Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT CIHIDEUNG

A.

Pertambangan Emas
Indonesia berada pada tiga lempeng benua, terdiri dari Indo-Australia,

Pasifik dan Eurasia serta dikelilingi pegunungan berapi yang masih aktif. Interaksi
antar lempeng sering mengakibatkan gempa bumi. Aktivitas geologi tersebut
memunculkan mineral-mireral yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan, salah
saru mineral yang dibutuhkan tersebut adalah emas.
Sejak penjajahan Belanda, pemerintah kolonial telah mengeksploitasi
tambang emas diantaranya Rejang Lebong, Bengkulu, Cikotok dan daerah
lainnya. Berkembangnya tambang-tambang yang dieksploitasi oleh kolonial,
berkembang

juga pertambangan

emas

yang

diolah

masyarakat

sekitar

pertambangan atau sering disebut dengan pertambangan tradisional.


1.
a.

Faktor-Faktor yang Mendukung Suatu Wilayah


Kandungan Emas
Keadaan Geologi yang Mengandung Mineral Emas

Mempunyai

Emas relatif langka di bumi, namun emas terdapat dalam berbagai macam
batu dan di banyak lingkungan geologi yang berbeda. Meskipun langka, emas
dipekatkan dengan proses geologi untuk membentuk deposito komersial dua jenis
utama: lapisan (primer) deposito dan (sekunder) placer deposito.

Lode deposito adalah target untuk "hardrock" prospektor mencari emas di


lokasi deposisi dari solusi mineralizing. Ahli geologi telah mengusulkan berbagai
hipotesis untuk menjelaskan sumber solusi dari mana konstituen mineral
diendapkan di deposito lapisan.
Satu hipotesis diterima secara luas mengusulkan bahwa deposito emas,
terutama yang ditemukan di batuan vulkanik dan sedimen, terbentuk dari sirkulasi
air tanah didorong oleh panas dari tubuh magma (batuan cair) diterobos ke dalam
kerak bumi dalam waktu sekitar 2 sampai 5 mil dari permukaan. Sistem panas
bumi aktif, yang dieksploitasi dalam bagian Amerika Serikat untuk air panas alam
dan uap air, memberikan sebuah analog modern untuk ini emas-deposito sistem.
Sebagian besar air dalam sistem panas bumi berasal sebagai curah hujan, yang
bergerak ke bawah melalui patah tulang dan tempat tidur permeabel di bagian
pendingin kerak dan ditarik lateral ke daerah dipanaskan oleh magma, di mana ia
didorong ke atas melalui patah tulang. Seperti air dipanaskan, larut logam dari
batuan sekitarnya. Ketika air dipanaskan batu mencapai lebih dingin di kedalaman
dangkal, endapan mineral logam untuk membentuk vena atau selimut-seperti bijih
tubuh.
Hipotesis

lain

menunjukkan

bahwa

emas-bantalan

solusi

dapat

dikeluarkan dari magma karena cools, menyebabkan bahan bijih ketika mereka
pindah ke batu di sekitarnya lebih dingin. Hipotesis ini diterapkan terutama untuk
deposito emas yang terletak di atau dekat massa batuan granit, yang mewakili
dipadatkan magma.

10

Sebuah hipotesis ketiga diterapkan terutama untuk emas-bantalan


pembuluh darah di batuan metamorf yang terjadi di sabuk gunung di margin
kontinental. Dalam proses pembentukan gunung, batuan sedimen dan vulkanik
mungkin terkubur atau dorong bawah tepi benua, di mana mereka mengalami
suhu tinggi dan tekanan yang dihasilkan dalam reaksi kimia yang mengubah batu
untuk kumpulan mineral baru (metamorfisme). Hipotesis ini menunjukkan bahwa
air dikeluarkan dari batu dan bermigrasi ke atas, menyebabkan bahan bijih sebagai
tekanan dan penurunan suhu. Bijih logam yang diperkirakan berasal dari batuan
menjalani metamorfisme aktif.
Kekhawatiran utama dari prospektor atau penambang yang tertarik dalam
deposit lapisan emas adalah untuk menentukan kadar emas rata-rata (tenor) per
ton batuan termineralisasi dan ukuran deposit. Dari data ini, dapat dibuat estimasi
nilai deposit itu. Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk
menentukan kadar emas dan perak batuan mineralisasi adalah tes api. Hasilnya
dilaporkan sebagai troy ons emas atau perak atau keduanya per ton bijih
avoirdupois singkat atau sebagai gram per metrik ton bijih.
Deposito placer mewakili konsentrasi emas yang berasal dari deposito
lapisan oleh erosi, disintegrasi atau dekomposisi batu melampirkan, dan
konsentrasi berikutnya oleh gravitasi.
Emas sangat tahan terhadap cuaca dan ketika dibebaskan dari
melampirkan batu, dibawa hilir sebagai partikel logam yang terdiri dari "debu,"
serpih, butir, atau nugget. Partikel emas dalam deposito aliran sering
terkonsentrasi pada atau dekat batuan dasar, karena mereka bergerak ke bawah air

11

selama-periode ketika beban seluruh tempat tidur pasir, kerikil, dan batu-batu
yang gelisah dan bergerak hilir. Partikel emas halus mengumpulkan pada
cekungan atau di saku di pasir dan kerikil bar mana slackens sungai saat ini.
Konsentrasi emas dalam kerikil disebut "membayar coretan."
Emas-bantalan negara, prospectors mencari emas di mana pasir kasar dan
kerikil telah mengumpulkan dan dimana "pasir hitam" telah terkonsentrasi dan
diselesaikan dengan emas. Magnetit adalah mineral yang paling umum di pasir
hitam, tetapi mineral berat lainnya seperti cassiterite, monazit, ilmenit, kromit,
platinum kelompok logam, dan beberapa batu permata dapat hadir.
Placer deposit telah terbentuk dengan cara yang sama sepanjang sejarah
Bumi. Proses pelapukan dan erosi membuat deposito placer permukaan yang
mungkin terkubur di bawah puing-puing batu. Meskipun "fosil" placers yang
kemudian disemen ke bebatuan keras, bentuk dan karakteristik saluran sungai
lama masih dikenali.
Isi dari emas gratis dipulihkan dalam deposito placer ditentukan dengan
metode uji emas bebas, yang melibatkan penggabungan dari emas-bantalan
berkonsentrasi dikumpulkan oleh pengerukan, pertambangan hidrolik, atau
operasi placer lain pertambangan. Dalam periode ketika harga emas tetap, praktek
umum adalah untuk melaporkan hasil uji sebagai nilai emas (dalam sen atau
dolar) yang terkandung dalam meter kubik material. Sekarang hasil dilaporkan
sebagai gram per meter kubik atau gram per meter kubik.
Geolog memeriksa semua faktor mengendalikan asal dan emplasemen dari
deposit mineral, termasuk yang mengandung emas. Batuan beku dan metamorf

12

yang dipelajari di lapangan dan di laboratorium untuk memperoleh pemahaman


tentang bagaimana mereka datang ke lokasi mereka, bagaimana mereka
mengkristal untuk batuan padat, dan bagaimana solusi bantalan mineral terbentuk
dalam diri mereka Studi struktur batuan, seperti lipatan, kesalahan, patah tulang,
dan sendi, dan efek dari panas dan tekanan pada batuan menunjukkan mengapa
dan di mana patah tulang terjadi dan di mana vena mungkin ditemukan. Studi
proses pelapukan dan transportasi dari puing-puing batuan dengan air
memungkinkan ahli geologi untuk memprediksi tempat yang paling mungkin
untuk deposito placer terbentuk. Terjadinya emas tidak berubah-ubah;
kehadirannya di berbagai batuan dan kejadian di bawah kondisi lingkungan
berbeda mengikuti hukum alam. Sebagai ahli geologi meningkatkan pengetahuan
mereka tentang proses mineralizing, mereka meningkatkan kemampuan mereka
untuk menemukan emas.
b.

Proses Pengolahan Emas


Proses pengolahan emas meliputi sianidasi, flotasi, gravitasi dan amalgam.

Secara umum, sianida mempunyai dua teknik pengolah, yaitu tank leaching dan
heap leaching.
1)

Sianidasi
Sianidasi adalah metode standar yang dipakai secara luas di seluruh dunia.

Sianidasi adalah proses pelarutan selektif oleh sianida dimana hanya logam-logam
tertentu yang dapat larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co dan lain-lain.
Proses

Sianidasi

terdiri

dari

dua

tahap

penting,

yaitu

proses

pelarutan/pelindian (leaching) dan proses pemisahan emas (recovery) dari larutan

13

kaya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah Sodium
Cyanide (NaCN), Potassium Cyanide (KCN), Calcium Cyanide [Ca(CN)2], atau
Ammonium Cyanide (NH4CN). Pelarut yang paling sering digunakan adalah
NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Pada
tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya dilakukan dengan
pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation).
Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk
larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk Zn yang ditambahkan
kedalam larutan akan mengendapkan logam emas dan perak. Prinsip pengendapan
ini mendasarkan deret Clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan
aktivitas elektro kimia dari logam-logam dalam larutan cyanide, yaitu Mg, Al, Zn,
Cu, Au, Ag, Hg, Pb, Fe, Pt. setiap logam yang berada disebelah kiri dari ikatan
kompleks sianidanya dapat mengendapkan logam yang digantikannya. Jadi
sebenarnya tidak hanya Zn yang dapat mendesak Au dan Ag, tetapi Cu maupun
Al dapat juga dipakai, tetapi karena harganya lebih mahal maka lebih baik
menggunakan Zn. Proses pengambilan emas-perak dari larutan kaya dengan
menggunakan serbuk Zn ini disebut Proses Merill Crowe.
a)

