Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM


DINASTI ABBASIYAH

Dosen: Buhori Muslim, M.Ag

Nama Penyusun:
Niko Danusaid Nugroho (1147030029)
Rani Hasna Fauziyyah (11470300.)
Sadam Muammar K (11370300.)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya, sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Buhori Muslim
selaku dosen yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
punyusunan makalah yang berjudul DinastiAbbasiyah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan
semoga bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 19 September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
BAB 2............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................................5
A. Pembentukan Dinasti Abbasiyah........................................................................................5
B. Perkembangan Politik dan Pemerintahan Dinasti Abbasiyah.............................................5
1.

Periode pertama (750847 M)........................................................................................6

2.

Periode kedua (847-945 M).............................................................................................9

3.

Periode ketiga (945 -1055M)...........................................................................................9

4.

Periode keempat (1055-1199 M)...................................................................................10

5.

Periode kelima (1199-1258 M).....................................................................................11

C. Peradaban Islam masa Dinasti Abbasiyah........................................................................12


D. Kemunduran Dinasti Abbasiyah.......................................................................................16
BAB 3..........................................................................................................................................17
KESIMPULAN............................................................................................................................17
Daftar Pustaka..............................................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN
Peradaban Islam dapat ditelusuri dari sejarah kehidupan Rasulullah, para sahabat
(Khulaf al-Rsyidn) dan sejarah kekhlifahan islam sampai kehidupan umat islam
sekarang.Dalam penyebaran syariat islam pasca Rasulullah Muhammad SAW, terdapat
beberapaperiode, yakni dari Khulaf al-Rsyidn, yang dijalankan oleh para sahabat dekat
nabi (632 661 M), serta periode Islam pada masa klasik (keemasan) yang terdapat dua
penguasa besar pada saat itu, yaitu pada masa Dinasti Umawiyah dan Dinasti Abbasiyah.
Sepeninggal Rasulullah SAW, kepemimpinan Islam dipegang oleh Khulaf alRsyidn. Pada masa ini Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat, bahkan telah
meluas ke seluruh Wilayah Arab. Meskipun Islam telah berkembang pada masa ini,
namun juga banyak mendapat tantangan dari luar dan dalam Islam sendiri. Setelah kematian
Ali bin Abi Thalib, maka berakhirlah masa Khulafaur Rasyidin dan berganti dengan
pemerintahan Dinasti Umayyah dibawah pimpinan Muawiyah bin Abi Sofwan. Pada masa
pemerintahan Dinasti Umayyah, Islam semakin berkembang dalam segala aspek hingga
perluasan daerah

kekuasaan.Setelah

runtuhnya

pemerintahan

Dinasti

Umayyah,

digantikan oleh pemerintahan dinasti Abbasiyah. Abbasiyah merupakan kelanjutan dari


Dinasti Umayyah dan dinasti kedua dalam sejarah pemerintahan umat Islam.
Pada bahasan ini, kita akan membahas lebih luas tentang Dinasti Abbasiyah yang
diusungkan dari kerabat Rasulullah, yakni keluarga Abbas.

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pembentukan Dinasti Abbasiyah

Tonggak berdirinya dinasti Bani Abbas, berawal sejak merapuhnya sistem


internal dan performance penguasa Bani Umayyah yang berujung pada keruntuhan dinasti
Umayah di Damaskus, maka upaya untuk menggantikannyadalam memimpin umat Islam
1

adalah dari kalangan bani Abbasiyah. Dinasti ini akhirnya dapat didirikan oleh Abu
Abbas as-Shaffah yang memiliki nama lengkap Abdullah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn
Abdullah Ibn Abbas. Nama as-Shaffah yang berarti haus darah didapatkan oleh Abu
2

Abbas karena kebijakannya membunuh seluruh keturunan Umayyah . Abu Abbas lahir di
Humaymah di tahun 104 H/723 M dan meninggal di Hasyimiyah pada 136 H/754 M.
Pembentukan Bani Abbasiyah ini lahir dengan cara peperangan oleh beberapa
generasi dari keluarga Bani Abbas, dan Bani Abbas berhasi menguasai Syam hingga
Damaskus pada tahun 750 M. Pada tahun itulah Dinasti Abbasiyah resmi berdiri.
SebelumDinasti Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi pusat
kegiatan kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain mempunyai kedudukan
tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasan keluarga besar paman
Rasulullah SAW yaitu Abdul Mutholib. Tiga tempat itu adalah Humaimah, Kufah dan
Khurasan.
Humaimah merupakan kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim, baik
dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Humaimah terletak
berdekatan dengan Damsyik. Kufah merupakan kota yang penduduknya menganut aliran
Syiah pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia bermusuhan secara terang-terangan dengan
golongan Bani Umaiyah. Demikian pula dengan Khurasan, kota yang penduduknya
mendukung Bani
Hasyim.

B. Perkembangan Politik dan Pemerintahan Dinasti Abbasiyah


Dalam perkembangannya, Dinasti Abbasiyah mulai merubah orientasi negara
yang dikuasinya, yang awalnya pada zaman Dinasti Ummayah adalah arab-sentris,
sementara saat

Mahrous, S., 2015. Kebangkitan Pendidikan Bani Abbasiyah Perspektif Sejarah. JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1, p. 79.

Suntiah, R. & M., 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media, p. 99.

Umam, K., 2012. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Abbasiyah (Khalifah Harun Ar-Rashid Dan Al-Mamun Tahun
786- 833 M), Surabaya: Fakultas Adab IAIN Surabaya, p. 19

dinasti Abbasiyah berkuasa, sifatnya lebih internasional, yang berari Arab hanya salahsatu
bagian dari sekumpulan ummat Islam.
Para pakar sejarah Islam membagi Dinasti Abbasiyah menjadi 4 periode, diantaranya
adalah:
a. Masa Abbasy I: semenjak lahirnya daulah Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai
meninggalnya khalifah Al-Wasiq tahun 232 H/847M
b. Masa Abbasy II tahun 232-334 H/847-946 M, mulai Khalifah Al-Mutawakkil
sampai berdirinya daulah Buwaihi diBaghdad
c. Masa Abbasy III tahun 334-447 H/946-1055 M, berdirinya daulahBuwaihi sampai
masuknya kaum Saljuk ke Baghdad.
d.

Masa Abbasy IV tahun 447-656 H/1055-1258 M dan masuknya orang-orang Saljuk


ke Baghdad sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Tartar dibawah pimpinan
Hulagu.

Di samping itu juga, menurut Hudlari Bek, Dinasti Abbasiyah dibagi dalam 5 periode,
5

diantaranya adalah :
1. Periode kekuatan dan penuh karya, sejak 132-232 H / 750-847 M.
2. Periode berkuasanya mamalik Turki sejk 232-334 H / 847-945 M.
3. Periode berkuasanya raja-raja Dinasti Buwahi dari 334-447 H / 945-1055 M.
4. Periode berkuasanya raja-raja Dinasti Saljuk, berlangsung dari 447-530 H / 10551199 M.
5. Periode Bani Abbas mendapat lagi pengaruh politiknya, dari 530-656 H / 11361258 M.
Lebih jelasnya akan disampaikan di bawah ini.
1. Periode pertama (750847 M)
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa
keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
Islam.

Sulaeman, F., 2016. Peradilan Masa Bani Abasiyah. Jurnal Ilmiah Al-Syirah , Volume 14, p. 2.

Suntiah, R. & M., 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media, p. 103.

Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri Dinasti ini sangat singkat, yaitu
dari tahun 750 M sampai 754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari Daulah
Abbasiyah adalah Abu Jafar al-Mansur (754775 M). Pada mulanya ibu kota
negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan
dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansur memindahkan
ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, yaitu Baghdad, dekat bekas ibu
kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan
Dinasti bani Abbasiyah berada ditengah-tengah bangsa Persia.
Di

ibukotayangbaruinial-Mansurmelakukankonsolidasidan

penertiban

pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di


lembagaeksekutifdanyudikatif.Dibidangpemerintahandiamenciptakantradisibaru
dengan mengangkat wazir sebagai koordinator dari Diwan Al-Aziz, yaitu sebutan
untuk organisasi Pemerintahan. Diwan Al-Aziz terdiri dari:

1. Diwan Al-Kharaj (Departemen Pajak Tanah)


2. Diwan Al-Dia (Departemen Perbendaharaan Negara)
3. Diwan Al-Jund (Departemen Pertahanan)
4. Diwan Al-Mawali wa Al-Ghilman (Departemen Mawali dan Budak)
5. Diwan Al-Zuman Al-Nafaqat (Departemen Pengawas Pembelanjaan Negara)
6. Diwan Al-Rasali (Departemen Kejaksaan)
7. Diwan Al-Ahdas wa Al-Syurthah (Departemen Milisi dan Kepolisian)
8.

Peradilan (Qadhi), yang dikepalai oleh Qadhi al-Qudhat. Para qadhi menjalankan
tugasnya berdasarkan arahan Qadhial-Qudhat karena pada waktu itu tiap wilayah
(propinsi) mempunyai qadhi.

Jabatan wazir yang menggabungkan sebagian fungsi perdana menteri


dengan menteri dalam negeri itu selama lebih dari 50 tahun berada di tangan
keluarga terpandang berasal dari Balkh, Persia (Iran). Wazir yang pertama
adalah Khalid bin Barmak, kemudian digantikan oleh anaknya, Yahya bin
Khalid. Yang terakhir ini kemudian mengangkat anaknya, Jafar bin Yahya,
menjadi wazir muda. Sedangkan anaknya yang lain, Fadl bin Yahya, menjadi
Gubernur Persia Barat dan kemudian Khurasan. Pada masa tersebut persoalanpersoalan administrasi negara lebih banyak ditangani keluarga Persia itu.
Masuknya
6
7

Suntiah, R. & M., 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media, p. 107.

Sulaeman, F., 2016. Peradilan Masa Bani Abasiyah. Jurnal Ilmiah Al-Syirah , Volume 14, p. 4.

keluaraga non Arab ini ke dalam pemerintahan merupakan unsur pembeda


antara Daulah Abbasiyah dan Daulah Umayyah yang berorientasi ke Arab.
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah
Harun al- Rasyid (786-809 M) dan putranya al-Mamun (813-833 M). Kekayaan
yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, rumah
sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Tingkat kemakmuran
paling tinggi terwujud pada zaman Khalifah ini. Kesejahteraan sosial,
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusasteraan
berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan
dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Dengan demikian telah
terlihat bahwa pada masa Khalifah Harun al-Rasyid lebih menekankan
pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah
yang memang sudah luas. Orientasi kepada pembangunan peradaban dan
kebudayaan ini menjadi unsur pembanding lainnya antara Dinasti Abbasiyah dan
Dinasti Umayyah.
Al-Makmun, pengganti al-Rasyid dikenal sebagai Khalifah yang sangat
cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing
digalakkan. Ia juga mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting
adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa al-Makmun inilah
Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Al-Muktasim, Khalifah berikutnya (833-842 M) memberi peluang besar
kepada orang- orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan. Demikian ini
di latar belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia
pada masa al-Mamun dan sebelumnya. Keterlibatan mereka dimulai sebagai
tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, Dinasti
Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang
Muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi
prajurit- prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer Dinasti Bani
Abbasiyah menjadi sangat kuat.
Dalam periode ini, sebenarnya banyak gerakan politik yang mengganggu
stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakangerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Dinasti Umayyah dan kalangan intern Bani

Abbas dan lain-lain semuanya dapat dipadamkan. Dalam kondisi seperti itu para
Khalifah mempunyai prinsip kuat sebagai pusat politik dan agama sekaligus. Apabila
tidak, seperti pada periode sesudahnya, stabilitas tidak lagi dapat dikontrol, bahkan
para Khalifah sendiri berada dibawah pengaruh kekuasaan yang lain.
2. Periode kedua (847-945 M)
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai
DinastiAbbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup
mewah, bahkan cenderung mencolok. Kehidupan mewah para Khalifah ini ditiru
oleh para hartawan dan anak-anak pejabat. Demikian ini menyebabkan roda
pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin. Kondisi ini memberi peluang
kepada tentara profesional asal Turki yang semula diangkat oleh Khalifah alMutasim untuk mengambil alih kendali pemerintahan. Usaha mereka berhasil,
sehingga kekuasaan sesungguhnya berada di tangan mereka, sementara kekuasaan
Bani Abbas di dalam Khilafah Abbasiyah yang didirikannya mulai pudar, dan ini
merupakan awal dari keruntuhan Dinasti ini, meskipun setelah itu usianya masih
dapat bertahan lebih dari empat ratus tahun.
Khalifah Mutawakkil(847-861M)yang merupakan awal dari periode ini adalah
seorang Khalifah yang lemah. Pada masa pemerintahannya orang-orang Turki
dapat merebut kekuasaan dengan cepat. Setelah Khalifah al-Mutawakkil wafat,
merekalah yang memilih dan mengangkat Khalifah. Dengan demikian kekuasaan
tidak lagi berada di tangan Bani Abbas, meskipun mereka tetap memegang jabatan
Khalifah. Sebenarnya ada usaha untuk melepaskan diri dari para perwira Turki itu,
tetapi selalu gagal. Dari dua belas Khalifah pada periode kedua ini, hanya empat
orang yang wafat dengan wajar, selebihnya kalau bukan dibunuh, mereka
diturunkan dari tahtanya dengan paksa. Wibawa Khalifah merosot tajam. Setelah
tentara Turki lemah dengan sendirinya, di daerah-daerah muncul tokoh-tokoh kuat
yang kemudian memerdekakan diri dari kekuasaan pusat, mendirikan Dinasti-Dinasti
kecil. Inilah permulaan masa disintregasi dalam sejarah politik Islam.
3. Periode ketiga (945 -1055M)
Pada periode ini, Daulah Abbasiyah berada di bawah kekuasaan Bani
Buwaih.Keadaan Khalifah lebih buruk dari sebelumnya, terutama karena Bani
Buwaih adalah penganut aliran Syiah. Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang
diperintah dan diberi gaji. Bani Buwaih membagi kekuasaannya kepada tiga
bersaudara : Ali untuk wilayah bagian selatan negeri Persia, Hasan untuk wilayah
bagian utara, dan Ahmad untuk wilayah Al- Ahwaz, Wasit dan Baghdad. Dengan

