Anda di halaman 1dari 66

GAMBARAN PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA

HIPERTENSI DENGAN PENANGANAN AKUPUNKTUR


DI KOTA MAKASSAR
TAHUN 2012

BALAI KESEHATAN TRADISIONAL MASYARAKAT


( BKTM ) MAKASSAR
TAHUN 2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pembangunan

kesehatan

nasional

pada

hakekatnya

adalah

penyelenggaraan kesehatan oleh Bangsa Indonesia, diarahkan dalam rangka


tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap orang agar dapat terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Kementerian Kesehatan memiliki kebijakan pelayanan kesehatan yang
berlandaskan pada visi untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri
dan berkeadilan dengan misi:

1. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan


masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani;

2.

melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin ketersediaan upaya


kesehatan dan

3.

menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.


Sejalan dengan hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka strategi

yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan


kebijakan pelayanan kesehatan diantaranya adalah dengan menggerakkan
dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat serta meningkatkan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Sesuai dengan Undang-Undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
untuk

mewujudkan

masyarakat,

derajat

diselenggarakan

kesehatan
upaya

yang

setinggi-tingginya

kesehatan

yang

bagi

terpadu

dan

menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya


kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk
kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut dilaksanakan melalui 17
kegiatan, salah satu diantaranya adalah pelayanan kesehatan tradisional.
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan warisan budaya bangsa
yang selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara turun
temurun di kalangan masyarakat, digunakan sejak dahulu sampai kini
dengan kecenderungan yang terus meningkat.

Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

nomor

2358/Menkes/PerXI/2011 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana


Teknis di Bidang Kesehatan Tradisional Masyarakat, tugas BKTM adalah
melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelayanan kesehatan tradisional.
Adapun fungsi BKTM adalah:

1. Penyusunan

rencana

program

kegiatanpemantauandanevaluasi

pelayanan kesehatan tradisional, alternatif, dan komplementer;

2. Pelaksanaanpemantauan dan evaluasi pelayanan kesehatan tradisional,


alternatif, dan komplementer ;
3. Fasilitasi pengembangan dan penerapan model dan metode pelayanan
kesehatan tradisional

4. Fasilitasi rujukan penapisan kesehatan tradisional, alternatif, dan


komplementer ;
5. Pemberian bimbingan teknis pelayanan kesehatan tradisional
6. Pelaksanaan kemitraan di bidang kesehatan tradisional, alternatif, dan
komplementer dengan lintas program dan lintas sektor terkait termasuk
dunia usaha; dan
7. Pelaksanaan urusan ketatausahaan
Berdasarkan fungsi BKTM yang berhubungan dengan fasilitasi
pengembangan

dan

penerapan

dan

metode

pelayanan

kesehatan

tradisional, saat ini salah satu model pelayanankesehatan tradisional yang


sedang dikembangkan di BKTM adalah akupunktur.
Akupunktur merupakan suatu metode terapi dengan penusukan pada
titik-titik di permukaan tubuh untuk mengobati penyakit maupun kondisi
kesehatan lainnya. Dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu di Cina sebagai
bagian dari TCM (Traditional Chinese Medicine). Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan maka dikalangan kedokteran berkembang akupunktur medik
yaitu metode terapi akupunktur yang berlandaskan pada neuroscience,
mengobati pasien dengan prinsip medik dan evidence based.2

Pada tahun 1979 WHO menetapkan 43 penyakit yang dapat


ditanggulangi dengan akupunktur, dimana salah satu diantaranya adalah
hipertensi.2
Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi
dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan
perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular
(PTM) meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases yang
merupakanfaktor utama masalah morbiditas dan mortalitas. Terjadinya
transisi epidemiologi ini disebabkan terjadinya perubahan sosial ekonomi,
lingkungan dan perubahan struktur penduduk,saat masyarakat telah
mengadopsi gaya hidup tidak

sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas

fisik, makanantinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol yang diduga
merupakan faktor risiko PTM. Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi
peningkatan insidens dan prevalensi PTM secara cepat, yang merupakan
tantangan utama masalah kesehatan dimasa yang akan datang. WHO
memperkirakan pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian
dan60% seluruh kesakitan di dunia.

Diperkirakan negara yangpaling

merasakan dampaknya adalah negara berkembangtermasuk Indonesia.3


Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH),
saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita
tersebut tidakmendapatkan pengobatan secara adekuat.3
Berdasarkan data Lancet, jumlah penderita hipertensi di Asia tercatat
38,4 juta orang pada tahun 2000 dan diprediksi akan meningkat menjadi
67,4 juta orang pada tahun 2025.4
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi
pada pendudukumur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%.
Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan
(39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).5
Di Sulawesi Selatan, dari hasil pengukuran darah, prevalensi hipertensi
sebesar 20,9%, menurut kabupaten prevalensi tertinggi di Soppeng 40,6%
dan terendah di Sidenreng Rappang 23,3%. Dari 44 RS kabupaten/kota seSulawesi Selatan

(pemerintah dan swasta) yang melaporkan situasi

Penyakit Tidak Menular menunjukkan pada tahun 2008, kasus terbanyak


kedua pada penderita rawat jalan adalah hipertensi esensial/primer (7.833
penderita/ 28,69%) setelah kecelakaan lalu lintas pada peringkat pertama.
Begitu pula pada penderita rawat inap, hipertensi menduduki peringkat
kedua (2.221 penderita/ 20,64%) setelah kecelakaan lalu lintas. (Profil
Kesehatan Sulsel 2009).6
Dari laporan unit Pelayanan Kesehatan (Puskesmas & Rumah Sakit) di
KotaMakassar,

situasi

Penyakit

Tidak

Menular

pada

Tahun

2007

menunjukkan beberapa kasus seperti Hipertensi baik pada penderita rawat


jalan maupun pada penderita rawat inap dengan jumlah kasus sebanyak
43.526 penderita. Dalam Pola 10 penyakit utama, hipertensi berada pada
urutan ke-6 dengan persentase 6,7 % .6
Berdasarkan data kunjungan BKTM tahun 2011, penderita hipertensi
berjumlah 222 orang, dari jumlah tersebut yang memilihuntuk menjalani
terapi akupunktur sebanyak 115 orang (51,8%), yang memilih diterapi
akupresur 33 orang (14,9%), yang memilih terapi herbal 71 orang (31,9%) ,
dan sisanya sebanyak 3 orang (1,3%) yang memilih diterapi SPA.
Pengobatan hipertensi bergantung pada pertimbangan klien termasuk
megenai biaya, karakteristik, demografik, penyakit penyerta, dan kualitas
hidup. Pengobatan hipertensi saat ini belum efektif karena hanya
menurunkan prevalensi sebesar 8%, harganya mahal, sering terjadi
kekambuhan, dan menimbulkan efek samping yang berbahaya (Price dan
Wilson, 2005).7 Tren pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan
menggunakan terapi alternatif dan komplementer. Terapi alternatif dan
komplementer akhir-akhir ini menjadi lebih populer di masyarakat dan
mendapatkan

kredibilitas

dalam

dunia

biomedis

kesehatan.

Survei

menunjukkan bahwa sekitar sepertiga penduduk Inggris dan lebih sedikit di


Amerika menggunakan terapi alternatif dan komplementer.8
Terapi alternatif dan komplementer yang saat ini polpuler atau
dipercaya

masyarakat

untuk

mengobati

hipertensi

diantaranya

akupunktur,akupresur, bekam, terapi herbal, terapi listrik, dan lain-lain.

B. Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka masalah yang akan
dikaji adalah pengaruh terapi akupunktur terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi di Kota Makassar.
C. TujuanPenelitian
TujuanUmum
Mengetahui

gambaran

penurunan

tekanan

darah

pada

pasien

hipertensi di BKTM Makassar, RSUD Daya, RS Sayang Rakyat.


Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran penurunan tekanan darah sistole pada pasien


hipertensi setelah diberikan terapi akupunktur.

2. Mengetahui gambaran penurunan tekanan darah diastole pada pasien


hipertensi setelah diberikan terapi akupunktur.
D. Manfaat
1. Sebagai bahan diseminasi informasi bagi masyarakat khususnya
manfaat akupunktur terhadap penanganan hipertensi.

2. Sebagai bahan informasi untuk penelitianpenelitian selanjutnya yang


relevan dengan penelitian ini.

3. Pelaksanaan salah satu fungsi BKTM yaitu, fasilitasi pengembangan dan


penerapan model dan metode pelayanan kesehatan tradisional.

