Anda di halaman 1dari 6

Masalah di Bantaran Sungai

Oleh: Caroline Aretha M.


16615076 (PRD 31-Kelompok 3)

Antara diri sendiri dan orang lain. Antara keuntungan pribadi dan
keprofesionalan pekerjaan. Manusia sering kali dibuat bingung oleh pilihanpilihan tersebut.
Adalah sebuah kasus mengenai bantaran sungai yang harus dinormalisasi
karena banjir yang tak kunjung berhenti sementara seorang kerabat Anda
tinggal di sana. Di satu sisi, Anda sebagai seorang rekayasawan sedang
dalam proyek pembangunan mall dan apartemen di sekitar derah sungai
tersebut, di mana dijanjikan bahwa bangunan tersebut tidak akan
mengganggu aliran sungai. Selain itu, dijanjikan dua buah apartemen
dengan harga sangat murah untuk ditempati oleh Anda dan kerabat Anda
yang tergusur akibat pembangunan tersebut.
Sayangnya, setelah rancangan pembangunan mall dan apartemen
tersebut selesai, diketahui bahwa pembangunan tersebut akan mengganggu
aliran sungai dan mengakibatkan banjir. Untuk mengatasinya, perlu
dibangun suatu sistem yang membutuhkan dana cukup besar dan
mengambil lahan pembangunan mall dan apartemen tersebut.
Sebagai seorang rekayasawan, apa yang harus kita lakukan untuk
menghadapi kasus tersebut?
Pertama-tama, mari kita ketahui dulu apa itu rekayasawan.
Seperti yang tertulis pada Exploring Engineering edisi kedua karangan
Philip Kosky dkk., definisi rekayasawan atau engineer adalah a creative,
ingenious person who creates ingenious solutions to societal problems atau

seorang kreatif dan cerdas yang membuat solusi cerdik untuk menyelesaikan
masalah kemasyarakatan.
Setiap rekayasawan pasti mempunyai dua macam etika, yakni etika
pribadi dan etika sebagai seorang profesional. Etika pribadi ialah etika yang
kita kenal sehari-hari, yang kita pelajari semenjak kecil. Sementara etika
profesional berkaitan dan pekerjaan dan jabatan. Sebagai seorang
rekayasawan yang profesional, kita harus bisa menempatkan etika
professional tersebut di atas bisnis atau usaha yang kita jalankan.

Gambar 1 Pemukiman di Bantaran Sungai

Mari kita kembali ke permasalahan utama kita. Menurut saya, langkah


yang harus diambil sebagai seorang rekayasawan profesional bukanlah
melanjutkan pembangunan mall dan apartemen dengan rancangan yang
merusak tersebut ataupun membuat sistem yang memerlukan dana besar.

Saya mempunyai dua rencana, sebut saja rencana A dan B.


Dalam rencana A, saya tetap akan membuat mall dan apartemen di
daerah sekitar sungai yang tersedia. Namun, saya akan mencoba mengubah
rancangan mall dan apartemen menjadi lebih sedikit memakan tempat
daripada sebelumnya dengan sistem yang membuat bangunan-bangunan
tersebut tidak menutupi aliran air sungai. Sistem tersebut akan bekerja
dengan energi alam yakni energi surya, air, angin, dan dinamo. Dengan ini,
meskipun membutuhkan dana yang besar, penggunaan dengan sumber
daya alam akan menghemat pengeluaran sehingga modal pun bisa kembali.
Sementara pembangunan mall, apartemen, dan sistem berjalan,
normalisasi air sungai tetap dilakukan. Karenanya, tentu akan ada beberapa
rumah dari pemukiman di sekitar bantaran sungai yang harus tergusur.
Untuk itu, saya akan bekerja sama dengan Gubernur DKI Jakarta untuk
menyediakan tempat penampungan sementara bagi para warga yang
tergusur.
Uang yang seharusnya digunakan untuk membangun mall dan apartemen
pada ukuran sebenarnya akan dialokasikan untuk mendanai penampungan
sementara tersebut. Kerabat saya pun bisa ikut tinggal di sana. Bahkan, jika
memungkinkan, saya akan mendukung dan membantu Gubernur DKI Jakarta
dengan keuntungan yang saya peroleh untuk memindahkan semua warga
penghuni bantaran sungai ke rumah susun tersebut.
Penampungan sementara ini akan berakhir saat rumah susun baru yang
menjadi program dari Gubernur DKI Jakarta selesai dibangun sehingga
masyarakat mantan penghuni bantaran sungai bisa dipindahkan ke sana.
Rencana B saya gunakan apabila pembangunan mall dan apartemen
tersebut benar-benar akan dilaksanakan di daerah bantaran sungai.
Dalam rencana B, pertama, sebagai bagian dari proyek, saya akan
mengemukakan kesalahan pembangunan yang saya temukan dalam

rancangan mall dan apartemen tersebut kepada perusahaan saya sendiri.


Itulah fungsi saya sebagai rekayasawan yang memerhatikan keselamatan,
kesehatan, dan kesejahteraan lingkungan kerja. Bersama dengan rekanrekan rekayasawan saya lainnya, saya akan membenahi rancangan tersebut
dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Saya akan membuat mall dan apartemen tersebut dengan ketinggian
tertentu di atas permukaan sungai dengan cara membuat jembatan terlebih
dahulu, sehingga bangunan tersebut tidak akan menutupi aliran sungai.
Saya akan bekerja sama dengan Gubernur DKI Jakarta dalam
pembangunan jembatan mall dan apartemen ini karena pembangunan
jembatan ini bisa menjadi bagian dari proses normalisasi bantaran sungai.

Gambar 2 Rancangan Pembangunan di Atas Jembatan

Seperti yang bisa Anda lihat pada gambaran di atas, apabila sungainya
bercabang, saya akan membuat jembatan di cabang yang mengarah ke
lahan terbesar dan jalanan umum. Misalnya, cabang tempat saya membuat
jembatan yang memenuhi kriteria tersebut adalah lokasi 1. Mengapa saya
memilih lokasi dengan kriteria tersebut? Untuk meminimalisasi kerusakan

dan beratnya beban yang harus dipikul oleh sebuah jembatan, saya akan
membuat mall dan apartemen di atas jembatan yang sebagian dari
bangunannya berdiri di atas lahan kosong yang tidak menutupi aliran sungai.
Selain itu, apabila saya memilih membangun jembatan di lokasi 2
ataupun 3, akan muncul masalah baru yakni kesulitan mengakses mall dan
apartemen tersebut.
Dengan rencana Byang memang tampak mustahil ini
pembangunan tidak akan menganggu aliran sungai maupun pemukiman di
bantaran sungai.
Meskipun saya memiliki dua rencana dalam menghadapi kasus di atas,
tentu saja keduanya tetap memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya, misalnya, pada kedua rencana di atas, mall dan
apartemen akan saya bangun dengan basis eco-friendly. Hal ini bisa
diterapkan dengan membuat ruang hijau terbuka pada mall maupun
apartemen tersebut. Selain itu, akan dibuat banyak bukaan untuk
memaksimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari sehingga tidak
membutuhkan banyak AC dan lebih ramah lingkungan. Setengah dari
kegiatan dalam mall dan apartemen nantinya juga akan bersumber dari
energi yang sama dengan sistem yang melengkapi bangunan tersebut.
Kekurangannya, misalnya, perlunya kemampuan berpikir,
menganalisa, dan memanajemen lebih jauh dan kritis untuk menjalankan
proyek besar dengan resiko tinggi seperti ini. Selain itu, jika rencana B
dijalankan, mall dan apartemen akan menjadi kumuh karena menyatu
dengan pemukiman di bantaran sungai. Kekurangan yang sama pada
rencana A dan B ialan harus tersedianya dana yang cukup besar dan
kemampuan serta profesionalitas dalam menjalin kerjasama dengan
pemerintah.

Sebagai seorang rekayasawan profesional, Anda harus bisa


menghadapi kasus seperti di atas. Masih banyak kasus yang bervariasi yang
akan dihadapi Anda di masa mendatang. Apa yang bisa kita lakukan sebagai
generasi muda ialah belajar dengan tekun dan mandiri supaya bisa
menyelesaikan kasus-kasus seperti contoh kasus di atas supaya membawa
pembangunan ke arah yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai