SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud)
Oleh:
Muhammad Mukhtar Dj
NIM: 103034027858
JURUSAN TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/ 1431 H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya milik Allah, Tuhan penyeru segenap alam.
Shalawat dan salam semoga terlimpah-curahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat-sahabat, tabiin dan atbait tabiin serta
pengikutnya sepanjang zaman.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan penghargaan setinggitingginya kepada guru, sahabat, saudara yang telah membantu selesainya skripsi
ini, yaitu:
1. Bapak Eva Nugraha, MA. Selaku dosen pembimbing yang selalu memberi
motivasi, solusi dan inspirasi. Meluangkan waktunya untuk penulis sampai
larut malam agar lebih baik dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih,
pak. Semoga semua kebaikan bapak dibalas oleh Allah Swt.
2. Bapak Prof. Dr. H. Zainun Kamal, MA. Selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat beserta jajarannya.
3. Bapak Ketua Jurusan TH, yaitu bapak Dr. Bustamin, MSi, dan sekretaris
Jurusan bapak Rifqi Muhammad Fathi, MA.
4. Bapak Dr. M. Suryadinata, MA. Bapak Muslim, S.Th.I. Bapak H. Rifqi
Mukhtar, MA. Dan Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. Penulis ucapkan
terima kasih atas saran dan masukan dalam sidang munaqasyah. Kepada
ibu-bapak dosen Tafsir-Hadis yang selalu membimbing dan berbagi
pengalaman dan pengetahuan dengan penulis.
ii
5. Kepada keluarga besar H. Muhammad Fatah dan Hj. Cucu Sobariah yang
selalu mendukung baik materi mau pun non materi. Penulis ucapakan
hatur nuhun atas dukungannya selama ini, tidak lupa pula terhadap Hj.
Setiawati yang memberikan sumbangsih terhadap penulis. Dan Aa, teteh,
Hj. Ade, H. Ahmad, H. Hidayat.
6. Kepada keluarga besar Hj. Rahmah Atmanagara, penulis mohon maaf atas
belum bisa memberikan yang terbaik. Semoga Tuhan memberikan balasan
atas semua kebaikan yang telah diberikan.
7. Ayahanda dan ibunda tercinta atas hembus doa dan belai kasih sayang
yang tiada tara; atas peluk cium dan kasih mesra yang tiada terbalas; atas
keringat dan air mata yang menetes; atas jasa-jasa yang tak tereja. Karena
keduanyalah penulis bisa mengerti apa artinya kebanggaan. Semoga
keduanya ada dalam limpah dan kegemilangan rahmat dan kasih sayang
Allah di sorga. Tak lupa pula kepada uak Eti dan A Deni yang selalu
memupuk arti persaudaraan dan selalu memberi semangat dikala penulis
jatuh.
8. Guru-guru dan sahabat-sahabat di pondok pesantren Gontor Ponorogo
Jawa Timur dan guru-guru, sahabat-sahabat di pondok pesantren K. H.
Zainal Musthofa, Tasikmalaya, Jawa Barat.
9. Staf perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Perpustakaan Utama
yang selalu membukakan pintu seluas-luasnya bagi penulis.
10. Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Purwakarta (Permata), Toby, Asep,
Keluarga Mahasiswa Subang Jakarta Raya (Kembang Jaya), yaitu Burhan,
iii
Agus, Ais, Elmo, Iqbal, Hilmi dan Roy, Riungan Mahasiswa Sukabumi
Jakarta (Rimasi Jakarta), yaitu, Rifki, Ujang, Sofyan (Opang), Nurjaman
dan Abah. Tak lupa pula kepada Robi Tober yang pandai memijit dikala
penulis terasa pegal, Ozi yang telah pulang kampung, Fathur, Zul Fadli,
Zakaria (Kojek), Marfuddin, Pupud, Yusef Garut, Rudin yang tak absen
menanyakan kapan lulus?, Nunung, Agus, Fahry, Dirman yang
meminjamkan komputer, Ihwan, Thariq yang telah menyediakan kopi.
Semua telah mengajarkan penulis bagaimana hidup diperantauan dan
menyelami apa artinya persahabatan. Ingin rasanya penulis tetap bergumul
dengan mereka.
11. Muhammad Ghazali (Boy), hatur nuhun atas editannya, dan Abah yang
selalu setia membantu dan mengoreksi skripsi penulis.
12. Imas Maesarah, S.Pd.I. Selalu memberi semangat dan doa agar cepat
lulus, Nur Fatwa
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... v
TRASLITERASI ARAB-LATIN.................................................................. vii
BAB 1:PENDAHUALUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... 10
C. Kajian Pustaka...................................................................................... 11
D. Metodologi Penelitan ........................................................................... 12
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 13
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Ahmad Fuad Fasha, Dimensi Sains al-Quran: Menggali Ilmu Pengetahuan Dari alQuran, (Solo: Tiga Serangkai, 2006), h. 31
Al Gore, Bumi dalam Keseimbangan Ekologi dan Semangat Manusia. Penerjemah Hira
Jhamtani, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), h. xxx-xxxi.