demikian Baghdad pada periode ini tidak lagi merupakan pusat pemerintahn Islam
karena telah pindah ke Syiraz di masa berkuasa Ali bin Buwaih yang memiliki
kekuasaan Bani Buwaih.
Pada masa Bani Buwaih berkuasa di Baghdad, telah terjadi beberapa kali
kerusuhan aliran antara Ahlussunnah dan Syiah, pemberontakan tentara dan
sebagainya.
4. Periode keempat (1055-1199 M)
Periode ini ditandai dengan kekuasaan Bani Seljuk atas Daulah Abbasiyah.
KehadiranBani Seljuk ini adalah atas undangan Khalifah untuk melumpuhkan
kekuatan Bani Buwaih di Baghdad. Keadaan Khalifah memang membaik, paling
tidak karena kewibawaannya dalam bidang agama kembali setelah beberapa lama
dikuasai oleh orang- orang Syiah.
Sebagaimana pada periode sebelumnya, ilmu pengetahuan juga berkembang
pada periode ini. Nizam al-Mulk, perdana menteri pada masa Alp Arselan dan
Malikhsyah, mendirikan Madrasah Nizamiyah (1067 M) dan madrasah Hanafiyah di
Baghdad. Cabang- cabang Madrasah Nizamiyah didirikan hampir di setiap kota di
Irak dan Khurasan. Madrasah ini menjadi model bagi perguruan tinggi dikemudian
hari. Dari madrasah ini telah lahir banyak cendekiawan dalam berbagai disiplin
ilmu. Di antara para cendekiawan Islam yang dilahirkan dan berkembang pada
periode ini adalah al-Zamakhsari, penulis dalam bidang Tafsir dan Ushul al-Din
(teologi), Al-Qusyairi dalam bidang tafsir, al-Ghazali dalam bidang ilmu kalam
dan tasawwuf, dan Umar Khayyam dalam bidang ilmu perbintangan.
Dalam bidang politik, pusat kekuasaan juga tidak terletak di kota Baghdad.
Mereka membagi wilayah kekuasaan menjadi beberapa propinsi dengan seorang
Gubernur untuk mengepalai masing-masing propinsi tersebut. Pada masa pusat
kekuasaan melemah, masing-masing propinsi tersebut memerdekakan diri. Konflikkonflik dan peperangan yang terjadi di antara mereka melemahkanmereka
sendiri, dan sedikit demi sedikit kekuasaan politik Khalifah menguat kembali,
terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan mereka tersebut berakhir di Irak di tangan
Khawarizm Syah pada tahun 590 H/ 1199 M.
5. Periode kelima (1199-1258 M)
Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah
Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khilafah
Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan Dinasti tertentu, walaupun
banyak sekali Dinasti Islam berdiri. Ada di antaranya yang cukup besar, namun

yang terbanyak adalah Dinasti kecil. Para Khalifah Abbasiyah sudah merdeka dan
berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan
Khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa
inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut
dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad
akibat serangan tentara Mongol ini awal babak baru dalam sejarah Islam, yang
disebut masapertengahan.
Pembagian wilayah dinasti Abbasiyah adalah perkembangan dari pembagian
wilayah pada masa Dinasti Ummayah. Wilayah ini dikepalai oleh Gubernur yang dipilih
wazir yang mengusulkannya kepada khalifah. Wilayah dari Dinasti Abbasiyah ini terdiri
dari:

Sissilia, Afrika Barat

13

Bahrain dan Oman

Mesir

14

Al-Sawwad (Irak)

Syria dan Palestina

15

Al-Jazira (Mosul)

Hijaz dan Yamamah

16

Adarbayjan (Ardabil, Tibridz, Maragh)

Yaman

17

Al-Jibal (Irak Al-Ajami)

Khuzistan

18

Tabaristan

Fars

19

Jurzan

Karman

20

Armenia

Suntiah, R. & M., 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media, p. 107-108.

Mukran

21

Khurasan, termasuk Afghanistan

10

Sizistan

22

Khawarizm

11

Qhuhistan

23

Al Sughd (Bukhara dan Samarkand)

12

Qumis

C. Peradaban Islam masa Dinasti Abbasiyah


Pada masa Dinasti Abbasiyah, Islam mencapai puncak keemasannya, terutama di
bidang agama, filsafat dan sains. Pada zaman ini mulai bermunculan kegiatan
penyusunan buku-buku ilmiah, mengatur buku Islam, dan gerakan penerjemahan buku-buku
asing.
Penerjemahan buku-buku asing ini telah dilakukan sejak dinasti Ummayah, namun
pada masa dinasti Abbasiyah jauh lebih pesat perkembangannya, terutama saat
kekhalifahan Harun Al-Rasyid dan Al-Manshur.
Pada zaman al-Mamun kemauan usaha penerjemahan mencapai puncaknya
dengan didirikannya Sekolah Tinggi Terjemah di Bagdad. Disinilah orang dapat mengenal
Hunain bin Ishaq (809-877 M), penerjemah buku kedoteran Yunani, termasuk buku iilmu
kedokteran yang sekarang terdapat di berbagai toko buku dengan nama Materia Medika.
Hunain juga menerjemahkan buku Galen dalam lapangan ilmu pengobatan dan filsafat
sebanyak 100 buah
ke dalam bahasa Syiria, 39 buah kedalam bahasa Arab.

Gerakan ilmiah pada masa ini adalah pengembangan dari aplikasi Surah Al-Alaq
ayat 1-2, dan faktor yang memengaruhinya adalah:
1. Kebijakan politik dinasti Abbasiyah yang banyak memberi jabatan pada non orang
Arab, seperti Persia yang sudah memiliki peradaban tinggi.
2. Kebijakan khalifah yang sangat mendukung ilmu pengetahuan, seperti al-Mansur
yang sangat tertarik pada ilmu kedokteran.
3. Pindahnya ibukota ke Baghdad sebagai tempat yang baik, dan udara yang nyaman.
Pada masa ini juga, dibangun sebuah gedung pusat ilmu yang disebut Baitul
10

Hikmah yang dimotori saat khalifah al-Mamun yang berdiri pada tahun 830 M .
Perkembangan Baitul Hikmah ini sangat pesat karena para khalifahnya, terutama Harun
Al-Rasyid dan al- Mamun sangat mencintai ilmu pengetahuan. Dan karena penerjemahan
buku yang dilakukan
9

Umam, K., 2012. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Abbasiyah (Khalifah Harun Ar-Rashid Dan Al-Mamun Tahun
786- 833 M), Surabaya: Fakultas Adab IAIN Surabaya, p. 46
10

Rizania, R., 2012. Bait Al-Hikmah pada Masa Dinasti Abbasiyah, Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,
p. 95.

besar-besaran, dan banyak orang-orang luar yang belajar di Baghdad sehingga Baitul Hikmah
ini sangat berkembang pesat sekali.
Baitul Hikmah terbagi atas beberapa divisi, diantaranya perpustakaan, akademi,
lembaga riset, observatorium, dan biro penerjemah.

11

Perpustakaan Baitul Hikmah berisi

banyak buku dari berbagai cabang ilmu dalam berbagai bahasa, seperti Arab, Syria,
Sansekerta, dan lainnya. Koleksi dalam perpustakaan Baitul Hikmah dibagi menjadi beberapa
kelompok, seperti contoh Koleksi Harun Al-Rasyid dinamakan Khizanah Al-Rasyid dan
koleksi al-Mamun dinamakan Khizanah Al-Mamun.
Lembaga Pendidikan Baitul Hikmah juga yang sangat berpengaruh dalam
kemajuan Baitul Hikmah. Banyak murid bersekolah disana, baik yang mampu maupun
tidak mampu. Metode pembelajaran disini ada yang secara ceramah maupun diskusidiskusi. Selain itu juga, Baitul Hikmah memiliki lembaga riset yang sangat penting dalam
pengembangan perpustakaan. Observatorium Astronomi juga dibangun di Baitul Hikmah
untuk penelitian dan penulisan, dan badan penerjemah yang banyak melakukan alih
bahasa buku-buku dari Yunani, Romawi, dan lainnya.
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim
ulama,berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang
ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Ilmu Umum
a. Ilmu Filsafat
1)

Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 270 judul yang dibagi


menjadi 17, diantaranya filsafat, logika, ilmu hitung, globular, musik,
astronomi, geometri, dan lainnya.

12

2) Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun. Karyanya salahsatunya


adalah Al-Tibb Al-Ruhani.
3) Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
4) Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
5) Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain:
Shafa,
Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain

11

Rizania, R., 2012. Bait Al-Hikmah pada Masa Dinasti Abbasiyah, Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, p.
99.
12
Suntiah, R. & M., 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media, p. 116.

6) Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya:


AlMunqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin
dan lainlain
7) Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful
Afillah.
b. Bidang Kedokteran
1) Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
2) Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai
penterjemah bahasa asing.
3) Thabib bin Qurra (836-901 M)
4) Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar
dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
5)

Ibnu Sina (980-1037 M). Selain kedokteran, beliau juga menulis buku
tentang filsafat, matematika, fisika, astronomi, hingga politik. Beliau diberi
gelar The Prince of Physicians oleh para filsuf.

13

c. Bidang Matematika
1) Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
2) Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
d. Bidang Astronomi
Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang
terkenal dalam perbintangan ini seperti :
1) Al Farazi : pencipta Astro lobe.
2) Al Gattani/Al Betagnius.
3)

Al-Biruni dengan kitabnya Al-Hind dan Al-Qanun Al-Masudi fi Al-Haia wa


Al-Nujuum. Beliau dapat secara akurat menentukan garis lintang dan bujur.

14

4) Al Farghoni atau Al Fragenius.


2. Ilmu Naqli
a. Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah
al-Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H),
Muhammad binIshak dan lain-lain.
13

Suntiah, R. & M., 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media, p. 116-117.
Suntiah, R. & M., 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media, p. 118.

14

b. Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194- 256
H),Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat
275 H), At-Tarmidzi, dan lain-lain
c. Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum Mutazilah berjasa besar dalam
menciptakanilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha,
Abu Huzail al Allaf,Adh Dhaam, Abu Hasan Asyary, Hujjatul Islam Imam
Ghazali.
d. Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H).
Karangannya

ar-Risalatul

Qusyairiyah,

Syahabuddin

(wafat

632

H).

Karangannya :Awariful Maarif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al


Wajiz dan lain-lain.
Dalam segi ekonomi, Dinasti Abbassiyah memiliki perbendaharaan negara yang
penuh danberlimpah-limpah, uang masuk lebih banyak daripada pengeluaran, karena
para khalifahnya betul-betul telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan
keuangan negara. Dia mencontohkan Khalifah Umar bin Khattab dalam menguatkan Islam.
Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil pula dalam :
1. Pertanian, Khalifah membela dan menghormati kaum tani, bahkan meringankan
pajakhasil bumi mereka, dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali.
2. Perindustrian,

Khalifah

menganjurkan

untuk

beramai-ramai membangun

berbagaiindustri, sehingga terkenallah beberapa kota dan industri-industrinya.


3. Perdagangan, segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan seperti:
-

Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati


kafilahdagang.
-

Membangun armada-armada dagang.

Membangun armada : untuk melindungi parta-partai negara dari serangan


bajaklaut.
Usaha-usaha

tersebut

sangat

besar

pengaruhnya

dalam

meningkatkan

perdagangan dalam dan luar negeri. Akibatnya kafilah-kafilah dagang kaum muslimin
melintasi segala negeri dan kapal-kapal dagangnya mengarungi tujuh lautan.
Bukti jika Dinasti Abbasiyah memiliki peradaban yang tinggi dapat dilihat dari
berbagai peninggalan sejarah yang dapat kita lihat, diantaranya:
1. Istana Qarruzzabad di Baghdad
2. Istana di kota Samarra
3. Bangunan-bangunan sekolah
4. Kuttab
5. Masjid

6. Majlis Muhadharah
7. Darul Hikmah
8. Masjid Raya Kordova (786 M)
9. Masjid Ibnu Taulon di Kairo (876 M)
10. Istana Al Hamra di Kordova, dan lain-lain.
D. Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Faktor-faktor mundurnya Dinasti Abbasiyah diantaranya adalah:
4. Lemahnya khalifah setelah turunnya dinasti Saljuk di Baghdad.
5. Adanya persaingan negara yang ingin menguasai, seperti Syria, Maroko, Mesir,
dan Irak
6. Kemerosotan Ekonomi
7.

Konflik Keagamaan , yang diawali oleh kekecewaan orang Persia,


sehingga memunculkan ajaran Mazuisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme.

15

Pada 656 H / 1258 M, Baghdad diserbu pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu
Khan, yang merupakan cucu Jengis Khan. Dua pasukan Mongol masuk ke Baghdad melalui
jalur barat dan jalur timur, dan perlawanan umat Muslim berhasil dipatahkan. Khalifah alMustashim dibunuh dan digeret dengan kuda.
Kedatangan Hulagu Khan ke Baghdad atas undangan wazir penganut Syiah Ekstrem,
yaitu Al-Aqami al-Rafidy. Hal ini ia lakukan agar ibukota Baghdad bisa dipindah ke tangan
orang-orang Awaliyyin.

