28-SDA Full Paper Maimun Rizalihadi
28-SDA Full Paper Maimun Rizalihadi
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/283121483
READS
256
3 authors, including:
Maimun Rizalihadi
Syiah Kuala University
12 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7,
Darussalam Banda Aceh 23111. email: dilamalia@hotmail.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7,
Darussalam Banda Aceh 23111.
3
Dinas Pengairan Aceh, Jl. Ir. Mohd. Thaher No. 18, Lueng Bata, Banda Aceh.
ABSTRAK
Salah satu kinerja jaringan irigasi dapat dilihat dari konsistensi nilai efisiensi irigasi selama
pengoperasian proyek irigasi. Namun lemahnya tingkat pemeliharaan jaringan dan bangunan
pendukung irigasi mengakibatkan peningkatan kehilangan air sehingga nilai efisiensi irigasi
dapat mengalami penurunan. Kondisi ini dapat berdampak pada penurunan kinerja jaringan irigasi
itu sendiri, sehingga area produksi padi telah direncanakan semula dapat mengalami penyusutan.
Permasalahan ini telah terjadi hampir diseluruh proyek irigasi yang ada di Aceh. Inilah yang
membuat produksi padi di Aceh mengalami pengurangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
kinerja jaringan irigasi Pandrah, Bireuen, Aceh, dengan mengkaji nilai efisiensi saat sekarang dan
membandingkan dengan nilai efisiensi saat perencanaan. Penelitian ini dilakukan di ruas saluran
utama, sekunder dan tersier dari Jaringan Irigasi Pandrah Kanan, Bireuen, Aceh. Pengukuran
dilakukan pada Musim Tanam I (mei-Agustus 2012), yang terdiri dari pengukuran debit masuk
dan debit keluar pada setiap ruas saluran. Kehilangan air akibat evaporasi diukur dengan
menggunakan Class A Pan Evaporation, dan kehilangan akibat perkolasi dan rembesan dilakukan
dengan Ponding Technic Method. Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa diperoleh nilai
efisiensi saluran primer sebesar 87,50%, saluran sekunder sebesar 80,01% dan saluran tersier
sebesar 76,13%, atau secata total nilai efisiensi Irigasi Pandrah Kanan menjadi 53,30%. Hasil ini
menunjukkan bahwa telah terjadi pengurangan nilai efisiensi sebesar 11,70% bila dibandingkan
dengani nilai efisiensi rencana sebesar 65%. Penurunan nilai efesiensi disebabkan oleh kehilangan
air akibat rembesan karena kerusakan saluran, dan pendistribusian air yang tidak teratur akibat
kerusakan pada bangunan bagi dan sadap. Hal ini yang menyebabkan hampir 120 ha dari total area
seluas 1007 ha tidak dapat diairi. Untuk itu perlu usaha-usaha pemeliharaan saluran dan bangunan
pendukung untuk memperbaiki kinerja jaringan irigasi Pandrah, sehingga efesiensi jaringan dapat
dipertahankan secara konsisten untuk mempertahankan area produksi padi demi program
ketahanan pangan di Aceh umumnya dan Irigasi Pandrah khususnya dimasa-masa yang akan
datang.
Kata kunci : irigasi, efisiensi, kinerja, kehilangan air, evaporasi, perkolasi, rembesan, ponding
technic method.
1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketersediaan air untuk proyek irigasi merupakan faktor utama keberhasilan proyek irigasi. Meskipun jumlah air
tersedia cukup, namun bila konsistensi efisiensi distribusi air tidak terjaga, maka dapat menyebabkan air tidak dapat
mencukupi seluruh areal yang direncakan. Salah satu kinerja jaringan irigasi dapat dilihat dari konsistensi nilai
efisiensi irigasi itu sendiri. Penurunan efesiensi dapat terjadi karena pengelolaan daerah irigasi yang kurang baik.
Operasi dan pemeliharaan yang tidak dijalankan dengan baik dan teratur mengakibatkan terjadinya penurunan
jumlah air akibat peningkatan kehilanhan air. Tuong (1999 dan 2000) menyatakan bahwa lemahnya pengelolaan
jaringan irigasi dapat meningkat kehilangan air karena rembesan, perkolasi dan pendistribusian air yang tidak tepat,
SDA - 108
hal yang sama juga dijelaskan oleh Tabbal (1992) dan Thompson (1999). Hal inilah yang menjadi permasalahan
utama dari proyek-proyek irigasi yang ada di Aceh.
Salah satu proyek irigasi di Aceh adalah Irigasi Pandrah. Daerah Irigasi Pandrah merupakan jaringan irigasi teknis
yang sumber airnya berasal dari sungai Krueng Pandrah, Kecamatan Pandrah, Kabupaten Bireuen. Irigasi ini
dibangun untuk mengairi lahan persawahan seluas 1.007 Ha dengan debit pengambilan Qp = 2,061 m3/det. Analisa
debit pengambilan didasarkan pada Anonim (1994), dimana nilai efisiensi irigasi secara keseluruhan hingga pada
petak sawah adalah 65%. Nilai tersebut didasarkan dari nilai efesiensi pada saluran primer 90%, saluran sekunder
90% dan saluran tersier 80% yang diadopsi dari Anonim (1986). Namun saat sekarang, Daerah Irigasi Pandrah
mengalami kekurangan air sehingga mengakibatkan sekitar 120 ha tidak mendapatkan air irigasi. Permasalahan ini
disebabkan oleh bebrapa ruas saluran mengalami keretakan dan kerusakan pada pelapis pasangan tebing yang
terbuat dari semen. Disamping itu, beberapa bangunan sadap dan bagi tidak difungsikan dengan baik, dan terjadi
penumpukan sedimen serta tanaman liar tumbuh di dalam saluran, Anonim (1995). Kondisi ini dapat megakibatkan
terjadinya rembesan dan perubahan tahanan aliran di dalam saluran tersebut. Sehingga dapat berakibat pada
peningkatan kehilangan air yang berdampak pada nilai efisiensi Irigasi, akhirnya dapat mengurangi kinerja irigasi.
Anonim (1995) menyatakan bahwa kekurangan air tejadi pada kedua Musim tanam I (Mei-Agustus) dan Musim
Tanam II (Oktober-Januari), sehingga areal daerah irigasi yang direncanakan tidak dapat diari seraca keseluruhan.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka perlu mengevaluasi kembali nilai efisiensi jaringan irigasi pada
Daerah Irigasi Pandrah untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi.
Lingkup Penulisan
Penelitian ini dilakukan secara langsung di lapangan yaitu pada Saluran Induk Pandrah Kanan sampai dengan boks
tersier akhir BPKn. 3 T1. Analisa efisiensi pada penelitian ini hanya dikaji berdasarkan pengukuran debit masuk dan
keluar dan kehilangan air akibat evaporasi dan rembesan di dalam ruas saluran tersebut di atas. Faktor-faktor yang
menyebabkan kehilangan air diluar yang ditetapkan di atas tidak dilakukan pengkajian.
2.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan
pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan (intake). Anonim (1986)
.mendefenisikan efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk
kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan (intake). Efisiensi irigasi
terdiri atas efisiensi pengaliran di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari bangunan pembagi
sampai petak sawah, Alfaro (1989) dan Brouwer (1989).
Efisiensi penggunaan air erat hubungannya dengan kehilangan air dalam irigasi. Besarnya efisiensi dan kehilangan
air berbanding terbalik, bila angka kehilangan air besar maka nilai efisiensi kecil begitu juga sebaliknya jika angka
kehilangan air kecil maka nilai efisiensinya besar. Adapun kehilangan air pada jaringan irigasi diakibatkan karena
Evaporasi, Perkolasi, Perembesan (seepage), air terbuang sia-sia, dan kehilangan energy, Bos (1990), Tabbal (1992)
dan Thompson (1999) .
Atas dasar ini maka efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di
saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di
tingkat tersier, sekunder dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang
saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah. Mengacu pada Anonim (1986)
maka efisiensi irigasi pada saluran primer dan sekunder diambil 90% sedangkan untuk tingkat tersier 80%. Angka
SDA - 109
efisiensi irigasi keseluruhan tersebut dihitung dengan cara mengkonversi efisiensi di masing-masing tingkat yaitu
0,9 x 0,9 x 0,8 = 0,648 65 %.
Brouwer (1989) dan Bos (1990) menyatakan efisiensi irigasi didasarkan atas asumsi bahwa sebagian jumlah air akan
mengalami kehilangan selama pengaliran yang dimulai dari pintu pengambilan hingga petak sawah. Menurut Bos
(1990) saluran pembawa (conveyance) yaitu perjalanan air dari sumbernya dibawa melalui saluran primer, saluran
sekunder sampai bangunan sadap tersier (tertiary offtake). Jenis-jenis efisiensi irigasi menurut Bos (1990) secara
jelas tergambar pada Gambar 1 di bawah ini.
Efisiensi penggunaan
air di sawah
Efisiensi di petak
tersier
Vol. air yang
diberikan pada
saluran tersier
Vd
Efisiensi di
saluran pembawa
Efisiensi secara
keseluruhan
Tambahan vol.air
dari sumber lain
V1
Vol. air yang
diberikan dari
sumbernya
VC
Ec
Vd V 2
x100%
Vc V 1
..........................................................(1)
dimana :
Ec
Vc
Vd
V2
V1
=
=
=
=
=
Vf V 3
x100% ......................................................................(2)
Vd
dimana :
Ed
Vf
V3
=
=
=
Vf V 2 V 3
x100%
Vc V 1
...................................................(3)
Es = Ec x Ed
......................................(4)
3.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dibagi atas tiga kegiatan utama, yakni meliputi pengumpulan data, metode pengukuran, pengolahan
dan analisa data untuk mendapatkan kehilangan air di dalam saluran dan efisiensi jaringan irigasi. Uraian lebih
lengkap dijelaskan bab berikut ini.
SDA - 111
Metoda Pengukuran
Untuk mendukung penelitan ini digunakan peralatan sebagai berikut : Current Meter, Bak meter, Stop Watch, dan
Panci Evaporasi Kelas A. Pengukuran yang dilakukan terdiri dari debit yang masuk dan keluar di ruas saluran
primer, sekunder, dan tersier. Pengukuran debit dilakukan dengan menggunakan current meter untuk mengukur
kecepatan dan Bak meter untuk mengukur luas tampang saluran dan kedalaman aliran di saluran.
Pengukuran penguapan air yang terjadi di saluran digunakan Panci Evaporasi Kelas A. Alat ini ditempatkan pada
satu ditik di areal penelitian. Pengamatan dilakukan berdasarkan pencatatan harian selama satu musim tanam.
Sementara rembesan yang terjadi di dalam saluran dilakukan dengan metode teknik ponding, Fipps (2002), dimana
pada ke dua ujung ruas saluran di bendung. Besarnya nilai rembesan didapat dari selisih elevasi air yang terjadi pada
ruas saluran selama 12 jam setelah dikurangi dengan evaporasi.
Analisa Data
Hasil pengukuran debit yang masuk dan keluar, evaporasi dan rembesan merupakan parameter untuk menganalisa
kehilangan air yang terjadi di ruas saluran. Nilai-nilai ini merupakan sebagai dasar untuk menghitung efesien irigasi
yang terjadi pada setiap ruas saluran utama, sekunder dan tersier. Untuk menghitung nilai efesiensi untuk masingmasing ruas saluran didasarkan persamaan 2.1 sampai dengan 2.4 yang disajikan pada bab sebelumnya.
SDA - 112
4.
Pias
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Debit
Waktu
Q
tempuh
(m/dtk) (dtk)
4
Pias 1
Sebelum BPkn. 1aa
1.3128
Pias 2
Setelah BPkn. 1aa
1.3118
Pias 3
Sebelum BPkn. 1a
1.3057
Pias 4
Setelah BPkn. 1a
1.2976
Pias 5
Sebelum BPkn. 1b
1.2776
Pias 6
Setelah BPkn. 1b
1.2738
Pias 7
Sebelum BPkn. 1g
1.2247 1474.6785
Pias 8
Setelah BPkn. 1g
1.5150
Pias 9
Sebelum BPkn. 1k
1.4294
Pias 10
Menuju BLS 0
0.7734
Pias 11 Setelah sadap Pkn.1 kn 0.0964
Pias 12 Setelah sadap Pkn.1 kr 0.1462
Pias 13a
Setelah BPkn. 1
0.3866
JUMLAH
Volume
V(m)
Kehilangan
air
V(m)
Vc
(m)
Vd
(m)
V1
(m)
V2
(m)
10
11
1935.89
1934.44
1925.48
1913.61
1884.11
1878.49
1806.02
2234.16
2107.86
1140.54
142.14
215.66
570.13
Ec1
(%)
(9+11)/(8+10)
12
1935.89
-1.46
-8.96
-11.87
-29.50
-5.62
-72.47
428.14
-126.30
428.14
87.50%
1140.54
142.14
-39.39
215.66
570.13
1935.89 2068.47 428.14
Hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan 2-1 tersebut didapat nilai efisiensi saluran primer sebesar
87,50%. Bila dibandingkan dengan nilai yang digunakan pada perencanaan yaitu 90%, maka terjadi penurunan nilai
efisiensi pada saluran primer sebesar 2,50%. Hal ni terjadi karena ada sebagian ruas saluran yang mengalami
kerusakan, sehingga menyebabkan kehilangan air akibat rembesan meningkat.
SDA - 113
Pias
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pias 13b
Pias 14
Pias 15
Pias 16
Pias 17
Pias 18
Pias 19
Pias 20
Pias 21
Lokasi
3
Debit Waktu
Volume (V+1) - (V)
Q
tempuh
V(m)
V(m)
(m/dtk) (dtk)
4
Vc
(m)
Vd
(m)
V1
(m)
V2
(m)
10
11
Setelah BPkn. 1
0.5166
1014.60
Sebelum BPkn. 2c
0.5110
1003.66
Setelah BPkn. 2c
0.4995
981.12
Sebelum BPkn. 2k
0.4578
899.22
Setelah BPkn. 2k
0.4557 1964.0837 895.12
Sebelum BPkn. 2L
0.4398
863.83
Setelah BPkn. 2L
0.4387
861.74
Sebelum BPkn. 2m
0.4152
815.45
Setelah BPkn. 2m
0.4133
811.80
JUMLAH
Ec2
(%)
(9+11)/(8+10)
12
1014.60
-10.94
-22.54
-81.91
-4.09
-31.29
-2.09
-46.29
-3.65
80.01%
811.80
1014.60 811.80
Hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan 2-1 didapat nilai efisiensi saluran sekunder sebesar 80,01%. Bila
dibandingkan dengan nilai yang digunakan pada perencanaan yaitu 90%, maka terjadi penurunan nilai efisiensi pada
saluran sekunder sebesar 9,99%. Hal ni terjadi karena ada sebagian ruas saluran yang mengalami kerusakan,
sehingga menyebabkan kehilangan air akibat rembesan meningkat. Kehilangan juga terjadi pada bangunan
pelengkap yang juga membuat penurunan nilai efisiensi pada saluran sekunder.
Pias
Lokasi
Debit
Q
(m/dtk)
Waktu
tempuh
(dtk)
Volume
V(m)
Kehilangan
air
V(m)
Vd
(m)
Vf
(m)
V3
(m)
10
1
2
3
4
5
6
Setelah BPkn 2m
Pias 21b
0.3481
Pias 22
Sebelum BPkn. 3T1a
0.3308
Pias 23 Setelah sadap Pkn 3T1a Kr
0.0404
Pias 24
Setelah BPkn 3T1a
0.2836
1355.0931
Pias 25
Sebelum BPkn. 3T1b
0.2688
Pias 26 Setelah sadap Pkn 3T1b Kn
0.0868
Pias 27
Setelah BPkn. 3T1b
0.1729
Pias 28
Sebelum BPkn. 3T1
0.1378
JUMLAH
471.68
448.27
54.77
384.34
364.23
117.62
234.35
186.70
Ed
(%)
(9+10)/8
11
471.68
-23.41
54.77
-9.17
-74.87
76.13%
117.62
-12.26
-47.66
471.68
186.70
359.08
Dengan menggunakan persamaan 2-2 didapat nilai efisiensi saluran tersier sebesar 76,13%. Bila dibandingkan
dengan nilai yang digunakan pada perencanaan yaitu 80%, maka terjadi penurunan nilai efisiensi pada saluran
sekunder sebesar 3,87%. Namun kehilangan yang terjadi pada ruas saluran ini bukan disebabkan oleh rembesan.
