Anda di halaman 1dari 16

Eka Wahyuni

240210130017
IV.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1

HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan


No.
Reagen
Warna
1.
KI Jenuh
Bening
Na2.
tiosulfat
Bening
0,1 N
KOH 0,1
3.
Bening
N
Indikator
4.
Bening
PP 1%
Merah
Alkohol
muda
5.
95%
(berbayang
Netral
)
NaOH
6.
Bening
10%
7.
KOH 10%
Bening
NaOH 1
8.
Bening
N
Asam
9.
Asetat 0,1
Bening
N
10.

Amilum
1%

Bening

Bau
-

Endapan
+

++

++

++

Bau
Asam
cuka

Keterangan
Endapan putih

Timbul panas dan


uap
Timbul panas saat
dilarutkan

Sebelum
dipanaskan: keruh
Setelah
dipanaskan:
Bening

Sumber: data hasil pengamatan sift A, TIP 2013


4.2

PEMBAHASAN
Larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih yang saling

melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara
fisik. Larutan terdiri dari zat terlarut dan pelarut (Simanjuntak dan SIlalahi, 2003).
Menurur Brady (1999), larutan adalah campuran molekul (atom atau ion
dalam beberapa hal), biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam
larutan dibanding dalam pelarut murni. Jadi pembentukan larutan dapat dibuat
sebagai proses hipotesis berikut:
1. Jarak antara molekul-molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang
ditampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan energi untuk

Eka Wahyuni
240210130017
melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi yang disertai dengan peningkatan
enthalphi, reaksinya adalah endoterm.
2. Pemisahan yang sama terhadap molekul-molekul terlarut terjadi.
3. Membiarkan molekul-molekul pelarut dan terlarut bercampur.
Underwood (2002) dalam bukunya yang berjudul Analisis Kimia
Kuantitatif mengemukakan bahwa, larutan adalah campuran homogen antara zat
terlarut dan pelarut yang komposisinya bisa berbeda-beda. Zat-zat pembentuk
campuran homogen bercampur secara merata, tidak dapat dibedakan, serba sama,
tidak memiliki bidang batas, dan mempunyai sifat yang sama di seluruh bagian.
Di dalam larutan terdapat dua komponen, yakni zat terlarut (solute) dan pelarut
(solvent). Pelarut adalah komponen yang keadaan fisiknya tidak berubah ketika
larutan itu terbentuk, sedangkan komponen yang dilarutkan dalam pelarut itu
disebut zat pelarut. (Underwood, 2002)
Larutan juga merupakan campuran dua atau lebih zat murni. Dalam suatu
larutan, satu zat terlarut dalam zat lainnya secara homogen. Dalam pembuatan
larutan asam basa yang harus mendapat perlakuan khusus. Hal ini disebabkan
bahwa pada pembuatan larutan asam harus dilakukan di ruang asam. Apabila
larutan tersebut direaksikan tidak di ruang asam maka asam-asam akan menguap
sehingga larutan tersebut akan kehilangan asamnya, reaksi asam tidak terbentuk
secara sempurna atau bahkan tidak terbentuk sama sekali. Blower yang ada di
ruang asam seharusnya dinyalakan supaya asam yang dihasilkan dari pembuatan
reagen tidak terhisap. Begitupun sama hbalnya dengan pembuatan larutan basa
yang harus dilakukan di ruang basa.
Pada praktikum kali ini dilakukan pendahuluan berupa pembuatan
berbagai larutan. Larutan yang dibuat pada praktikum ini antara lain larutan KI
jenuh, Na-thiosulfat 0,1N (50ml), KOH 0,1N (50ml), Alkohol 95% Netral,
Indikator PP 1%, NaOH 10% (50 ml), NaOH 1N, KOH 10%, asam asetat 0,01N
(50 ml) dan amilum 1%.
1. KI Jenuh
Kalium adalah logam perak yang lunak garam-garam kalium mengandung
kation monofalen k+. Garam-garam ini biasanya larut dan membentuk larutan
yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna (vogel, 1979).

Eka Wahyuni
240210130017
Sedangkan larutan KI jenuh merupakan larutan yang mengandung solud
yang setimnbang dengan padatannya sehingga kejenuhan dari larutan ini ditandai
adanya endapan putih.
Berdasarkan hasil pengamatan dan beberapa proses yang telah dilakukan,
bahwa pada pembuatan larutan KI jenuh terdapat endapatn putuh, dan larutan
berwarna bening. Hal ini terjadi diakibatkan saat padatan KI harus ditambahkan
kedalam air sedikit demi sedikit maka terlihat adanya endapan pada larutan maka
larutan telah mencapai jenuh. Kejenuhan larutan ini terjadi ketika zat terlarut
(solute) telah setimbang dengan larutannya (solution). Sebutir kristal kalium iodod
merupakan gabungan dari beberapa molekul iodid. Ketika kristal kalium iodid itu
dimasukan kedalam air, maka molekul-molekulnya memisah dari permukaannya
menuju edalam air (melarut). Maka proses inilah berada dalam kesetimbangan dan
larutannya jenuh.
2. Na-Tiosulfat 0,1 N
Natrium tiosulfat (Na2S2O3) berupa padatan kristal tidak berwarna.
Senyawa yang dikenal dengan nama sodium tiosulfat merupakan donor sulfur
yang mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih non-toksik, tiosianat,
dengan enzim sulfurtransferase yaitu rhodanase Senyawa ini sangat mudah larut
dalam air dan tidak larut dalam etanol.
Praktikum kali ini digunakan Na2CO3 dan Na2CO3 anhidrous, perbedaan
diantara keduanya adalah Na2CO3 anhidrus merupakan Na2CO3 yang kehilangan
kandungan airnya karena adanya proses pemanasan. Fungsi dari penambahan
Na2CO3 anhidrous yaitu sebagai bahan pengawet yang dapat memperlambat laju
proses oksidasi. Karena apabila tidak ditambahkan, Na2S2O3 akan mudah
teroksidasi menjadi Na2S3O6.
Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) berupa hablur besar, tidak berwarna, atau
serbuk hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara
kering pada suhu lebih dari 33C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap
lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. Sifat-sifat
kimia Natrium Tiosulfat dapat diketahui antara lain memiliki stabilitas termal

Eka Wahyuni
240210130017
lebih rendah dari natrium sulfat, membentuk endapan putih setelah direaksikan
dengan asam encer (HCl). (Petrucci, 1989)
Natrium tiosulfat juga berperan sebagai antidot untuk keracunan sianida.
Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi
bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzyme sulfurtransferase, yaitu
rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan dapat
diberikan secara empiris pada keracunan sianida. Penelitian dengan hewan uji
menunjukkan kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila dikombinasikan
dengan hidroksokobalamin (Austin, 1996).
Natrium tiosulfat ummnya dibeli sebagai pentahidrat Na 2S2O3.5 H2O dan
larutan-larutannya distandarisasi terhadap sebuah standar primer. (Day, R.A dan
Underwood,A.L, 2003)
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, data menunjukan bahwa
Na-tiosulfat memiliki warna bening dan tidak berbau serta tidak adanya endapan
hal ini Natrium karbonat (Na2CO3) merupakan senyawa yang mempunyai berat
molekul 106, berwarna putih, berupa padatan kristal adapula yang berbentuk
bubuk yang bersifat higroskopik.
Tabel 2. Sifat Fisik dan Kimia Na2CO3
Sifat Fisik
Sifat Kimia
Rumus molekul : Na2CO3
Larut dalam air
Berat molekul : 106 gr/mol
Sering digunakan sebagai elektrolit
Titik lebur, 1 atm : 8510 C
Sebagai konduktor yang baik dalam
proses elektrolisis
0
Kelarutan, 0 C : 7,1 g/100 g H2O
CO2 murni dapat diperoleh dari
melakukan
pemanasan
natrium
bikarbonat pada persamaan berikut:
2 NaHCO3 Na2CO3 + CO2 + H2O
Kelarutan, 100 0 C : 485 g/100 g H2O
Kapasitas panas, 25 0 C : 4,3350
cal/mol 0 C
Densitas, 200 C : 2,533 gr/ ml
Energi bebas Gibbs (25C)
-1.128.229 kj/mol
Tekanan parsial, 30 0 C : 388,08 psi

Eka Wahyuni
240210130017

Panas spesifik, 30 0 C : 0,89 cal/ mol


Panas penguapan : 7.000 cal/ mol
( Sumber : Kirk and Othmer,1979)
Natrium karbonat disebut sebagai anhidrat (anhidrous) dari hidrat
Na2CO3.10H2O. Jika hidrat dipanaskan maka dia akan kehilangan molekul airnya,
pemanasan yang terus-menerus menyebabkan senyawa hidrat kehilangan molekul
airnya, jika hal ini terjadi maka senyawa hidrat disebut sebagai anhidrat.
Na2CO3.10 H2O(s)

Na2CO3 + 10 H2O

3. KOH 0,1 N dan KOH 10%


Kalium hidroksida adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia KOH,
dan dengan nama umum garam abu api. KOH, seperti yang kita ketahui sama
halnya dengan Natrium Hiroksida (NaOH) merupakan senyawa basa kuat (Strong
Base). Bahan ini banyak digunakan dalam aplikasi-aplikasi industri. Kalium
hidroksida adalah salah satu bahan kimia industri utama yang digunakan sebagai
dasar dalam berbagai proses kimia, termasuk:

penyalutan kopolimer ester akrilatpenyalutan kopolimer ester akrilat agen

penyahbusaan yang digunakan untuk pengilangan


minyak-minyak penyabunan untuk cecairminyak-minyak penyabunan

untuk sabun cair


bahan bantu perumusan untuk bahan bantu perumusan untuk makanan
agen pengawal pHagen pengawas pH
damar-damar damar-damar polietilena
pemprosesan pemrosesan tekstil
untuk tindak-tindak balas seperti pengeluaran .katalis untuk tindak-reaksi

seperti produksi biodiesel .


Menurut ScienceLab.com, sifat fisik dan kimia KOH sebagai berikut :

Bentuk: Solid
Penampilan: putih atau kuning, kaustik, licin seperti sabun, dapat

menghantarkan arus listrik, mengubah warna lakmus merah menjadi biru.


Bau: tidak berbau
Rasa : pahit

Eka Wahyuni
240210130017

pH: 13,5 (0,1 M larutan)


Titik Didih: 2408 derajat F
Pembekuan / Melting Point: 680 derajat F
NFPA Rating: (perkiraan) Kesehatan: 3; mudah terbakar: 0; Reaktivitas: 1
Kelarutan: Larut dalam air
Spesifik Gravity / Kepadatan: 2,04
Molekul Rumus: KOH
Molekul Berat: 56,1047
KOH dijumpai dalam bentuk pelet (kristal), padatan kristal ini akan

menjadi lunak/leleh jika dibiarkan di udara bebas karena KOH bersifat


higroskopis atau menyerap air dari udara. Bahan kimia ini biasanya dilarutkan
dengan akuades yang telah dipanaskan lalu didinginkan. Tujuannya adalah agar
pelarut (akuades) yang digunakan terbebas dari ion-ion logam sehingga tidak
terjadi reaksi-reaksi saat dilakukan pelarutan. KOH terbentuk dari larutan alkali
kuat dalam air dan pelarut polar lainnya. Dalam pelarutannya dengan akuades
larutan KOH terasa panas karena terjadi reaksi eksoterm (mengeluarkan panas)
dalam proses pelarutan tersebut. Larutan KOH bersifat korosif (Corrosive (C))
sehingga harus lebih hati-hati dalam penggunaanya. Potassium hydroxide can be
found in pure form by reacting sodium hydroxide with impure .
Kalium hidroksida dapat ditemukan dalam bentuk murni dengan
mereaksikan natrium hidroksida dengan murni kalium. Potassium hydroxide is
usually sold as translucent pellets, which will become tacky in air because KOH is
.Kalium hidroksida biasanya dijual sebagai pelet tembus, yang akan menjadi
norak di udara karena KOH adalah higroskopis. Consequently, KOH typically
contains varying amounts of water (as well as carbonates, see below).Akibatnya,
KOH biasanya mengandung berbagai jumlah air (dan juga karbonat, lihat di
bawah). PIts in water is strongly , meaning the process gives off significant
heat.elarutan dalam air sangat eksotermik , yang berarti proses mengeluarkan
panas yang signifikan. Concentrated aqueous solutions are sometimes called
potassium . Konsentrat solusi air kadang-kadang disebut kalium larutan alkali .
Even at high temperatures, solid KOH does not dehydrate readily. Bahkan pada
suhu tinggi, KOH padat tidak mudah dehidrasi.
Pada suhu yang lebih tinggi, KOH padat mengkristal dalam motif NaCl.
The OH group is either rapidly or randomly disordered so that the group is

Eka Wahyuni
240210130017
effectively a spherical of radius 1.53 (between and in size). Kelompok OH
baik dengan cepat atau secara acak teratur sehingga OH- kelompok secara efektif
bola anion dengan jari-jari 1,53 (antara Cl - dan F - dalam ukuran). At room
temperature, the groups are ordered and the environment about the centers is
distorted, with

distances ranging from 2.69 to 3.15 , depending on the

orientation of the OH group. Pada suhu kamar, OH- kelompok yang


memerintahkan dan lingkungan sekitar pusat K + adalah terdistorsi, dengan K + OH-jarak antara 2,69-3,15 , tergantung pada orientasi gugus OH. KOH forms a
series of crystalline

, namely the monohydrate

, the dihydrate

, and the

tetrahydrate . KOH membentuk rangkaian Kristal


hidrat , yaitu KOH monohidrat, H2O, KOH dihidrat, 2H2O, dan KOH tetrahydrate
4H 2 O.
Perubahan yang terjadi pada padatan KOH 0,1 N maupun KOH 10%
adalah sama, yakni hanya terjadi perubahan warna saja, yang tadinya berwarna
putih solid menjadi warna bening larut. Jadi banyak tidaknya padatan yang
digunakan tidak mempengaruhi hasil akhir.
4. Indikator PP 1%
Fenolftalein (PP) adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan,
dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain. Fenolftalein adalah
senyawa organik yang mempunyai rumus C20H14O4, berbentuk padatan kristal,
tidak berwarna serta larut dalam alkohol dan pelarut organik.
Dalam Kamus Kimia (Arsyad, 2001) definisi fenolftalein adalah indikator
yang sering digunakan dalam proses titrasi, yang dalam larutan basa berwarna
merah tetapi dalam larutan asam tak berwarna.
Tabel 3. Sifat Fisik dan Kimia Fenolftalein
Sifat Fisik
Sifat Kimia
Rumus molekul : C20H14O4
Tidak mudah terbakar
Berat molekul : 318,32 g/mol
Bukan oksidator
Penampilan : padat, putih, tidak
berbau
Densitas : 1,296 g/cm3 (pada 20oC)
Titik lebur : 263,7oC
Titik didih : >450 oC
Kelarutan dalam air : tercampur
penuh
Viskositas : 1,200 cP (20 C)

Eka Wahyuni
240210130017
( Sumber : Kirk and Othmer,1979)
Fenolftalein sendiri merupakan suatu senyawa organik yang dalam
suasana asam mempunyai rumus umum HIn (In = indikator). dalam suasana asam
ini, fenolftalein berstruktur agak menekuk (ketiga cincin fenilnya) dan tidak
berwarna. Ketika dilakukan titrasi dengan basa, maka pada kondisi sedikit basa
terjadi reaksi antara HIn dengan NaOH (basa). Struktur fenolftalein dalam suasana
basa ini bersifat lebih datar dan juga memiliki serapan di daerah sinar tampak
(pada panjang gelombang tertentu) yang mengakibatkannya berwarna pink/ungu
muda. Keduanya menyerap sinar ultra-violet, selain itu struktur di sebelah kanan
juga menyerap sinar tampak dengan puncak 553 nm. Molekul dalam larutan asam
tak berwarna karena mata kita tidak dapat mendeteksi fakta adanya penyerapan
beberapa sinar ultra-violet. Akan tetapi, mata kita mampu mendeteksi penyerapan
pada 553 nm yang dihasilkan oleh pembentukan molekul dalam larutan basa. 553
nm merupakan daerah hijau pada spektrum sinar tampak. Warna komplementer
dari hijau adalah merah muda, warna itulah yang ditangkap oleh mata. (Perry,
1984)
Fenolftalein biasanya digunakan sebagai indikator asam-basa (di dalam
larutan asam tidak berwarna dan di dalam larutan basa berwarna merah). Rentang
perubahan yang bisa diteliti oleh fenolftalein adalah antara pH 8,2 - 10. Setengah
tingkat terjadi pada pH 10 pengukuran pH tidak dapat dilakukan lagi oleh
fenolftalein. Hal ini karena pencampuran warna merah muda dan tak berwarna
menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya
dengan akurat. Mekanisme kerja pp dalam titrasi , ternyata tidak berwarna dalam
asam, Jika konsentrasi indikator sangat kuat, dapat muncul ungu. Dalam reaksi
sangat dasar, warna pink fenolftalein yang mengalami reaksi memudar agak
lambat dan menjadi tidak berwarna lagi.
Pada praktikum kali ini konsentrasi fenolftalein yang dibuat adalah
fenolftalein 0,1%. Cara pembuatan larutan tersebut adalah dengan mengetahui
berat serbuk fenolftalein
alkohol 95%.

yang akan dilarutkan terlebih dahulu dalam 50 ml

Eka Wahyuni
240210130017
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1 maka dapat diketahui sifat
fisik dari fenolftalein, diantaranya merujuk pada :

Larutan PP berbentuk cairan, higroskopik, dapat larut dalam air, dan tidak
berwarna. PP juga tdak mudah terbakar.

Tidak terdapat endapan dan berbau menyengat

Rumus kimia PP adalah C20H14O4 , Mr=318,3g/mol

Titik lebur : 263,7 oC

Titik didih : >450 oC

Densitas : 1,296 g/cm3 pada 20 oC

Ukuran partikel 56,6

5. Alkohol 95% Netral


Tabel 4. Perlakuan Dan Hasil Pengamatan Pembuatan Alkohol Netral
Sampel
Perlakuan
Warna
Bentuk
Alkohol Alkohol diberi 5 Sebelum
Larutan Homogen
tetes
pp
lalu Alkohol+ pp = bening
ditambahkan tetes Setelah
demi tetes KOH Alkohol + pp + KOH=
sampai2 berwarna merah muda berbayang
pink
Sumber : Dokumentasi Pribadi, (2014)
Tabel 5. Sifat Fisik dan Kimia Alkohol
Sifat Fisik
Sifat Kimia
Rumus molekul : C2H5OH
Bersifat higroskopis
Berat molekul : 46,07 g/mol
Keasaman (pKa) : 15,9
Penampilan : Cairan tak berwarna,
Mudah terbakar
menyengat, dan mudah menguap
Densitas : 0,789 g/cm3
Dapat bereaksi dengan hidrogen halida
Titik leleh : 114,3oC
Dapat dioksidasi menghasilkan
asetaldehida
o
Titik didih : 78,4 C
Kelarutan dalam air : tercampur
penuh
Viskositas : 1,200 cP (20 C)
Sumber : Lide (2005)
Penambahan indikator

pp berfungsi untuk mengetahui suatu larutan

bersifat asam, basa, atau netral. Indikator ini akan berwarna putih atau bening jika

Eka Wahyuni
240210130017
berada dalam suasana asam, berwarna merah jika dalam keadaan basa dan
berwarna merah muda jika dalam keadaan netral. Prinsip kerja fenolftalein saat
terjadi perubahan warna ditentukan oleh [H+] larutan. Setelah dilakukan
penambahan fenolftalein 1% pada alkohol 95%, selanjunya ditambahkan KOH
0,1 N hingga larutan berubah warna menjadi merah muda.
Asam lemah (fenolftalein) tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah
muda terang. Penambahan ion hidrogen dari alkohol berlebih menggeser posisi
kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna.
Penambahan

ion

hidroksida

(KOH)

menghilangkan

ion

hidrogen

dari

kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya mengubah


indikator menjadi merah muda. (Clark, 2007)
Dalam praktikum ini diketahui bahwa bahan baku (alkohol) bersifat asam.
Sehingga untuk membuat larutan alkohol netral kita harus menambahkan KOH.
Karena kita tahu bahwa KOH bersifat basa, sehingga apabila KOH bereaksi
dengan alkohol yang sedikit asam maka alkohol bisa berubah menjadi netral.
Pada praktikum ini diketahui setelah penambahan KOH, awalnya alkohol
berwarna pink namun setelah beberapa detik alkohol kembali berwarna bening.
Hal ini disebabkan karena K dalam KOH bersifat reaktif. K+ OH-, K+ berada pada
golongan IA periode 4 sehingga mempunyai 1 elektron bebas jadi mudah bereaksi
sehingga warna larutannya berubah cepat dari merah muda kebening
6. NaOH 10% dan NaOH 1 N
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida
terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia
digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai
basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan
deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia.
Tabel 6. Sifat Fisik dan Kimia Natrium Hidroksida (NaOH)

Eka Wahyuni
240210130017
Sifat Fisik
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 39.99711 g/mol

Sifat Kimia
Higroskopis
Dapat membentuk basa kuat bila
dilarutkan dalam air
Penampilan : putih solid, hidroskopis Mudah terionisasi membentuk ion
natrium dan hidroksida
3
Kepadatan : 2.13 g/cm
Mudah larut dalam air dan etanol
3
Densitas dan fase : 1.049 g cm , Tidak larut dalam eter
cairan
dan 1.266 g cm3, padatan
Titik lebur : 318 C, 591 K, 604 F
Titik didih : 1388 C, 1661 K,
2530 F
Kelarutan dalam air : 1110 g/L (20 )
Kelarutan dalam etanol : 139 g/L
Kelarutan dalam metanol : 238 g/L
Kelarutan dalam gliserol : Larut
Sumber : Sarjoni (1996)
Pengamatan yang dilakukan pada pembuatan NaOH 10% dan NaOH 0,1 N
meliputi pengamatan sifat fisik padatan NaOH, larutan NaOH 10%, dan larutan
NaOH 0,1 N. Padatan NaOH mempunyai sifat fisik berbentuk Kristal, berwarna
putih, dan tidak berbau. Larutan NaOH 10% mempunyai sifat fisik yang berbeda
dengan padatan NaOH, antara lain berbentuk cairan yang tidak berwarna, tidak
berbau pula, dan larutan tersebut jernih, tidak terdapat kekeruhan atau endapan.
Larutan NaOH 0,1 N mempunyai sifat fisik yang sama dengan larutan NaOH
10%, dimana larutan tersebut berbentuk cair, tidak bewarna, dan larutan tersebut
jernih, ditandai dengan tidak adanya kekeruhan maupun endapan.
Berdasarkan hasil pengamatan, data yang diperoleh menunjukan bahwa
Larutan NaOH 0,1 N mempunyai sifat fisik yang sama dengan larutan NaOH
10%, dimana larutan tersebut berbentuk cair, tidak bewarna, dan larutan tersebut
jernih, ditandai dengan tidak adanya kekeruhan maupun endapan, selain itu saat
dilarutkan kedua konsentrasi NaOH tersebut menimbulkan panas dikarenakan
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara
spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Sehingga sifatnya sangat
larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam

Eka Wahyuni
240210130017
etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar
lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain
dan kertas.

7. Asam Asetat 0,1 N


Asam asetat, CH 3 COOH, juga dikenal sebagai asam etanoat, adalah asam
organik yang memberikan cuka rasa asam dan aroma yang tajam. It is a , in that it
is only a partially acid in an . Ini adalah asam lemah, dalam hal ini hanya
sebagian dipisahkan asam dalam larutan berair. Pure, -free acetic acid ( glacial
acetic acid ) is a colourless that absorbs water from the environment ( ), and
freezes at 16.5 (62 ) to a colourless . Murni, air asam asetat bebas-(asam asetat
glasial) adalah berwarna cair yang menyerap air dari lingkungan ( hygroscopy ),
dan membeku pada 16,5 C (62 F) keberwarna kristal padat. The pure acid and
its concentrated solutions are dangerously corrosive. Asam murni dan solusi
terkonsentrasi perusahaan berbahaya korosif.
Tabel 7. Sifat Fisik dan Kimia Asam Asetat
Sifat Fisik
Sifat Kimia
Rumus molekul : CH3COOH
Mudah menguap
Berat molekul : 60,05 g/mol
Larut dalam alkohol, air, eter
Penampilan : Berbentuk cairan Mudah terbakar
jernih, tidak berwarna, berbau
menyengat, berasa asam.
Densitas dan fase : 1.049 g cm3, Korosif pada logam
cairan
dan 1.266 g cm3, padatan
Tidak larut dalam karbon disulfide
Titik beku : 16,6oC
Titik didih : 118,1 oC
Keasaman (pKa) : 4.76 pada 25 C
Sumber : Sarjoni (1996)
Setelah diketahui volume CH3COOH yang dibutuhkan, masukkan
CH3COOH ke dalam labu ukur lalu tambahkan aquades sampai tanda batas. Asam
asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka
memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3-

Eka Wahyuni
240210130017
COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat
glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C.
Berdasarkan hasil pengamatan CH3COOH dapat bereaksi dengan akuades
karena asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H + dan CH3COO-. Reaksi
disosiasi untuk asam asetat adalah:
CH3COOH + H2O

CH3COO- + H3O+

Ion H3O+ yang terbentuk dapat memberikan protonnya kembali kepada


ion asetat untuk membentuk asam asetat. Ini berarti bahwa ion H 3O+ dianggap
sebagai asam, dan asetat adalah basa konjugat dari asam asetat. Kedua proses
asosiasi dan disosiasi ini berada dalam kesetimbangan, dan larutan akhirnya akan
mempunyai konsentrasi H3O+ lebih tinggi daripada konsentrasi H3O+ dalam air
murni, dalam hal ini, larutan akan mempunyai pH dibawah 7,0. (Kuchel dan
Ralston, 2006)
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam
asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam
asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam
industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman.

8. Amilum 1%

Eka Wahyuni
240210130017
Amilum merupakan karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih tawar dan tidak berbau yang mempunyai rumus molekul
(C6H1OO5)n, densitas 1.5 g/cm3.
Berdasarkan data yang diperoleh, amilum berwarna bening dan Sebelum
dipanaskan amilum keruh, namun setelah dipanaskan larutan amilum bening, hal
ini dikarenakan dalam air dingin amilum tidak akan larut tetapi apabila suspensi
dalam air dipanaskan akan terjadi suatu larutan koloid yang kental, oleh
karenanya dalam pembuatan larutan amilum harus dipanaskan.

V.

PENUTUP

5.1

KESIMPULAN

Eka Wahyuni
240210130017
Berdasarkan hasil praktikum kali ini maka simpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan larutan Na-tiosulfat anhidrous. Percobaan pembuatan Na-tiosulfat
anhidrous kali ini dilakukan penambahan padatan Na2CO3 anhidrous karena
larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Untuk itu
ditambahkan larutan Na2CO3 anhidrous agar larutan Na-tiosulfat menjadi lebih
awet.
2. Sifat fisik fenolftalein saat wujudnya padatan, berwarna putih dan tidak berbau.
Sifat kimia fenolftalein adalah pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak
berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral
tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam
atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein.
3. Sebelum akuades digunakan harus didihkan terlebih dahulu agar ion-ion dalam air
netral.
4. Penambahan pp pada pembuatan alkohol netral adalah untuk mengetahui pH
alkohol. Pada pembuatan alkohol netral setelah ditambahkan KOH mula-mula
alkohol berwara pink namun setelah beberapa detik alkohol berwarna bening
kembali karena K dalam KOH reaktif.
5. Perbedaan pembuatan NaOH 10% dan NaOH 0,1 N terletak pada zat terlarut yang
digunakan.
5.2

SARAN
Alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum diharapkan dapat
terpenuhi proses pembelajaran, serta dapat mengefektifkan waktu. Serta dapat
menghemat penggunaan bahan di laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara, Jakarta.
Cotton. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Universitas Indonesia. Jakarta

Eka Wahyuni
240210130017
Jim Clark. 2007. Sifat-sifat klorida unsur periode 3. Dapat diakses
di : http://www.chem-is-try.org. Diakses pada tanggal 10
september 2014 pukul 22.30 WIB
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. PT. Gelora Aksara Pratama,
Jakarta.
Kuchel, P. dan Ralston, G.B. 2006. Schaum's: Biokimia. Penerbit :
Erlangga, Jakarta.
Lide, D.R. 2005. CRC Handbook Kimia dan Fisika
Perry, R. H. 1984. Perry's Chemical Engineers' Handbook.
Pettruci.1989. Kimia Universitas. Penerbit : Erlangga, Jakarta.
Sarjoni, B. 1996. Kamus Kimia. Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta.
Underwood, dkk. 2002. Analisis Kimia Kuntitatif. Edisi keenam. Penerjemah Iis
Sopyan. Penerbit PT. Erlangga, Jakarta
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Vogel, A. I. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai