Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MANAJEMEN KESEHATAN DAN FUNGSI FUNGSI

MANAJEMEN DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

DI SUSUN OLEH:
DWI ASTUTI

PROGRAM MAGESTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA
TAHUN 2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di
berbagai jenis organisasi untuk membantu manajer dalam memecahkan
masalah organisasi, sehingga manajemen juga dapat digunakan dalam
bidang kesehatan untuk membantu manajer organisasi pelayanan kesehatan
memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Menurut Notoatmodjo (2003),
manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur
petugas kesehatan dan non-petugas kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan. (Herlambang &Murwani, 2012).
Sebagian besar penempatan dokter yang baru lulus diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga medis di puskesmas seluruh Indonesia. Dokter
tidak saja berperan sebagai medicus practicus, tetapi juga sebagai pimpinan
unit
kerja
pelayanan
kesehatan
seperti
sebagai
kepala
puskesmas (Muninjaya, 2012). Selain itu, Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menyebutkan dalam
pasal 34 ayat 1 bahwa setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan
kesehatan perseorangan harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan
perseorangan yang dibutuhkan (Kemenkes, 2009). Untuk itu, dokter dituntut
untuk mengembangkan managerialship danleadership-nya sehingga tugas
pokok dan fungsi puskesmas berkembang efektif,efisien,dan produktif. Oleh
karena itu, penting bagi dokter untuk mengetahui lebih dalam serta memiliki
kemampuan mengenai manajemen kesehatan (Muninjaya, 2012).
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
manajemen kesehatan dan fungsi fungsi manajemen dalam rangka
pembangunan kesehatan.
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca agar dapat lebih mengetahui dan memahami mengenai Manajemen
Kesehatan dan fungsi dari manajemen kesehatan dalam pembangunan
kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Manajemen Kesehatan
2.1.1. Definisi
Secara klasik, manajemen adalah ilmu atau seni tentang penggunaan
sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen merupakan ilmu
terapan yang penerapannya disesuaikan dengan ruang lingkup fungsi
organisasi, bentuk kerja sama manusia di dalam organisasi, dan ruang
lingkup masalah yang dihadapi. Di bidang kesehatan, manajemen
diterapkan untuk mengatur perilaku staf yang bekerja di dalam organisasi
(institusi pelayanan) kesehatan untuk menjaga dan mengatasi gangguan
kesehatan pada individu atau kelompok masyarakat secara efektif, efisien,
dan produktif (Muninjaya, 2012).
Sehat adalah suatu keadaan optimal, baik jasmani maupun rohani
serta sosial ekonomi, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari
penyakit atau kelemahan fisik dan mental saja (WHO, 1946). Di Indonesia
pengertian sehat dituangkan dalam UU Pokok Kesehatan RI No.9 tahun
1960 (Herlambang & Murwani, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Manajemen Kesehatan dan
Rumah Sakit, manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni
untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan
(Herlambang & Murwani, 2012).
Sesuai dengan tujuan sistem kesahatan, yakni peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, maka manajemen kesehatan tidak dapat
disamakan dengan manajemen niaga yang lebih berorientasi pada upaya
mencari keuntungan berupa uang untuk pemilik perusahaan (profit oriented)
melainkan manajemen kesehatan berorientasi memberikan manfaat
pelayanan secara optimal pada masyarakat (benefit oriented) oleh karena
organisasi kesehatan lebih mementingkan pencapaian kesejahteraan umum
(Herlambang & Murwani, 2012).

2.1.2. Fungsi
Fungsi-fungsi dalam manajemen kesehatan sama dengan fungsi-fungsi
dalam manajemen perusahaan, yaitu (Herlambang & Murwani, 2012) :
1.
Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen. Perencanaan
kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah
kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan
sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok,
dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut.
Dengan perencanaan dapat mengetahui : tujuan yang ingin dicapai; jenis
dan struktur organisasi yang dibutuhkan; jenis dan jumlah staf yang
diinginkan dan uraian tugasnya; sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan
pengarahan yang diperlukan; bentuk dan standar pengawasan yang akan
dilakukan.
Terdapat lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan sebuah
perencanaan dalam manajemen kesehatan, yaitu: (a) analisa situasi; (b)
mengidentifikasi masalah dan prioritasnya; (c) menentukan tujuan program;
(d) mengkaji hambatan dan kelemahan program; (e) menyusun rencana
kerja operasional.
2.

Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


Dengan adanya pengorganisasian, maka seluruh sumber daya yang dimiliki
oleh organisasi akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dengan pengorganisasian, seorang pemimpin akan mengetahui: pembagian
tugas secara jelas, tugas pokok dan prosedur kerja staf, hubungan
organisatoris dalam struktur organisasi, pendelegasian wewenang, dan
pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.
Ada enam langkah penting dalam membuat pengorganisasian, yaitu: (a)
tujuan organisasi harus sudah dipahami oleh staf; (b) membagi habis
pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan; (c)
menggolongkan kegiatan pokok ke dalam suatu kegiatan yang praktis; (d)
menetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan menyediakan
fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya; (e)
penugasan personal yang terampil.

3.

Fungsi Pelaksanaan dan Pembimbingan (Actuating)


Pada fungsi ini lebih mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Beberapa hal yang dapat
menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia dalam organisasi
yaitu : peran kepemimpinan (leadership), motivasi staf, kerja sama antar
staf, dan komunikasi yang lancer antar staf.
Adapun tujuan fungsi pelaksanaan dan pembimbingan adalah: (1)
menciptakan kerjasama yang lebih efisien; (2) mengembangkan kemampuan
dan keterampilan staf; (3) menumbuhkan rasa menyukai dan memiliki
pekerjaan; (4) mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan
motivasi prestasi kerja staf; (5) membuat organisasi berkembang secara
dinamis.

4.

Fungsi Pengawasan (Controlling)


Melalui fungsi pengawasan, standar keberhasilan program yang telah dibuat
dalam bentuk target, prosedur kerja, dan sebagainya harus selalu
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan
oleh staf.
Jenis standar pengawasan ada dua, yaitu : (1) standar norma, standar yang
dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan program yang sejenis
atau yang pernah dilaksanakan dalam situasi yang sama di masa lalu; (2)
standar kriteria, standar yang diterapkan untuk kegiatan-kegiatan pelayanan
oleh petugas yang sudah mendapatkan pelatihan.
Pemimpin bisa mendapatkan data pada saat melakukan pengawasan dengan
tiga cara: pengamatan langsung, laporan lisan dari staf atau pengaduan
masyarakat, dan laporan tertulis dari staf.

5.

SFungsi Evaluasi (Evaluation)


Tujuannya yaitu untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
program dengan memperbaiki fungsi manajemen. Evaluasi ada beberapa
macam, yaitu: (a) evaluasi terhadap input, dilaksanakan sebelum program
dilaksanakan;(b) evaluasi terhadap proses, dilaksanakan pada saat kegiatan
berlangsung; (c) evaluasi terhadap output, dilaksanakan setelah pekerjaan
selesai.

Fungsi-fungsi manajemen diatas dapat dilihat pada Gambar 2.1. Meskipun


keempat fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, teteapi sebagai
sebuah proses, keempatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
berhubungan satu sama lain. Jika tujuan organisasi belum tercapai,
pimpinan organisasi harus menganalisis kelemahan pelaksanaan salah satu
atau beberapa fungsi manajemen tersebut (Muninjaya, 2012).

Gambar 2.1 Siklus Fungsi Manajemen


Sumber: Muninjaya, 2012

1.
2.
3.
4.

2.1.3. Ruang Lingkup


Seperti halnya manajemen perusahaan, di bidang kesehatan juga dikenal
berbagai jenis manajemen sesuai dengan ruang lingkup kegiatan dan sumber
daya yang dikelolanya. Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis
besar mengerjakan kegiatan yang berkaitan dengan (Herlambang &
Murwani, 2012).:
Manajemen sumber daya manusia (personalia)
Manajemen keuangan (mengurusi cashflow keuangan)
Manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)
Manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen
(melayani pelayanan kesehatan masyarakat)
Untuk masing-masing bidang tersebut dikembangkan manajemen yang lebih
spesifik sesuai dengan ruang lingkup dan tugas pokok institusi kesehatan.
Penerapan manajemen pada unit pelaksana teknis seperti puskesmas dan
RS merupakan upaya untuk memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang
dimiliki oleh masing-masing unit pelayanan kesehatan tersebut, dan
diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi (unit kerja dan sebagainya)
secara efektif, efisien, produktif, dan bermutu (Muninjaya, 2012).

Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi kesehatan


di Indonesia, seperti Kantor Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan di
daerah, Rumah Sakit, dan Puskesmas, dan jajarannya. Untuk memahami
penerapan manajemen kesehatan di Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, dan
Puskesmas perlu dilakukan kajian proses penyusunan rencana tahunan
Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan di daerah. Khusus untuk
tingkat Puskesmas, penerapan manajemen dapat dipelajari melalui
perencanaan yang disusun setiap lima tahunan (Herlambang & Muwarni,
2012).

1.

2.
3.

4.

2.1.4. Subsistem Manajemen Kesehatan


Subsistem adalah bagian dari sistem yang membentuk sistem pula. Dalam
sistem kesehatan nasional, subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan
yang menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan yang didukung
oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan dan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (Herlambang & Murwani, 2012).
Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari empat unsur utama
(Herlambang & Murwani, 2012) :
Administrasi kesehatan, adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggara
pembangunan kesehatan.
Informasi kesehatan, adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang
merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah hasil penelitian dan
pengembangan yang merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di
bidang kesehatan.
Hukum kesehatan, adalah peraturan perundang-undangan kesehatan yang
dipakai sebagai acuan bagi penyelenggara pembangunan kesehatan.

2.1.5. Pembiayaan Program Kesehatan


Sesuai dengan UU No. 22 dan 25 tahun 1999 (diubah menjadi UU No.32
dan 33 tahun 2004) tentang pemerintah daerah dan perimbangan keuangan
pusat dan daerah, dana pembangunan kesehatan berasal dari tiga sumber
yaitu (Muninjaya, 2012) :
1.
Pemerintah (APBN), yang disalurkan ke daerah dalam bentuk DAU
( Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). Dengan
diberlakukannya otonomi daerah, porsi dana sector kesehatan yang
bersumber dari APBN menurun. Pemerintah pusat juga masih tetap
membantu pelaksanaan program kesehatan melalui bantuan dana
dekonsentrasi, khususnya untuk pemberantasan penyakit menular.
2.
APBD yang bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah), baik yang
bersumber dari pajak maupun penghasilan badan usaha milik Pemda.
Mobilisasi dana kesehatan juga bisa bersumber dari masyarakat dalam
bentuk asuransi kesehatan, investasi pembangunan sarana pelayanan
kesehatan oleh pihak swasta dan biaya langsung yang dikeluarkan oleh
masyarakat untuk perawatan kesehatan. Dana pembangunan kesehatan yang
diserap dari berbagai sektor harus dibedakan dengan dana sektor kesehatan
yang diserap oleh dinas kesehatan.
3.
Bantuan luar negeri, dapat dalam bentuk hibah (grant) atau pinjaman
(loan) untuk investasi atau pengembangan pelayanan kesehatan.

BAB III
KESIMPULAN
3.1.

Kesimpulan
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang penggunaan sumber daya
secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen merupakan ilmu terapan yang
penerapannya disesuaikan dengan ruang lingkup fungsi organisasi, bentuk
kerja sama manusia di dalam organisasi, dan ruang lingkup masalah yang
dihadapi. Di bidang kesehatan, manajemen diterapkan untuk mengatur
perilaku staf yang bekerja di dalam organisasi (institusi pelayanan)
kesehatan untuk menjaga dan mengatasi gangguan kesehatan pada individu
atau kelompok masyarakat secara efektif, efisien, dan produktif.
Fungsi fungsi manajemen dalam pembangunan kesehatan ada lima
yaitu
fungsi
perencanaaan
(planning),fungsi
pengorganisasian
(organizing),fungsi pelaksanaan dan pembimbingan (actuating),fungsi
pengawasan (controlling),dan evaluasi (evaluation).

DAFTAR PUSTAKA
Muninjaya, A. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal 44-49, 129164
Herlambang, S., Murwani, A. 2012. Cara Mudah Memahami Manajemen
Kesehatan dan Rumah sakit. Gosyen publishing: Yogyakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2001. Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 02002/SK/KBPOM Tentang
Tata Laksana Uji Klinik.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Good Clinical Practice. Diambil
dari:http://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/6043/GoodClinical-Practice-Inspection-Training-Course-Tahun-2014.html [Diakses
tanggal 10 Oktober 2016]
ICH Expert Working Group. 1996. International Conference On Harmonization of
Technical Requirements For Registration Of Pharmaceuticals For Human
Use. Guideline For Good Clinical Practice E6 (R1).
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2011. Uji Klinis. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Edisi Keempat. Sagung Seto. Jakarta: 187-217.
Vijayananthan, A. 2008. The Importance of Good Clinical Practice Guidelines and
itsrole inclinical trials. Biomedical Imaging and Intervention Journal.

Anda mungkin juga menyukai