3
Al Gore, Bumi dalam Keseimbangan.., h. xli
dan banjir akan terjadi di mana-mana. 4 Di samping itu kekuatan badai serta topan
akan meningkat dan menghancurkan daerah pesisir.
Pemanasan global merupakan salah satu ayat dari beberapa ayat kauniyah
yang harus dibaca dan tafsirkan. Untuk itu perlu mengkajinya secara universal
antara ayat-ayat kauniyah sebagai kitab pengamatan dan penelitian (kitab manzur)
dengan ayat-ayat Quraniyah sebagai kitab bacaan (kitab maqru). Lantas adakah
pemanasan global di dalam al-Quran?
Secara definitif penulis tidak menemukan term pemanasan global (global
warming) di dalam al-Quran, namun demikian jika pemanasan global di lihat
sebagai salah satu bentuk kerusakan alam, ada beberapa indikasi yang menuju ke
arah situ. Salah satu term yang menunjukan kerusakan alam adalah kata fasad
(yang berarti rusak). Hal ini seperti yang terungkap dalam surat ar-Ruum ayat 41.
Rahmawati Husein, Islam dan Perubahan Iklim, artikel diakses pada 5 Desember 2009
dari http://www.muhammadiyah.or.id/.
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gununggunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
(QS. Al Hijr: 19).
Dalam Islam, manusia diberi tanggung jawab penuh untuk memanfaatkan
dan mengelola sumber daya alam, Dalam surat Huud ayat 61 Allah berfirman:
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin tentu harus dapat menjawab
tantangan itu. Dapatkah umat memperbaiki diri, memberikan keteladanan dan
kepeloporan. Pemanasan global merupakan wacana penting karena berhubungan
langsung dengan prilaku manusia dan kualitas hidupnya, termasuk gaya hidup dan
peradabanya. 10
Oleh karena itu Islam diharapkan tampil untuk menjawab dan
menyelamatkan bumi, karena ajaran Islam terhadap fitrah bumi itu sendiri.
Kefitrahan nilai-nilai universal pengelolaan bumi terkandung di dalam alQuran. 11
Manusia bekerja dengan tujuan mencapai pemenuhan terhadap garis-garis
fitrah yang telah dirumuskan Allah dalam wahyunya. Karena itulah al-Quran
merupakan rahmat yang besar yang dapat dijadikan prinsip untuk menaggulangi
bahaya pemanasan global, karena fitrah al-Quran adalah untuk mengatur tatanan
hidup di bumi.
Pemanasan global telah memberikan dampak yang serius bagi alam dan
kelangsungan hidup manusia di atas bumi. Solusi untuk mencegah bahaya
pemanasan global tidaklah cukup hanya dengan sains dan teknologi semata.
Namun perlu pendekatan lain yang lebih fundamental dan mengakar.
Berangkat dari uraian diatas, menurut penulis perlu adanya kajian
mendalam dan fundamental yang bersumber dari al-Quran untuk mengatasi
pemanasan global. Kajian tersebut akan dijabarkan dengan judul Kerusakan
10
10
11
rumusan
masalahnya
adalah
bagaimana
penanggulangan
12
pembahasan
skripsi
ini,
penulis
menggunakan
metode
13
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini akan dibagi dalam
empat bab yang terinci sebagai berikut:
Pertama, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah tujuan, metodologi penelitian, sistematika penulisan, tujuan
dan manfaat penelitian, serta kajian pustaka.
Kedua, berisi pandangan umum tentang pemanasan global,
meliputi
14
BAB II
PANDANGAN UMUM TENTANG PEMANASAN GLOBAL
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan
usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta
kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan
medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin matahari,
sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga
ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer,
Termosfer, dan Eksosfer.
Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai
10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1.
Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi diliputi air. Udara Bumi
terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbondioksida, dan gas lain.
Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku
setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair
setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk
83% isi bumi, dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.
Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi
kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental
Drift) yang menghasilkan gempa bumi.
Titik tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter, dan
titik terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau
terdalam adalah Danau Titicaca, dan laut terbesar adalah Laut Kaspia. Lihat di
http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi
15
16
oleh bencana yang bersifat global pula. Bencana global tersebut adalah terjadinya
perubahan iklim (climate change) yang disebabkan oleh pemanasan global (global
warming). 13
Pemanasan global adalah fenomena naiknya suhu 14 permukaan bumi
yang prosesnya disebut sebagai efek rumah kaca 15 . Jika dianalogikan, efek rumah
kaca itu ibarat mobil yang diparkir di tempat yang langsung terkena sinar matahari
13
Ada dua dekade penting yang dapat dipandang sebagai penanda awal tumbuhnya
kesadaran manusia tentang keselamatan planet Bumi dan kelestarian lingkungan hidup. Pertama,
dekade 1970, yang mencatat dua momentum bersejarah, yakni 22 April 1970 mengawali
peringatan "Hari Bumi", yang diselenggarakan di Amerika Serikat atas inisiatif senator Gaylord
Nelson; dan Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm, hari pertamanya pada 5
Juni 1972, yang kemudian diperingati sebagai "Hari Lingkungan Hidup".
