Antara diri sendiri dan orang lain. Antara keuntungan pribadi dan
keprofesionalan pekerjaan. Manusia sering kali dibuat bingung oleh pilihanpilihan tersebut.
Adalah sebuah kasus mengenai bantaran sungai yang harus dinormalisasi
karena banjir yang tak kunjung berhenti sementara seorang kerabat Anda
tinggal di sana. Di satu sisi, Anda sebagai seorang rekayasawan sedang
dalam proyek pembangunan mall dan apartemen di sekitar derah sungai
tersebut, di mana dijanjikan bahwa bangunan tersebut tidak akan
mengganggu aliran sungai. Selain itu, dijanjikan dua buah apartemen
dengan harga sangat murah untuk ditempati oleh Anda dan kerabat Anda
yang tergusur akibat pembangunan tersebut.
Sayangnya, setelah rancangan pembangunan mall dan apartemen
tersebut selesai, diketahui bahwa pembangunan tersebut akan mengganggu
aliran sungai dan mengakibatkan banjir. Untuk mengatasinya, perlu
dibangun suatu sistem yang membutuhkan dana cukup besar dan
mengambil lahan pembangunan mall dan apartemen tersebut.
Sebagai seorang rekayasawan, apa yang harus kita lakukan untuk
menghadapi kasus tersebut?
Pertama-tama, mari kita ketahui dulu apa itu rekayasawan.
Seperti yang tertulis pada Exploring Engineering edisi kedua karangan
Philip Kosky dkk., definisi rekayasawan atau engineer adalah a creative,
ingenious person who creates ingenious solutions to societal problems atau
seorang kreatif dan cerdas yang membuat solusi cerdik untuk menyelesaikan
masalah kemasyarakatan.
Setiap rekayasawan pasti mempunyai dua macam etika, yakni etika
pribadi dan etika sebagai seorang profesional. Etika pribadi ialah etika yang
kita kenal sehari-hari, yang kita pelajari semenjak kecil. Sementara etika
profesional berkaitan dan pekerjaan dan jabatan. Sebagai seorang
rekayasawan yang profesional, kita harus bisa menempatkan etika
professional tersebut di atas bisnis atau usaha yang kita jalankan.
Seperti yang bisa Anda lihat pada gambaran di atas, apabila sungainya
bercabang, saya akan membuat jembatan di cabang yang mengarah ke
lahan terbesar dan jalanan umum. Misalnya, cabang tempat saya membuat
jembatan yang memenuhi kriteria tersebut adalah lokasi 1. Mengapa saya
memilih lokasi dengan kriteria tersebut? Untuk meminimalisasi kerusakan
dan beratnya beban yang harus dipikul oleh sebuah jembatan, saya akan
membuat mall dan apartemen di atas jembatan yang sebagian dari
bangunannya berdiri di atas lahan kosong yang tidak menutupi aliran sungai.
Selain itu, apabila saya memilih membangun jembatan di lokasi 2
ataupun 3, akan muncul masalah baru yakni kesulitan mengakses mall dan
apartemen tersebut.
Dengan rencana Byang memang tampak mustahil ini
pembangunan tidak akan menganggu aliran sungai maupun pemukiman di
bantaran sungai.
Meskipun saya memiliki dua rencana dalam menghadapi kasus di atas,
tentu saja keduanya tetap memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya, misalnya, pada kedua rencana di atas, mall dan
apartemen akan saya bangun dengan basis eco-friendly. Hal ini bisa
diterapkan dengan membuat ruang hijau terbuka pada mall maupun
apartemen tersebut. Selain itu, akan dibuat banyak bukaan untuk
memaksimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari sehingga tidak
membutuhkan banyak AC dan lebih ramah lingkungan. Setengah dari
kegiatan dalam mall dan apartemen nantinya juga akan bersumber dari
energi yang sama dengan sistem yang melengkapi bangunan tersebut.
Kekurangannya, misalnya, perlunya kemampuan berpikir,
menganalisa, dan memanajemen lebih jauh dan kritis untuk menjalankan
proyek besar dengan resiko tinggi seperti ini. Selain itu, jika rencana B
dijalankan, mall dan apartemen akan menjadi kumuh karena menyatu
dengan pemukiman di bantaran sungai. Kekurangan yang sama pada
rencana A dan B ialan harus tersedianya dana yang cukup besar dan
kemampuan serta profesionalitas dalam menjalin kerjasama dengan
pemerintah.