LTR BLK FKTR 1
LTR BLK FKTR 1
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Fraktur lebih
sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olah-raga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua, wanita lebih sering mengalami fraktur
daripada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait
dengan perubahan hormon pada monopouse. Fraktur merupakan ancaman potensial atau
aktual kepada integritas seseorang akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis
yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif
dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal maupun non verbal.
Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang
budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu
kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan.
Pengelolaan nyeri fraktur, bukan saja merupakan upaya mengurangi penderitaan klien, tetapi
juga meningkatkan kualitas hidupnya. Rasa nyeri bisa timbul hampir pada setiap area fraktur.
Bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan yang akan mengganggu
proses penyembuhan dan dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, untuk itu
perlu penanganan yang lebih efektif untuk meminimalkan nyeri yang dialami oleh pasien.
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi
dan manajemen non farmakologi. Salah satu cara untuk menurunkan nyeri pada pasien
fraktur secara non farmakologi adalah diberikan kompres dingin pada area nyeri. Perawat
harus yakin bahwa tindakan mengatasi nyeri dengan kompres dingin dilakukan dengan cara
yang aman.
B. Rumusan Masalah
Dalam laporan ini rumusan masalah yang didaptkan yaitu pengertian fraktur femur,
etiologi, patofisiologi, manisfestasi klinis, pemeriksaan penatalaksanaan medis dan
bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur femur.
C. Tujuan Penulisan
1. Mampu mengidentifikasi pengertian fraktur femur
2. Mampu mengerti tentang penyebab dan tanda fraktur femur
3. Mampu memberikan penanganan awal pada pasien dengan fraktur femur
4. Mampu memberikan asuhan keperawatan dengan benar.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini yaitu menggunakan metode
pustaka dimana kami mencari bahan-bahan materi dari berbagai sumber yang berkaitan
dengan materi dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami fraktur
femur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Fraktur Femur
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan
oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis.
B. Etiologi
Tulang bersifat relatif rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan dan fraktur dapat terjadi karena:
1)
Trauma
Sebagian fraktur terjadi karena kekuatan yang tiba-tiba dan berlebih yang dapat berupa
pemukulan, penghancuran, penekanan, pemuntiran/penarikan. Bila terjadi kekuatan langsung
tulang bisa patah pada tempat yang terkena, jaringan lemak juga pasti rusak.
Pemukulan
Menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit.
3) Penghancuran
Menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lemak yang luas. Bila terkena
2)
kekuatan tak langsung dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang
terkena kerusakan jaringan lemak ditempat fraktur mungkin tidak ada.
4) Kelelahan/tekanan berulang-ulang
Retak dapat terjadi pada tulang, misal: pada logam/benda lain akibat tekanan berulang-ulang.
Keadaan ini dapat terjadi pada tibia/fibula, radius/ ulna. Biasanya pada olahragawan/atlit
5)
2) Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang
3)
4)
5)
6)
Green stick fracture: fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak, korteks tulang
masih utuh begitu pula periosteum.
a.
b.
c.
dikulit.
Menurut R. Gustillo (2001), Fraktur terbuka terbagi atas 3 derajad:
Derajad I
Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk.
Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau komunitif ringan
Kontaminasi minimal
Derajat II
Laserasi > 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
Fraktur komunitif sedang
Kontaminasi sedang
Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler
Jaringan lunak yang menutupi fraktur yang adekuat, meskipun terdapat laserasi
luas/flap/avulsi/fraktur segmental atau sangat komunitif yang disebabkan trauma berenergi
tanpa melihat besar luasnya luka.
F. Komplikasi
1) Malunion
Suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2) Non-union
Kegagalan pada proses penyambungan tulang sehingga tulang tak dapat menyambung.
3) Delayed union
Proses penyembuhan tulang berjalan dalam waktu lama dari waktu yang diperkirakan.
4) Infeksi
Paling sering menyertai fraktur terbuka tetapi sudah jarang dijumpai dapat melalui logam
bidai.
Cidera vaskuler dan saraf
Kedua organ ini dapat cidera akibat ujung patahan tulang yang tajam.
6) Fat-embolic syndrome/embolik lemak
Terjadi setelah 24-48 jam setelah cidera, ditandai distress pernapasan, tachikardi, tachipnoe,
5)
Ditandai adanya denyut, bengkak, pucat pada baigan distal fraktur, nyeri, pengisian kapiler
yang buruk. Kerusakan arteri dapat disertai cidera pada kaki, saraf dan otot visera (thoraks
dan abdomen).
14) Syock
Perdarahan selalu terjadi pada tempat fraktur dan perdarahan ini dapat hebat sehingga
terjadilah syock.
15) syndrome compartment
Terjadi saat satu atau lebih compartement ekstremitas meningkat, saat peningkatan tekanan
jaringan pada ruangan tertutup diotot yang berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga
menyebabkan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot,
ditandai dengan edema, tidak adanya denyut, nyeri terutama ketika area luka ditinggikan atau
digerakkan, pucat atau cyanosis, kaku dan paresis.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan penunjang
(1) Sinar X
Melihat gambaran terakhir atau mendekati struktur fraktur
(2) Venogram
Menggambarkan arus vaskularisasi
(3) Konduksi saraf dan elektromiogram
Mendeteksi cidera saraf
(4) Angiografi
Berhubungan dengan pembuluh darah
(5) Antrotropi
Mendeteksi keterlibatan sendi
(6) Radiografi
Menentukan integritas tulang
(7) CT-Scan
Memperlihatkan fraktur atau mendeteksi struktur fraktur
2)
H.
1)
(1)
(2)
(3)
(4)
2)
(1)
Pemeriksaan laboratorium
LED meningkat bila kerusakan jaringan lemak luas, leukosit sebagai respon stress normal
setelah trauma, Hb dan HCT rendah akibat perdarahan.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur prinsipnya adalah dengan 4-R :
Recognisi : riwayat dari terjadinya fraktur sampai didiagnosa fraktur
Reduksi : upaya memanipulasi fragmen tulang
Retensi : memelihara reduksi sampai penyembuhan
Rehabilitasi : upaya untuk pencapai kembali fungsi tulang secara normal
Beberapa intervensi yang diperlukan
Intervensi Terapeutik atau konservatif
a.
Proteksi dengan mitela atau pembebatan fraktur diatas dan dibawah sisi cidera sebelum
memindahkan pasien. Pembebatan atau pemdidaian mencegah luka dan nyeri yang lebih jauh
g.
(2)
(3)
a.
b.
c.
d.
(4)
a.
gips
atas
bebat
dipasang,
untuk
mengimmobilisasi
ekstremitas
dan
mempertahankan reduksi. Diperlukan suatu kontrol radiology yang diikuti fiksasi interna.
Reduksi terbuka dan fiksasi internal / ORIF
Fiksasi interna dengan pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi fraktur. Memasukkan
paku, sekrup atau pen atau plat ke dalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian tulang yang
fraktur secara bersamaan. Fragmen tulang secara langsung terlihat dan alat fiksasinya
digunakan untuk memegang fragmen tulang dalam posisi. Terjadi penyembuhan tulang dan
dapat diangkat bila tulang sembuh. Setelah penutupan luka, beban atau gips untuk stabilisasi
Penggantian fragmen dengan alat logam terimplantasi dan digunakan bila terakhir
I.
1)
(1)
a.
b.
c.
d.
e.
(2)
kulit, nyeri.
(3) Aktivitas atau istirahat
Ditujukan dengan terbatasnya atau kehilangan fungsi, yang cenderung pada bagian tengah
yang disebabkan oleh fraktur sekunder bengkak pada jaringan dan rasa nyeri.
(4) Sirkulasi
Ditunjukkan dengan : hipertensi atau hipotensi, tachicardi yang disebabkan karena respon
stress atau hipovolemik, nadi berkurang atau menurun lebih kecil pada bagian distal perlukan
disebabkan karena keterlambatan pengikatan pembuluh darah mempengaruhi bagian jaringan
menjadi bengkok hematom pada tempat perlukaan disebabkan adanya darah ekstravaskuler
berada pada daerah perlukaan.
(5) Neurosensori
Ditunjukkan dengan kehilangan gerakan atau sensasi, spasme otot : kaku atau tak terasa
(parestesia), perubahan total, pemendekan, kekakuan abnormal, terpuntir, krepitasi, agitasi
karena nyeri atau cemas.
(6) Rasa nyaman
Tiba-tiba nyeri hebat pada tempat luka (mungkin lokasi pada jaringan atau kerusakan tulang
saat immobilisasi) nyeri ini disebabkan terputusnya saraf, otot spasme setelah immobilisasi.
(7) Keamanan
Kulit laserasi, perdarahan, perlukaan, lokasi bengkak.
(8) Tempat fraktur dan sistem jaringan
a. Edema
b. Perubahan warna
c. Parestesia dengan numbness dan tingling karena ketidakseimbangan aliran darah dalam
pembuluh darah yang menuju berbagai organ atau peningkatan tekanan jaringan
d. Nyeri akibat penimbunan darah sekitar tulang yang mengakibatkan tertekannya saraf.
e. Kulit terbuka dan tertutup
Kulit terbuka apabila tulang sampai menembus kulit-kulit tertutup apabila tulang masih
berada didalam kulit
f. Krepitasi akibat sensasi yang berkertak : bunyi yang terdengar pada saat kedua tulang saling
bergerak
g. Perdarahan terjadi karena kerusakan pembuluh darah arteri dan vena
2) Diagnosa Keperawatan
(1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
pada jaringan, alat traksi/imobilisasi, stress ansietas.
(2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, kerusakan sirkulasi, penurunan
sensasi di buktikan oleh terdapatnya luka/ulserasi, turgor kulit buruk, terdapat jaringan
nekrotis.
(3) Gangguan musculoskeletal, terapi pembatasan aktivitas dan penurunan kekuatan
(4) Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respon inflamasi tekanan, prosedur
invasive dan jalur penusukan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
(5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi informasi.
(6) Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan itegritas tulang (fraktur)
(7) Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan aliran
darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus.
(8) Resiko tinggi terhadap kerusakan gas berhubungan dengan perubahan aliran darah/emboli
lemak.
3) Intervensi
(1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
pada jaringan, alat traksi/imobilisasi, stress ansietas.
Tujuan :
Nyeri dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
a. Pasien tampak tenang
b. Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang
Intervensi
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
Rasional: hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif.
b. Kaji tingkat intesitas, skala nyeri (0-10) dan frekuensi nyeri menunjukkan skala nyeri.
c. Pertahahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring.
Rasional: menghilangkan nyeri dan mengurangi kesalahan posisi tulang jaringan yang cedera.
d. Jelaskan prosedur sebelum memulai setiap tindakan.
Rasional : memungkinkan pasien untuk siap secara mental untuk setiap aktifitas, juga
berpartisipasi dalam mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
e. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.
Rasional : membantu untuk menghilangkan ansietas.
f. Lakukan dan awasi dalam latihan gerak aktif atau pasif.
Rasional : mempertahankan kekuatan otot yang sakit dan mempermudahkan dalam resolusi
inflamasi pada jaringan yang cedera.
g. Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung, perubahan posisi.
Rasional : meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local dan kelelahan otot.
h. Dorong pasien dalam menggunakan teknik manajemen stress, seperti relaksasi napas dalam,
imajinasi visualisasidan sentuhan terapeutik.
Rasioanal : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control dan dapat
i.
(2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, kerusakan sirkulasi, penurunan
sensasi di buktikan oleh terdapatnya luka/ulserasi, turgor kulit buruk, terdapat jaringan
nekrotis.
Tujuan :
Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria hasil :
a. Menyatakan ketidaknyaman hilang
b.
Menunjukkan prilaku untuk mencegah kerusakan
kulit
dan
memudahkan
penyembuhansesuai indikasi.
Intervensi
a. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan dan perubahan warna.
Rasioanal : memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin
disebabkan oleh alat.
b. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
Rasional : mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan
c.
d.
e.
normal lainnya.
(3) Gangguan musculoskeletal, terapi pembatasan aktivitas dan penurunan kekuatan
Tujuan :
Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal
Kriteria hasil
a. Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi
b. Meningkatkan fungsi yang sakit
c. Melakukan pergerakan dan perpindahan
Intervensi
a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan
Rasional : mengidentifikasi masalah dan mempermudahkan intervensi
b. Ubah posisi secara periodic dan dorong untuk latihan nafas dalam
Rasional : mencegah insiden komplikasi kulit atau pernafasan.
c. Ajarkan dan pantau pasien dalam penggunaan alat bantu
Rasional : menilai batasan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas optimal.
d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
Rasional : mempertahankan kekuatan dan ketahanann otot.
e. Kolaborasi dengan ahli terapi
Rasional : sebagai suatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan
mobilitas pasien.
(4) Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respon inflamasi tekanan, prosedur
invasive dan jalur penusukan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
Tujuan
Resiko infeksi tidak menjadi actual
Kriteria hasil
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus, kemerahan, bengkak, demam dan nyeri.
b. Luka bersih, tidak lembab dan tidak kotor
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleran.
Intervensi
a.
b.
c.
d.
e.
tetanus.
f. Observasi luka untuk pembentukan krepitasi dan perubahan warna kulit.
Rasional : tanda perkiraan infeksi
(5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi informasi.
Tujuan :
Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Kriteria hasil :
a. Melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
b. Memulai perubahan gaya hidup yang di perlukan dan ikut serta dalam perawatan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
b. Berikan penjelasan pada pada pasien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang
Rasional : dengan mengetahui penyakitnya dan kondisinya sekarang klien dan keluarganya
c.
d.
e.
(6)
a.
b.
c.
Intervensi
a. Pertahankan tirah baring /ekstermitas sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi.
b. Letakkan papan di bawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik.
Rasional : tempat tidur lembut atau lentur dapat membuat deformasi gips yang masih basah.
c. Sokong fraktur dengan bantal/gulungan selimut, pertahankan tahanan posisi netral pada
bagian yang sakit dengan bantal pasir, pembebat, gulungan trokanter dan papan kaki
Rasional : mencegah gerakan yang tak perlu dan perubahan posisi. Posisi yang tepat dari
d.
bantal juga dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering.
Tugaskan petugas yang cukup untuk membalik pasien hindari penggunaan papan abduksi
untuk membalik pasien dengan gips.
Rasional : gips panggul atau multiple dapat membuat berat dan tidak praktis secara ekstrem.
Kegagalan untuk menyokong ektremitas yang di gips dapat menyebabkan gips patah.
e. Evaluasi pembebat ekstermitas terhadap resolusi edema.
Rasional : pembebat koaptasi (contoh jepitan jones sugar) mungkin diberikan untuk
memberikan imobilisasi fraktur dimana pembengkakan jaringan berlebihan. Seiring dengan
berkurangnya edema, penilaian kembali pembebat atau penggunaan gips plaster mungkin
f.
otot/pemendekan
untuk
memudahkan
posisi/penyatuan.
Traksi
tulang
memungkinkan penggunaan berat lebih besar untuk pemeriksaan traksi daripada digunakan
untuk jaringan kulit.
g. Yakinkan bahwa semua klem berfungsi. Minyaki control dan periksa tali terhadap tegangan.
Amankan dan tutup ikatan dengan plester perekat.
Rasional : yakinkan bahwa susunan traksi berfungsi dengan tepat untuk menghindari
interupsi penyambungan traksi.
h. Kaji ulang tahanan yang mungkin timbul karena terapi.
Rasional : mempertahankan integritas tarikan traksi.
i. Kolaborasi untuk kaji ulang foto/evaluasi
Rasional : memberikan bukti visual mulainya pembentukan kalus/proses penyembuhan untuk
menentukan tingkat aktivitas dan kebutuhan perubahan/tambahan terapi.
(7) Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan aliran
darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus.
Tujuan :
Resiko tinggi terhadap neurovaskuler tidak menjadi actual
Kriteria hasil :
Mempertahankan perfusi jaringan di buktikan oleh terabanya nadi, kulit hangat/kering,
sensasi biasa, sensasi normal, tanda-tanda vital stabildan haluaran urin adekuat untuk situasi
individu.
Intervensi
a. Lepaskan perhiasaan dari ekstremitass yang sakit
Rasional : dapat membendung sirkulasi bila terjadi edema.
b.Evaluasi adanya/kualitas nadi periver distal terhadap cedera melalui palpasi. Bandingkan
dengan ekstremitas yang sakit.
Rasional : penurunan/tak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskulerdan perlunya
c.
Rasional : kembalinya warna harus cepat (3-5 detik), warna kulit putih menunjukkan
gangguan arterial sianosis diduga ada gangguan vena.
d. Lakukan pengkajian neuromuskuler, perhatikan adanya perubahan fungsi motor/sensori.
Minta pasien untuk melokalisasi nyeri/ketidaknyaman.
Rasional : gangguan perasaan kebas, kesemutan, peningkatan/penyebaran nyeri terjadi bila
e.
f.
perubahan mental.
Rasional : ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi system perfusi jaringan
j. Kolaborasi berikan kompres es di sekitar fraktur sesuai indikasi
Rasional : menurunkan edema/pembentukan hematoma, yang dapat mengganggu sirkulasi
(8) Resiko tinggi terhadap kerusakan gas berhubungan dengan perubahan aliran darah/emboli
lemak.
Tujuan :
Tidak terjadi/menjadi actual terhadap kerusakan pertukaran gas.
Kriteria hasil :
Mempertahankan pernafasan adekuat, dibuktikan oleh tidak adanya dispnea/sianosis,
frekuensi pernafasan dan GDA dalam batas normal
Intervensi
a. Awasi frekuensi pernafasan dan upanya. Perhatikan stridor dan penggunaan otot bantu serta
terjadinya sianosis sentral.
Rasional : takipnea, dispnea dan perubahan dan mungkin hanya indicator terjadinya emboli
paru pada tahap awal. Masih adanya tanda/gejala menunjukkan distress pernafasan
luas/cenderung kegagalan.
b. Auskultrasi bunyi nafas perhatikan terjadinya ketidaksamaan.
Rasional : perubahan dalam bunyi advestisius menunjukkan terjadinya komplikasi
pernafasan.
Atasi jaringan cedera/tulang dengan lembut, khususnya dalam beberapa hari pertama.
Rasional : ini dapat mencegah terjadinya emboli lemak yang erat berhubungan dengan fraktur
d. Instruksikan dan bantu dalam latihan nafas dalam dan batuk, reposisi dengan sering.
Rasional : meningkatkan drainase secret dan menurunkan kongesti pada paru.
e. Perhatikan peningkatan kegelisahan, letargi, stupor dan kacau.
Rasional : gangguan pertukaran gas/ adanya emboli pada paru dapat menyebabkan
c.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif (et. al). (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (edisi 3). Jakarta : Media Aesculapius.
Smeltzer, Susanne C. (2001). Brunner & suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing. 8/E.
Agung waluyo (et. al) (penerjemah)
http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-fraktur-femur.html. tanggal akses 18
April 2012
http://exsimple.blogspot.com/2010/07/kti-fraktur-femur.html. tanggal akses 18 april 2012
Arsip Blog
2012 (5)
o Desember (5)
Mengenai Saya
Lina Apriani
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.