E. Metode Penelitian
1. JenisPenelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah case control yaitu suatu penelitian
(survei) analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari
dengan menggunakan metode prospektif.
2. WaktudanLokasiPenelitian
a. Waktu

1 April 31 Agustus 2012

b. Lokasi
Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar, RSUD
Daya, RS Sayang Rakyat
3. PopulasidanSampel
a. Populasi
Penderita hipertensi di Kota Makassar
b. Sampel
Penderita hipertensi yang berobat di BKTM, RSUD Daya, RS Sayang
Rakyat yang memenuhi kriteria inklusi
c. Responden
Pasien hipertensi yang bersedia mengikuti jalannya penelitian.
4. Teknik Sampling
Teknik sampling yang dilakukan secara purposive yang memenuhi
kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Hipertensi ringan (Sistole: 140-159mmHg, Diastole: 90-99mmHg)
b. Hipertensi sedang (160-179mmHg, Diastole: 100-109mmHg)
c. Tetap mengkonsumsi obat konvensional
Sedangkan kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah:
a. Hipertensi dengan gangguan ginjal
b. Hipertensi dengan penyakit DM
5. AlatdanBahan
a. Alat
1) Tensimeter
2) Stetoskop
3) Timbangan Berat Badan
4) Alat Ukur Tinggi Badan
5) Neerbekken
6) Timer
7) Safetybox
8) Kartu kontrol pasien
9) Lembaran Informed consent

10) Komputerdanperangkat pengolah data

b. Bahan
1) Jarum akupunktur
2) Kapas alkohol
3) Sabun cair
4) Desinfektan tangan
5) ATK
6) Tissue
6. JalannyaPenelitian
a. Tahappersiapan:

1) rapatpersiapan,
2) penyusunan proposal

3) presentasi proposal
4) perbaikan proposal
5) penetapan proposal

b. Tahap Koordinasi
PengurusanizinkeBalitbangda Kantor GubernurProvinsi Sulawesi
Selatan, rapat koordinasi dengan direktur RSUD Daya dan RS
Sayang Rakyat

c. Tahap Pelaksanaan
Tahappelaksanaanmeliputi:
1) Pemeriksaan fisik pasien
2) Pengisian kuesioner

3) Persetujuan dan penandatanganan informed concent pasien


untuk mengikuti jalannya penelitian
4) Pelaksanaan terapi akupunktur selama 1 sesi (10 kali terapi)
5) Pencatatan hasil terapi
7. TeknikPengumpulan Data
a. Data Sekunder

Data diperolehdari penelusuran sumber-sumber tertulis seperti bukubuku, literatur, laporan-laporan hasil penelitian yang relevan dengan
judul penelitian yang sedang diteliti.
b. Data Primer
Data primer diperolehdari hasil wawancara dan observasi setelah
pemberian terapi akupunktur terhadap pasien hipertensi.
8. Teknikanalisa Data
Teknik yang digunakanadalahanalisis univariat, bivariat, dan multivariat;
yaitudigunakan untuk melihat hubungan antara terapi akupunktur
(variabel independen) dengan penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi (variabel dependen).
9. Jadwalpenelitian
Sesuaijadwalterlampir.
10. Kerangka Konsep

Umur
Jenis Kelamin
Riwayat Keluarga

Hipertensi

Terapi
Akupunktur

Tekanan
Darah
Turun

Obat
Konvensional/
Obat Kimia

Pola Makan
Kontrasespsi

Terapi
Herbal

Gaya Hidup:
kebiasaan merokok,
minum alkohol,
olahraga

Keterangan:

:Variabel yang diteliti


: Variabel yang tidak diteliti

F. Alur Penelitian
Penderita hipertensi di wilayah kerja BKTM
( 17 provinsi)

Penderita hipertensi di Sulawesi Selatan

Penderita hipertensi di kota Makassar

Pasien hipertensi yang berkunjung ke BKTM,


RSUDDAYA, DAN RS SAYANGRAKYAT

Memenuhi kriteria inklusi

Pasien yang bersedia mengikuti jalannya penelitian

Pencatatan data awal dan


pengisian berkas rekam medik
pasien

Pelaksanaan terapi akupunktur selama


1 sesi ( 10 kali terapi)
10

11.

Identifikasi Variabel

Pencatatan data akhir pasien


hasil terapi akupunktur

a. Variabel independen
Yang menjadi veriabel independen dalam penelitian ini adalah terapi
akupunktur
b. Variabel dependen
Yang menjadi veriabel dependen dalam

penelitian ini adalah

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan
transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola
penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit
degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah
morbiditas dan mortalitas.3 Terjadinya transisi epidemiologi ini disebabkan
terjadinya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur
penduduk, saat masyarakat telah mengadopsi gaya hidup tidak sehat, misalnya
merokok, kurang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi
alkohol yang diduga merupakan faktor risiko PTM.3
Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi peningkatan insidens dan
prevalensi PTM secara cepat, yang merupakan tantangan utama masalah
kesehatan dimasa yang akan datang. WHO memperkirakan, pada tahun 2020
PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia.
Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara
berkembang termasuk Indonesia.3
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat
ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Di Amerika,
diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila penyakit ini
tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan
serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa
penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar
terkena congestiveheart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung.3
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension(ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya
meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat.3

12

Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei


Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.9

A. Tinjauan Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang terjadi akibat
peningkatan tekanan darah. Yang dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis
yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan
hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal , penyakit
endokrin, penyakit jantung, gangguan anak ginjal, dll. Kurang lebih 90 %
penderita hipertensi tergolong hipertensi essensial sedangkan 10 % nya
tergolong hipertensi sekunder.10
Tekanan darah adalah menunjukkan keadaan dimana tekanan yang
dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh
jantung ke seluruh anggota tubuh. Tekanan darah dapat dilihat dengan
mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan angka seperti
berikut: 120/80 mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan pada pembuluh
arteri ketika jantung berkontraksi, disebut dengan tekanan sistolik. Angka 80
menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi, disebut dengan
tekanan diastolik. Sikap yang paling baik untuk mengukur tekanan darah
adalah dalam keadaan duduk atau berbaring.10
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan
darah

yang

terus-menerus

tinggi

dalam

jangka

waktu

lama

dapat

menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu hipertensi perlu diditeksi dini yaitu
dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan
pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter.10
The seventh Report of the Joint National Commite on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) 2003 dan World
Health Organization-International Society of Hypertension (WHO-ISH) 1999
telah memperbaharui klasifikasi, definisi, serta stratifikasi risiko untuk
menentukan prognosis jangka panjang.

13

Tabel 1
Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII.11

Kategori
Normal
Pre hipertensi
Hipertensi tahap 1
Hipertensi tahap 2

Sistol (mmHg)
<120
120-139
140-159
160

Dan/atau
Dan
Atau
Atau
Atau

Diastole (mmHg)
<80
80-89
90-99
100

Sumber: Joint National Committe

Faktor risiko
Elsanti (2009), mengelompokan menjadi 2 (dua) yaitu faktor risiko yang
dapat dikontrol dan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol.
a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
1) Jenis kelamin
Pada dasarnya tidak ada perbedan prevlensi antara wanita dan lakilaki,akan tetapiwanita setelah menopause menjadi lebih berpotensi
terserang penyakit hipertensi.Karena wanita yang belum menopause
dilindungi oleh hormon esterogen yangberperan aktif dalm peningkatan
kadar High Density Lipoprotein (HDL). HDLmerupakan faktor yang
berperan penting dalam melindungi terjadinyaarterosklerosis. Pada wanita
yang sudah mencapai umur 45 tahun ke atas makasedikit demi sedikit
hormon estrogen akan mengalami penyusutan baik kuantitasmaupun
kualitasnya sehingga berdampak pada banyaknya kasusu hipertensi pada
wanita.
2) Umur
Kenaikan umur seseorang sebanding dengan kenaikan tekanan
darah.Penambahan usia menyebabkan semakin hilang daya elastisitas dari
pembuluhdarah yang mengakibatkan arteri dan aorta kehilangan daya
untuk menyesuaikandiri dengan aliran darah (Wolff, 2008). Oleh karena itu

14

orang yang lebih tua akan lebih cenderung terkena penyakit hipertensi dari
pada orang yang berumur lebihmuda.
Hipertensi pada usia lebih lanjut harus ditangani lebih serius hal ini
karenapada usia lanjut terjadi penurunan fungsi organ seperti ginjal yang
berperan aktifdalam proses rennin angiotensin aldosteron, karena itu dosis
obat harus diberikansecara tepat. Menurut Susilo (2011), seiring dengan
bertambahnya

usia

kepekaanorang

bertambah

terhadap

hipertensi.

Individu yang berumur lebih dari 60 tahunmempunyai tekanan darah yang


lebih besar dari orang lain sebesar 50% 60%hal tersebut dikarenakan
degenerasi yang terjadi pada orang usia lanjut.
3) Keturunan
Menurut Junaedi (2010), genetik merupakan salah satu faktor yang
dapat memicutimbulnya hipertensi terlebih lagi hipertensi primer. Jika
kedua orang tua kitamenderita hipertensi maka kemungkinan kita terserang
penyakit hipertensi adalah 60% dan apabila hanya salah satu dari orang
tua kita terserang hipertensi makaprevalensi kita untuk terserang akan
turun menjadi 25%. Adanya faktor genetikpada suatu keluarga akan
mengakibatkan keluarga tersebut mempunyi faktor keturunan yang sama
berisiko terkena hipertensi. Sifat bawaan dari orang tua, kitawarisi melalui
gen sehingga akan diwariskan kepada keturunannya.
b. Faktor risiko yang dapat dikontrol
1) Obesitas
Obesitas merupakan salah satu ciri khas penderita hipertensi.
Walaupun belumdiketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan
obesitas, namun terbuktibahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas denganhipertensi lebih tinggi dari pada penderita
hipertensi dengan berat badan normal.Pada orang yang terlalu gemuk,
tekanan darahnya cenderung tinggi karenaseluruh organ tubuh dipacu
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yanglebih besar
jantungpun

bekerja

ekstra

karena

banyaknya

timbunan

lemak

yangmenyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah


menjadi tinggi.

15

Menurut Sustrani (2006), cara mudah untuk mengetahui termasuk


obesitasatau tidak yaitu dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT),
Rumus untuk IMTadalah berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan
dikuadratkan (m2) . Adapunkategori penilaian berat badan menurut IMT
adalah :
a) IMT > 20 kg/m2 = berat badan kurang
b) IMT 20 24 kg/m2 = normal atau sehat
c) IMT 25 29 kg/m2 = gemuk atau kelebihan berat badan
d) IMT > 30 kg/m2 = sangat gemuk atau obesitas
2) Kebiasaan merokok
Rokok

mempunyai

beberapa

pengaruh

langsung

yang

membahayakan jantung.Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung


dalam keadaan tegang karenatekanan darah tinggi, maka rokok dapat
memperburuk keadaan tersebut. Merokokdapat merusak pembuluh darah,
menyebabkan arteri menyempit dan lapisanmenjadi tebal dan kasar.
Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokokterbukti merusak dinding
pembuluh

endotel

(dinding

dalam

pembuluh

darah),mempermudah

penggumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darahperifer.


Keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapatbekerja
secara efisien (Soeharto, 2001).
Penelitian Rahyani (2007) dengan judulFaktor yang mempengaruhi
kejadian

hipertensi

puskesmas
kesimpulan

pada

bangking
yaitu

pasien

periode

kejadian

yang

januari-juni
hipertensi

berobatdipoliklinik
mendapatkan
banyak

dewasa
suatuhasil

dijumpai

pada

kelompoksubyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.


3) Konsumsi garam
Konsumsi garam yang tinggi mengakibatkan seseorang akan
mengalamipeningkatan tekanan darah senading dengan bertambahnya
usia, begitu sebaliknyajika seseorang rendah dalam mengkonsumsi garam
menunjukan peningkatandarah yang sedikit prevalensinya dibanding
dengan yang banyak mengkonsumsigaram (Beevers, 2002). WHO (1999)
dalam Jegathes (2010) menganjurkan untukmembatasi asupan garam

16

maksimal 6 gram perhari (sama dengan 2400 mgnatrium), dikarenakan


berkaitan dengan proses osmolaritas.
Konsumsi natriumyang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraselulermeningkat. Konsumsi natrium yang berlebihan
mengakibatkan retensi sehinggamengakibatkan tekanan darah naik.
Akibatkanya tekanan darah meningkat.Penelitian menujukkan bahwa
dalam asupan garam dapur yaitu sekitar 3 gramsehari (tidak sampai satu
sendok teh), dapat mencegah terjadinya stroke danserangan jantung akibat
dari

sumbatan

pembuluh

darah.

Namun

jika

berlebihanakan

mengakibatkan efek yang berkebalikan (Sustrani, 2006).


4) Kebiasaan berolahraga
Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan
timbulnyaobesitas

dan

jika

asupan

garam

juga

bertambah

akan

memudahkan timbulnyahipertensi (Arjatmo & Hendra, 2001). Kurang


berolahraga cenderungmengakibatkan tekanan darah menjadi lebih tingi
hal ini dikarenakan kurangberolahraga dapat meningkatkan berat badan.
Jalan kaki olahraga yang mudahdan murah juga memberikan manfaat yang
baik bagi jantung orang yang berjalankaki 30 60 menit sehari dapat
menjaga jantung dan pembuluh darahnya.
Riset diOregon Health Science, kelompok laki-laki dengan wanita
yang kurang aktivitasfisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat
menurunkan sekitar 6,5%kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor
penting penyebab pergeseranarteri.
Sebaiknya

berolahraga

dilakukan

rutin

dan

sering

daripada

dilakukansecara tidak rutin (Beevers, 2002). Olahraga lebih banyak


dihubungkan denganpengelolaan hipertensi karena olahraga teratur dapat
menurunkan tahanan periferpembuluh darah sehingga tekanan darah
menjadi turun dan mengakibatkan ototjantung beradaptasi dengan suatu
keadaan yang mengharuskan kerja jantung lebihberat.
5) Minum Alkohol
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa alkohol mempunyai efek
yang burukterhadap tubuh antara lain menyebabkan kerusakan pada

17

jantung dan organ tubuh,juga dapat mengakibatkan kerusakan pada


pembuluh darah sehinggamengakibatkan hipertensi (Marliani, 2007).
Alkohol, peningkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi pada
masyarakat mempunyai hubungan yang linier.Diperkirakan 5 10%
hipertensi yang terjadi di Amerika disebabkan oleh karenaalkohol. Alkohol
akan mengurangi efektivitas obat antihipertensi yang diminumdan hal ini
akan berangsur-angsur membaik efek supresornya sampai 1 atau 2mingu
setelah konsumsi alkohol dikurangi hingga 80% (Joewono, 2003).
6) Stress
Stress dapat memicu peningkatan aktifitas pada syaraf simpatis,
peningkatan iniyang kemudian dapat merangsang peningkatan darah yang
intermiten atau tidaktetap (Basha, 2004). Menurut Anggraini (2009), stress
juga akan memicupeningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung dipacu denganaktivitas syaraf simpatis. Adapun stress ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan,kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik
personal.
7) Obat-obatan
Beberapa jenis obat dapat memicu peningkatan tekanan darah oleh
karena ituperlu diketahui secara pasti efek samping dari obat yang
dikonsumsi. Bila obattersebut dihentikan pada umumnya tekanan darah
akan berangsur-angsur turun.Beberapa jenis obat yang dapat memicu
peningkatan tekanan darah yaitu : pil KB,estrogen, obat batuk pilek yang
mengandung dekongestan, pil diet, dan obat antiradang non-steroid seperti
Ibuprofen.
Pengobatan hipertensi secara garis besar dapat dibagi menjadi
pengobatan farmakologis dan pengobatan non farmakologis. Telah menjadi
anggapan umum bahwa pengobatan secara farmakologis mengharuskan
penderita meminum obat secara teratur untuk jangka waktu yang lama,
bahkan seumur hidup. Selain memerlukan biaya yang tidak sedikit, perlu
diperhitungkan pula efek samping pemakaian obat dalam jangka panjang.
Pengobatan hipertensi secara non farmakologis terutama memberikan efek
terhadap hipertensi ringan, sedangkan pada hipertensi sedang dan berat
pengobatan secara non farmakologis hanya merupakan penunjang untuk

18

memperkecil dosis obat dan mendapatkan penurunan tekanan secara


optimal.12
B. Tinjauan Akupunktur
Akupunktur berasal dari kata acus yang berarti jarum dan punktura yang
berarti penusukan. Merupakan suatu metode terapi dengan penusukan pada
titik-titik di permukaan tubuh untuk mengobati penyakit maupun kondisi
kesehatan lainnya. Dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu di Cina sebagai
bagian dari TCM (Traditional Chinese Medicine). Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan maka dikalangan kedokteran berkembang akupunktur medik
yaitu metode terapi akupunktur yang berlandaskan pada neuroscience,
mengobati pasien dengan prinsip medik dan evidence based.2
Pada tahun 1991 WHO mengintegrasikan ilmu akupunktur ke dalam
ilmu kedokteran konvensional, karena sangat banyak evidence mengenai
manfaat dan keamanannya. Pada tahun 2002 WHO mendukung negara
anggotanya mengintegrasikan akupunktur ke dalam sistem kesehatan
nasional dengan mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan serta
memperhatikan

safety,

efficacy,

quality

dengan

cara

memperluas

pengetahuan dan memberi pedoman standar pengaturan dan jaminan


kualitas. Selain itu juga meningkatkan ketersediaan profesional dengan
mengutamakan akses bagi penduduk miskin. Pada saat ini akupunktur telah
dipraktekkan di banyak negara di dunia.2
Akupunktur merupakan salah satu cara pengobatan alternatif secara
nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi. Laporan
The New York State Commission on Acupuncture (1974) menyatakan bahwa
hipertensi merupakan penyakit yang seringkali dapat diobati dengan
akupunktur. Berbagai penelitian telah pula dilakukan untuk meneliti efek
akupunktur terhadap penurunan tekanan darah pada hipertensi.12
Hipertensi merupakan keadaan ketidakseimbangan unsur Yin dan unsur
Yang dari organ Hati dan Ginjal, atau adanya riak dan lembab yang
berlebihan.

Hal

ini seringkali

disebabkan

oleh

depresi emosi yang

berkepanjangan, ketegangan mental yang berlebihan, minum alkohol yang


berlebihan, dan kesukaan makan makanan yang berlemak dan manis. Secara

19

umum dikatakan bahwa hipertensi berkaitan dengan organ hati, namun


berakar pada organ ginjal.4
Dalam Ilmu Akupunktur hipertensi digolongkan ke dalam salah satu pola
penyakit berikut ini4:
1. Naiknya Api Hati, dengan gejala: sakit kepala, vertigo, mudah tersinggung,
kadang-kadang kaku di leher, muka dan mata merah, mulut kering dan
terasa pahit, konstipasi, selaput lidah kuning, nadi seperti tali dan cepat,
urine sedikit dan berwarna gelap
2. Kekurangan Yin atau kelebihan Yang, dengan gejala. pusing, penglihatan
kabur, tinitus, rasa lemah, iritabilitas, insomnia, sering bermimpi, rasa baal
pada anggota gerak, lidah berwarna merah, nadi seperti tali yang halus dan
mungkin cepat.
3. Obstruksi riak dan lembab, dengan gejala: rasa penuh di dada, palpitasi,
pusing, mual, muntah, anggota gerak terasa berat dan baal diserta
gerakan-gerakan yang kaku, selaput lidah tebal dan kotor, nadi seperti tali
dan licin.

