eka Wahyuni
240210130017
( Sumber : Kirk and Othmer,1979)
Fenolftalein sendiri merupakan suatu senyawa organik yang dalam
suasana asam mempunyai rumus umum HIn (In = indikator). dalam suasana asam
ini, fenolftalein berstruktur agak menekuk (ketiga cincin fenilnya) dan tidak
berwarna. Ketika dilakukan titrasi dengan basa, maka pada kondisi sedikit basa
terjadi reaksi antara HIn dengan NaOH (basa). Struktur fenolftalein dalam suasana
basa ini bersifat lebih datar dan juga memiliki serapan di daerah sinar tampak
(pada panjang gelombang tertentu) yang mengakibatkannya berwarna pink/ungu
muda. Keduanya menyerap sinar ultra-violet, selain itu struktur di sebelah kanan
juga menyerap sinar tampak dengan puncak 553 nm. Molekul dalam larutan asam
tak berwarna karena mata kita tidak dapat mendeteksi fakta adanya penyerapan
beberapa sinar ultra-violet. Akan tetapi, mata kita mampu mendeteksi penyerapan
pada 553 nm yang dihasilkan oleh pembentukan molekul dalam larutan basa. 553
nm merupakan daerah hijau pada spektrum sinar tampak. Warna komplementer
dari hijau adalah merah muda, warna itulah yang ditangkap oleh mata. (Perry,
1984)
Fenolftalein biasanya digunakan sebagai indikator asam-basa (di dalam
larutan asam tidak berwarna dan di dalam larutan basa berwarna merah). Rentang
perubahan yang bisa diteliti oleh fenolftalein adalah antara pH 8,2 - 10. Setengah
tingkat terjadi pada pH 10 pengukuran pH tidak dapat dilakukan lagi oleh
fenolftalein. Hal ini karena pencampuran warna merah muda dan tak berwarna
menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya
dengan akurat. Mekanisme kerja pp dalam titrasi , ternyata tidak berwarna dalam
asam, Jika konsentrasi indikator sangat kuat, dapat muncul ungu. Dalam reaksi
sangat dasar, warna pink fenolftalein yang mengalami reaksi memudar agak
lambat dan menjadi tidak berwarna lagi.
Pada praktikum kali ini konsentrasi fenolftalein yang dibuat adalah
fenolftalein 0,1%. Cara pembuatan larutan tersebut adalah dengan mengetahui
berat serbuk fenolftalein
alkohol 95%.
Eka Wahyuni
240210130017
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1 maka dapat diketahui sifat
fisik dari fenolftalein, diantaranya merujuk pada :
Larutan PP berbentuk cairan, higroskopik, dapat larut dalam air, dan tidak
berwarna. PP juga tdak mudah terbakar.
bersifat asam, basa, atau netral. Indikator ini akan berwarna putih atau bening jika
Eka Wahyuni
240210130017
berada dalam suasana asam, berwarna merah jika dalam keadaan basa dan
berwarna merah muda jika dalam keadaan netral. Prinsip kerja fenolftalein saat
terjadi perubahan warna ditentukan oleh [H+] larutan. Setelah dilakukan
penambahan fenolftalein 1% pada alkohol 95%, selanjunya ditambahkan KOH
0,1 N hingga larutan berubah warna menjadi merah muda.
Asam lemah (fenolftalein) tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah
muda terang. Penambahan ion hidrogen dari alkohol berlebih menggeser posisi
kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna.
Penambahan
ion
hidroksida
(KOH)
menghilangkan
ion
hidrogen
dari
Eka Wahyuni
240210130017
Sifat Fisik
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 39.99711 g/mol
Sifat Kimia
Higroskopis
Dapat membentuk basa kuat bila
dilarutkan dalam air
Penampilan : putih solid, hidroskopis Mudah terionisasi membentuk ion
natrium dan hidroksida
3
Kepadatan : 2.13 g/cm
Mudah larut dalam air dan etanol
3
Densitas dan fase : 1.049 g cm , Tidak larut dalam eter
cairan
dan 1.266 g cm3, padatan
Titik lebur : 318 C, 591 K, 604 F
Titik didih : 1388 C, 1661 K,
2530 F
Kelarutan dalam air : 1110 g/L (20 )
Kelarutan dalam etanol : 139 g/L
Kelarutan dalam metanol : 238 g/L
Kelarutan dalam gliserol : Larut
Sumber : Sarjoni (1996)
Pengamatan yang dilakukan pada pembuatan NaOH 10% dan NaOH 0,1 N
meliputi pengamatan sifat fisik padatan NaOH, larutan NaOH 10%, dan larutan
NaOH 0,1 N. Padatan NaOH mempunyai sifat fisik berbentuk Kristal, berwarna
putih, dan tidak berbau. Larutan NaOH 10% mempunyai sifat fisik yang berbeda
dengan padatan NaOH, antara lain berbentuk cairan yang tidak berwarna, tidak
berbau pula, dan larutan tersebut jernih, tidak terdapat kekeruhan atau endapan.
Larutan NaOH 0,1 N mempunyai sifat fisik yang sama dengan larutan NaOH
10%, dimana larutan tersebut berbentuk cair, tidak bewarna, dan larutan tersebut
jernih, ditandai dengan tidak adanya kekeruhan maupun endapan.
Berdasarkan hasil pengamatan, data yang diperoleh menunjukan bahwa
Larutan NaOH 0,1 N mempunyai sifat fisik yang sama dengan larutan NaOH
10%, dimana larutan tersebut berbentuk cair, tidak bewarna, dan larutan tersebut
jernih, ditandai dengan tidak adanya kekeruhan maupun endapan, selain itu saat
dilarutkan kedua konsentrasi NaOH tersebut menimbulkan panas dikarenakan
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara
spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Sehingga sifatnya sangat
larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam
Eka Wahyuni
240210130017
etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar
lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain
dan kertas.
Eka Wahyuni
240210130017
COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat
glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C.
Berdasarkan hasil pengamatan CH3COOH dapat bereaksi dengan akuades
karena asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H + dan CH3COO-. Reaksi
disosiasi untuk asam asetat adalah:
CH3COOH + H2O
CH3COO- + H3O+
8. Amilum 1%
Eka Wahyuni
240210130017
Amilum merupakan karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih tawar dan tidak berbau yang mempunyai rumus molekul
(C6H1OO5)n, densitas 1.5 g/cm3.
Berdasarkan data yang diperoleh, amilum berwarna bening dan Sebelum
dipanaskan amilum keruh, namun setelah dipanaskan larutan amilum bening, hal
ini dikarenakan dalam air dingin amilum tidak akan larut tetapi apabila suspensi
dalam air dipanaskan akan terjadi suatu larutan koloid yang kental, oleh
karenanya dalam pembuatan larutan amilum harus dipanaskan.
V.
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Eka Wahyuni
240210130017
Berdasarkan hasil praktikum kali ini maka simpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan larutan Na-tiosulfat anhidrous. Percobaan pembuatan Na-tiosulfat
anhidrous kali ini dilakukan penambahan padatan Na2CO3 anhidrous karena
larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Untuk itu
ditambahkan larutan Na2CO3 anhidrous agar larutan Na-tiosulfat menjadi lebih
awet.
2. Sifat fisik fenolftalein saat wujudnya padatan, berwarna putih dan tidak berbau.
Sifat kimia fenolftalein adalah pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak
berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral
tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam
atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein.
3. Sebelum akuades digunakan harus didihkan terlebih dahulu agar ion-ion dalam air
netral.
4. Penambahan pp pada pembuatan alkohol netral adalah untuk mengetahui pH
alkohol. Pada pembuatan alkohol netral setelah ditambahkan KOH mula-mula
alkohol berwara pink namun setelah beberapa detik alkohol berwarna bening
kembali karena K dalam KOH reaktif.
5. Perbedaan pembuatan NaOH 10% dan NaOH 0,1 N terletak pada zat terlarut yang
digunakan.
5.2
SARAN
Alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum diharapkan dapat
terpenuhi proses pembelajaran, serta dapat mengefektifkan waktu. Serta dapat
menghemat penggunaan bahan di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara, Jakarta.
Cotton. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Universitas Indonesia. Jakarta
Eka Wahyuni
240210130017
Jim Clark. 2007. Sifat-sifat klorida unsur periode 3. Dapat diakses
di : http://www.chem-is-try.org. Diakses pada tanggal 10
september 2014 pukul 22.30 WIB
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. PT. Gelora Aksara Pratama,
Jakarta.
Kuchel, P. dan Ralston, G.B. 2006. Schaum's: Biokimia. Penerbit :
Erlangga, Jakarta.
Lide, D.R. 2005. CRC Handbook Kimia dan Fisika
Perry, R. H. 1984. Perry's Chemical Engineers' Handbook.
Pettruci.1989. Kimia Universitas. Penerbit : Erlangga, Jakarta.
Sarjoni, B. 1996. Kamus Kimia. Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta.
Underwood, dkk. 2002. Analisis Kimia Kuntitatif. Edisi keenam. Penerjemah Iis
Sopyan. Penerbit PT. Erlangga, Jakarta
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Vogel, A. I. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.