Anda di halaman 1dari 7

MATERI TAFSIR

AYAT-AYAT TENTANG JIHAD


Oleh
Kelompok 1
WILKI RAHMAD
WAHYU DESRA
ZAINUL IKLAS

Dosen Pembimbing
Dra. Hj. Asnelly Ilyas M.A
Meri Meliza

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
BATUSANGKAR
2016

AYAT-AYAT TENTANG JIHAD


A. Q.S An-Nisaa Ayat 101
1.

Lafadz Ayat dan Terjemahan




Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa
kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orangorang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang
nyata bagimu.
2.

Asbabun Nuzul Q.S An-Nisa Ayat 101


Ibn Jarir meriwayatkan bahwa Ali berkat, beberapa orang dari Bani

Najjar bertanya kepada Rasulullah saw, wahai rasulullah apabila kami


hendak berpergian, bagaimana kami shalat? lalu Allah menurunkan
firmanya.


()..............






Dan apabila kamu bepergian (safar) di muka bumi, maka tidaklah
mengapa kamu menqashar shalat (mu).
Kemudian wahyu tidak turun untuk beberapa waktu. Setahun
setelah itu, Nabi saw berperang. Di sela-sela perperangan itu beliau
melakukan shalat dzuhur orang-orang musrik yang menyaksikan hal itu
berkata,

kalian

telah

memberikan

kesempatan

Muhammad

dan

sahabatnya untuk melakukan shalat dzuhur. Cobalah kalian lebih keras


terhadap mereka agar tidak sempat melakukanya.
Lalu seorang dari mereka meyahut, sesungguhnya setelah ini
mereka akan melakukan satu sembahyang lagi seperti yang mereka
lakukan itu. lalu Allah menurunkan firmanya di antara waktu shalat
Dzuhur dan Ashar,

... jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orangorang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.(Qs an-Nisaa: 101)1
3.

Tafsir Q.S An-Nisa Ayat 101


Menurut tafsir Ibn Katsir, Dan apabila kamu berpergian di

muka bumi ini, yakni kalian melakukan perjalanan disuatu negeri. Firman
Allah, Maka tidaklah mengapa kamu mengqasar shalatmu . Yakni,
kalian diberi keringanan, yaitu dari segi jumlahnya dari empat rakaat
menjadi dua, sebagaimana yang dipahami oleh jumhur ulama dari ayat ini.
Mereka mengambil dalil bolehnya mengqashar shalat didalam
perjalanan, walaupun ada perbedaan pendapat dikalangan mereka.
Sebagaimana berpendapat perjalanan dalam rangka jihad, haji, umrah,
menuntut ilmu atau ziarah dan yang lainya. Sebagaimana yang
diriwayatkan dari Umar, Atha dan Yahya, dari Malik dalam suatu
riwayatya, karena zhahir firmanya, Jika kamu takut diserang orangorang kafir, ayat ini hanya menggambarkan kebiasaan yang terjadi saat
diturunkanya, karena pada permulaan masa islam setelah hijrah,
kebanyakan perjalanan mereka penuh dengan rasa takut. Bahkan mereka
tidak keluar kecuali menuju perang atau dalam suatu pasukan khusus.
Seluruh waktu disaat itu adalah gambaran perperangan terhadap islam dan
para penganutnya. 2
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah yakni, ayat
ini menjelaskan tentang kewajiban shalat dalam perjalanan. Perjalanan
tidak jarang mengandung kesulitan, apalagi perjalanan yang dibarengi
dengan ketakutan. Karena itu ayat ini menuntun orang-orang yang beriman
bahwa apabila kamu berpergian di muka bumi kemana saja asal bukan
untuk kedurhakaan, maka tidak mengapa kamu sengaja mengqashar
sebagian shalat yakni mempersingkat shalat Dzuhur, Ashar, dan Isya,
1

Jalaluddin As-Suyuti, Sebab Turunya Ayat Al-Quran, (Jakarta: Gema Insani, 2008 )

hal.196
2

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Sheikh , Lubaabut Tafsir Min
Ibn Katsiir Jilid 2, (Kairo: Mu-assasah Daar Al-Hilaal, 1994) hal.390-391

masing-masing menjadi dua rakaat jika kamu mau, atau tetap kamu
menggenapkanya menjadi empat rakaat sebagaimana biasanya.
Jika kamu takut diserang orang-orang kafir, atau diganggu
ketikakamu dalam perjalanan, tidak ada halangan bagimu untuk
mengqashar shalat karena sesungguhnya orang-orang kafir itu sejak
dahulu hingga kini masih terus menjadi musuh yang nyata bagimu. Ayat
ini merupakan dasar tentang bolehnya shalat qashar dalam perjalanan, baik
dalam keadaan takut maupun tidak. 3
B. Q.S At-Taubah Ayat 44
1. Lafadz Ayat dan Terjemahan




Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, tidak
akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan
diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.
2.

Tafsir Q.S At-Taubah 44


Menurut tafsir Ibn Katsiir, Tidak akan meminta izin

kepadamu. Yakni, untuk tidak ikut berperang. Orang-orang yang


beriman kepada Allah dan hari akhir untuk tidak ikut berjihad dengan
harta dan jiwa mereka. Karena mereka memandang, bahwa jihad
adalah sebagai saran mendekatkan diri kepada Allah.
Maka ketika ada seruan untuk berjihad, mereka langsung
bergegas dan melaksanakan seruan itu, Dan Allah mengetahui orangorang yang bertaqwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin
kepadamu. Yakni, untuk tidak ikut berperang dari orang-oranyang yang
tidak berhalangan. 4

Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 2, (Jakarta: Lintera Hati, 2002) hal.689

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Sheikh , Lubaabut Tafsir Min
Ibn Katsiir Jilid 4, (Kairo: Mu-assasah Daar Al-Hilaal, 1994) hal. 140

Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-MIshbah yakni, betapa


mereka akan meminta izin untuk berjihad padahal berkali-kali sudah
Allah mengajak mereka dan betapa mereka akan meminta izin untuk
tidak berjihad padahal mereka sadar sepenuhnya bahwa berjihad adalah
pintu gerbang meraih kejayaan duniawi dan kebahagiaan ukhrawih.
Ayat ini adalah salah satu ayat yang menjelaskan tentang ciri-ciri
orang munafik. Ayat di atas seakan-akan berpesan kepada rasulullah
bahwa sewajarnya engkau menjadi permohonan izin sebagai indicator
keimanan mereka karena bukan kebiasaan orang-orang mukmin meminta
izin untuk tidak ikut berperang, bahkan yang mantap imanya akan
bersedia mengorbankan jiwa dan raganya serta bergegas untuk
memenuhi panggilan jihad. Maka jika ada yang izin untuk tidak
berjihad/berperang, berhati-hatilah terhadap merka karena itu merupakan
indikator kemunafikan.5
C. Q.S Al-Hasyr Ayat 14
1. Lafadz Ayat dan Terjemahan




Mereka tidak akan memerangi kamu dalam Keadaan bersatu padu,
kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok.
Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira
mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian
itu karena Sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti.
2.

Tafsir Q.S Al-Hasyr Ayat 14


Menurut tafsir Ibn Katsir: Mereka tidak akan memerangimu

dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kempung-kempung atau


dibalik tembok yakni, karena sifat pengecut dan kegundaan hati mereka,
mereka tidak mampu menghadapi tentara islam, baik dengan perang
tanding ataupun berhadapan langsung, tetapi dengan berlindung didalam
5

Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 5, (Jakarta: Lintera Hati, 2002) hal.119-120

benteng atau di balik tembok-tembok dalam keadaan terkepungmereka


akan berperang dengan terpaksa karena untuk mempertahankan diri.
Dan setelah itu Allah taala juga berfirman, Permusuhan
antara sesame mereka adalah sangat hebat. Maksudnya, permusuhan
antar sesama mereka sungguh sangat dahsyat. Oleh karena itu Allah
taala berfirman, Kamu kira itu bersatu dengan hati mereka berpecah
belah. Maksudnya, engkau lihat mereka berkumpul, sehingga enkau
mengira mereka bersatu padu, padahal mereka itu sedang dalam keadaan
berpecah belah.
Ibrahim an-NakhaI mengemukakan: Yakni, Ahlul kitab dan
orang-orang munafik. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka
adalah kaum yang tidak mengerti.6
Menurut Mahmud Yunus dalam Tafsir Quran Karim, yakni
adapun orang-orang kafir ketika melawan orang-orang islam ialah,
bahwa mereka tidak berani memerangi orang-orang islam, melainkan
dalam negeri-negeri yang berbenteng kokoh atau dari balik pagar.
sedangkan mereka sesamanya banyak pula bertengkar. Nampaknya
mereka itu berkumpul dan bersatu, tetapi hati mereka terpecah belah.
Sebab itu tidak heran, mereka dengan mudah dikalahkan orang-orang
islam, karena tidak ada persatuan yang sebenarnya di antara mereka.
Inilah salah satu sebab, maka orang-orang islam dahulu dapat mudah
mengalahkan orang-orang kafir yang berlipat ganda banyaknya dari
mereka.7

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Sheikh , Lubaabut Tafsir Min
Ibn Katsiir Jilid 8, (Kairo: Mu-assasah Daar Al-Hilaal, 1994) hal. 119
7

Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah,


2011) hal. 819

Anda mungkin juga menyukai