16

Kota Baghdad dibakar hingga banyak penduduk yang mati.

Itulah keberakhiran kekuasaan Bani Abbasiyah hingga tahun 1258 M.

15
16

Suntiah, R. & M., 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media, p. 122.
Suntiah, R. & M., 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media, p. 125.

BAB 3
KESIMPULAN
Dinasti Abbasiyah merupakan peradaban dunia Islam setelah Dinasti Ummawiyah.
Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaan nya
berlangsung dari 750-1258 M.
Masa pemerintahan yang panjang tersebut telah mengukir sejarah keemasan (golden
age) dalam peradaban Islam, terutama pada masa pemerintahan Khalifah Al-Makmun.
Ummat Islam benar-benar berada di puncak kejayaan dan memimpin peradaban dunia saat
itu. Berbagai kemajuan dan perkembangan yang berhasil dicapai selama masa
kekuasaan Abbasiyah, antara lain kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan
syariat, pembangunan tempat pendidikan dan tempat peribadatan, kemajuan ilmu
pengetahuan, sains dan teknologi, perkembangan politik, ekonomi dan administrasi. Selain
itu, pada masa Daulah Abbasiyah bermunculan beberapa tokoh Ilmuan Islam. Dalam segi
ekonomi, Dinasti Abbassiyah memiliki perbendaharaan negara yang penuh dan berlimpahlimpah. Baik dari bidang pertanian, perindustrian dan perdagangan.
Faktor-faktor yang menjadi sebab kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah lemahnya
khalifah setelah turunnya dinasti Saljuk di Baghdad, adanya persaingan negara yang ingin
menguasai, seperti Syria, Maroko, Mesir, dan Irak, kemerosotan ekonomi dan konflik
keagamaan. Dengan ketidak seimbangnya kekuasaan dalam negeri maka tibalah
pasukan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, menumbangkan Dinasti Abbasiyah.
Sehingga runtuhlah Dinasti yang telah berkibar selama lima abad.

Daftar Pustaka
Aminah, H., 2016. Sejarah Kedokteran Masa Kemunduran Dinasti Abbasiyah (447 656
H/ 1055 -1258 M), Surabaya: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Surabaya.
Hadi, A. S., 2016. Pemindahan Ibu Kota Daulah Abbasiyah Dari Baghdad ke Samarra oleh
Khalifah Al-Muktasim tahun 836 M, Surabaya: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Surabaya.
Hidayati, T. M., 2015. Peran Keluarga Barmak Dalam Pemerintahan Abbasiyah Pada Masa
Abu Abbas As-Saffah (132- 136h=750-754m) Sampai Harun Ar-Rasyid (170-193h=786809m), Surabaya: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Surabaya.
Mahrous, S., 2015. Kebangkitan Pendidikan Bani Abbasiyah Perspektif Sejarah.
JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1, p. 79.
Murtopo, A., 2014. Politik Pendidikan Pada Masa Daulah Abbasiyah (Kasus Madrasah
Nizhamiyah Di Baghdad). TA'DIB, Volume 19, pp. 313-332.
Nasir, M., 2012. Dakwah Islam Masa Daulah Abbasiyah. Jurnal Komunikasi Islam, Volume
02, pp. 187-207.
Rizania, R., 2012. Bait Al-Hikmah pada Masa Dinasti Abbasiyah, Depok: Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Sulaeman, F., 2016. Peradilan Masa Bani Abasiyah. Jurnal Ilmiah Al-Syirah , Volume 14, p.
2.
Suntiah, R. & M., 2014. Sejarah Peradaban Islam. In: Bandung: Interes Media, p. 99.
Umam, K., 2012. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah (Khalifah
Harun Al-Rasyid dan Al Ma'mun tahun 786-833 M), Surabaya: Fakultas Adab IAIN
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai