Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab satu ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dan tujuan
praktikum modul empat.
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dari sebuah produk tidak pernah lepas dari proses
pengukuran.

Sebagai

contoh

pembuatan

pesawat

terbang

yang

dalam

pembuatannya diperlukan pengukuran yang sangat presisi dan akurat karena


kesalahan pengukuran dapat menyebabkan gangguan fungsi pada pesawat. Oleh
karena itu, ketelitian pengukuran sangat diperlukan (Nurachmandani, 2009).
Pengukuran merupakan proses dari pengumpulan data melalui pengamatan
yang empiris dan membandingkan suatu besaran yang telah ditetapkan sebagai
acuan serta bersifat kuantitatif. Pengukuran dilakukkan dengan menggunakan alat
ukur. Pengertian alat ukur itu sendiri yaitu memberikan batasan nilai. Macammacam alat ukur yaitu alat ukur langsung, alat ukur pembanding, alat ukur
standar, alat ukur batas atau kaliber, dan alat ukur bantu (Hariyanto, 2012).
Konsep dan proses pengukuran dapat dipahami dan dipraktikkan pada
praktikum inspeksi, yaitu pengukuran part lokomotif dengan munggunakan alat
ukur kaliber batas atau limit gauge. Kaliber batas digunakan pada praktikum
inspeksi karena part yang diukur dan diproduksi dalam jumlah besar. Fungsi alat
ukur kaliber batas yaitu untuk memastikan produk yang dibuat masuk dalam batas
toleransi atau diluar toleransi
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksankannya praktikum modul empat adalah sebagai berikut:
1.

Mengetahui media-media yang dapat digunakan dalam pengukuran.

2.

Mengetahui jenis-jenis alat ukur dan penggunaannya.

3.

Mampu menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda kerja.

4.

Mampu mengukur benda kerja satuan part lokomotif dengan benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka akan dijelaskan mengenai dasar teori yang digunakan
dalam pelaksanaan praktikum modul empat.
2.1 Standar Pengukuran
Menurut Mulyanto (2015), standar pengukuran adalah suatu penyataan fisis
dari satuan pengukuran, sebagai berikut:
1. Standar, secara umum diterima sebagai harga yang benar.
2. Pengukuran yang merupakan perbandingan besaran tanpa diketahui besaran
standar yang diterima.
3. Standar internasional yaitu sesuai kesepakatan internasional.
4. Standar primer dipelihara pada laboratorium standar nasional diberbagai
negara.
5. Standar kerja digunakan untuk kalibrasi instrumen dilapangan karena
peralatan uji yang sangat akurat.
2.2 Batasan dan Suaian
Batasan merupakan batas toleransi yang diberikan pada suatu benda, agar
benda dapat berfungsi sesuai dengan sistem rakitan serta memenuhi suatu kondisi
saat benda tersebut harus diperbaiki ataupun diganti (Hariyanto, 2012).
Menurut Juhana (2012) suaian merupakan hubungan dari dua komponen yang
sebelum dirakit memiliki perbedaan ukuran. Poros dan lubang yang akan
disatukan memiliki ukuran yang berbeda. Perbedaan ukuran tersebut bervariasi
bergantung pada daerah toleransi lubang terhadap daerah toleransi poros. Jenis
suaian ada 3 yaitu:
1.

Suaian longgar, yaitu daerah toleransi lubang letaknya selalu berada diatas
daerah toleransi poros.

2.

Suaian sesak, yaitu daerah toleransi lubang yang letaknya selalu berada
dibawah daerah toleransi poros.

3.

Suaian pas, yaitu daerah toleransi lubang dengan daeah toleransi dari poros
saling menutupi satu sama lainnya.

Gambar 4.2.1 Daerah toleransi untuk tiga jenis suaian

2.3 Toleransi Standar


Agar sesuai dengan persyaratan fungsionalnya besaran standar harus
ditetapkan dengan seksama. Semakin kecil atau presisi nilai dari toleransi yang
ditentukan, maka biaya pembuatannya semakin mahal. Agar terhindar dari
keraguan dan keseragaman, nilai toleransi standar telah ditentukan

oleh

ISO/R286 (sistem ISO limit dan satuan). Toleransi standar ini dapat disebut juga
dengan toleransi internasional (Juhana, 2012).
2.4 Penyimpangan Fundamental
Penyimpangan fundamental merupakan batas dari daerah toleransi yang
paling dekat dengan garis nol. Penyimpangan fundamental ini diberi simbol huruf
dihitung menggunakan rumus-rumus D sebagai variable utamanya. Biasanya
untuk diameter nominal penyimpangan fundamenal ini sampa idengan 3,150 mm
(Wahyuni Sri, 2008).
2.5 Kalibrasi
Kalibrasi merupakan suatu sistem dimana pengukuran harus dapat dibuktikan
keandalannya dalam mengukur. Dalam kalibrasi juga memiliki nama kalibrasi
batas dimana merupakan alat ukur yang dibuat secara khusus untuk satu produk
atau sejenis produk, dimana memastikan produk yang dibuat masuk kedalam
batas toleransi atau berada diluar batas toleransi (Calongesi, 1995).

2.6 Rework and Scrap


Salah satu faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek adalah karena
adanya aktivitas rework and scrap pada satu atau beberapa pekerjaan konstruksi.
rework and scrap merupakan salah satu kontributor utama pada pembebekakan
biaya dan keterlambatan proyek yang dapat memberikan dampak buruk pada
performa dan produktivitas, baik konsultan maupun kontraktor. Biasanya berupa
keputusan apakah sebuah produk akan diproses ulang, atau mau digunakan
sebagai produk lain (Bahtiar, 2012).
2.7 Limit gauge go-not go
Kaliber batas atau limit gauge go-not go merupakan alat ukur yang dibuat
secara khusus untuk satu produk atau satu jenis produk, dimana memastikan
produk yang dibuat masuk kedalam batas toleransi atau diluar batas toleransi,
biasanya dibuat berdasarkan kategori go-not go, yang artinya go merupakan batas
standar sedangkan not go batas standar atas. biasanya digunakan untuk
pemeriksaan produk yang diproduksi besar, kelebihan dari alat ukur ini yaitu
mudah dalam penggunaanya, serta murah (Calongesi, 1995).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab tiga akan dijelaskan mengenai alat dan bahan, prosedur dan
flowchart dari praktikum modul empat tentang inspection.
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum modul empat yaitu sebagai
berikut:
1.
2.
3.

Bolpoin
Kaliber batas (kertas)
Checksheet

3.2 Prosedur Praktikum


Prosedur pelaksanaan praktikum modul empat tentang inspection yaitu
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Menyiapkan part dan kaliber batas


Menginspeksi part pada kaliber batas go.
Catat hasil inspeksi kedalam checksheet.
Lakukan tahap satu sampai tiga hingga semua part diinspeksi.

3.3 Flowchart

Gambar 4.3.2 merupakan flowchart dari pelaksanaan praktikum modul empat


tentang inspection.
Mulai

Persiapan Part dan kaliber batas

Tahap Persiapan

Proses Pengumpulan Data :


Menyiapkan part dan kaliber batas
Menginspeksi part pada kaliber batas go.
Catat hasil inspeksi kedalam checksheet.

Tahap
Pengumpulan Data

Lakukan tahap satu sampai tiga hingga semua


part diinspeksi.

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai
Gambar 4.3.2 Flowchart pelaksanaan praktikum

BAB IV

Tahap Analisa

PENGOLAHAN DATA
4.1 Rekapan Data
Rekapan data hasil inspeksi pada praktikum modul empat tentang inspection
yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.4.1 Rekapan Data Hasil Inspeksi
Part

Nama Part

Gambar

GO

A-1

Alas kereta

B-3

Atap kereta

NOT
GO

Keputusan

Diproses ulang,
terlalu besar

B-1
n

Diproses ulang,

Ruang masinis
V

B-3

permukaan tidak
rata (lebih)

C-1

Tender (silindris)

C-2

Penyangga tender

D-1

Lampu

Roda penggerak

D-2

Cerobong asap

D-3

Cerobong lurus

Ass Roda

Penyambung

A-2

Alas tender

B-7

Penyangga tender

B-6

Tender

Diproses ulang,
terlalu besar

Diproses ulang,
terlalu besar
Diproses ulang,
terlalu besar

Roda Penggerak

Ass roda

Penyambung

A-2

Alas tender

B-5
B-4

Sisi pendek

Diproses ulang,
terlalu besar

gerbong
Sisi panjang

gerbong

Ass roda

Penyambung

4.2 Rekapan Data Semua Kelompok


Rekapan data semua kelompok hasil inspeksi pada praktikum modul empat
tentang inspection yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.4.2 Rekapan data semua kelompok
Part
A1
B3
B1&B2
C1
C2

IIII
IIII
IIII
IIII
IIII

Rekapan Hasil Inspeksi Semua Kelompok


GO
NOT GO
Tally
Tally
IIII IIII IIII IIII
I
IIII IIII IIII
IIII II
III
IIII IIII IIII III
IIII IIII IIII IIII
I
IIII IIII IIII IIII
I

D1
E
D2
D3
A2
B7
B6
B5
B4
F
G

IIII
IIII
IIII
IIII
IIII
II
IIII
IIII
IIII
IIII
IIII

IIII
IIII
IIII
IIII
IIII

IIII
IIII
IIII
IIII

IIII
IIII
IIII
IIII
IIII

IIII
IIII
IIII
IIII

IIII
IIII
IIII
IIII
IIII

IIII
IIII
IIII
IIII

IIII
IIII
IIII
IIII

IIII
IIII
IIII
IIII

I
IIII

IIII
IIII

IIII
IIII

I
I
I
IIII
IIII

IIII
IIII

IIII
I

I
I
I
I

4.3 Identifikasi Masalah


Dari hasil praktikum modul empat, maka dapat diketahui beberapa
permasalahan yang mungkin terjadi yang menyebabkan sebagian part tidak
masuk kedalam batas standar, faktor yang mempengaruhi yaitu sebagai berikut:
4.3.1 Proses Mesin Scroll Saw
Faktor yang menyebabkan ketidaksempurnaan ukuran part pada proses
mesin scroll saw yaitu:
1. Ketidaktelitian operator saat melakukan pembentukan pola dengan mata
gergaji pada mesin ini.
2. Kelelahan dari seorang operator.
3. Faktor pencahayaan yang kurang.
4. Kecepatan dari mesin.
5. Kurangnya keahlian dari operator.
4.3.2 Proses Mesin Drilling
Faktor yang menyebabkan ketidaksempurnaan ukuran part pada proses
mesin drilling yaitu:
1. Faktor kelelahan seorang operator.
2. Ketidak presisian saat menancapkan mata bor.
3. Faktor pencahayaan yang kurang.
4.3.3 Proses Mesin Turning
Faktor yang menyebabkan ketidaksempurnaan ukuran part pada proses
mesin turning yaitu:
1. Faktor kelelahan seorang operator.
2. Faktor pencahayaan yang kurang.
3. Kecepatan putaran mesin yang terlalu cepat atau terlalu lambat.
4.3.4 Proses Mesin Handsaw
Faktor yang menyebabkan ketidaksempurnaan ukuran part pada proses
mesin handsaw yaitu:
1. Faktor kelelahan operator.
2. Kurangnya tenaga dalam melakukan pemotongan.

3. Kurang jelasnya garis pola yang dibentuk pada bahan baku.


4.3.5 Proses Mesin Amplas
Faktor yang menyebabkan ketidaksempurnaan ukuran part pada proses
mesin amplas yaitu:
1. Faktor kelelahan operator.
2. Kurangnya tekanan saat mengamplas.
3. Kekasaran amplas yang kurang.
4. Ketidakkuatan operator dalam menggunakan mesin amplas.

