Anda di halaman 1dari 16

Clinical Report Session

Asma Bronkial

Oleh :
RETNO WIDI ASTUTI
(1110070100029)

Preseptor
Dr. Gustin Sukmarini,Sp.A
Dr. IGM Afridoni Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS BAITURAHMAH


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD SOLOK
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak di
negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma
meningkat pada anak maupun dewasa. Namun, akhir-akhir ini di Amerika
dilaporkan tidak terjadi peningkatan lagi di beberapa negara bagian. Asma
memberi dampak negatif bagi kehidupan pengidapnya, seperti menyebabkan anak
sering tidak masuk sekolah dan membatasi kegiatan olahraga serta aktivitas
seluruh keluarga. Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada
dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi tersebut sangat bervariasi. Terdapat
perbedaan prevalensi antar negara dan bahkan perbedaan juga didapat antar
daerah di dalam suatu negara.
Serangan asma bervariasi mulai dari ringan sampai berat dan mengancam
kehidupan. Berbagai faktor dapat menjadi pencetus timbulnya seranga asma,
antara lain adalah olahraga, alergen, infeksi, perubahan suhu udara yang
mendadak atau pajanan terhadap iritan respiratorik seperti asap rokok dan lainlain. Selain itu, berbagai faktor turut mempengaruhi tinggi rendahnya prevalensi
asma di suatu tempat, misalnya usia, jenis kelamin, ras, sosio-ekonomi, dan faktor
lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi prevalensi asma, derajat
penyakit asma, terjadinya serangn asma, berat ringannya serangan dan kematian
akibat penyakit asma.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi sistem pernapasan


Paru-paru terletak didalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh
struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat
disebut diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paruparu kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama
lain oleh jantung dan pembuluh-pembluh besar serta struktur-struktur lain di
dalam rongga dada. Selaput yang membungkus paru-paru disebut pleura.
Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru.
b. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum
pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paruparu dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat)
yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan
antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga
lobus (gelambir) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah (lobus
medius), dan gelambir bawah (lobus inferior). Sedangkan paru-paru kiri
terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus superior) dan gelambir
bawah (lobus inferior). Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil
bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah
segmen pada lobus superior dan lima buah segmen pada inferior. Paru-paru
kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus
superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada
lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-

belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya
dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf,
dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus,
bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap
duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 0,3
mm.

2. Definisi1
GINA mendifinisikan asma sebagai gangguan inflamasi kronik saluran
nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eusinofil, dan
limfosit T. Pada orang yang rentan, inflamasi ini menyebabkan episode
wheezing berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada
malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan
saluran respiratorik yang luas namun bervariasi, yang paling tidak bersifat
reversible baik secara spontan maupun dengan pengobatan.
3. Epidemiologi2
Berdasarkan laporan Nasional Center for health Statitics atau NCHS
(2003), prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000

anak (jumlah anak 4,2 juta) dan pada dewasa > 18 tahun, 38 per 1000 (jumlah
dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita yang mengalami serangan lebih banyak dari ada
laki-laki. WHO memperkirakan terdapat sekitar 250.000 kematian akibat asma.
Sedangkan berdasarkan laporan NCHS (2000) terdapat 4487 kematian akibat
asma atau 1,6 per 100 ribu populasi.
4. Etiologi1
Belum diketahui pasti. Diperkirakan disebabkan oleh interaksi antara faktor
genetik dan faktor yang didapat berupa infeksi, polusi, dan alergi. Terdapat
banyak etiologi (stimulus, trigger, pencetus yang dapat mencetus serangan akut
asma, antara lain exersice, infeksi virus, asap rokok, debu rumah/tungau, tepung
sari, bulu binatang, makanan/minuman, cuaca, emosi, obat-obatan dan lain lain).
Kebanyakan penderita mengalami serangan akut asma karena terpajan oleh
etiologi :jarang yang hanya mengalami episode karena 1 macam stimulus. Hal ini
sering menyulitkan untuk menetapkan etiologi serangan akut. Kesulitan itu
ditambah lagi karena serangan tidak selalu segara terjadi setelah kontak, kadang
6-9 jam setelah kontak (reaksi asmatik lambat)
5. Faktor Resiko3
Secara umum faktor resiko asma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Faktor genetik
a. Hiperreaktivitas
b. Apoti/alergi bronkus
c. Faktor yang memodifikasi penyakit genetik
d. Jenis kelamin
e. Ras atau etnik
2. Faktor lingkungan
a. Alergen didalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing, jamur)
b. Alergen diluar ruangan (tepung sari)
c. Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang,
makanan laut, susu sapi, telur)
d. Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta blocker
e.
f.
g.
h.
i.

dll)
Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, dll)
Ekspresi emosi berlebihan
Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
Polusi udara diluar dan didalam ruangan
Exersice induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika

melakukan aktifitas tertentu


j. Perubahan cuaca

6. Patofisiologi4

Alegen yang masuk kedalam tubuh merangsang sel plasma menghasilkan IgE
yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel mast. Sel mast ini disebut
sel mas yang tersensitisasi.
Bila alergen yang serupa masuk kedalam tubuh, alergen tersebut akan
menempel ada sel mast yang tersensitasasi yang kemudian mengalami degranulasi
dan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin, leukotrin, pengaktivasi
platelet, bradikinin dan lain-lain. Mediator ini menyebabkan peningkatan
permeabelitas kapiler sehingga timbul edema, peningkatan produksi mukus dan
kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persyarafan simpatis.
7. Klasifikasi2
Sangat sukar membedakan satu jenis asma dengan asma yang lain. Dahulu
dibedakan asma alergik (ekstrinsik) dan non-alergik (intrinsik). Asma alergik
terutama munculnya pada waktu kanak-kanak, mekanisme serangannya
melalui reaksi alergi tipe I terhadap alergen. Sedangkan asma instrinsik tidak
ditemukan tanda-tanda reaksi hipersensitivitas terhadap alergen. Namun
klasifikasi tersebut pada praktekya tidak mudah dan sering pasien mempunyai
kedua sifat alergik dan non-alergik, sehingga Mc Connel dan Holgate

membagi asma menjadi 3 kategori, yaitu : asma ekstrinsik, asma intrinsik, dan
asma yang berkaitan dengan penyakit paru obstruksi kronik.
8. Diagnosis5
Gambaran Klinis5
Keluhan utama penderita asma ialah sesak nafas mendadak, disertai fase
inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti
bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn yang kumat-kumatan.
Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau
berat dan sesak nafas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama
makin meningkat atau tiba-tiba lebih berat.
Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing
tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila
dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernafasan, wheezing akan
terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hampir sesalu
ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin
kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.
a. Anamnesis5,7,9
Ada beberapa hal yang harus ditanyakan pada pasien asma antara lain :
1) Apakah ada batuk berulang terutama pada malam menjelang dini hari?
2) Apakah pasien mengalami mengi atau dada terasa berat atau batuk
setelah terpajan alergen atau polutan?
3) Apakah pada waktu pasien mengalami salesma merasakan sesak didada
dan salesmanya menjadi berkepanjangan (10 hari atau lebih)?
4) Apakah ada mengi atau rasa berat didada atau betuk setelah melakukan
aktivitas atau olah raga?
5) Apakah ada gejala-gejala tersebut diatas berkurang atau hilang setelah
pemberian obat pelega (bronkodilator)?
6) Apakah ada batuk, mengi, sesak didada jika terjadi perubahan
musim/cuaca atau suhu yang ekstrim (tiba-tiba)?
7) Apakah ada penyakit alergi lainnya (rinitis, dermatitis atopi,
konjunctivitis alergi)?
8) Apakah dalam keluarga (kakek/nenek, orangtua, anak saudara kandung,
saudara sepupu) ada yang menderita asma atau alergi?
b. Pemeriksaan Fisik5

Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan asma dapat


ditemukan hal-hal sebagai berikut, sesuai derajat serangan :
Inspeksi : pasien terlihat gelisah, sesak (nafas cuping
hidung, retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi

suprasternal), sianosis.
Palpasi
: biasanya tidak ditemukan kelainan, pada

serangan berat
dapat terjadi pulsus paradoksus
Perkusi
: hipersonor sama kiri dan kanan
Auskultasi : whezing, ronki kasar

c. Pemeriksaan Penunjang5
Pemeriksaan penunjang yang perlu untuk diagnosis asma :
Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosa asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri dilakukan
sebelum dan sesudah

pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau

nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak


lebih dari 20% menunjukkan diagnosa asma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksan spirometri bukan saja
penting untuk mengakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan.
Uji alergi (tes tusuk kulit / skin prick test) untuk menilai ada
tidaknya alergi.
Foto thorax, pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan
penyakit selain asma.
9. Diagnosis Banding2
- Benda asing saluran nafas
- Pembesaran kelenjar limfe
- Tumor
- Bronkhiolitis
10. Penatalaksanaan4
Menurut International Consensus Report on Diagnosis and Treatment of
Asthma, penatalaksanaan asma terdiri dari 6 bagian :
1. Edukasi penderita

2. Menilai dan memonitor beratnya penyakit secra objektif dengan mengukur


fungsi paru
3. Menghindari dan mengendalikan pencetus asma
4. Merencanakan pengobatan jangka panjang untuk pencegahan
5. Merencanakan pengobatan untuk serangan akut
6. Penanganan lanjutan secara teratur
Secara umum terdapat 2 jenis obat dalam penatalaksanaan asma, yaitu
1. Obat pengendali (controller), merupakan profilaksis serangan yng diberikan
tiap hari, ada atau tidak ada serangan gejala. Yang termasuk obat
pengontrol adalah :
a. Kortikosteroid inhalasi, sistematik
b. Sodium kromoglikat
c. Metilsantin
d. Agonis beta 2 kerja lama inhalasi, oral
e. Antihistamin generasi kedua
2. Obat pelega (reliever), adalah obat yang diberikan saat serangan. Termasuk
pelega adalah :
a. Agonis beta 2 kerja singkat
b. Antikoligernik
c. Aminofilin
d. Adrenalin
11. Komplikasi6
1. Emfisema terjadi bila asma sering terjadi dan berlangsung lama
2. Atelektasis terjadi bila sekret banyak dan kental menyumbat bronkus
3. Bronkiektasis bila atelektasis berlangsung lama
4. Bronkopneumonia bila terjadi infeksi saluran nafas
5. Pneumothorax bila ada obstruksi jalan nafas
12. Prognosis
Pada umumnya bila segera ditangani dengan adekuat, prognosa terhadap
adalah baik. Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir
menunjukkan kurang dari 5000kematian setiap tahun dari populasi berisiko yang
berjumlah kira-kira 10 juta. Namun, angka kematian cenderung meningkat di
pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan terbatas. Informasi mengenai perjalanan
klinis asma mengatakan bahwa prognosis baik ditemukan pada 50 sampai 80
persen pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan timbul pada masa
kanak-kanak. Jumlah anak yang menderita asma 7 sampai10 tahun setelah
diagnosis pertama bervariasi dari 26-78 persen, dengan nilai rata-rata 46 persen,
akan tetapi persentase anak yang menderita penyakit yang berat relative rendah

(9-19%). Tidak seperti penyakit saluran nafas yang lain seperti bronchitis kronik,
asma tidak progresif.
13. Pencegahan
1. Mengontrol alergen didalam dan diluar ruangan
a. Debu rumah
- Cuci sarung bantal, guling, sprei selimut dengan air panas (55-60C)
paling lama 1 mingu sekali
- Cuci mainan dengan air panas mainan kain
b. Alergen binatang
- Pindahkan binatang peliharaan dari dalam rumah, atau paling tidak dari
kamar tidur dan ruang utama
Mandikan binatang peliharaan 2 x/minggu
2. Mengontrol polusi udara didalam atau diluar ruangan
- Tidak merokok didalam ruangan
- Hindari aktivitas fisik pada keadaan udara dingin dan kelembaban rendah
3. Mengontrol faktor pencetus lain
Menghindari pemaian obat yang bisa mencetus terjadinya asma
-

14. KESIMPULAN
Asma didefinisikan sebagai wheezing dan atau batuk dengan karakteristik
sebagai berikut : timbul secara episodk dan atau kronis, enderung pada malam
hari, musiaman, adanya factor pencetus diantaranya aktifitas fisik, dan bersifat
reversibel baik secara spontan maupun pengobatan, serta adanya riwayat asma
atau atopi pada pasien atau keluarganya. Serangan asma ditanggulangi dengan
pemberian bronkodilator, baik secara oral, parental, maupun inhalasi.
Tatalaksana asma diluar serangan dapat dilakukan dengan menghindari faktor
pencetus asma serta penggunaan obat pengendalian. Diharapkan dengan
dilakukannya tatalaksana asma jangka panjang dapat mengurangi terjadinya
serangan asma, sehingga dapat meningkatka quality of life dari penderita asma.
15. SARAN
1. Perlunya pemahaman mengenai gejala klinis dan kriteria diagnosa agar
tidak terjadi kesalahan dan penegakan diagnosa sehingga penanganannya
menjadi lebih cepat dan adekuat.
2. Perlunya pemahaman mengenai penatalaksanaan asma pada saat serangan
dan tidak serangan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Perlunya informasi mengenai asma kepada masyarakat.

10

BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama
MR
Tanggal masuk
Umur
Jenis kelamin
Anak ke
Suku bangsa
Alamat

: Nana
: 026539
: 3 Agustus 2015
: 9 tahun
: Wanita
:1
: Minang
: KTK, solok

Alloanamnesis oleh ibu kandung


Seorang pasien perempuan berumur 8 tahun dirawat di bangsal anak
RSUD Solok dengan :
Keluhan utama:
Sesak napas sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, sesaknya menciut, dipengaruhi cuaca,

aktifitas,emosi dan makanan.


Batuk kering sejak 1 hari yang lalu.
Nyeri dada sejak 1 hari yang lalu.

11

Demam sejak 1 hari yang lalu, tidak tinggi, hilang timbul, tidak mengigil

dan tidak berkeringat.


Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama tidak ada.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah sesak pertama kali pada umur 5 tahun.
Riwayat pengobatan
Di IGD anak telah dilakukan pemberian obat hirup ventolin 3x anak masih
tampak sesak kemudian dianjurkan untuk dirawat.
Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga juga menderita penyakit yang sama yaitu nenek dan ibu
kandung pasien.
Riwayat pekerjaan, sosek, kejiwaan dan kebiasaan
-

Pasien anak pertama, lahir secara spontan di bidan, cukup bulan, berat
badan lahir 3.000 gram, panjang badan lahir 47 cm, langsung menangis.

Riwayat imunisasi dasar lengkap menurut umur

Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia

Higien dan sanitasi lingkungan baik

Riwayat makanan dan minuman : ASI (0-2tahun), PASI (2 tahun), bubur

susu (sejak 6 bulan, 3 x sehari).


Kesan : kualitas dan kuantitas cukup
Rumah permanen, sumber air minum air sumur, jamban di dalam rumah.

Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital:
Keadaan umum
: sakit sedang
Kesadaran
: composmentis cooperatif
Tekanan darah
: 110/90 mmHg
Frekuensi nadi
: 92 x/menit
Frekuensi nafas
: 48 x/menit
Suhu
: 37,9 C
Berat Badan
: 25 kg
Tinggi badan
: 136 cm
Status gizi
: Kesan : gizi baik
Pemeriksaan fisik :
Kulit
: teraba hangat
Kepala
: normochepal, simetris, warna rambut hitam dan tidak mudah di
rontok
Mata

: konjungtiva anemis (-), sclera ikterik(-), refleks cahaya +/+

ukuran pupil 2 mm
Telinga: nyeri aurikuler(-)

12

Hidung
: nafas cuping hidung ada
Mulut
: mukosa mulut dan bibir basah
Ternggorok : pembesaran tonsil(-), faring tidak hiperemis
Leher
: JVP 5-2 cmH2O
Paru
Inspeksi
: simetris kiri dan kanan
Palpasi
: fremitus normal kiri=kanan
Perkusi
: sonor sama kiri dan kanan
Auskultasi
:suara nafas bronkovesikuler, ronkhi kasar

(+/

+), wheezing (+/+)


Jantung
Inspeksi
: iktus cordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus cordis teraba 1 jari medial linea mid clavikula
sinistra RIC V
Perkusi
: batas jantung sukar dinilai
Auskultasi
: irama teratur, bising -/Abdomen
Inspeksi
: tidak tampak membuncit
Palpasi
: nyeri tekan(-), nyeri lepas(-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat,perfusi baik,refleks fisiologis +/+,refleks patologis-/Pemeriksaan Laboratorium
Darah
:
Hb
: 12,0 g/dl
Leukosit
: 7.500 / mm3
Trombosit
: 301.000 mm3
Hematokrit : 41 %
Hitung jenis :
- Basil
: 0%
- Eusinofil
: 12%
- N. Batang
: 1%
- N. Segmen : 48%
- Lumfosit
: 25%
- Monosit
: 14%

(0-1)
(1-3)
(2-6)
(50-70)
(20-40)
(2-8)

Diagnosis Kerja : Asma bronkial


Diagnosis Banding :
Benda asing saluran nafas.
Pembesaran kelenjar limfe.
Bronkhiolits.
Tumor.

13

Terapi :
- Oksigen nasal 2L/menit
- IVFD KA-EN 1B 105cc/kgBB/hari ( 14 tetes/menit makro)
- Nebulizer combiven per 2 jam
- Dexametason 3x0,5mg IV
- Aminofilin 3X50mg IV
- Amoxisilin 3x200mg IV
- Ambroxol 3x5 mg syr
Rencana tindakan selanjutnya
Spirometri
Pemeriksaan Rontgen toraks AP

BAB IV
DISKUSI KASUS
Telah dilaporkan seorang pasien anak perempuan umur 8 tahun dengan
diagnosis

Asmabronkial.

Diagnosis

ditegakkan

berdasarkan

anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.


Dari anamnesis didapat Sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, sesaknya
menciut, dipengaruhi cuaca, aktifitas,emosi dan makanan, batuk kering sejak 1
hari yang lalu, nyeri dada sejak 1 hari yang lalu dan demam sejak 1 hari yang lalu,
tidak tinggi, hilang timbul, tidak mengigil dan tidak berkeringat. Dari anamnesa
yang dilakukan sesuai dengan teori.
Pada pemeriksaan fisik sesuai dengan teori yang didapat takipneu dengan
frekunsi 48x/menit dan anak tampak gelisah. Ditemukan napas cuping hidung,
retraksi epigastrium dan intercostal merupakan tanda dari suatu distress
pernapasan. Pada auskultasi paru didapat wheezing dan ronkhi kasar.

14

Pada pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan pemeriksan hitung jenis


leukosit di dapatkan hitung jenis basil : 0%, Eusinofil : 12%, N. Batang : 1%, N.
Segmen : 48%, Limfosit : 25%, Monosit : 14%.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada dengan teori pasien ini diberikan O2
2L/menit, IVFD KA-EN 1B 105cc/kgBB/hari ( 14 tetes/menit makro), Nebulizer
combiven per 2 jam, Dexametason 3x5 mg IV, Aminofilin 3x50 IV, Amoxisilin
3x10mg IV, Ambroxol 3x5 mg (p.o). Penatalaksanaan diberikan untuk menurangi
sesak nafas serta bunyi wheezing yang terdengar pada pasien. Selain itu keluarga
dan pasien diberi edukasi agar pasien mendapatkan istirahat yang cukup, tidak
terkontak dengan alergen dan minum obat teratur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Global Initial for Asthma. Global Strategi for Asthma Management and
Prevention. National Institute of Health. National Heart, lung, and Blood
Institute: NIH publ. No. 02-3659, 2005.
2. Kartasasmita CB. Epidemiologi Asma Anak. dalam: Rahajoe NN,
Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak.
Edisi kedua. Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2010. h71-83.
3. Nelson Textbook of Pediatrics : Childhood Ashtma. Elsevier Scince
(USA);2003.
4. UKK Pulmonologi PP IDAI. 2004. Pedoman Nasional Asma Anak,
Jakarta.
5. Direktoral Jenderal PPM & PLP, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan
RI ; 2009 ; 5-11
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Asma : Dalam Buku Kuliah
Ilmu Kesehatan Anak 3.
7. Nelson.1988.Ilmu Kesehatan Anak Bagian 1 edisi 12. Jakarta:EGC

15

8. Markum,AH.1991.

Buku

Ajar

Ilmu

Kesehatan

Anak

Jilid

1.Jakarta:FKUI
9. Masjoer, Arif dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3.
Jakarta:FKUI
10. Guyton and Hall.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC

16

Anda mungkin juga menyukai