Heap leaching (pelindian tumpukan)


Pelindian emas dengan cara menyiramkan larutan sianida pada tumpukan

bijih emas (diameter bijih <10 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur. Air
lindian yang mengalir di dasar tumpukkan yang kedap kemudian di kumpulkan
untuk kemudian dilakukan proses berikutnya. Efektifitas ekstraksi emas berkisar
35 65 %.

14

b)

VAT leaching (pelindian rendaman)


Pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam bijih emas

(diameter bijih < 5 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan larutan
sianida pada bak kedap. Air lindianyang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk
dilakukan proses berikutnya. Proses pelindian berlangsung antara 3 7 hari dan
setelah itu tangki dikosongkan untuk pengolahan bijih yang baru. Efektifitas
ekstraksi emas berkisar 40 70%.
2)

Flotasi
Proses ini menghasilakan konsentrat logam dari bijih yang ditambang

dengan memisahkan mineral berharga dari pengotor yang menutupinya. Langkah


utamanya adalah penghancuran, penggilingan, pengapungan, dan pengeringan.
Penghancuran dan penggilingan mengubah besaran bijih menjadi ukuran halus
dengan tujuan membebaskan butiran yang mengandung logam untuk proses
pemisahan dan penyiapan ukuran yang sesuai ke proses selanjutnya. Pengapungan
(flotasi) yaitu prose pemisahan yang digunakan untuk menghasilkan konsentrat
logam dengan cara mengapungkan bijih ke permukaan melalui pengikatan dengan
buih dengan menggunakan bahan kimia tertentu dan udara. Selain pemisahan bijih
emas, proses ini banyak dipakai untuk beberapa bijih seperti Cu, Pb, Zn, Ag, dan
Ni.
Teknik pengerjaannya dilakukan dengan cara menghembuskan udara ke
dalam butiran mineral halus yang dicampur dengan air dan zat pembuih. Butiran
mineral halus akan terbawa gelembung udara ke permukaan, sehingga terpisahkan
dengan materi pengotor (gangue) yang tinggal dalam air (tertinggal pada bagian

15

bawah tank penampung). Pengikatan butiran bijih akan semakin efektif apabila
ditambahkan suatu zat collector. Prinsip dasar pengikatan butiran bijih oleh
gelembung udara berbuih melalui molekul collector adalah :
1)

Butiran zat yang mempunyai permukaan hidrofilik akan terikat air sehingga
akan tinggal pada dasar tank penampung.

2)

Butiran zat yang mempunyai permukaan non-polar atau hidrofob akan ditolak
air, jika ukuran butirannya tidak besar, maka akan naik ke permukaan dan
terikat gelembung udara.
Kebanyakan mineral terdiri dari ion yang mempunyai permukaan hidrofil,

sehinga partikel tersebut dapat diikat air. Dengan penambahan zat collector,
permukaan mineral yang terikat molekul air akan terlepas dan akan berubah
menjadi hidrofob. Dengan demikian ujung molekul hidrofob dari collector akan
terikat molekul hidrofob dari gelembung, sehingga mineral (bijih) dapat
diapungkan. Molekul collector mempunyai struktur yang mirip dengan detergen.
Mineral berharga yang terkumpul dalam palung tersebut adalah konsentrat.
Konsentrat (dalam bentuk slurry, 65% padat menurut berat) ini dikeringkan
sampai kandungan airnya mencapai 9% kemudian dikirim ke fasilitas peleburan,
untuk pemisahan dan pemurnian masing-masing logam dasarnya.
3)

Konsentrasi Gravitasi
Konsentrasi grafitasi merupakan proses pemisahan emas dari batuan

karena berat jenis, emas mempunyai berat jenis 19,3 ton/m3 sedangkan batuan
memiliki berat jenis lebih kecil. Peralatan konsentrasi yang menggunakan prinsip
gravitasi yang umum digunakan pada pertambangan emas skala kecil antara lain

16

adalah dulang (panning), adalah alat konsentrat emas yang menggunakan prinisp
gravitasi paling sederhana. Peralatan ini dapat bekerja ketika kandungan emas
dalam keadaan bentuk elemen bebas dan placer deposit. Selain dulang, alat yang
digunakan dalam pengolahan emas dengan menggunakan konsentrasi gravitasi
adalah Palong (Sluice Box), Spiral Concentrator, Meja goyang (shaking
table), dan Jigs. Palong (Sluice Box) lebih banyak digunakan karena mempunyai
effisiensi yang sama dengan peralatan konsentrasi yang lain namun mempunyai
konstruksi yang lebih sedarhana daripada spiral konsentrator, meja goyang dan
jig, serta dapat memproses lebih banyak bijih per hari daripada dulang. Spiral
Concentrator mampu memisahkan logam berat pada kisaran ukuran 3 mm hingga
75 micron (6 - 200 mesh). Meja goyang (shaking table) efektif memisahkan emas
dari batuan oxydis pada 200 micron, batuan sulfidis 400 micron, dan silika 1.000
micron. Jigs, merupakan alternatif konsentrator yang mudah dioperasionalkan,
Secara umum dapat berjalan efektif pada ukuran terbesar 2 cm dan yang terkecil
10 mesh. Konsentrasi gravitasi kaddang kala menggunakan aur raksa untuk
mengikat emas membentuk amalgam agar lebih mudah memisahkan dari
kotorannya.
4)

Amalgamasi
Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampur

bijih emas dengan merkuri (Hg). Produk yang terbentuk adalah ikatan antara
emas-perak dan merkuri yang dikenal sebagai amalgam (Au Hg). Merkuri akan
membentuk amalgam dengan semua logam kecuali besi dan platina. Amalgam
dapat terurai dengan pemasanasn dalam sebuah retort, air raksa akan menguap

17

dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut dan dapat
dipergunakan kembali. Semetara emas dan perak tetap tertinggal dalam retort
sebagai logam.
Selain distilasi (retort), metode lain juga dipakai dalam pemisahan air
raksa dari amalgam yaitu dengan menggunakan asam nitrat dan dengan
menggunakan perpindahan ion logam yang mempunyai potential electrode lebih
negatif dari air raksa.
c.

Kadar Emas
Emas batangan biasanya berkadar 24 karat (99,99%), sedangkan perhiasan

emas umumnya berkadar dibawah 24 karat, 22 karat, 18 karat tergantung


kemampuan daya beli masyarakat. Selain itu karat yang lebih rendah daripada
emas murni 24 adalah agar perhiasan tidak terlalu lembek dan tidak mudah rusak
atau patah. Emas 22 karat artinya mempunyai kadar: 22/24 x 100% = 91,66%.
Emas 18 karat mempunyai kadar: 18/24 x 100% = 75%.
B.

Penggolongan Bahan Galian


Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-

bahan Galian, mengemukakan dasar penggolongan bahan-bahan galian :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara


Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genese)
Penggunaan bahan galian bagi industri
Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak
Pemberian kesempatan pengembangan pengusahaan
Penyebaran pembangunan di Daerah
Bahan galian industri sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia

sehari-hari, bahkan bisa dikatakan manusia hidup tidak bisa lepas dari bahan
galian industri. Hampir semua peralatan rumah tangga, bangunan fisik, obat,

18

kosmetik, alat tulis, barang pecah belah sampai kreasi seni terbuat dari hasil
olahan bahan galian industri melalui rekayasa teknik.
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahanbahan Galian, membagi bahan galian menjadi tiga golongan, yaitu golongan A
(bahan galian trategis), golongan B (bahan galian vital), dan golongan C (bahan
galian yang tidak termasuk golongan A ataupun B). Golongan bahan galian A
(strategis), adalah bahan galian tersebut merupakan aset strategis untuk
pertahanan dan keamanan serta perekonomian dan negara. Golongan bahan galian
B (vital), adalah bahan galian yang vital dimana bahan galian tersebut dapat
menjamin hajat hidup orang banyak. Golongan bahan galian C, dapat diartikan
bahan galian yang tidak termasuk bahan galian Strategis dan Vital karena sifatnya
tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional.
C.

Usaha Pertambangan
Usaha pertambangan merupakan semua usaha perorangan atau atau badan

usaha atau badan usaha mengambil barang tambang untuk dimanfaatka demi
kepentingan manusia.

Usaha pertambangan yang dimaksud dalam Undang-

Undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara meliputi
kegiatan:
1.

2.

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka


penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

19

3.

4.

5.

6.

Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin untuk
melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat
dengan luas wilayah dan investasi terbatas.
Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh
informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan
mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan
dan pemurnian sampai tempat penyerahan.
Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil
pertambangan mineral atau batubara.

D.

Kesejahteraan Hidup

1.

Pengertian Kesejahteraan
Setiap keluarga pasti mendambakan kehidupan yang sejahtera baik secara

materi maupun nonmateri. Karena dengan tercapainya hidup sejahtera maka


ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup akan tercapai pula.
Pengertian kesejahteraan menurut Undang-Undang nomor 11 tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Menurut Soemitro (2002:27) dalam pengklasifikasian kesejahteraan
keluarga, yang dimaksud dengan keluarga pra-sejahtera ditunjukan dengan
ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum seperti
kebutuhan menjalankan perintah agama (tidak dapat melakukan sembahyang
sesuai dengan perintah agama masing-masing), makan (minum dua kali makan
per hari), pakaian lebih dari satu pasang pakaian), dan perumahan (porsi yang
lebih besar dari lantai bukan terdiri dari tanah), kesehatan dan keluarha berencana
(dibawa kepusat kesehatan jika sakit). Sementara untuk keluarga sejahtera tahap-I

20

adalah keluarga yang memenuhi kebutuhan fisik minimum mereka, tetapi belum
memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis seperti interaksi keluarga, interaksi
bertetangga dan pekerjaan-pekerjaan yang menentukan setandar kehidupan yang
baik. Keluarga sejahtera tahap-II adalah keluarga yang memenuhi kebutuhan fisik
minimum mereka, serta memenuhi kebutuhan sosial dan psikologisnya.
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian
sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan,
kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti
lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Walaupun sulit diberi pengertian,
namun kesejahteraan memiliki beberapa kata kunci yaitu terpenuhi kebutuhan
dasar, makmur, dan sehat, Untuk mencapai kesejahteraan itu manusia melakukan
berbagai macam usaha, misalnya di bidang pertanian, perdagangan, pendidikan,
dan lain-lain.
2.

Indikator Kesejahteraan

a.

Tingkat Kesejahteraan Menurut


Berencana Nasional (BKKBN)

Badan

Koordinasi

Keluarga

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Badan Pemberdayaan


Masyarakat Daerah Provinsi Jawa Barat, 2003:18) mengelompokan keluarga
berdasarkan tahapan pencapaian tingkatan kesejahteraannya menjadi lima, yaitu :
1) Keluarga Pra Sejahtera, yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal seperti kebutuhan akan
pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan.
2) Keluarga Sejahtera Tahap I, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi
seluruh kebutuhan sosial psikologisnya (socio psycologycal need) seperti

21

kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga,


interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3) Keluarga Sejahtera Tahap II, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan
psikologinya, akan tetapi belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan
perkembangannya (development need) seperti kebutuhan untuk menabung
dan memperoleh informasi.
4) Keluarga Sejahtera Tahap III, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya juga telah memenuhi kebutuhan psikologisnya dan
kebutuhan perkembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan
(kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (waktu
tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk
kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan aktif dengan menjadi
pengurus lembaga kemasyarakatan, atau yayasan sosial keagamaan, kesenian,
olah raga, pendidikan dan sebagainya.
5) Keluarga Sejahtera III Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya dan kebutuhan pengembangan serta telah dapat pula
memberikan sumbangan atau kontribusi yang nyata dan berkelanjutan bagi
masyarakat.
Secara umum untuk menentukan setatus keluarga sejahtera digunakan 23
indikator yang dibagi menjadi lima tahapan keluarga sejahtera, yaitu :
1) Keluarga Pra Sejahtera (Pra S)
Belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera (KS
I).
2) Keluarga Sejahtera I (KS I)
a) Melaksanakan ibadah
b) Makan dua kali sehari atau lebih
c) Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas
d) Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah
e) Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan
3) Keluarga Sejahtera II (KS II)
a) Ibadah teratur
b) Daging atau ikan atau telur satu kali seminggu
c) Satu stel pakaian baru pertahun
d) Luas lantai kurang dari 8 meter per jiwa
e) Sehat tiga bulan terakhir
f) Punya penghasilan tetap
g) Usia 10-60 bisa baca tulis huruf latin
h) Usia 7-15 tahun bersekolah
i) Anak kurang dari dua ber KB
4) Keluarga Sejahtera III (KS III)
a) Meningkatkan pengetahuan agama

22

b) Sebagian penghasilan ditabung


c) Makan bersamaan dimanfaatkan untuk berkomunikasi
d) Ikut kegiatan masyarakat dilingkungan tempat tinggal
e) Rekreasi bersama minimal satu kali dalam enam bulan
f) Memperoleh informasi
g) Mampu menggunakan sarana transportasi
5) Keluarga Sejahtera III Plus
a) Secara sukarela memberikan sumbangan secara teratur
b) Aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yayasan atau institusi
b. Tingkat Kesejahteraan Menurut Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik (BPS) (2010), mengkategorikan indikator pengukur
tingkat kesejahteraan pada masyarakat berdasarkan kependudukan, kesehatan dan
gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, pola konsumsi, perumahan dan lingkungan,
serta indikator sosialnya.
1) Kependudukan
Kependudukan menupakan salah satu faktor dominan dalam proses
pembangunan, karena dengan kemampuannya dapat mengelola sumber daya alam
untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi diri maupun keluarganya secara
berkelanjutan. Masalah kependudukan antara lain meliputi jumlah penduduk dan
laju pertumbuhan penduduk, persebaran dan kepadatan penduduk, angka beban
ketergantungan, umur perkawinan utama. Jumlah penduduk yang besar dapat
menjadi potensi yang besar, tetapi dapat menjadi beban ketika tidak dibarengi
dengan kualitas pada penduduk. Oleh sebab itu, untuk menunjang keberhasilan
pembangunan nasional dalam penanganan masalah kependudukan, pemerintah
tidak saja mengarahkan pada uapaya pengendalian jumlah penduduk, tetapi juga
menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusianya. Disamping
itu, program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus mendapat
prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.

23

2) Kesehatan dan Gizi


Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan
penduduk dalam hal kualitas fisik indikator tersebut meliputi angka kematian bayi
dan angka harapan hidup yang menjadi indikator utama. Sementara untuk melihat
gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan setatus kesehatan masyarakat
dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan
jenis pengobatan yang dilakukan. Selain idikator kesehatan yang disebutkan
diatas, kesehatan juga dapat diukur dengan derajat dan kesehatan penduduk,
pemberian ASI dan imunisasi, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan.
Untuk meningkatakan kualitas fisik penduduk tersebut pemerintah
melakukan berbagai upaya yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
penduduk dan memelihara mutu pelayanan kesehatan yang sudah ada serta
meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kesejahteraan seperti
pembangunan puskesmas, posyandu, dan rumah sakit, penyediaan obat yang
terjangkau oleh masyarakat, dan pendistribusian tenaga kesehatan hingga ke
pelosok daerah.
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia tergantung pada
kualitas pendidikan. Pemerataan pendidikan diupayakan melalui penyediaan
saran. Kualitas pendidikan adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermurtu
dan handal sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan efisiensi pengelolaan

24

pendidikan dimaksudkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara berdaya guna


dan berhasil guna.
Tingkat

pencapaian

program

pembangunan

pendidikan

dalam

meningkatkan taraf pendidikan masyarakat secara umum biasa diukur melalui


perubahan dan perkembangan tingkat pendidikan masyarakat yang berhasil
dicapai masyarakat pada periode waktu tertentu. Hasil perkembangan tingkat
pendidikan masyarakat yang berhasil dicapai masyarakat pada periode waktu
tertentu. Hasil pembangunan pendidikan masyarakat dapat dilihat melalui
beberapa indikator output pendidikan, antara lain Angka Melek Huruf (AMH),
Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka partisipasi Murni (APM), rata-rata lama
sekolah, angka putus sekolah, serta rasio murid guru.
Pemerintah melakukan beberapa kegiatan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan

dalam

upaya

peningkata

kesejahteraan,

misalnya

dengan

mengembangakan akses terhadap pendidkan anak usia dini, meningkatkan sarana


dan prasarana pendidikan, memperbaiki kurikulum, serta meningkatkan kualitas,
kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik. Bahkan, sejak tahun 1994
pemerintah juga telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun.
4) Ketenagakerjaan
Salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian pemerintah
daerah adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha yang layak. Tantangan ini
mencakup dua aspek sekaligus. Penciptaan lapangan keija yang baru bagi
angkatan kerja yang belum bekerja, dan peningkatan produktivitas kerja bagi

25

mereka yang sudah bekerja sehingga memperoleh imbalan kerja yang memadai
untuk dapat hidup secara layak.
Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting yang menunjukan
kesejahteraan masyarakat, dimana tolak ukur keberhasilan pembangunan
ketenagakerjaan diantaranya adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), lapangan kerja dan status pekerjaan, dan
jam kerja. TPAK menggambarkan persentase angkatan kerja terhadap penduduk
usia kerja, sedangkan TPT menggambarkan persentase penduduk yang sedang
mencari

pekerjaan

atau

mempersiapkan

usaha,

penduduk

yang

sudah

mendapatkan pekerjaan tapi belum mulai bekerja dan penduduk yang tidak
mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
5) Pola Konsumsi
Besarnya konsumsi atau pengeluaran yang dilakukan oleh suatu rumah
tangga menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah tangga yang bersangkutan.
Semakin tinggi pengeluaran yang dilakukan oleh sebuah rumah tangga untuk
kebutuhan bukan makanan, menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan
rumah tangga yang bersangkutan. Sebagai ukuran, bila persentase pengeluaran
untuk makanan lebih dari 60 persen dari total pengeluaran, maka tingkat
kesejahteraan dapat dikatakan masih rendah. Karena semakin tinggi persentase
pengeluaran yang digunakan untuk konsumsi makanan, maka pengeluaran untuk
kesehatan, pendidikan, dan lainnya pun menjadi kurang.

26

Aspek lain yang perlu dipantau berkenaan dengan pola konsumsi tersebut
antara lain perkembangan kemiskinan, taraf konsumsi kalori dan protein,
perkembangan distribusi pendapatan, serta pengeluaran rumah tangga.
6) Perumahan dan Lingkungan
Manusia dan alam lingkungannya baik lingkungan fisik maupun sosial
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan fisik bisa berupa
alam sekitar yang alamiah dan buatan manusia. Untuk mempertahankan diri dari
keganasan alam, maka manusia berusaha membuat perlindungan yang pada
akhirnya disebut rumah atau tempat tinggal. Dengan sifatnya sebagai makhluk
sosial, manusia selalu ingin hidup bersama dengan orang lain dan berinteraksi
antara satu dengan lainnya, sehingga satu persatu bangunan rumah tingggal
bermunculan sampai berbentuk suatu pemukiman rumah penduduk.
Selain kebutuhan sandang dan pangan, rumah termasuk kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia. Keberadaan rumah tidak hanya berfungsi sebagai
tempat berlindung, tetapi rumah sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan status
simbol bahkan juga menunjukan identitas pemiliknya.
Rumah dapat dijadikan indikator bagi kesejahteraan pemiliknya, hal ini
berkaitan dengan kualitas rumah tinggal. Semakin baik fasilitas yang dimiliki,
dapat diasumsikan bahwa semakin sejahtera rumah tangga yang menempati
rumah tersebut. Berbagai fasilitas yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan
tersebut antara lain dilihat dari luas lantai rumah, sumber air minum, fasilitas
tempat buang air besar rumag tangga dan juga tempat penampungan kotoran
akhir.

27

Luas lantai rumah tinggal selalu digunakan sebagai indikator untuk


menilai kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung juga dikaitkan
dengan sistem kesehatan lingkungan keluarga atau tempat tinggal (perumahan)
karena luas lantai menunjukan tingkat kepadatan hunian atau rata-rata luas runang
untuk setiap anggota keluarga. Ukuran rumah yang relatif sempit yaitu kurang
dari 10 m2 per anggota rumah tangga.
Rumah tangga dengan jenis lantai keramik atau lantai marmer mempunyai
tingkat kesejahteraan yang lebih baik dari pada rumah tangga yang
mempergunakan jenis lantai semen, ubin, atau tanah. Jenis lantai ini juga dapat
mempergunakan kondisi kesehatan masyarakat. Indikator kualitas rumah yang
lain adalah rumah tinggal dengan atapayang layak (tidak beratap dedaunan) dan
berdinding permanen.
7) Indikator Sosial Lainnya
Pembahasan mengenai aspek sosial lainnya difokuskan pada kegiatan yang
mencerminkan kesejahteraan seseorang, seperti melakukan perjalanan, akses pada
teknologi dan informasi, Pelayanan kesehatan gratis, serta beras murah atau
raskin. Perjalan yang dilakukan penduduk, dalam hal melakukan perjalanan
wisata dan juga akses menikmati informasi dan hiburan yang meliputi
menonton televisi, mendengarkan radio, membaca surat kabar dan mengakses
internet. Karena pada umumnya semakin banyak seseorang memanfaatkan waktu
luang untuk melakukan kegiatan yang bersifat sosial maka dapat dikatakan bahwa
orang tersebut memiliki tingkat kesejahteraan yang semakin meningkat, karena
waktu yang ada tidak hanya digunakan untuk mencari nafkah. Pelayanan

28

kesehatan gratis ini sangat membantu masyarakat khususnya kelas ekonomi


bawah untuk dapat memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan. Salah satu
program

pengentasan

kemiskinan

adalah

dengan

cara penjualan

beras

murah/raskin yang disediakan oleh Bulog/Dolog untuk rumah tangga miskin.


Program ini bertujuan agar keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin
dapat memenuhi kebutuhan pangan atau karbohidrat. Kenyataannya, beras
murah/raskin tidak hanya dibeli oleh keluarga miskin tetapi mereka yang bukan
kategori miskin pun menikmati program tersebut.
E.

Kajian Geografi terhadap Pertambangan


Pertambangan yang dimaksud bukan seperti pertambangan dalam arti luas

yang mengungkapkan segala kegiatan manusia memanfaatkan sumber daya,


melainkan pertambangan dalam arti sempit. dalam hal ini pertambangan dalam
arti kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau
barang setengah jadi (manufacturing industry).
Geografi memandang pertambangan sebagai salah satu kegiatan industri,
Sumaatmadja (1988:179) memandang industri sebagai suatu sitem, merupakan
perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia. Subsistem fisis
mendukung akan pertumbuhan dan perkembangan industri terdiri dari komponen
lahan, bahan mentah atau bahan baku, sumber daya energi serta iklim. Sedangkan
subsistem manusia yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industri
meliputi

komponen tenaga kerja, tekhnologi, tradisi, politik, pemerintah,

tansportasi, komunikasi, konsumen, pasar dan lain-lain. Hubungan antar


komponen tersebut menjadi kajian geografi.

29

Sumaatmadja (1988:180) mengemukakan, sorotan geografi kepada aspek


industri ini terutama kepada interelasi keruangan komponen-komponennya dan
kepada pengorganisasian ruang dalam mengembangkan indusri. Oleh karena itu,
peran geogarafi sangatlah penting dalam perkembangan industri.
Perkembangan industri haruslah hati-hati agar di masa yang akan datang
tidak terjadi ketimpangan, sehingga kita perlu menerapkan teknologi yang tepat
atau teknologi adaptif. Teknologi adaptif ini biasanya berasal dari negara-negara
maju yang disesuaikan dan diserasikan dengan lingkungan masyarakat yang
menerapkannya. Sumaatmadja (1980:182) mengemukakan tentang penerapan
teknologi adaktif pada sektor industri, antara lain:
1.

2.

3.

4.

Tepat sesuai dan serasi dengan kondisi fisis-geografis wilayah yang akan
dikembangkan sektor industri. Penerapan teknologi tersebut tidak
menimbulkan erosi, kekeringan (kekurangan air), dan tidak menimbulkan
pencemaran. Oleh karena itu, kemiringan lahan, pengaliran air (sungai dan air
tanah), dan pengaliran udara (angin) harus benar-benar diteliti lebih dahulu.
Tepat sesuai dan serasi dengan kondisi ekonomi setempat. Kondisi ekonomi
masyarakat yang ada pada masa transisi umumnya masih agraris. Oleh karena
itu pengembangan teknologi adaptif dalam dalam rangka pengembangan
industri ini, harus membantu dan menunjang sektor agraris. Janganlah
menyaingi atau lebih jauh lagi mematikan sektor agraris.
Tepat sesuai dan serasi dengan kondisi demografi setempat. Untuk Indonesia
saat ini, harus menerapkan teknologi padat karya, terutama bagi daera-daerah
yang padat penduduknya. Penerapan teknologi padat karyadalam rangka
pembangunan industri yang jarang penduduknya, harus dirancang untuk
penarikan dan penyerapan tenada kerja dari daerah lain yang padat
penduduknya. Dengan demikian, pembangunan industri ini juga berfungsi
meratakan penduduk. Kemungkinan terjadinya ketimpangan sosial dalam
bentuk penciptaan pengangguran, harus benar-benar dicegah.
Dapat memberikan lapangan usaha dan lapangan kerja baru bagi penduduk
setempat, terutama bagi para petani yang masih terikat oleh lapangan di
sektor pertanian yang sudah jenuh.

30

F.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Riduwan (2010 : 163) adalah jawaban atau dugaan

sementara yang harus diuji lagi kebenarannya. Hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hipotesis asosiatif,, menurut Riduwan (2010 : 168) hipotesis
yang yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang
bersifat hubungan. Dalam penelitain ini terdapat perbedaan mengenai
kesejahteraan penambang emas rakyat di Cihideung, perbedaan ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu latar bekang pendidikan penambang serta lama
menambang yang nantinya akan mempengaruhi pendapatan dengan kesejahteraan.
Adapun hipotesis pada penelitian ini, yaitu:
1. Ha: Terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan penambang, lama
menambang dengan pendapatan hasil menambang.
Ho: Tidak terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan
penambang, lama menambang dengan pendapatan hasil menambang.
2. Ha: Terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan penambang, lama
menambang dan pendapatan penambang dengan pemanfaatan fasilitas
kesehatan.
Ho: Tidak terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan
penambang, lama menambang dan pendapatan penambang dengan
pemanfaatan fasilitas kesehatan.
3. Ha: Terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan penambang, lama
menambang dan pendapatan penambang dengan biaya pendidikan anak.

31

Ho: Tidak terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan


penambang, lama menambang dan pendapatan penambang dengan biaya
pendidikan anak.
4. Ha: Terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan penambang, lama
menambang dan pendapatan penambang dengan biaya setiap hari yang
dikeluarkan.
Ho: Tidak terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan
penambang, lama menambang dan pendapatan penambang dengan biaya
setiap hari yang dikeluarkan.
5. Ha: Terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan penambang, lama
menambang dan pendapatan penambang dengan kondisi rumah.
Ho: Tidak terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan
penambang, lama menambang dan pendapatan penambang dengan kondisi
rumah.

Anda mungkin juga menyukai