4.4 Rework dan Scrap


Ada beberapa part yang dikategorikan sebagai part yang lebih dari batas
standar dan kurang dari batas standar.
4.4.1 Rework
Part yang bisa diproses ulang karena ukurannya tidak sesuai dengan
standar setelah diinspeksi dengan kaliber batas yaitu A1, B1 & B2, C1, C2, B6,
B7, E, sebagian B3.
Part tersebut merupakan part yang ukurannya keluar dari batas atas
toleransi ukuran standar, artinya kelebihan bagian atau permukaan, dan untuk
memperbaiki kesalahan tersebut, maka bisa dilakukan proses ulang atau
pengerjaan ulang dengan melakukan proses pemotongan ataupun pengamplasan,
agar permukaan yang lebih bisa sesuai dengan ukuran standar.
4.4.2 Scrap
Terdapat satu part yang dinyatakan keluar dari batas bawah toleransi
ukuran standar yaitu part B3, artinya part tersebut memiliki ukuran kurang dari
ukuran batas bawah toleransi yang telah ditentukan.
Perlakuan yang bisa dilakukan pada part tersebut yaitu bisa digunakan
untuk dijadikan bahan baku untuk part yang lebih kecil atau berbeda, hal ini
karena produk dibuat dari kayu, sedangkan apabila produk tersebut dari besi,
maka bisa dileburkan kembali.
4.5 Analisa Keseluruhan

Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan dapat diperoleh analisa data,
dimana untuk part yang lebih dari batas standar akan di proses ulang karena
masih dapat dikurangi bagian yang lebih tersebut, sedangkan untuk part yang
kurang dari batas standar tidak akan di proses ulang melainkan bisa digunakan
untuk pembuatan part yang berbeda. Untuk part yang sudah masuk dalam standar
atau sudah GO apabila di inspeksi dengan kaliber batas, maka akan di proses
lanjut ke tahap assembly. Faktor umum yang mempengaruhi ketidaksempurnaan
ukuran part, biasanya disebabkan oleh operator, mesin, lingkungan, spesifikasi
bahan baku dll.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab lima akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari
pelaksanaan praktikum modul empat.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum modul empat tentang inspection, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dalam proses inspeksi yaitu menggunakan beberapa media, seperti kaliber
2.

batas sebagai alat ukurnya dan part lokomotif sebagai media yang diukur.
Kaliber batas digunakan untuk melakukan pengukuran pada produk yang
diproduksi masal, dimana dibuat satu untuk satu jenis part, dengan kategori
go (ukurang standar) dan not go (batas atas toleransi ukuran standar). Dan
kaliber yang digunakan ada praktikum ini yaitu dengan media kertas, dimana

3.

pola ukurannya dibuat diatasnya.


Untuk proses membaca apakah part keluar dari batas atau tidak yaitu dengan
meletakkan part diatas pola (kaliber batas), lalu dicermati apakah masih
berada diantara ukuran standar (batas bawah) dan batas atas (toleransi atas),
apabila dikategorikan sebagai yang keluar dari batas toleransi maka masuk
kedalam kategori NOT GO sedangkan apabila ukurannya masih dalam batas,

4.

maka dikategorikan GO.


Sebagai contoh, dari hasil inspeksi part B3 diperoleh sebagian yang keluar
dari batas atas, dan perlakuan yang cocok untuk hal tersebut yaitu melakukan
proses ulang dengan mengurangi bagian yang lebih. Sedangkan di sisi lain

terdapat sebagian part B3 yang keluar dari batas bawah, dan perlakuan yang
cocok untuk part tersebut yaitu bisa digunakan sebagai bahan baku untuk part
lainnya (yang lebih kecil).
5.2 Saran
Adapun saran untuk pelaksanaan praktikum untuk bahan pertimbangan pada
praktikum selanjutnya yaitu mengenai waktu yang masih kurang pas pada waktu
yang telah ditentukan (masih banyak waktu).
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, A. 2012. Analisis faktor penyebab pekerja ulang pada proyek kontruksi
proyek. Aceh
Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung ITB
Hariyanto. 2012. Metode Pendekatan Evaluasi Produk Pratikan Mengoperasikan
Mesin Gerinda Dan Mesin Bubut Untuk Mata Kuliah Praktek Mesin
Perkakas. Jurnal Teknik Mesin 2:17.
Juhan, O., Suratman, M. 2012. Menggambar Teknik Mesin Dengan Standar ISO.
Bandung: CV. Pustaka Grafika.
Mulyanto, Tri. 2015. Jurnal Pengukuran Teknik.
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 1. Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
Waluyanti, S. 2008. Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai