SEPTEMBER 2015
NAMA
NIM
: N 111 14 052
PEMBIMBING KLINIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Parotitis epidemika merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh virus dengan predileksi pada jaringan kelenjar dan saraf. Pada abad kelima
sebelum masehi, Hipocrates menggambarkan parotitis epidemika sebagai
penyakit yang ditandai oleh pembengkakan telinga, nyeri dan pembesaran pada
satu atau kedua testis.(1)
Parotitis epidemika dapat ditemukan di seluruh dunia dan menyerang
kedua jenis kelamin secara seimbang terutama menyerang anak berumur 5-10
tahun. Delapan puluh lima persen pada anak-anak yang berumur di bawah 15
tahun.(1) Salah satu virus penyebab parotitis adalah mumps, golongan
paramyxovirus yang terdiri dan satu rangkaian tunggal RNA yang memiliki
kapsul lipoprotein. Komplikasi yang berat meliputi orkitis, pankreatitis,
meningoensefalitis, dan berbagai keterlibatan organ kelenjar lainnya.(2)
Infeksi parotitis epidemika ditandai dengan gejala prodromal berupa
demam, nyeri kepala, nafsu makan menurun selama 3-4 hari, yang diikuti
peradangan kelenjar parotis (parotitis) dalam waktu 48 jam dan dapat
berlangsung selama 7-10 hari. Penularan terjadi 24 jam sebelum sampai 3
hari setelah terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis. Satu minggu setelah
terjadi pembengkakan kelenjar parotis pasien dianggap sudah tidak menular.3
Diagnosis parotitis ditegakkan secara klinis. Deteksi virus atau antibodi
terhadap virus parotitis diperoleh melalui sediaan air seni, saliva, atau cairan
serebrospinal.(2)
Pengobatan bersifat suportif, imunisasi dapat melindungi diri dari
kemungkinan
terjangkit
parotitis.
American
Academy
Of
Pediatric
KASUS
Identitas Pasien :
3
Nama
: An. IM
Umur
: 14 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Tondo
Tanggal Masuk
: 29 Agustus 2015
I.
Anamnesis
Keluhan utama
Riwayat sosio-ekonomi
rumah,
sekolah
maupun
di
Riwayat Imunisasi
II.
: Imunisasi di lupa
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum
: sakit sedang
Berat badan
: 45 kg
Panjang badan
: 165 cm
Status gizi
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Denyut nadi
:
: 80 kali/menit
Pernapasan
: 20 kali/menit
Suhu
: 37,60
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Pemeriksaan Sistemik :
Kulit
: sianosis (-), pucat (-), ikterus (-), turgor baik, efloresensi (-)
Kepala
Leher
: pembesaran getah bening (-), nyeri tekan kelenjar getah bening (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-), T1/T1 tidak hiperemis
Pembesaran kelenjar parotis dextra et sinistra, warna tidak
kemerahan, tidak panas saat diraba, pada kenyal, nyeri tekan (+),
batas tidak terfiksasi.
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
abdomen datar
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
timpani
Genitalia
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Resume:
Pasien anak laki-laki masuk dengan keluhan di leher kanan dan kiri dialami
sejak 5 hari. Bengkan awalnya dari bawah telinga kemudian membesar
sepanjang rahang bawah. Bengkak terasa nyeri semakin terasa saat mengunyah
makanan. Panas (+) 1 minggu, mual (+), muntah (+) 3 kali, penurunan nafsu
makan (+). Pasien juga mengalami bengkak di area testis yang dialami 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Di keluarga juga ada yang mengalami hal yang
sama. TTV: nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, tekanan darah 120/80
mmHg.
Pemeriksaan fisik: leher: Pembesaran kelenjar parotis dextra et sinistra, warna
tidak kemerahan, tidak panas saat diraba, pada kenyal, nyeri tekan (+), batas
tidak terfiksasi
Genital : didapatkan kemerahan atau edema pada testis dan skrotum sebelah
kiri
Hasil lab:
WBC 7,6/mm
3,
Diagnosis kerja
: Parotitis+Orchitis
Terapi
Parasetamol 4 x 1 tab
Follow Up (30 Agustus 2015)
S
: kompos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Pernapasan
Suhu
: 370C
: Parotitis+orchitis
: kompos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Pernapasan
Suhu
: 37,7 0C
: Orchitis+Parotitis epidemika
: kompos mentis
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
Pernapasan
Suhu
: 36,8 0C
: kompos mentis
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
Pernapasan
Suhu
: 36,4 0C
DISKUSI
Kelenjar air liur adalah glandula parotidea, glandula submandibularis,
dan glandula sublingualis. Glandula parotidea merupakan glandula terbesar antara
10
ketiga pasang kelenjar air liur. Kelenjar ini terbungkus dalam selubung parotis
(parotis sheath).
Gambar 1. Kelenjar-kelenjar air liur
Gambar 1.
Glandula parotidea dapat terinfeksi melalui aliran darah, seperti pada
kasus mumps atau gondong. Infeksi glandula parotidea menyebabkan peradangan
atau parotitis dan pembengkakan glandula parotidea. Terjadi rasa sakit yang hebat
karena selubung parotis membatasi pembengkakan.(4)
Parotitis epidemika merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh virus RNA untai tunggal yang termasuk dalam genus Rubulavirus, subfamili
dari paramyxovirinae dan famili paramyxooviridae. Strain virus di seluruh dunia
terdiri dari 10 genotipe dan diberikan nama A-J, berguna untuk penelitian kejadian
ikutan pasca vaksinasi serta menentukan vaksin pada kejadian luar biasa. Strain
virus yang berbeda menunjukkan virulensi yang berbeda. Virus parotitis dapat
ditemukan pada saliva, cairan serebrospinal, urin, darah, jaringan yang terinfeksi
dari penderita parotitis epidemika serta dapat dikultur pada jaringan manusia atau
kera. (4)
Infeksi parotitis epidemika ditandai dengan gejala prodromal berupa
demam, nyeri kepala, nafsu makan menurun selama 3-4 hari, yang diikuti
11
peradangan kelenjar parotis (parotitis) dalam waktu 48 jam dan dapat berlangsung
selama 7-10 hari. Penularan terjadi 24 jam sebelum sampai 3 hari setelah
terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis.3
Pada anak manifestasi prodormal jarang terjadi tetapi mungkin tampak
bersama dengan demam, nyeri otot (terutama pada leher), nyeri kepala, dan
malaise. Awalnya ditandai dengan nyeri dan pembengkakan parotis yang khas,
mula-mula mengisi rongga antara tepi posterior mandibula dan mastoid kemudian
meluas dalam deretan yang melengkung ke bawah dan ke depan, di atas dibatasi
oleh zigoma.3
Pembengkakan terjadi dengan cepat dalam waktu beberapa jam dengan
puncak pada 1-3 hari. Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga ke atas
dan ke luar, dan sudut mandibula tidak lagi dapat dilihat. Pembengkakan
perlahan-lahan menghilang dalam 3-7 hari. Pembengkakan parotis biasanya
disertai dengan demam sedang hingga 40C.3,5
Patofisiologi
12
13
Gambar 2
2. Pemeriksaan Fisik
a. Suhu tubuh meningkat
b. Pembengkakan di daerah temporomandibuler (antara telinga dan
rahang)
c. Nyeri tekan pada kelenjar yang membengkak
d. Tanda meningeal seperti pemeriksaan kaku kuduk, kernigs sign,
brudzinskis sign perlu juga diperiksa karena meningitis terjadi pada
15% dari pasien yang terinfeksi mumps
e. Pada laki-laki yang sudah mengalami pubertas biasanya mengalami
komplikasi seperti orkitis. Orkitis ditandai dengan nyeri testis dan
pembengkakan pada testis dan skrotum. Pada wanita yang telah
mengalami pubertas dapat menjadi ooforitis atau pembengkakan pada
ovarium.
f. Tuli bisa menjadi komplikasi parotitis, jadi dapat diperiksa dengan
menggunakan garpu tala.
3. Pemeriksaan Penunjang
Dalam prakteknya pemeriksaan penunjang tidak banyak dilakukan,
sebab dari anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah terdiagnosis. Namun
jika gejala tidak jelas, maka diagnosis didasarkan pada.1,5
a. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan ini tidak spesifik karena gambarannya seperti infeksi
virus lain. Biasanya menunjukan leukopenia dengan limfositosis
relative.
14
b. Amilase serum
Didapatkan pula kenaikan kadar amilase pada serum yang
mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi
normal kembali dalam dua minggu.
c. Uji serologi
Jika penderita tidak menampakan pembengkakan kelenjar di
bawah telinga namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit
parotitis sehingga meragukan diagnosis maka dilakukan uji serologi
untuk membuktikan antibodi mumps spesifik.
1) Hemagglutination inhibition antibodies (HI)
Uji ini memerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan
onset cepat dan serum yang satunya diambil pada hari ketiga. Jika
perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka
kemungkinannya parotitis.
2) Virus neutralizing antibodies (VN)
Tes ini untuk menentukan imunitas terhadap parotitis
epidemika. Tes ini adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk
menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan mahal.
d. Isolasi virus
Mengisolasi virus dengan membuat biakan virus yang terdapat
dalam saliva, urin, LCS atau darah. Biakan dinyatakan positif bila
terdapat hemadsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan
tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.
15
16
unilateral
jarang
sampai
menyebabkan
infertilitas,
namun
dapat
17
Prognosis secara umum pada parotitis epidemika adalah baik, kecuali pada
keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya ketulian, sterilitas karena atrofi
testis dan sekuele karena meningoensefalitis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi
&pediatrik tropis. Edisi 2. Jakarta: IDAI; 2008. h. 195-202.
2. Ray G. Gondongan. dalam: Harrison: Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam.
Edisi 13. Jakarta: EGC; 2000. h. 935-8.
3. Templer, J. et al. Parotitis. Medscape. 2014 : 1-20
4. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku kuliah: Ilmu kesehatan
anak 2. Jakarta: FK UI; April 2007. h. 629-32.
5. Brooks G F, Butel J S, Morse S A. Jawetz, Melnick & Adelberg:
Mikrobiologi kedokteran. Edisi-23. Jakarta: EGC; 2007; 571-2.
18
19