Akan tetapi kehilangan yang terjadi sangat dominan terjadi akibat keruasakan bangunan sadap dan bagi. Sehingga
pengaturan debit tidak sesuai dengan yang direncanakan. Disamping itu dicurigai adanya penyadapan liar baik untuk
kebutuhan petak sawah dan kebutuhan rumah tangga petani. Namun berapa besar kehilangan yang terjadi akibat ini
secara tepat belum dikaji.
SDA - 114
5.
Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan analisa dari penelitian yang dialakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Efisiensi sistem irigasi pada saluran Jaringan Irigasi Pandrah Kanan Daerah Irigasi Pandrah diperoleh
53,30% menurun 11,70% bila dibandingkan dengan efisiensi rencana yang sebesar 65%. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadinya penurunan kinerja jaringan irigasi akibat penurunan efesiensi jaringan
irigasi.
2. Penurunan efisiensi disebabkan oleh peningkatan kehilangan air akibat rembesan pada saluran yang
mengalami kerusakan dan bangunan pelengkap yang tidak difungsikan dengan benar.
3. Kehilangan air juga diduga terjadi akibat kehilangan energi akibat penyadapan liar disepanjang saluran dan
penggunaan domestik rumah tangga namun belum dilakukan kajian yang lebih mendetail.
Saran
Beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dalam perbaikan penelitian lanjutan adalah sebagai berikut:
1.
Untuk meningkatkan efisiensi perlu diadakan perbaikan pada saluran yang mengalami kerusakan melalui
kegiatan operasi dan pemeliharaan pada Jaringan Irigasi Pandrah Kanan, sehingga kinerja irigasi dapat
dipertahankan..
2. Untuk mengurangi sadap-sadap liar yang terdapat pada saluran perlu diadakan kerjasama dan sosialisasi
dengan perkumpulan petani pemakai air keujreun blang.
3. Perlu kajian lanjutan terhadap faktor-faktor kehilangan air akibat penyadapan dan pengoperasian bangunan
pelengkap irigasi, sehingga nilai efisiensi yang diperoleh akan lebih tepat untuk tindakan antisipasi dimasa
yang akan datang dalam mengevaluasi kinerja sistem jaringan irigasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alfaro, J.F., et al, 1989, Irrigation Water Management , FAO, Rome.
Anonim, 1986, Standar Perencanaan Irigasi KP-03, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum,
Galang Persada, Bandung.
Anonim, 1994, Buku Saku Operasi D.I Pandrah, Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa
Aceh, Banda Aceh.
Anonim, 1995, Pedoman Umum Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Pandrah, Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh.
Brouwer, C., Prins, K. dan Heibloem, M., 1989, Irrigation Water Management : Irrigatigation Schedulling,
Trainning manual, FAO, Rome, Italy.
Bos, M.G., 1990, On Irrigation Efficiencies, International Institute for Land Reclamation and Improvement/ILRI,
Wageningen The Netherlands.
SDA - 115
Fipps, G dan Leigh, E, 2002, Canal Ponding Test Results Delta Lake Irrigation District Edcough Texas, Texas
A&M University, Texas.
Guerra, L.C., S.I. Bhuiyan, T.P. Tuong, R. Barker, 1998, Producing More Rice With Less Water From Irrigated
Systems, International Water Management Institude (IWMI), Colombo Sri Langka.
Tabbal, D.F., R.M. Lampayan, and S.I. Bhuiyan. (1992). Water-efficient irrigation technique for rice. In: Murty
VVN, Koga K, eds. Soil and water engineering for paddy field management. Proceedings of the
International Workshop on Soil and Water Engineering for Paddy Field Management, 28-30 January 1992,
Asian Institute of Tech., Bangkok, Thailand. p 146-159.
Thompson, J. 1999. Methods for increasing rice water use efficiency. Rice Water Use Efficiency Workshop
Proceedings. pp. 45-46. CRC for Sustainable Rice Production.
Tuong TP. 1999. Productive water use in rice production: opportunities and limitations. Journal of Crop
Production 2(2): 241 264.
Tuong TP, Pablico PP, Yamauchi M, Confesor R, Moody K. 2000. Increasing water productivity and weed
suppression of wet seeded rice: effect of water management and rice genotypes. J. Experimental
Agriculture 36:1-19.
SDA - 116