4. Pergerakan Angin Dalam Hati, dengan gejala: sakit kepala yang hebat,
pusing, afasia, kejang-kejang, stroke.

5. Defisiensi Yin dan Yang, dengan gejala: napas pendek, tinitus, kelelahan
mental, rasabaal pada anggota gerak, tungkai lemah, polakisuria (terutama
pada malam hari pada beberapa kasus), kemungkinan menderita
impotensi, lidah agak pucat, nadi halus dan tenggelam.
Adapun titik-titik meridian yang digunakan pada penelitian ini yaitu4:
1. Ll 4 Hegu
Kumpulan lembah (Adjoining valleys)
Diantara Os metakarpalis I dan II pertengahan tepi radial Os metakarpalis
II.Tegak lurus 0,5 1 cun.
2. ST 36 Zusanli
Tiga mil di tungkai (The three miles in the leg)
Tiga cun di bawah Dubi (ST 35), pada garis penghubung Dubi dan Jiexi
(ST 41). Satu jari fibular dari krista tibialis.Tegak lurus 0,5-1,5 cun

20

3. KI 3 Taixi
Aliran yang besar (The great stream)
Di antara tendon achiles dan maleolus internus, setinggi bagian prominens
dari maleolus internus.Tegak lurus 0,3-1 cun
4. LV 3 taichong
Serangan besar (Big rush)
Pada lekuk distal dari pertemuan basis Os metatarsal I dan II.Tegak lurus
0,5 cun
5. GV 20 Baihui
Ratusan pertemuan ( Hundred meetings)
Tujuh cun dari batas rambut posterior /5 cun dari batas rambut anterior/ 1,5
cun kranial Houding (GV 19). Titik pertemuan antara garis sagitalis medialis
dengan

garis

yang

menghubungkan

kedua

ujung

kranial

daun

telinga.Miring ke belakang 0,3 -0,5 cun.

6. HT7 Shenmen
Pintu jiwa (Spirits door), pada lekuk sisi ulnar lipat pergelangan tangan,
pada tepi radial dari tendon m.karpi ulnaris.

21

BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
A. Karakteristik Umum
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Umur Responden
Umur (tahun)
Jumlah
Persentasi (%)
0-9
0
0
10-19
0
0
20-29
1
2,78
30-39
4
11,11
40-49
10
27,78
50-59
8
22,22
60-69
9
25,00
70-79
3
8,33
>80
1
2,78
Total
36
100
Sumber: Data Primer BKTM

Dari tabel hasil diatas terlihat bahwa responden terbanyak pada kajian ini
adalah kelompok usia 40-49 tahun yaitu berjumlah 10 orang (27,78%),
sedangkan yang terendah adalah kelompok usia 20-29 tahun dan >80 tahun
yaitu masing-masing berjumlah satu orang (2,78%).
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin
besar risiko mengidap hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena
hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut
cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60
tahun.38 Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering
dijumpai pada orang berusia 35tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan
darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh
perubahan alami pada jantung, pembuluhdarah dan hormon.Arteri kehilangan
elastisitasnya atau kelenturannya sehingga tekanan darah meningkatseiring
bertambahnya usia.Kebanyakan orang tekanan darahnya meningkat ketika
berumur lima puluhan dan enampuluhan.32

22

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pekerjaan
Tingkat
Jumlah
Persentasi (%)
Pekerjaan
PNS
6
16,67
Pensiunan
9
25
TNI/POLRI
0
0
Wiraswasta
6
16,67
IRT
15
41,67
Total
36
100
Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden terbanyak berprofesi


sebagai IRT berjumlah 15 orang (41,67%), sedangkan distribusi terendah
adalah yang berprofesi sebagai PNS dan wiraswasta yaitu masing-masing
berjumlah enam orang (16,67%).
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentasi (%)
Laki-laki
13
36,11
Perempuan
23
63,89
Total
36
100
Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden terbanyak berjenis


kelamin perempuan yaitu berjumlah 23 orang (63,89%) dan laki-laki berjumlah
13 orang (36,11%).
Bila ditinjau perbandingan antara perempuan dan laki-laki, ternyata
terdapat angka yang cukup bervariasi. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% lakilaki dan 17,4% perempuan, sedangkan daerahperkotaan di Jakarta (Petukangan)
didapatkan 14,6% laki-laki dan 13,7% perempuan. Berdasarkan hasil Riskesdas
2007, prevalensi penderita hipertensi antara perempuan dan laki-laki hampir
sama yaitu 31,3% untuk laki-laki dan 31,9% untuk perempuan.
Ahli lain mengatakan pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan
wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.38
Sedangkanmenurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai
pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi.37 Menurut MN. Bustan bahwa
wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan
karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.8

23

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status
Jumlah
Persentasi (%)
Perkawinan
Belum Menikah
1
2,78
Menikah
35
97,22
Duda/Janda
0
0
Total
36
100
Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas terlihat, dari 36orang responden, 35 orang


(97,22%) yang memiliki status perkawinan menikah, sisanya satu orang
(2,78%) berstatus belum menikah.

B. Karakteristik Khusus
1.

Yang Terkait dengan Hipertensi

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan IMT
IMT

Jumlah

Persentasi (%)

Kurus
Normal
overweight
Pra obese
Obesitas I
Obesitas II
Total

0
15
6
5
8
2
36

0
41,67
16,67
13,89
22,22
5,6
100

Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) sebagian besar


responden masuk dalam kategori IMT normal yaitu sebanyak 15 orang
(41,67%), selebihnya 21 0rang (58,33%) memilki IMT di atas normal, dari
overwight sampai obesitas II. Responden dengan IMT obesitas I dan II
berjumlah 10 orang (27,28%).

Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung


dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.38

24

Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik
Persentasi
Jumlah
dalam Sehari
(%)
< 30
15
41,67
> 30
21
58,33
Total
36
100
Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa lebih banyak responden yang


melakukan aktivitas fisik lebih dari 30 menit dalam sehari yaitu sebanyak 21
orang (58,33%), sisanya 15orang (41,67%) yang melakukan aktivitas fisik
kurang dari 30 menit.

Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi


karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan
yang dibebankan pada arteri.34,52
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Tidur dalam Sehari
Lama Tidur dalam
Persentasi
Jumlah
Sehari (Jam)
(%)
1-3
1
3
4-6
17
47
18
50
>6
Total
36
100
Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa yang terbanyak adalah


responden yang memiliki jam tidur dalam sehari lebih dari enam jam yaitu
berjumlah 18 orang (50%), dan yang paling sedikit adalah responden yang
memiliki jam tidur hanya 1-3 jam dalam sehari yaitu satu orang (3%).

25

Tabel 9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Pada Penderita Hipertensi
Kebiasaan Merokok
Jumlah
Persentase (%)
29
80,56
Tidak Merokok
Merokok

19,44

Total

36

100

Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa, dari 39 orang responden, tujuh


orang (19,44%) yang mempunyai kebiasaan merokok, sisanya yaitu29 orang
(80,56%) tidak memiliki kebiasaan merokok.
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok
dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.6 Selain dari
lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap
perhari.Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan
hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok.41
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap
melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh daraharteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.38
Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan
darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap
rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paruparu dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah
mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik
tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg.Tekanan darah akan
tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok.
Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan
menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan
berada pada level tinggi sepanjang hari.

26

Tabel 10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Kebiasaan Minum-Minuman Beralkohol
Persentasi
Kebiasaan Minum-Minuman Beralkohol
Jumlah
(%)
0
0
Ya
Tidak

36

100

Total

36

100

Sumber: Data Primer BKTM

Dari hasil wawancara terhadap 36 orang responden, tidak ada


responden yang memiliki kebiasaan minum minuman beralkohol.

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat


cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum
diketahui secara pasti.6 Orangorang yang minum alkohol terlalu sering atau
yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang
tidak minum atau minum sedikit.26

Tabel 11
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jenis Obat Hipertensi Yang dikonsumsi
Obat Hipertensi yang
Persentasi
Jumlah
di Konsumsi
(%)
Diuretika
0
0
Beta Bloker
0
0
Calcium Antagonis
6
16,67
ACE I
20
55,56
ARB
0
0
dll
0
0
Tidak minum obat
10
27,78
Total
36
100
Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden


mengkonsumsi obat hipertensi jenis ACE I yaitu sebanyak 20 orang (55,56%),
dan yang mengkonsumsi obat hipertensi jenis Calsium Antagonis berjumlah
enam orang (16,67%).

27

Tabel 12
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keteraturan Konsumsi Obat
Konsumsi Obat
Persentasi
Jumlah
Hipertensi
(%)
Teratur
10
27,,78
Minum,tapi tidak teratur
18
50
Tidak minum
8
22,22
Total
36
100
Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas terlihat, sebagian besar responden mengakui


bahwa mereka mengkonsumsi obat hipertensi tetapi tidak teratur yaitu
sebanyak 18 orang (50%), sedangkan yang mengakui bahwa mereka tidak
mengkonsumsi obat hipertensi berjumlah 8orang (22,22%).
Tabel 13
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jenis Ramuan Herbal yang Dikonsumsi
Persentasi
Jenis Ramuan Herbal
Jumlah
(%)
Pegagan
1
13
Sambung Nyawa
1
13
Seledri
0
0
Kumis Kucing
2
25
Bawang Putih
2
25
Daun Salam
2
25
Daun Sirsak
1
0
Mahkota Dewa
1
Total
10
100
Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari sembilan orang yang


menyatakan

pernah

mengkonsumsi

ramuan

herbal,

yang

pernah

mengkonsumsi ramuan herbal jenis Kumis Kucing, Daun Salam, dan Bawang
Putih masing-masing berjumlah dua orang (25%), dan yang mengkonsumsi
ramuan herbal jenis Pegagan danSambung Nyawa masing-masing berjumlah
satu orang (13%).

28

Tabel 14
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Pengobatan Tradisional yang Pernah Dijalani
Riwayat Pengobatan
Persentasi
Jumlah
yang Pernah diJalani
(%)
Akupunktur
0
0
Akupresur/Pijat Refleksi
0
0
Ceragem
3
0
Bekam
0
0
Herbal
5
100
dll
0
0
Total
8
100
Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hanya delapan orang (100%)


yang pernah menjalani pengobatan tradsisional jenis herbal.

2. Kepatuhan Mengikuti Terapi Akupunktur


a. Responden yang Patuh Mengikuti Terapi Akupunktur
Tabel 15
Gambaran Penurunan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Tindakan Akupunktur
Tekanan Darah
Nomor
Sistole
Diastole
Urut

Responden

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

A.111
S.21
P.01
S.04
M.44
J.06
A.76
H.46
J.10
S.67
N.56

Sebelum

Sesudah

Persentasi
Penurunan
(%)

Sebelum

Sesudah

Persentasi
Penurunan
(%)

160
150
160
210
150
220
160
140
140
180
160

150
130
160
140
140
180
140
120
130
150
120

6,25
13,33
0
33,33
6,67
18,18
12,50
14,28
7,14
16,67
25

100
100
100
110
90
115
120
80
100
110
100

80
90
110
80
80
100
90
80
90
110
80

20
10
-10
27,27
11,11
13,04
25
0
10
0
20

Sumber: Data Primer BKTM

29

Tabel 16
Gambaran Penurunan Klasifikasi Tekanan Darah
Sebelum dan Sesudah Tindakan Akupunktur

Urut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Nomor
Responden
A.111
S.21
P.01
S.04
M.44
J.06
A.76
H.46
J.10
S.67
N.56

Klasifikasi Tekanan Darah


Sebelum
Sesudah
Hipertensi I
Hipertensi I
Hipertensi I
Prehipertensi
Hipertensi I
Hipertensi II
Hipertensi II
Prehipertensi
Hipertensi I
Prehipertensi
Hipertensi II
Hipertensi II
Hipertensi II
Prehipertensi
Prehipertensi
Normal
Hipertensi I
Prehipertensi
Hipertensi II
Hipertensi II
Hipertensi I
Normal

Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh nilai tingkat kepatuhan berobat:

11/36x100%=30,56%

30

Dari 11 orang yang teratur mengikuti 10 sesi terapi akupunktur, didapati


gambaran penurunan tekanan darah sebagai berikut:

Perubahan tekanan darah sistole


Terjadi pada sepuluh orang responden dengan rentang penurunan antara

6,25% sampai 33,33%. Satu orang tidak mengalami penurunan tekanan


darah sistole (tetap).
Perubahan tekanan diastole:
Terjadi pada delapan orang responden dengan rentang penurunan antara
10% sampai 27,27%.Dua orang responden tidak mengalami penurunan
tekanan darah diastole (tetap), sedangkan satu orang responden mengalami
kenaikan tekanan darah diastole (responden P.01)

Perubahan klasifikasi tekanan darah


Lima orang responden mengalami penurunan klasifikasi hipertensi ke kelas di
bawahnya; lima orang turun satu kelas dan tiga orang turun dua kelas. (lihat
tabel 15). Dari duaorang responden yang tidak mengalami penurunan kelas
hipertensi; seorang responden tetap mengidap hipertensi I dandua orang
responden tetap mengidap hipertensiII.Namun selama 10 sesi terapi
diantaranya mengalami penurunan kelas hipertensi. (lihat tabel 18). Didapati
pula seorang responden yang mengalami kenaikan tekanan darah dari
hipertensi I ke hipertensi II.

31

b. Responden yang tidak Patuh Mengikuti Terapi Akupunktur


Tabel 17
Gambaran Penurunan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Tindakan
Akupunktur
Nomor
Tekanan Darah
Sistole
Diastole
Urut Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Sebelum

200
U.05
220
N. 24
180
L. 11
170
Z. 01
180
S.61
180
R. 18
170
M. 50
170
H. 10
130
A. 37
130
A.101
130
A.108
150
A.110
170
S. 60
150
P.08
180
G.05
180
A.107
140
R.51
160
T. 10
160
S.62
170
B. 01
140
S.70
160
N.58
150
R.50
200
H.54
160
E.12
Sumber: Data Primer BKTM

Sesudah

Persentasi
Penurunan
(%)

130
190
150
140
140
150
170
190
120
120
120
150
190
130
130
170
120
160
120
150
140
160
140
190
150

35
13,64
16,67
17,65
22,22
16,67
0
-11,76
7,69
7,69
7,69
0
-10,53
13,33
27,78
5,56
14,29
0
25
11,76
0
0
6,67
5
6,25

32

Sebelum Sesudah
90
110
120
90
90
100
100
100
80
80
80
80
100
90
130
100
100
90
70
90
90
90
80
100
95

80
110
100
80
90
100
100
110
90
90
90
90
90
90
80
100
80
80
80
110
90
100
80
100
90

Persentasi
Penurunan
(%)

11,11
0
16,67
11,11
0
0
0
-10
-12,50
-12,50
-12,50
-12,50
10
0
38,46
0
20
11,11
-14,28
22,22
0
-11,11
0
0
5,26

Tabel 18
Gambaran Penurunan Klasifikasi Tekanan Darah
Sebelum dan Sesudah Tindakan Akupunktur
Klasifikasi Tekanan Darah

Nomor
Urut

Responden

Sebelum

Sesudah

Sesi Terapi

U.05

Hipertensi II

Prehipertensi

9x

N. 24

Hipertensi II

Hipertensi II

8x

L. 11

Hipertensi II

Hipertensi I

8x

Z. 01

Hipertensi II

Prehipertensi

7x

S.61

Hipertensi II

Prehipertensi

6x

R. 18

Hipertensi II

Hipertensi I

6x

M. 50

Hipertensi II

Hipertensi II

6x

H. 10

Hipertensi II

Hipertensi II

6x

A. 37

Prehipertensi

Prehipertensi

6x

10

A.101

Prehipertensi

Prehipertensi

6x

11

A.108

Prehipertensi

Prehipertensi

6x

12

A.110

Hipertensi I

Hipertensi I

5x

13

S. 60

Hipertensi II

Hipertensi II

5x

14

P.08

Hipertensi I

Prehipertensi

4x

15

G.05

Hipertensi II

Prehipertensi

3x

16

A.107

Hipertensi II

Hipertensi II

3x

17

R.51

Hipertensi I

Normal

3x

18

T. 10

Hipertensi I

Hipertensi I

3x

19

S.62

Hipertensi I

Normal

2x

20

B. 01

Hipertensi II

Hipertensi II

2x

21

S.70

Prehipertensi

Prehipertensi

2x

22

N.58

Hipertensi I

Hipertensi I

2x

23

R.50

Hipertensi I

Prehipertensi

2x

33

24

H.54

Hipertensi II

Hipertensi II

2x

25

E.12

Hipertensi I

Hipertensi I

2x

Sumber: Data Primer BKTM

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh nilai tingkat ketidakpatuhan berobat:

25/36x100%=69,44
%
Dari 25 orang yang tidak dapat menyelesaikan 10 sesi terapi, frekuensi
terapi berkisar dari 2 kali sampai 9 kali, dengan uraian sebagai berikut:

Satu (1) orang menjalani 9 kali terapi

Dua (2) orang menjalani 8 kali terapi

34

Satu (1) orang menjalani 7 kali terapi

Tujuh (7) orang menjalani 6 kali terapi

Dua (2) orang menjalani 5 kali terapi

Satu (1) orang menjalani 4 kali terapi

Empat (4) orang menjalani 3 kali terapi

Tujuh (7) orang menjalani 2 kali terapi


Gambaran penurunan tekanan darah yang diperoleh dari responden yang

tidak patuh berobat sebagai berikut:

Perubahan tekanan darah sisstole


Turun

: dialami oleh 18 responden dengan rentang penurunan antara


5,56% sampai 27,78%

Tetap

: dialami oleh lima orang responden

Naik

: dialami oleh dua orang responden dengan rentang kenaikan


antara 10,53% sampai 11,76%

Perubahan tekanan diastole:


Turun

: dialami oleh sembilan orang responden dengan rentang


penurunan antara 5,26% sampai 38,46%

Tetap

: dialami oleh sembilan orang responden

Naik

: dialami oleh sembilan orang responden dengan rentang kenaikan


antara 5,26% sampai 38,46%

Penurunan klasifikasi tekanan darah


Turun satu kelas dialami empat orang responden
Turun dua kelas dialami enam orang responden
Tetap dialami 15 orang responden
Dari 15 orang responden yang tetap klasifikasi hipertensinya, tujuh orang
berasal dari hipetrensi stage II danempat orang berasal dari hipertensi I, dan
empat orang dari prehipertensi.

35

TABEL 19
PEMBAHASAN 11 RESPONDEN YANG MENYELESAIKAN TERAPI
No. Urut
No. Resp.
JENIS KELAMIN
UMUR
PEKERJAAN
STATUS PERKAWINAN
IMT

1
A.111
L
69
PENSIUNAN
MENIKAH
NORMAL

2
S.21
P
65
IRT
MENIKAH
NORMAL

3
P.01
L
48
SWASTA
MENIKAH
PRA OBESE

4
S.04
P
73
IRT
MENIKAH
NORMAL

5
M.44
P
57
IRT
MENIKAH
NORMAL

6
J.06
L
42
SWASTA
MENIKAH
NORMAL

7
A.76
P
52
PNS
MENIKAH
NORMAL

8
H.46
L
65
PENSIUNAN
MENIKAH
NORMAL

9
J.10
L
50
SWASTA
MENIKAH
NORMAL

10
S.67
P
49
IRT
MENIKAH
PRA OBESE

NORMAL

1-3 TH

1-3 TH

1-3 TH

1-3 TH

7-12 BLN

1-3 TH

7-12 BLN

>3 TH

7-12 BLN

1-3 TH

<6 BLN

RIWAYAT PADA KELUARGA

TDK TAHU

TDK ADA

TDK ADA

TDK ADA

AYAH&IBU

AYAH&IBU

AYAH&IBU

TDK ADA

TDK TAHU

AYAH&IBU

TDK
TAHU

KONSUMSI OBAT

MINUM, TDK
TERATUR

MINUM, TDK
TERATUR

MINUM, TDK
TERATUR

MINUM, TDK
TERATUR

MINUM, TDK
TERATUR

MINUM, TDK
TERATUR

TDK MINUM

TERATUR

MINUM, TDK
TERATUR

TERATUR

TERATUR

ACE I

ACE I

ACE I

ACE I

ACE I

ACE I

TIDAK

ACE I

ACE I

CALSIUM
ANTAGONIS

ACE I

YA

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

YA

TIDAK

YA

TIDAK

YA

TIDAK

JENIS RAMUAN YANG DIKONSUMSI

BAWANG PUTIH

TDK ADA

TDK ADA

TDK ADA

TDK ADA

KUMIS KUCING

TDK ADA

DAUN SIRSAK

TDK ADA

MAHKOTA
DEWA

TDK ADA

RIWAYAT YANKESTRAD
YANG PERNAH DIJALANI

TDK PERNAH

TDK
PERNAH

TDK
PERNAH

TDK
PERNAH

TDK
PERNAH

HERBAL

TDK
PERNAH

CERAGEM

CERAGEM

CERAGEM

TDK
PERNAH

KEBIASAAN MEROKOK

TIDAK

TIDAK

YA

TIDAK

TIDAK

YA

TIDAK

TIDAK

YA

TIDAK

TIDAK

KEBIASAAN MINUMMINUMAN BERALKOHOL

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

AKTIVITAS FISIK DALAM SEHARI

<30 MENIT

>30 MENIT

>30 MENIT

>30 MENIT

>30 MENIT

>30 MENIT

<30 MENIT

<30 MENIT

>30 MENIT

>30 MENIT

LAMA TIDUR DALAM SEHARI

4-6 JAM

4-6 JAM

4-6 JAM

4-6 JAM

4-6 JAM

4-6 JAM

>6 JAM

>6 JAM

4-6 JAM

1-3 JAM

<30
MENIT
>6 JAM

KONSUMSI Na (FOOD
RECALL)/HARI (mg)
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH
(SEBELUM)
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH
(SESUDAH)

556,9

132,6

285,8

104,6

79,6

384,9

116,7

35

65,3

150,7

88,4

HIPERTENSI I

HIPERTENSI I

HIPERTENSI I

HIPERTENSI II

HIPERTENSI I

HIPERTENSI II

HIPERTENSI II

PREHIPERTENSI

HIPERTENSI I

HIPERTENSI II

HIPERTENSI I

HIPERTENSI I

PREHIPERTENSI

HIPERTENSI II

PREHIPERTENSI

PREHIPERTENSI

HIPERTENSI II

PREHIPERTENSI

NORMAL

PREHIPERTENSI

HIPERTENSI II

NORMAL

KESIMPULAN

TIDAK TURUN

TURUN

TIDAK TURUN

TURUN

TURUN

TIDAK TURUN

TURUN

TURUN

TURUN

TIDAK TURUN

TURUN

LAMA MENGALAMI
HIPERTENSI

OBAT HIPERTENSI YANG


DIKONSUMSI
PERNAH MENGKONSUMSI
RAMUAN HERBAL

Sumber: Data Primer BKTM

36

11
N.56
P
65
IRT
MENIKAH

Grafik 1
Gambaran Tekanan Darah Sistole Responden A. 111

Sumber: Data Primer BKTM

Grafik 2
Gambaran Tekanan Darah Diastole Responden A. 111

Sumber: Data Primer BKTM

Responden A.111 seorang pensiunan berjenis kelamin laki-laki, usia 69


tahun. Kebiasaan sehari-hari; tidak merokok dan minum-minuman beralkohol,
melakukan aktifitas fisik kurang dari 30 menit dalam sehari, lama tidur dalam
sehari 4-6 jam. Riwayat yang berhubungan dengan hipertensi; telah mengalami
hipertensi selama 1-3 tahun, tidak mengetahui apakah ada riwayat dalam

37

keluarga yang mengalami hipertensi juga, telahmengkonsumsi obat hipertensi


jenis ACE I tetapi tidak teratur, pernah pula mangkonsumsi bawang putih untuk
mengatasi hipertensinya. IMT normal, berdasarkan food recall 24 jam konsumsi
natrium perhari berjumlah 556,9 mg. Sebelum menjalani terapi akupunktur
tekanan darahnya berada pada tingkat hipertensi I, setelah menyelesaikan 10
kali terapi tetap pada posisi hipertensi I.
Kesimpulan: Terapi akupunktur pada responden ini tidak dapat menurunkan
tekanan darah karena banyaknya faktor risiko responden yaitu umur, aktifitas fifik
kurang, tidak teratur minum obat, dan konsumsi garam dalam sehari sangat
tinggi.

38

Grafik 3
Gambaran Tekanan Darah Sistole Responden S.21

Sumber: Data Primer BKTM

Grafik 4
Gambaran Tekanan Darah Diastole Responden S.21

Sumber: Data Primer BKTM

Responden S.21 seorang ibu rumah tanggaberusia 65 tahun. Kebiasaan


sehari-hari;

tidak

mempunyai

kebiasaan

merokok

dan

minum-minuman

beralkohol, melakukan aktifitas fisik lebih dari 30 menit dalam sehari, lama tidur
dalam sehari 4-6 jam. Riwayat yang berhubungan dengan hipertensi; telah
mengalami

hipertensi selama 1-3 tahun, tidak ada riwayat hipertensidari

keluarga, telah mengkonsumsi obat hipertensi jenis ACE I tetapi tidak teratur.
IMT normal, berdasarkan food recall 24 jam konsumsi natrium perhari berjumlah

39

132,6 mg. Sebelum menjalani terapi akupunktur tekanan darahnya berada pada
tingkat hipertensi I, setelah menyelesaikan 10 kali terapi turun menjadi
prehipertensi.
Kesimpulan:

Terapi akupunktur daat menurunkan tekanan darah pada

responden ini meskipun perubahan tekanan darah selama terapi sangat


berfluktuasi, hal ini disebabkan adanya faktor risiko responden yaitu umur dan
tidak teratur minum obat.

Grafik 5

40

Gambaran Tekanan Darah Sistole Responden P. 01

Sumber: Data Primer BKTM

Grafik 6
Gambaran Tekanan Darah Diastole Responden P. 01

Sumber: Data Primer BKTM

Responden P.01 berjenis kelamin laki-laki, usia 48 tahun, berprofesi


sebagai wirausahawan, status perkawinan menikah. Kebiasaan sehari-hari;
mempunyai kebiasaan merokok tetapi tidak memiliki kebiasaan minum-minuman
beralkohol, melakukan aktifitas fisik lebih dari 30 menit dalam sehari, lama tidur
dalam sehari 4-6 jam. Riwayat yang berhubungan dengan hipertensi; telah
mengalami

hipertensi selama 1-3 tahun, tidak ada riwayat hipertensi dari

keluarga, telah mengkonsumsi obat hipertensi jenis ACE I tetapi tidak teratur.

41

IMT pra obese, berdasarkan food recall 24 jam konsumsi natrium perhari
berjumlah 285,8 mg.
Meskipun tekanan sistole pada akhir terapi sama dengan tekanan di awal
terapi, selama terapi responden ini mengalami empat kali peningkatan yang
melebihi tekanan pada awal terapi. Tekanan diastole pada akhir terapi lebih
tinggi daripada tekanan di awal terapi. Begitu pula selama terapi tekanan diastole
selalu lebih tinggi daripada tekanan di awal terapi. Tekanan darah pada
responden ini naik satu kelas dari hipertensi I menjadi hipertensi II.
Kesimpulan: Terapi akupunktur pada responden ini tidak menurunkan
tekanan darah. Hal ini disebabkan adanya faktor risiko responden yaitu: umur,
merokok, tidak teratur minum obat, IMT masuk dalam kategori praobese, dan
konsumsi garam dalam sehari masih tinggi.

42

Grafik 7
Gambaran Tekanan Darah Sistole Responden S.04

Sumber: Data Primer BKTM

Grafik 8
Gambaran Tekanan Darah Diastole Responden S.04

Sumber: Data Primer BKTM

Responden S.04 seorang ibu rumah tanggaberusia 73 tahun. Kebiasaan


sehari-hari;

tidak

mempunyai

kebiasaan

merokok

dan

minum-minuman

beralkohol, melakukan aktifitas fisik lebih dari 30 menit dalam sehari, lama tidur
dalam sehari 4-6 jam. Riwayat yang berhubungan dengan hipertensi; telah
mengalami

hipertensi selama 1-3 tahun, tidak ada riwayat hipertensidari

keluarga, telah mengkonsumsi obat hipertensi jenis ACE I tetapi tidak teratur.IMT

43

normal, berdasarkan food recall 24 jam konsumsi natrium perhari berjumlah


104,6 mg. Sebelum menjalani terapi akupunktur tekanan darahnya berada pada
tingkat hipertensi II, setelah menyelesaikan 10 kali terapi turun menjadi
prehipertensi.
Tekanan sistole maupun diastole pada responden ini menunjukkan
kecenderungan menurun. Tekanan diastole pada akhir terapi mencapai normal
(80mmHg). Tekanan darah pada responden ini turun dua kelas dari hipertensi II
menjadi prehipertensi.
Kesimpulan: Terapi akupunktur pada responden ini menurunkan tekanan darah.

44

Grafik 9
Gambaran Tekanan Darah Sistole Responden M. 44

Sumber: Data Primer BKTM

Grafik 10
Gambaran Tekanan Darah Diastole Responden M. 44

Sumber: Data Primer BKTM

Responden M.44 seorang ibu rumah tanggaberusia 57 tahun. Kebiasaan


sehari-hari;

tidak

mempunyai

kebiasaan

merokok

dan

minum-minuman

beralkohol, melakukan aktifitas fisik lebih dari 30 menit dalam sehari, lama tidur
dalam sehari 4-6 jam. Riwayat yang berhubungan dengan hipertensi; telah
mengalami hipertensi selama 7-12 bulan, memiliki riwayat hipertensi dariayah
dan ibu, telah mengkonsumsi obat hipertensi jenis ACE I tetapi tidak teratur. IMT
normal, berdasarkan food recall 24 jam konsumsi natrium perhari berjumlah
104,6 mg.
Kesimpulan: Terapi akupunktur pada responden ini menurunkan tekanan darah.

45

Grafik 11
Gambaran Tekanan Darah Sistole Responden J. 06

Sumber: Data Primer BKTM

Grafik 12
Gambaran Tekanan Darah Diastole Responden J. 06

Sumber: Data Primer BKTM

Responden J.06 berjenis kelamin laki-laki, usia 42 tahun, berprofesi


sebagai wirausahawan, status perkawinan menikah. Kebiasaan sehari-hari;
mempunyai kebiasaan merokok tetapi tidak memiliki kebiasaan minum-minuman
beralkohol, melakukan aktifitas fisik lebih dari 30 menit dalam sehari, lama tidur
dalam sehari 4-6 jam. Riwayat yang berhubungan dengan hipertensi; telah
mengalami hipertensi selama 1-3 tahun, memiliki riwayat hipertensi dariayah dan
ibu, telah mengkonsumsi obat hipertensi jenis ACE I tetapi tidak teratur. IMT

46

normal, berdasarkan food recall 24 jam konsumsi natrium perhari berjumlah


384,9 mg.
Tekanan sistole dan diastole pada responden ini cenderung menurun.
Tekanan pada akhir terapi lebih rendah dari tekanan di awal terapi
(220/115mmHg menjadi 180/100mmHg), namun belum mencapai normal.
Tekanan darah pada responden ini tidak berubah tetap pada hipertensi II.
Kesimpulan: Terapi akupunktur pada responden ini menurunkan tekanan sistole
dan diastole meskipun klas hipertensi tetap pada hipertensi II. Hal ini disebabkan
adanya faktor risiko responden yaitu umur, merokok, memilki riwayat hipertensi
dari ayah dan ibu, tidak teratur minum obat, dan konsumsi garam dalam sehari
masih tinggi.

47

Grafik 13
Gambaran Tekanan Darah Sistole Responden A. 76

Sumber: Data Primer BKTM

Grafik 14
Gambaran Tekanan Darah Diastole Responden A. 76

Sumber: Data Primer BKTM

Responden A.76berjenis kelamin perempuan berusia 57 tahunberprofesi


sebagai PNS. Kebiasaan sehari-hari; tidak mempunyai kebiasaan merokok dan
minum-minuman beralkohol, melakukan aktifitas fisik kurang dari 30 menit dalam
sehari, lama tidur dalam sehari lebih dari 6 jam. Riwayat yang berhubungan
dengan hipertensi; telah mengalami

hipertensi selama 7-12 bulan, memiliki

riwayat hipertensi dariayah dan ibu, tidak pernah mengkonsumsi obat hipertensi
dan menjalani pelayanan kesehatan tradisional jenis apapun untuk mengatasi

48

hipertensinya. IMT normal, berdasarkan food recall 24 jam konsumsi natrium


perhari berjumlah 116,7mg.
Tekanan sistole dan diastole pada responden ini cenderung menurun,
meskipun tekanan sistole mengalami tiga kali peningkatan. Tekanan sistole dan
diastole pada akhir terapi lebih rendah daripada tekanan pada saat awal terapi,
namun kedua-duanya tidak mencapai normal. Tekanan darah menurun dari
hipertensi II menjadi prehipertensi.
Kesimpulan: Terapi akupunktur pada responden ini menurunkan tekanan
darah.

49

Grafik 15
Gambaran Tekanan Darah Sistole Responden H. 46

Sumber: Data Primer BKTM

Grafik 16
Gambaran Tekanan Darah Diastole Responden H. 46

Sumber: Data Primer BKTM

Responden H.46 seorang pensiunan berjenis kelamin laki-laki, usia 65


tahun. Kebiasaan sehari-hari; tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minumminuman beralkohol, melakukan aktifitas fisik kurang dari 30 menit dalam sehari,
lama tidur dalam sehari lebih dari 6 jam. Riwayat yang berhubungan dengan
hipertensi; telah mengalami

hipertensi lebih dari 3 tahun, tidak ada riwayat

dalam keluarga yang mengalami hipertensi juga, telah mengkonsumsi obat


hipertensi jenis ACE I secara teratur, pernah pula mangkonsumsi daun sirsak
dan menjalani terapi ceragem untuk mengatasi hipertensinya. IMT normal,
berdasarkan food recall 24 jam konsumsi natrium perhari berjumlah 35 mg.

50

Tekanan sistole pada responden ini cenderung turun. Pada akhir terapi
tekanan sistole mencapai normal (120 mmHg), namun selama 10 kali terapi
pernah mengalami peningkatan tekanan melebihi tekanan pada awal terapi.
Tekanan diastole pada awal terapi normal, tetap normal pada akhir terapi dan
mengalami beberapa kali penurunan tekanan selama terapi.

Tekanan darah

pada responden ini mengalami penurunan kelas dari prehipertensi menjadi


normal.
Kesimpulan: Terapi akupunktur pada respondenini menurunkan tekanan darah
mencapai nilai normal. Faktor pendukung keberhasilan terapi pada responden ini
yaitu tidak merokok, waktu istirahat cukup dalam sehari,tidak ada riwayat
hipertensi dalam keluarga, teratur minum obat, IMT masuk dalam kategori
normal, dan konsumsi garam dalam sehari rendah.

51

Grafik 17
Gambaran Tekanan Darah Sistole Responden J. 10

Sumber: Data Primer BKTM

Grafik 18
Gambaran Tekanan Darah Diastole Responden J. 01

Sumber: Data Primer BKTM

Responden J.10 berjenis kelamin laki-laki, usia 50 tahun, berprofesi


sebagai wirausahawan, status perkawinan menikah. Kebiasaan sehari-hari;
mempunyai kebiasaan merokok tetapi tidak memiliki kebiasaan minum-minuman
beralkohol, melakukan aktifitas fisik lebih dari 30 menit dalam sehari, lama tidur
dalam sehari 4-6 jam. Riwayat yang berhubungan dengan hipertensi; telah
mengalami

hipertensi selama 7-12 bulan, tidak mengetahui adanya riwayat

hipertensi dalam keluarga, mengkonsumsi obat hipertensi jenis ACE I tetapi tidak
teratur, pernah menjalani terapi ceragem untuk mengatasi hipertensinya. IMT
normal, berdasarkan food recall 24 jam konsumsi natrium perhari berjumlah

52

65,3mg. Sebelum menjalani terapi akupunktur tekanan darahnya berada pada


tingkat hipertensi I, setelah menyelesaikan 10 kali terapi tetap berada di posisi
prehipertensi.
Kesimpulan: terapi akupunktur pada responden ini dapat menurunkan tekanan
darah.
Grafik 19
Gambaran Tekanan Darah Sistole Responden S. 67

Sumber: Data Primer BKTM

Grafik 20
Gambaran Tekanan Darah Diastole Responden S.67

Sumber: Data Primer BKTM

Responden S.67 seorang ibu rumah tanggaberusia 49 tahun. Kebiasaan


sehari-hari;

tidak

mempunyai

kebiasaan

merokok

dan

minum-minuman

beralkohol, melakukan aktifitas fisik lebih dari 30 menit dalam sehari, lama tidur

53

dalam sehari 1-3 jam. Riwayat yang berhubungan dengan hipertensi; telah
mengalami hipertensi selama 1-3 tahun, terdapat riwayat hipertensidariayah dan
ibu, telah mengkonsumsi obat hipertensi jenis Calsium Antagonis secara teratur,
pernah pula mengkonsumsi Mahkota Dewa dan menjalani terapi Ceragem untuk
mengatasi hipertensinya. IMT normal, berdasarkan food recall 24 jam konsumsi
natrium perhari berjumlah 104,6 mg. Sebelum menjalani terapi akupunktur
tekanan darahnya berada pada tingkat hipertensi II, setelah menyelesaikan 10
kali terapi tetap pada posisi hipertensi II.
Kesimpulan: terapi akupunkltur pada responden ini tidak dapat menurunkan
tekanan darah karena adanya faktor risiko yang diidap responden tersebut yaitu
umur, waktu istirahat sangat kurang dalam sehari, dan terdapat riwayat hipertensi
dari ayah dan ibu.

54

Grafik 21
Gambaran Tekanan Darah Sistole Responden N. 56

Sumber: Data Primer BKTM

Grafik 22
Gambaran Tekanan Darah Diastole Responden N. 56

Sumber: Data Primer BKTM

Responden N.56 seorang ibu rumah tanggaberusia 65 tahun. Kebiasaan


sehari-hari;

tidak

mempunyai

kebiasaan

merokok

dan

minum-minuman

beralkohol, melakukan aktifitas fisik kurang dari 30 menit dalam sehari, lama tidur
dalam sehari lebih dari 6 jam. Riwayat yang berhubungan dengan hipertensi;
telah mengalami

hipertensi kurang dari 6 bulan, tidak mengetahui adanya

riwayat hipertensi dalam keluarga, telah mengkonsumsi obat hipertensi jenis


ACE I secara teratur. IMT normal, berdasarkan food recall 24 jam konsumsi

55

natrium perhari berjumlah 88,4 mg. Sebelum menjalani terapi akupunktur


tekanan darahnya berada pada tingkat hipertensi I, setelah menyelesaikan 10
kali terapi turun menjadi normal.
Kesimpulan: terapi akupunktur dapat menurunkan tekanan darah pada
responden ini hingga mencapai posisi normal. Faktor pendukung keberhasilan
pada terapi ini yaitu tidak mempunyai kebiasaan merokok, waktu istirahat sangat
cukup dalam sehari, IMT masuk dalam kategori normal, dan konsumsi garam
dalam sehari sudah rendah.
Dari pengkajian ini didapati tingkat kesuksesan pada kelompok responden
yang patuh:

7/11x100%= 63,63%
Sedangkan tingkat kesuksesan secara keseluruhan pada pengkajian ini:

7/36x100%= 19,44%
Rendahnya tingkat kesuksesan tersebut terutama disebabkan rendahnya
nilai kepatuhan responden pada pengkajian ini. Kepatuhan dalam mengikuti
terapi merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat mempengaruhi
kesuksesan terapi akupunktur. Selain itu dari pengkajian ini didapati bahwa terapi
akupunktur merupakan salah satu terapi komplementer, dimana untuk penderita
hipertensi tingkat I dan II akupuktur berfungsi sebagai penunjang pengobatan
konvensional.

56

BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
A. KESIMPULAN
1. Nilai kepatuhan responden dalam menjalani terapi akupunktur: 11/36 x
100% = 30,56%
2. Tingkat kesuksesan terapi akupunktur secara keseluruhan pada
pengkajian ini:
7/36 x 100% = 19,44%. Rendahnya tingkat kesuksesan ini terutama
dipengaruhi oleh nilai kepatuhan responden.

3. Tingkat kesuksesan terapi akupunktur pada kelompok responden yang


patuh:
7/11 x 100% = 63,63%.
4. Faktor risiko hipertensi:
a) Usia
b) Kondisi penyakit lain
c) Merokok
d) Obesitas
e) Diet
f)

Keturunan

B. SARAN
1. Penderita hipertensi tingkat I dan II, disarankan untuk mengikuti 3 seri
terapi.
a)

Seri I ( 3x seminggu)

b)

Seri II ( 2x seminggu)

c)

Seri III ( 1x seminggu

2. Penderita prehipertensi disarankan mengikuti 1 seri terapi + terapi


maintenance (1x sebulan).
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan rentang waktu penelitian
yang lebih panjang untuk hipertensi tingkat I dan II.

57

Lampiran

Nomor

Tabel 19
Gambaran Perubahan Tekanan Darah Selama 10 Kali Tindakan Akupunktur Pada Responden yang Patuh Mengikuti Terapi
Tindakan Ke1
2
3
4
5
6
7
8
9

Urut

Responden

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

10

A.111

160

100

170

100

140

100

140

90

140

90

150

90

160

90

140

70

150

80

150

80

S. 21

150

100

140

100

110

80

140

100

160

90

160

90

130

100

170

100

120

80

130

90

P. 01

160

100

150

120

150

120

180

130

170

120

150

110

150

110

200

120

200

120

160

110

S. 04

210

110

210

110

195

95

190

90

190

90

190

90

200

100

200

100

150

100

140

80

M. 44

150

90

150

90

150

90

150

90

150

90

150

90

150

90

170

90

170

70

140

80

J. 06

220

115

200

120

185

110

180

110

190

110

180

100

190

110

190

110

180

100

180

100

A. 76

160

120

170

100

160

100

150

90

140

90

155

90

140

90

150

80

150

85

140

90

H.46

140

80

130

70

120

60

150

70

130

70

130

80

140

70

130

80

130

80

120

80

J. 10

140

100

130

80

130

80

140

90

140

90

130

90

130

90

130

90

130

90

130

90

10

S.67

180

110

180

110

160

100

150

90

170

120

150

90

140

90

130

90

130

80

150

110

11

N.56

160

100

130

80

120

80

140

80

140

90

120

80

110

70

120

80

120

80

120

80

58

Sumber: Data Primer BKTM

59

Tabel 20
Gambaran Perubahan Klasifikasi Tekanan Darah Selama 10 Kali Tindakan Akupunktur Pada Responden yang Patuh Mengikuti Terapi
Tindakan KeNomor
Urut Resp.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1

A.111

Hipertensi I

Hipertensi II

Hipertensi I

Prehipertensi

Prehipertensi

Hipertensi I

Hipertensi I

Prehipertensi

Hipertensi I

Hipertensi I

S.21

Hipertensi I

Hipertensi I

Normal

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

Prehipertensi

Hipertensi II

Normal

Prehipertensi

P.01

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

S.04

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi I

Prehipertensi

M.44

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi II

Hipertensi II

Prehipertensi

J.06

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

A.76

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi I

Hipertensi I

Prehipertensi

Hipertensi I

Prehipertensi

Hipertensi I

Hipertensi I

Prehipertensi

H.46

Prehipertensi

Prehipertensi

Normal

Hipertensi I

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Normal

J.10

Hipertensi I

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

10

S.67

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi II

Hipertensi I

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Hipertensi II

11

N.56

Hipertensi I

Prehipertensi

Normal

Prehipertensi

Prehipertensi

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Tabel 21
Gambaran Perubahan Tekanan Darah Selama 10 Kali Tindakan Akupunktur Pada Responden yang Tidak Patuh Mengikuti Terapi
NOMOR
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

Diastole

Sistole

RESPONDEN

URUT

60

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

U.05
N. 24
L. 11
Z. 01
S.61
R. 18
M. 50
H. 10
A. 37
A.101
A. 108
A.110
S. 60
P.08
G.05
A.107
R.51
T. 10
S.62
B. 01
S.70
N.58
R.50
H.54
E.12

200
220
180
170
180
180
170
170
130
130
130
150
170
150
180
180
140
160
160
170
140
160
150
200
160

90
110
120
90
90
100
100
100
80
80
80
80
100
90
130
100
100
90
70
90
90
90
80
100
95

170
200
140
140
190
140
160
210
130
130
130
140
150
140
160
180
140
160
120
150
140
160
140
190
150

90
110
90
90
90
110
100
120
90
90
90
90
90
90
100
90
100
90
80
110
90
100
80
100
90

190
180
150
150
170
140
160
210
120
120
120
160
140
130
130
170
120
160

100
90
110
90
90
100
90
100
90
90
90
90
90
80
80
100
80
80

160
200
120
150
140
140
145
210
110
110
110
140
150
130

90
80
90
90
80
100
90
110
80
80
80
90
90
90

140
200
150
130
170
140
150
200
130
130
130
150
190

Sumber: Data Primer BKTM

61

90
80
80
70
80
100
100
100
90
90
90
90
90

140
210
135
160
140
150
170
190
120
120
120

80
90
100
90
90
100
100
110
90
90
90

140
190
130
140

80
90
80
80

120
190
150

70
110
100

130

80

Tabel 22
Gambaran Perubahan Klasifikasi Tekanan Darah Selama 10 Kali Tindakan Akupunktur Pada Responden yang Tidak Patuh Mengikuti Terapi

Sumber: Data Primer BKTM

Nomor
Urut Resp.

Tindakan Ke5

9
Prehipertensi

U.05

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi I

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Normal

N. 24

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

L. 11

Hipertensi II

Prehipertensi

Hipertensi II

Prehipertensi

Hipertensi I

Prehipertensi

Prehipertensi

Hipertensi I

Z. 01

Hipertensi II

Prehipertensi

Hipertensi I

Hipertensi I

Prehipertensi

Hipertensi I

Prehipertensi

S.61

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Prehipertensi

Hipertensi II

Prehipertensi

R. 18

Hipertensi II

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

M. 50

Hipertensi II

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi I

Hipertensi II

H. 10

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

A. 37

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Normal

Prehipertensi

Prehipertensi

10

A.101

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Normal

Prehipertensi

Prehipertensi

11.

A.108

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

Normal

Prehipertensi

Prehipertensi

12

A.110

Hipertensi I

Prehipertensi

Hipertensi I

Prehipertensi

Hipertensi I

13

S. 60

Hipertensi II

Hipertensi I

Prehipertensi

Hipertensi I

Hipertensi II

14

P.08

Hipertensi I

Prehipertensi

Prehipertensi

Prehipertensi

15

G.05

Hipertensi II

Hipertensi I

Prehipertensi

16

A.107

Hipertensi II

Hipertensi II

Hipertensi II

17

R.51

Hipertensi I

Hipertensi I

Normal

62

10

63

64

65

66

Anda mungkin juga menyukai