Kedua, dekade 1980, yang merekam munculnya suatu kesadaran yang diiringi oleh
keprihatinan dan kekhawatiran yang mendalam akan kelangsungan lingkungan hidup dan masa
depan umat manusia. David C. Korten (1993) pernah menyebutkan, "Tahun 1980-an menyadarkan
orang akan kenyataan adanya ancaman lingkungan hidup yang lebih mendasar, yang membuktikan
bahwa masyarakat manusia senang membuat sebagian besar dunianya menjadi tidak layak huni.
Krisis lingkungan hidup bukan lagi merupakan suatu kemungkinan masa depan. Sebaliknya, krisis
ini sudah menjadi realitas masa kini."
Apa yang dikatakan Korten tersebut kian menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan
hidup pada tahun-tahun selanjutnya tidak berkurang. Dekade 1990 hingga berakhirnya abad ke-20
dan sampai sekarang di awal abad ke-21, yang baru berjalan delapan tahun, ternyata kesadaran
tersebut tidak bisa menghentikan atau menahan laju kerusakan lingkungan hidup. Bencana alam
(natural disaster) sekarang ini bukan lagi merupakan fenomena lokal atau regional, tapi telah
menjadi fenomena global seperti petaka global warming.
14
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut. Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi
dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita
dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan menggunakan
termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu
thermo yang artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to measure). Mengacu pada SI,
satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celsius, Fahrenheit, dan Reamur. Pada
skala Celsius, 0C adalah titik dimana air membeku dan 100C adalah titik didih air pada tekanan
1 atmosfer. Skala ini adalah yang paling sering digunakan di dunia. Skala Celsius juga sama
dengan Kelvin sehingga cara mengubahnya ke Kelvin cukup ditambahkan 273 (atau 273.15 untuk
lebih tepatnya). Skala Fahrenheit adalah skala umum yang dipakai di Amerika Serikat. Suhu air
membeku adalah 32F dan titik didih air adalah 212F. Sebagai satuan baku, Kelvin tidak
memerlukan tanda derajat dalam penulisannya. Misalnya cukup ditulis suhu 20 K saja, tidak perlu
20 K. Suhu paling terdingin di bumi pernah dicatat di Stasiun Vostok, Antarktika pada 21 Juli
1983 dengan suhu -89,2C. lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Suhu.
15
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan
sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit
beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel
ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua h
berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca
ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/efek rumah
kaca.
17
(semua jendelanya tetutup). Sinar matahari akan menembus kaca mobil, dan di
dalam mobil sinar itu berubah menjadi panas. Panas tersebut tidak dapat keluar
karena tertahan oleh kaca sehingga suhu di dalam mobil naik. 16
Dalam keadaan normal gas rumah kaca dibutuhkan. Sebab tanpa adanya
gas rumah kaca, suhu rata-rata bumi hanyalah -180C, terlalu dingin bagi
kehidupan makhluk hidup. Dengan adanya gas rumah kaca, suhu rata-rata bumi
menjadi +150C, cocok bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Masalahnya
sekarang adalah, baik kadar maupun jenisnya, gas rumah kaca (selanjutnya ditulis
GRK) intensitasnya terus meningkat. Jika kecenderungan kenaikan kadar GRK
terus berlanjut seperti sekarang, diperkirakan suhu permukaan bumi akan
meningkat 1,5 sampai dengan 4,50C pada akhir abad yang akan datang. 17
Gas yang paling dominan dalam meningkatkan efek rumah kaca adalah
karbon dioksida (CO2). Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca
adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida
(NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan kholro-fluoro
karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan
efek rumah kaca dan disebut sebagai gas rumah kaca. 18
Gas-gas tersebut memiliki sifat seperti kaca yang meneruskan radiasi
gelombang-pendek atau cahaya Matahari, tetapi menyerap dan memantulkan
radiasi gelombang-panjang atau radiasi balik yang dipancarkan bumi yang bersifat
panas sehingga suhu atmosfer bumi makin meningkat. Bumi yang diliputi gas-gas
16
Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam: Perspektif Islam dan Sains, Malang:
UIN Malang Press, 2008), h.140-141
17
John Firor, Perubahan Atmosfer: Sebuah Tantangan Global, Terj. Yuliani Lipoto, (
Bandung: Rosda Jaya Putra, 1995), H. IX-X.
18
Rukaesih Ahmad, Kimia Lingkungan, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2004), h. 3.
18
tersebut bagaikan di dalam rumah kaca yang selalu lebih panas dibanding suhu
udara di luarnya. Oleh karena itu, gas-gas tersebut dinamakan gas rumah kaca
(GRK) dan pengaruh yang ditimbulkannya dikenal dengan nama efek rumah kaca
yang selanjutnya menimbulkan pemanasan global dan perubahan iklim. 19
Menumpuknya gas tersebut di atmosfer dapat menghalangi keluarnya
panas dari permukaan bumi ke angkasa. Akibatnya panas tersebut terkurung di
dekat muka bumi dan meningkatkan suhu permukaan bumi. Meningkatnya suhu
ini akan mengubah pola iklim dunia. 20
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 21 menyimpulkan
bahwa, sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gasgas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan
dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik,
termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi,
masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan
19
19
22
Pemansan
Global,
artikel
diakses
pada
5
Februari
2010
di
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
23
Keniscayaan Pertobatan Ekologis, artikel diakses pada 5 Februari 2010 dari
http://www.korantempo.com/korantempo/2008/06/05/Opini/krn,20080605,74.id.ht
24
Rumah Kaca, Perubahan Iklim, dan Pemanasan Global, diakses pada 17 Januari
2010 dari http://www.iatpi.org/isi.php?item=artikel&rec=7
20
konsumsi, gaya hidup, dan pertumbuhan penduduk tidak berubah, 100 tahun yang
akan datang konsentrasi CO2 diperkirakan akan meningkat menjadi 580 pprmv
atau dua kali lipat dari zaman pra-industri. Akibatnya, dalam kurun waktu 100
tahun yang akan datang suhu rata-rata bumi akan meningkat hingga 4,5 C dengan
dampak terhadap berbagai sektor kehidupan manusia yang luar biasa besarnya.
Menurunnya produksi pangan, terganggunya fluktuasi dan distribusi ketersediaan
air, penyebaran hama dan penyakit tanaman, dan manusia adalah di antara
dampak sosial ekonomi yang dapat ditimbulkan. Tidak semua negara industri
penyebab masalah ini siap rnengatasinya karena upaya mitigasi yang menangani
penyebabnva memerlukan biaya yang tinggi.25
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahanperubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas
fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.
Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan. 26
26
21
gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi cahaya matahari. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya
panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi berulangulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas
tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang
terperangkap di bawahnya. 27
Efek rumah kaca sebenarnya sangat dibutuhkan oleh segala makhluk
hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.
Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 C (59 F), bumi sebenarnya telah lebih
panas 33 C (59 F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 C
sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya,
akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global
menjadi akibatnya. 28
Perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming), pemicu
utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil
(bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui).
Penghasil terbesarnya adalah negeri-negeri industri seperti Amerika Serikat,
27
22
Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dan lain-lain. Ini diakibatkan oleh pola
konsumsi dan gaya hidup masyarakat negera-negara utara yang 10 kali lipat lebih
tinggi dari penduduk negara selatan. Untuk negara-negara berkembang meski
tidak besar, ikut juga berkontribusi dengan skenario pembangunan yang mengacu
pada pertumbuhan. Memacu industrilisme dan meningkatnya pola konsumsi
tentunya, meski tak setinggi negara utara. Industri penghasil karbon terbesar di
negeri berkembang seperti Indonesia adalah perusahaan tambang (migas, batubara
dan yang terutama berbahan baku fosil). Selain kerusakan hutan Indonesia yang
tahun ini tercatat pada rekor dunia Guinnes Record Of Book sebagai negara
tercepat yang rusak hutannya. 29
Menurut temuan Intergovermental Panel and Climate Change (IPCC).
Sebuah lembaga panel internasional yang beranggotakan lebih dari 100 negara di
seluruh dunia. Sebuah lembaga dibawah PBB, tetapi kuasanya melebihi PBB.
Menyatakan pada tahun 2005 terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6-0,70
sedangkan di Asia lebih tinggi, yaitu 10. selanjutnya adalah ketersediaan air di
negeri-negeri tropis berkurang 10-30 persen dan melelehnya Gleser (gunung es) di
Himalaya dan Kutub Selatan. Secara general yang juga dirasakan oleh seluruh
dunia saat ini adalah makin panjangnya musim panas dan makin pendeknya
musim hujan, selain itu makin maraknya badai dan banjir di kota-kota besar (el
Nino) di seluruh dunia. Serta meningkatnya cuaca secara ekstrem, yang tentunya
sangat dirasakan di negara-negara tropis. Jika ini kita kaitkan dengan wilayah
Indonesia tentu sangat terasa, begitu juga dengan kota-kota yang dulunya dikenal
29
23
30
24
25
daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah
Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat
mempengaruhi
ekosistem
pantai.
Kenaikan
50
cm
(20
inchi)
akan
36
H. 19
26
menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya
tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin
akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya
masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian
Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan
air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan
mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan
dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.37
Kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5 derajat celcius hingga 2,5
derajat celcius, di samping menyebabkan udara makin panas, juga akan
menyebabkan kepunahan 20 persen hingga 30 persen spesies tanaman dan hewan.
Suhu yang panas juga mempengaruhi produktivitas pertanian di daerah tropis
seperti Asia dan Afrika. Diperkirakan stok pangan akan mengalami penurunan
dan hal ini akan meningkatkan risiko bencana kelaparan. 38
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar
dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia.
Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau
ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari
daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi,
pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang
bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
37
27
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara
cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah. 39
Dari sisi kesehatan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan
tahunan di Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul
diidentifikasi terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan
hutan, perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta
kerusakan ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama
maupun baru. Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat
terutama di wilayah yang sering mengalami kekeringan dan banjir. 40
Ahli biologi memperkirakan bahwa kenaikan suhu global mencapai 2oC
akan memusnahkan 30 % species yang peka terhadap kenaikan suhu udara.
Hilangnya
species
tersebut
akan
mengganggu
siklus
kehidupan
serta
keseimbangan daur hidup dan rangkai makanan. Hal ini juga akan mengganggu
pola penularan vector borne diseases, dikarenakan serangga akan semakin aktif
pada suhu yang lebih hangat. Peyakit lain yang teridentifikasi adalah lyme, yang
disebabkan oleh semacam bakteri di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Gejalanya
berupa sakit kepala, kejang, dan nyeri sendi. Penyakit itu berpindah melalui
gigitan sejenis kutu rusa yang yang telah terinfeksi lyme. Bakteri yang sama juga
benyek ditemukan pada tikus. Dampak lain yang terasa adalah nyamuk-nyamuk
semakin berkembang biak terutama di Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat
39
Untuk mengetahui punahnya flora dan fauna yang terjadi kita bisa lihat di Ela
Laelasari Minsarwati, Antisipasi Dampak Pemanasan Global Terhadap Kesehatan Masyarakat di
Indonesia. Dalam Medika Islamika: Jurnal Kedokteran, Kesehatan dan Keislaman,Vol. 5, No. I,
Mei 2008. Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehtan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
40
Pemanasan Global dan Dampaknya Bagi Kesehatan, artikel diakses pada 6 maret
2010 di http://www.jawaban.com/news/health/detail.php?id_news=07082116
28
gigitan nyamuk, yaitu malaria dan demam berdarah dengue, sangat sensitif
terhadap perubahan iklim. 41
29
ecology pernah menyatakan bahwa krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini
hanya bisa diatasi dengan merubah secara fundamental dan radikal cara pandang
dan perilaku manusia terhadap alam lingkungannya. Tindakan praktis dan teknis
penyelamatan lingkungan dengan bantuan sain dan teknologi ternyata bukan
merupakan solusi yang tepat. Yang dibutuhkan adalah perubahan perilaku dan
gaya hidup yang bukan hanya orang perorang, akan tetapi harus menjadi semacam
budaya masyarakat secara luas. Dengan kata lain dibutuhkan perubahan
pemahaman baru tentang hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya
yang akan bisa melandasi perilaku manusia terhadap alam. 42
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi.
Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon
dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan
karbon dalam kayunya. Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara
langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumursumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi
juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur
minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu
anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang
terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke
aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.43
Selain itu, Negara-negara internasional juga telah membuat suatu
42
2010
dari
30
31
sehingga kira-kira 40 persen emisi negara industri tidak masuk Protokol Kyoto. 44
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika
perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi
bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang
keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang
dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah
kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat.
Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh
industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang
produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim
bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat
menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi.
Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan
hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan
dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan
proses industri yang lebih efisien. 45
44
Emil Salim, Jalan Bali Setelah Protokol Kyoto, artikel diakses pada 11 Februari 2010
dari r.id/tropika/tropika.php?catid
45
Ela Laelasari Minsarwati, Antisipasi Dampak Pemanasan Global Terhadap
Kesehatan Masyarakat di Indonesia. h. 61.
BAB III
PENANGGULANGAN PEMANASAN GLOBAL
207.
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), Volume 11, cet. 1, h. 77.
32
33
1.
34
Ketidakteraturan/berantakan.
Jika Anda menemukan sesuatu yang baik, yang memenuhi nilai-nilainya, lalu Anda
memeliharanya sehingga nilai-nilai itu langgeng, maka ketika itu Anda melakukan shah. Sedang
bila Anda menemukannya dalam keadaan rusak lalu Anda memperbaikinya sehingga ia menjadi
baik dan bermanfaat sebagaimana semula, maka Anda melakukan apa yang dinamai ishlh.
Selanjutnya jika Anda menemukan sesuatu yang telah memenuhi nilai-nilainya, lalu Anda
memberi nilai tambah kepadanya sehingga manfaatnya lebih besar dari sebelumnya, maka ini pun
dinamai ishlh. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah,Vol 10, cet. 1, h. 115.
7
Lajnah Pentashihan Mushap al-Quran , h. 274.
35
Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri,
niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia Jadi
hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. (QS. al-Naml /27:34).
Kata ifsad di sini berarti merusak apa saja yang ada, baik benda maupun
orang, baik dengan membongkar, merobohkan, maupun menjadikan mereka tidak
berdaya dan kehilangan kemuliaan. 8
4.
Kerusakan lingkungan
36
10
37
11
38
tampaknya term yang mendekati atau bisa dijadikan dasar untuk mengurai
pemanasan global dalam al-Quran.
bumi, sehingga tidak nampak. Kata zhahara pada ayat di atas dalam arti banyak dan tersebar.
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. V, h. 76
13
Fachruddin M Mangunjaya, Konservasi Alam dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2005), h. 1.
39
Quran. 14
Manusia bekerja dengan tujuan mencapai pemenuhan terhadap garis-garis
fitrah yang telah dirumuskan Allah dalam wahyu-Nya. Karena itulah al-Quran
merupakan rahmat yang besar yang dapat dijadikan prinsip untuk menaggulangi
bahaya pemanasan global, karena fitrah al-Quran adalah untuk mengatur tatanan
hidup di bumi.
Pemanasan global telah memberikan dampak yang serius bagi alam dan
kelangsungan hidup manusia di atas bumi. Solusi untuk mencegah bahaya
pemanasan global tidaklah cukup hanya dengan sains dan teknologi semata.
Namun perlu pendekatan lain yang lebih fundamental.
Pada bab II telah dijelaskan bahwa pemanasan global disebabkan karena
meningkatnya
kadar
CO2.
Meningkatnya
kadar
CO2
disebabkan
oleh
meningkatnya kadar emisi CO2 dan berkurangnya absorber CO2. Adapun sektor
utama penghasil CO2 yaitu oleh pembangkitan energi, transportasi, dan industri.
Maka secara teknis pemanasan global dapat diatasi dengan mengurangi emisi CO2
dan meningkatkan absorber CO2. Adapun untuk mengurangi CO2 secara teknis
dapat dilakukan dengan penghematan bahan bakar, penggantian bahan bakar
berbasis fosil dengan sumber energi baru/terbarukan, penangkapan co2 pada emisi
gas buang industri dan alat transportasi dan lain sebagainya. Sedangkan untuk
memperbesar absorber yaitu dapat dilakukan dengan cara, penanaman hutan
kembali (absorber alami), memperkecil polusi yang merusak vegetasi darat dan
laut, dan membuat absorber CO2 buatan. Namun demikian, sebab-sebab dan
14
40
solusi pemanasan global tersebut bukanlah sebab dan solusi yang bersifat
fundamental.
Adapun sebab fundamental dari pemanasan global sebagai akibat dari
meningkatnya kadar CO2 dan berkurangnya absorber CO2 yaitu akibat dari
aktivitas manusia. Dari sini kiranya akan lebih memahami bahwa pemanasan
global merupakan salah satu bentuk fasd fi al-ardhi (kerusakanbumi) yang dapat
menggangu keseimbangan ekosistem akibat ulah manusia (bim kasabat ayd alns). Hal ini seperti yang ditunjukan oleh Allah SWT dalam firmanya,
41
atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku manusia yang tidak
bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan din sendiri. 15
Menurut Anne Naess, krisis llngkungan dewasa ini hanya dapat diatasi
dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam
secara fundamental dan radikal. Yang dibutuhkan adalah, sebuah pola hidup atau
gaya hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang per orang, tetapi juga
budaya masyarakat secara keseluruhan. Artinya, dibutuhkan etika lingkungan.
hidup yang menuntun manusia untuk berinteraksi secara baru dalam alam
semesta. 16
Dengan demikian bahwa krisis lingkungan global ini sebenarnya
bersumber pada kesalahan fundamental-filosofis dalam pemahaman atau cara
pandang manusia mengenai dirinya,
15
42
hal tersebut adalah manifestasi bagian luar dari sebuah krisis tersembunyi yang
bersifat spiritual. 18
Menurut penulis, berdasar uraian ayat-ayat al-Quran ada beberapa solusi
yang ditawarkan al-Quran untuk mengatasi pemanasan global yaitu iman dan
takwa, tidak melampaui batas, sadar lingkungan dan pengelolaan yang
berkelanjutan.
1. Keimanan dan Ketakwaan
18
43
seseorang selalu merasa aman dan optimis, dan ini mengantarkanya hidup tenang
dan dapat berkonsentrasi dalam usahanya. Oleh sebab itulah keimanan selalu
ditekankan dalam segala hal. 19
Adapun ketakwaan kepada Allah, maka ia adalah kesadaran yang
bertanggung jawab yang memelihara manusia dari kecerobohan ketidakadilan dan
keangkuhan. Ia merupakan pendorong gerak dan pendorong hidup. Ia
mengarahkan manusia dengan hati-hati sehingga tidak bertindak sewenangwenang tidak ceroboh dan tidak melampaui batas. Ketakwaan penduduk suatu
negeri menjadikan mereka bekerjasama dalam kebaikan dan tolong-menolong
dalam mengelola bumi serta menikmatinya bersama. Semakin kokoh kerjasama
dan semakin tenang jiwa, maka semakin banyak pula yang diraih dari alam raya
ini (lafatahn alaihim baraktn min al-sam wa al-ardi). 20
Permasalahan yang menyangkut lingkungan sangat komplek serta multi
dimensi. Oleh karena itu nilai-nilai agama (ad-diin) yang juga bersifat multidimensi bisa digunakan sebagai landasan berpijak dalam upaya penyelamatan
lingkungan. Selama perspektif ini tidak dirubah dan tidak memberikan upaya pada
dimensi spiritual lingkungan, tidak akan banyak harapan untuk mengembangkan
lingkungan hidup. Manusia harus kembali pada akar spiritualnya. Hanya dengan
pendekatan inilah pemanasan global
19
44
22
45
46
2. Sadar Lingkungan.
Alam semesta menurut Imam Thabathabai bagaikan tubuh dalam
keterkaitanya antara satu bagian dengan bagian yang lainya, apabila salah satu
bagianya tidak berfungsi dengan baik , maka akan nampak dampak negatifnya
pada bagian yang lain. Apa lagi jika disadari bahwa kehidupan manusia sangat
bergantung pada alam. Jika alam rusak maka manusia akan merasakan akibatnya.
Sadar lingkungan berarti juga sadar akan peran dan fungsi manusia sebagai
khlifah di muka bumi. 23
Pemanasan global merupakan sebuah bencana ekologi yang mempunyai
dampak serius bagi keseimbangan ekosistem atau lingkungan hidup. Oleh karena
demikian, timbulnya kesadaran terhadap lingkungan menjadi sebuah keniscayaan.
Kesadaran lingkungan secara mendasar merupakan suatu ciri dan perbedaan
antara manusia dengan makhluk hidup lainya. Oleh karena itu manusialah yang
sangat dominan dalam mengatasi rnasalah-masalah lingkungan, dan hal ini
tergantung pada kesadaran manusia dalam memahami lingkungannya. 24
Kesadaran (awareness) mengandung pengertian mengetahui sesuatu atau
tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh persepsi atau informasi.
Kesadaran individu timbul karena ia memiliki persepsi atau informasi yang
mendukungnya, sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap. Dalam kaitan
dengan Iingkungan, seorang individu akan berkesadaran lingkungan apabila Ia
23
47
25
Kudwiratri Setiono, dkk, ed, Manusia Kesehatan Dan Lingkungan: Kualitas Hidup
Dalam Perspektif Perubahan Lingkungan Global, (BAndung: P.T. Alumni, 2007), h. 97.
26
Daud Efendi, Manusia, Lingkungan dan Pembangunan: Prospektus Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2008), h. 142-142.
48
Di dalam masalah lingkungan dikenal dua kata kunci yang sangat erat
hubungannya dengan keserasian lingkungan hidup, yakni ekologi dan ekosistem.
Ungkapan ekologi berasal dan kata oikos dan logos. Oikos artinya rumah tangga
dan logos yang berarli ilmu. Jadi ekologi dapat diartikan sebagai studi tentang
rumah tangga mahluk hidup, ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang
interaksi antara makhluk hidup dan llngkungannya, termasuk benda mati yang ada
disekitarnya. Sebab di dalam ekologilah dibicarakan adanya struktur dan interaksi
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Keberadaan makhluk hidup tidak bisa
dipisahkan dan makhluk hidup yang lainnya. Interaksi dalam pengerfian saling
membutuhkan adalah dasar berkembangnya eksistensi makhluk hidup menjadi
makhluk yang mempunyai makna dalam kehidupan. 27
Di dalam mengatasi masalah-masalah lingkungan yang dihadapi oleh
lingkungan hidup secara total, diperlukan adanya suatu kesadaran akan
pentingnya arti lingkungan bagi kehidupan terutama sekali hubungannya dengan
kehidupan manusia yang bersifat sentral. Artinya manusia memegang peranan
yang sangat urgen dalam mengelola lingkungan bahkan juga yang mendatangkan
adanya kerusakan lingkungan.
Kesadaran lingkungan bagi masyarakat ditunjukkan dengan adanya respon
dan sikap serta pemikiran positif manusia terhadap lingkungan hidup. Kesadaran
erat kaitannya dengan persepsi, emosi dan pemikiran, sehingga dapat dikatakan
bahwa kesadaran adalah kemampuan memahami dan memikirkan sesuatu.
Hakekat kesadaran lingkungan secara esensial dapat difahami sebagai suatu
27
49
28
50
Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri
minum kamu dengan air tawar?. (QS. al-Mursalat: 77/ 27).
Tetapi ironis bahwa kekeringan datang silih berganti dengan banjir.
Mestinya manusia bisa mengatur sedemikian hingga sepanjang waktu bisa
cukupan air (tidak kurang dan tidak lebih). Hal itu sebenarnya telah ditunjukkan
oleh alam dalam bentuk siklus hidrologis dari air yang berlangsung terus menerus,
volume air yang dikandungnya tetap, hanya bentuknya yang berubah. Allah SWT
berfirman : Demi langit yang mengandung hujan (raji) (QS. 86 : 11). Kata
Raji berarti kembali. Hujan dinamakan raji dalam ayat ini, karena hujan itu
berasal dari uap air yang naik dari bumi (baik dari air laut, danau, sungai dan
lainnya) ke udara, kemudian turun ke bumi sebagai hujan, kemudian kembali ke
30
Widi Agus Pratikno, dkk.. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut, (Yogyakarta:.
BPFE, 1997), H. 10-12.
31
Widi Agus Pratikno, dkk.. Perencanaan Fasilitas Pantai , h. 10-12.
51
atas, dan dari atas kembali ke bumi dan begitulah seterusnya. Atau terkenal
dengan siklus hidrologik. 32
Selain kedua sumber daya tersebut di atas, ciptaan Allah SWT yang tidak
kalah penting tetapi sering terlupakan atau disepelekan adalah udara. Padahal
tanpa udara takkan pernah ada kehidupan. Tanpa udara bersih takkan diperoleh
kehidupan sehat. Setiap hari rata-rata manusia menarik napas 26.000 kali berkisar
antara 18 sampai 22 kali setiap menitnya. Pentingnya udara sering diabaikan
terutama karena sampai kini manusia masih bisa memperolehnya tanpa harus
mengeluarkan biaya.
Wujud nyata dari adanya kesadaran lingkungan misalnya membuang
sampah pada tempatnya, membuka lahan produksi dengan penuh perhitungan,
memanfaatkan hasil bumi secara tidak berlebihan. Jika kesadaran lingkungan ini
tertanam pada seluruh lapisan masyarakat. Maka kerusakan alam dengan segala
konsekuensinya dapat ditanggulangi.
32
52
53
rabb) dan menebarkan rakhmat ( rahmatan) di alam semesta. Oleh karena itu
kewajiban manusia terhadap alam dalam rangka pengabdiannya kepada Allah swt
adalah melakukan pemeliharaan terhadap alam (termasuk pemeliharaan kehidupan
diri = hifdzun nafs) untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di alam. Untuk
mempertahankan dan memenuhi hajat hidupnya, manusia diperkenankan oleh
Tuhan untuk memanfaatkan segala sumberdaya alam secara wajar (sesuai dengan
kebutuhan) dan bertanggungjawab. Segala sikap, perilaku atau perbuatan manusia
(lahir
dan
batin)
yang
berkaitan
dengan
pemeliharaan
alam
harus
34 34
54
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila
Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Dan di
antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada
yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Anam:
06/141-142)
Pengelolaan
lingkungan
hidup
yang
berupa
pendayagunaan
dan
peningkatan kualitas hidup ini adalah tugas yang dibebankan kepada manusia
sebab Allah menciptakan manusia dari bumi (tanah) dan menjadikan manusia
sebagai pemakmurnya. Hal demikian sebagaimana firman Allah pada surat Hud
ayat 61 sebagai berikut:
Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS. Hud: 11/61).
Kata
tersebut juga dipahami sebagai antonim dari kata, yang berarti kehancuran. Ada
juga sebagian ulama yang memahaminya sebagai bentuk perintah, sehingga kata
55
35
36
56
Komisi
Dunia
untuk
Lingkungan
dan
Pembangunan
sebagai:
37
57
dari
pengelolaan
yang
berkelanjutan
contohnya
seperti
40
58
yang tidak berlebihan karena akan merusak tanah menjadi tidak subur. Begitu
juga dalam pengelolaan barang tambang dan pengelolaan laut terutama ketika
penangkapan ikan banyak menggunakan dinamit atau racun ikan (seperti portas)
yang dapat menyebabkan penunahan kekayaan laut dan mencemari lingkungan
air.
Alam semesta termasuk bumi seisinya adalah ciptaan Tuhan dan
diciptakan dalam kesetimbangan, proporsional dan terukur atau mempunyai
ukuran-ukuran, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gununggunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
(QS. Al-Hijr: 15/19).
Bumi merupakan planet tempat manusia tinggal dan melangsungkan
kehidupannya terdiri atas berbagai unsur dan elemen dengan keragaman yang
sangat besar dalam bentuk, proses dan fungsinya. Berbagai unsur dan elemen
yang membentuk alam tersebut diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam menjalankan kehidupannya di muka bumi, sekaligus merupakan
bukti ke Mahakuasaan dan Kemahabesaran Sang Pencipta dan Pemelihara alam.
59
Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air
hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah
binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. (QS. Thaha:
20/53-54).
BAB IV
Penutup
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian penulis lakukan terhadap ayat-ayat al-Quran yang
bisa
digunakan
sebagai
landasan
berpijak
dalam
upaya
penyelamatan lingkungan. Selama perspektif ini tidak dirubah dan kita tidak
memberikan upaya pada dimesi spritual lingkungan, tidak akan banyak harapan
untuk mengembangkan lingkungan hidup. Manusia harus kembali pada akar
spiritualnya. Hanya dengan pendekatan inilah penanggulangan Pemanasan global
bisa diatasi. Inilah nilai penting untuk kembali kepada keimanan dan ketakwaan.
2.
59
60
B. Rekomendasi
1. Adanya penelitian lebih lanjut terhadap solusi al-Quran terhadap masalahmasalah kontemporer yang berkaitan langsung dengan kesalamatan umat
manusia, semisal malasah pemanasan global.
2.
Apa yang dilakukan penulis dalam tulisan ini masih sederhana dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, di kemudian hari diharapkan ada tulisan yang
lebih mendalam dan komprehensif yang membahas masalah pemanasan global.
DAFTAR PUSTAKA