MEMUTUSKAN :
Menetapkan
3
4
6
7
8
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PULAUPULAU adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PULAUPULAU adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala antar desa.
Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang
termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku
kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenggaraan
penataan ruang.
Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang
timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat,
untuk berminat dan bergerak dalam penataan ruang.
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya
disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk
mendukung pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang di Kabupaten Maluku Barat Daya dan
mempunyai fungsi membantu tugas Bupati dalam koordinasi
penataan ruang di daerah.
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 2
Penataan ruang Kabupaten Maluku Barat Daya bertujuan untuk
mengembangkan wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya dengan
pendekatan gugus pulau yang berbasis pada sumber daya pesisir dan
kelautan sebagai beranda depan kawasan perbatasan NKRI
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 3
Kebijakan penataan ruang Kabupaten Maluku Barat Daya, terdiri atas :
a. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi yang merata dan berhierarki hingga ke Pulau-Pulau
kecil terluar yang merupakan wilayah-wilayah yang berbatasan
dengan negara lain yakni Timor Leste dan Australia;
b. Peningkatan pengelolaan wilayah pesisir dan laut dengan
pendekatan keterpaduan ekosistem, sumberdaya, dan kegiatan
pembangunan berkelanjutan;
c. Peningkatan fasilitas transportasi hingga ke Pulau-Pulau kecil
terluar;
d. Peningkatan pelayanan kualitas dan jangkauan pelayanan
prasarana energi hingga ke wilayah Pulau-Pulau kecil terluar;
e. Peningkatan pelayanan kualitas dan jangkauan pelayanan
telekomunikasi hingga ke wilayah Pulau-Pulau kecil terluar;
f. Peningkatan pelayanan kualitas dan jangkauan pelayanan
prasarana air bersih hingga ke wilayah Pulau-Pulau kecil
terluar;
g. Peningkatan upaya pelestarian lingkungan berupa kawasan
lindung, kawasan resapan air dan kawasan cagar alam yang
memberikan perlindungan bagi kawasan resapan air dan
keseimbangan iklim;
h. Pengembangan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten
Maluku Barat Daya, khususnya kawasan budidaya pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan pertambangan;
i. Pengembangan kawasan strategis di bidang ekonomi, sosial
budaya, pendayagunaan sumberdaya alam dan/ atau teknologi
tinggi serta daya dukung lingkungan hidup;
j. Peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Keamanan
Bagian Keempat
Strategi Penataan Ruang
Pasal 4
(1)
(2)
g. Meningkatkan penyediaan akses transportasi dari PulauPulau tetangga dan dari Pulau-Pulau kecil terluar menuju
pusat-pusat kegiatan;
h. Meningkatkan daya tarik pusat kegiatan di sepanjang pesisir
pantai dengan keunikan kaeadaan geografis alam tropis,
kondisi sosial budaya masyarakat nelayan dan kondisi khas
lingkungan sekitar di kawasan pesisir pantai sehingga
menarik wisatawan dan menjadikan kawasan sebagai daerah
tujuan yang menarik dikunjungi wisatawan.
i. Upaya perlindungan ekosistem pesisir, yaitu dengan menjaga
dan memelihara keseimbangan ekosistem pesisir dan PulauPulau kecil.
j. Menjaga fungsi tumbuhan pantai/mangrove, terumbu karang
dan ekosistem pantai secara lestari dan alami.
k. Menjaga fungsi biodegradasi di pesisir akibat perencanaan
dari daratan.
l. Memelihara fasilitas publik dan kemudahan akses di wilayah
pesisir.
m. Memelihara muara sungai yang alami maupun pelabuhan
disekitar muara.
n. Mengembangkan masyarakat pesisir melalui program
ekonomi, pendidikan dan sosial.
o. Pemberdayaan masyarakat dan aparat pemerintah untuk
melindungi ekosistem dan sumber daya pesisir, untuk
pemanfaatan yang berkelanjutan.
(3)
Strategi untuk peningkatan fasilitas transportasi hingga ke PulauPulau kecil terluar, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) huruf c, terdiri atas:
a. Meningkatkan optimalisasi fungsi transportasi darat, laut dan
udara;
b. Meningkatkan kapasitas pelayanan bandar udara
c. Mengembangakan sistem transportasi terpadu untuk
mendukung akses transportasi eksternal dan internal wilayah
Kabupaten Maluku Barat Daya;
d. Penyediaan sistem jaringan infrastruktur yang terintegrasi satu
dengan yang lain khususnya moda laut, moda darat dan moda
udara dalam suatu sistem yang sinergis dan memadai dengan
(4)
(5)
(6)
10
(7)
(8)
11
12
(10)
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1)
(2)
13
Bagian Kedua
Pusat-pusat Kegiatan
Pasal 6
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
14
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 7
(1) Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Maluku
Barat Daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b,
terdiri atas :
a. Sistem jaringan transportasi darat;
b. Sistem jaringan transportasi laut; dan
c. Sistem jaringan transportasi udara.
(2) Sistem jaringan transportasi dan pusat-pusat kegiatan digambarkan
dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 8
(1). Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan,
jaringan prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu lintas.
b. jaringan sungai, danau dan penyeberangan.
(2). Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri atas :
a. jaringan jalan arteri primer yang ada di Kabupaten Maluku
Barat Daya, terdiri atas pengembangan jaringan jalan
pengumpul Pulau Wetar yang menghubungkan Ilwaki
Lurang
b. jaringan jalan kolektor tersier K3 yang ada di Kabupaten
Maluku Barat Daya, terdiri atas :
1. Jaringan jalan lingkar pulau Marsela yang menghubungkan
Latalola Besar Nura Lawawang Ilbamuntah Telalora
15
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
16
17
5
6
7
c.
18
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 9
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf b, meliputi :
a.
tatanan kepelabuhanan; dan
b.
alur pelayaran.
(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Maluku Barat Daya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. Pelabuhan utama, terdiri atas :
1. Pelabuhan Wonreli di Kecamatan Pulau Pulau Terselatan;
dan
2. Pelabuhan Tutukey di Kecamatan Leti
b. Pelabuhan pengumpul, terdiri atas :
1. Pelabuhan Ilwaki di Kecamatan Wetar; dan
2. Pelabuhan Tepa di Kecamatan P.Babar
c. Pelabuhan pengumpan, terdiri atas Pelabuhan Kisar di
Kecamatan Pulau Pulau Terselatan; dan
d. Pelabuhan khusus, terdiri atas :
1. Pelabuhan Hila di Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan; dan
2. Pelabuhan Lurang di Kecamatan Pulau-Pulau Wetar
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri
atas alur pelayaran internasional dan nasional, terdapat di Wonrelli
dan Ilwaki.
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 10
(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. tatanan kebandarudaraan; dan
b. ruang udara untuk penerbangan.
(2) Tatanan kebandarudaraan di Kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. Bandar udara pengumpul, terdiri atas;
19
Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 11
(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air; dan
d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
(2) Sistem jaringan prasarana lainnya digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi
Pasal 12
(1)
(2)
20
(3)
21
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 13
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Paragraf 4
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 15
(1)
(2)
23
(3)
(4)
(1)
(2)
Pasal 17
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1),
terdiri atas :
a. kawasan hutan lindung;
24
Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 20
(1)
25
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
26
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 22
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 huruf e, terdiri atas :
a. kawasan rawan tanah longsor;
b. kawasan rawan gelombang pasang; dan
c. kawasan rawan banjir.
27
Paragraf 6
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 23
28
Paragraf 7
Kawasan Lindung Lainnya
Pasal 24
(1)
(2)
(1)
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 26
Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf a, terdiri atas :
a. Kawasan hutan produksi terbatas
b. Kawasan hutan produksi tetap, dan
c. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
29
(2)
30
(3)
(4)
(5)
(6)
Pulau-Pulau Babar, Kecamatan Mdona Hiera, Kecamatan PulauPulau Terselatan, Pulau Lakor, Kecamatan Damer dan
Kecamatan Babar Timur.
Kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, terdapat di:
a. Kawasan pertanian dengan komoditi buah jeruk terdapat di
Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan
b. Kawasan pertanian dengan komoditi pisang terdapat di
Kecamatan Damer
c. Kawasan pertanian dengan komoditi bawang merah
terdapat di Pulau Lakor.
Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, terdiri atas:
a. Kawasan perkebunan cengkih terdapat di Kecamatan
Pulau-Pulau Terselatan, Damer dan Babar Timur dengan
luasan kurang lebih 50 Ha.
b. Kawasan perkebunan pala terdapat di Kecamatan Damer
dengan luasan kurang lebih 10 Ha.
c. Kawasan perkebunan jambu mente yang tersebar di semua
kecamatan dengan luasan kurang lebih 500 Ha.
d. Kawasan perkebunan lontar (koli) di Pulau Kisar
e. Kawasan perkebunan kayu putih di Kecamatan Babar Barat
Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d, terdiri atas:
a. Kawasan ternak kambing di Pulau Lakor dan Domba di
Pulau Kisar
b. Kawasan ternak Kerbau terdapat di Kecamatan Moa Lakor.
c. Kawasan ternak sapi di Kecamatan Leti
Kawasan pertanian pangan di Kecamatan di Kecamatan Wetar,
Kecamatan Pulau-Pulau Babar, Kecamatan Mdona Hiera,
Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, Pulau Lakor ditetapkan
sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan, dengan luasan
kurang lebih 51.565 Ha.
31
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 29
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
32
(7)
(1)
(2)
(3)
(4)
33
(2)
(3)
34
(2)
(3)
Paragraf 9
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 34
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf i yaitu kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
dan
(2) Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri atas :
a. Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) yang terdapat di Pulau
Kisar
b. Komando Rayon Militer dan Kantor Kepolisian yang terdapat di
semua kecamatan
35
Pasal 35
(1)
(2)
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 36
(1)
36
Pasal 38
(1)
(2)
(3)
(4)
37
(5)
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 39
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
38
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 41
(1)
(2)
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 42
(1) Ketentuan
umum
peraturan
zonasi
sistem
Kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a digunakan
sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun
peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung ;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya;
dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar
sistem prasarana nasional dan wilayah, terdiri atas :
1. kawasan sekitar prasarana transportasi;
2. kawasan sekitar prasarana energi;
3. kawasan sekitar prasarana telekomunikasi; dan
4. kawasan sekitar prasarana sumber daya air;
39
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
40
(2)
(3)
(1).
(2).
Pasal 47
(1)
(2)
41
Pasal 48
(1)
(2)
(1)
(2)
42
(2)
43
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 52
(1)
(2)
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 53
Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat
berhak:
a. berperan dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
b. mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah,
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang
sebagai akibat dari penataan ruang;
d. memperoleh pergantian yang layak atas kondisi yang dialaminya
sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang;
e. mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan yang merugikan;
dan
f. mengawasi pihak-pihak yang melakukan penyelenggaraan tata
ruang
44
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 54
Kewajiban masyarakat dalam Penataan ruang wilayah meliputi:
a. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
diberikan; dan
c. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum
Pasal 55
(1)
(2)
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 56
Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara
lain melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
45
Pasal 57
Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 pada
tahap perencanaan tata ruang dapat berupa :
a. memberikan masukan mengenai :
1. penentuan arah pengembangan wilayah;
2. potensi dan masalah pembangunan;
3. perumusan rencana tata ruang; dan
4. penyusunan rencana struktur dan pola ruang.
b. menyampaikan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang;
dan
c. melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah
dan/atau sesama unsur masyarakat.
Pasal 58
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa:
a. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
c. memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana
dalam pengelolaan pemanfaatan ruang;
d. meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam
pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di
dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau dan pihak lainnya secara bertanggung
jawab untuk pencapaian tujuan penataan ruang;
f. menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi
lingkungan dan SDA;
g. melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan
h. mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain
apabila kegiatan pembangunan yang dilaksanakan merugikan.
46
Pasal 59
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
dapat berupa:
a. memberikan masukan mengenai arahan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
pemanfaatan ruang, rencana tata ruang yang telah ditetapkan, dan
pemenuhan standar pelayanan minimal di bidang penataan ruang;
c. melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana
tata ruang yang telah ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan
dan/atau pencemaran lingkungan, tidak memenuhi standar
pelayanan minimal dan/atau masalah yang terjadi di masyarakat
dalam penyelenggaraan penataan ruang;
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang
dipandang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan
e. mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada
instansi/pejabat yang berwenang.
Pasal 60
(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan
secara langsung dan/atau tertulis.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
disampaikan kepada bupati.
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat
disampaikan melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.
Pasal 61
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah
membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang
dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
47
Pasal 62
Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 63
(1) RTRW Kabupaten sebagaimana dimaksud dilengkapi dengan
lampiran berupa buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Maluku Barat Daya Tahun 2013 2033 dan album peta skala
1:50.000.
(2) Buku RTRW Kabupaten Maluku Barat Daya dan album peta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 64
Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah kabupaten;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar
sektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.
Pasal 65
(1)
(2)
48
(3)
B A B XI
KETENTUAN PERALIHAN
(1)
(2)
49
c.
B A B XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 66
(1)
(2)
(3)
50
tetapkan di ............................
pada tanggal 20.....
BUPATI ......................................,
___________________________
Diundangkan di .........................
pada tanggal.............................20......
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN ,
________________________________
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ............. TAHUN ....................
NOMOR
51
LAMPIRAN PETA
52
53
54
LAMPIRAN TABEL
RENCANA STRUKTUR RUANG
Tabel 1
Rencana Struktur Pelayanan Kabupaten Maluku Barat Daya
Wilayah
Fungsi
Pengembangan
WP Gugus
Pemerintahan Kecamatan
Pulau I
Pendidikan
Kesehatan
Pariwisata
Komersial/ Perdagangan
Sosial Budaya
Pertanian dan perikanan
Transportasi Regional
Industri Regional
Kawasan Lindung
Kawasan Perbatasan
WP Gugus
Pemerintahan Kabupaten
Pulau II
Pendidikan
Kesehatan
Perdagangan dan jasa
Sosial Budaya
Transportasi Regional
Kawasan Lindung
Kawasan Perbatasan
WP Gugus
Pemerintahan Kecamatan
Pulau III
Pendidikan
Kesehatan
Pertanian dan perikanan
Perdagangan dan jasa
Transportasi Regional
Industri Regional
Kawasan Perbatasan
Skala
Nasional,
Regional,
dan Kota
Rencana Pengembangan
Infrastruktur
Kantor Pemerintah Kecamatan,
BLK, Akademi, Pendidikan TK
sampai menengah dan
Perguruan Tinggi, Puskesmas,
Pustu, Pasar Umum, Dermaga/
Pelabuhan, Historical Building,
Tempat rekreasi, Dermaga/
Pelabuhan Laut/ Sungai, Industri
Pengolahan, Sub Terminal
agribisnis (STA), infrastruktur
kaws. Perbatasan, Hutan
Lindung Wetar, kawasan
konservasi Danau Tihu
Regional,
dan Kota
Regional,
dan Kota
Kantor Pemerintahan
Kecamatan, Pendidikan
Menengah, puskesmas, pustu,
Pasar Umum, Pelabuhan, Sub
Terminal agribisnis (STA),
Industri Pengolahan, infrastruktur
kaws. Perbatasan.
Tabel 2
Rencana Hierarki Pusat Perkotaan
Kabupaten Maluku Barat Daya
No
1
2
3
4
Hirarki
PKWp (Pusat Kegiatan Wilayah promosi)
PKLp (Pusat Kegiatan Lokal promosi)
Kota
1. Wonrelli
1. Tiakur
2. Tepa
Strategis Ilwaki
PKSN
(Pusat
Kegiatan
Nasional)
PPK (Pusat Pelayanan Kawasan)
1. Tutukey,
2. Letwurung,
3. Lurang,
55
No
Hirarki
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kota
Lelang,
Wulur,
Klis.
Luang,
Wetan,
Ustutun,
Romang,
Letode,
Weet,
Klishatu,
Lawawang.
Tabel 3
Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Darat
No. Arah Pengembangan
I.
Jaringan Jalan
jaringan jalan arteri
primer
jaringan jalan kolektor
tersier K3
Keterangan
Pengembangan jaringan jalan pengumpul Pulau Wetar yang
menghubungkan Ilwaki Lurang
1. Jaringan
jalan
lingkar
pulau
Marsela
yang
menghubungkan Latalola Besar Nura Lawawang
Ilbamuntah Telalora Babiotang Marsela Latalola
Kecil Seriti Latalola Besar.
2. Jaringan jalan lingkar pulau Babar yang menghubungkan
Tepa Tela Masbuar Emplawas Tutuwawang
Letwurung Yaltubung Tepa.
3. Jaringan
jalan
lingkar
pulau
Wetang
yang
menghubungkan Wasarili - Rumah Lewang Besar
Rumah Lewang Kecil Herley Nyabota Upuhupun
Pota Kecil Pota Besar Wasarili.
4. Jaringan jalan lingkar pulau Sermatang yang
menghubungkan Ello Mahaleta Rotnama Pupliora
Regoha Batugajah Lelang Romkisar Ello.
5. Jaringan jalan lingkar pulau Lakor yang menghubungkan
Werwawan Sera Yamluli Kiera Lolotwara
Letpley Ketty Letoda Letwaru Werwawan.
6. Jaringan
jalan
lingkar
pulau
Marsela
yang
menghubungkan Latalola Besar Nura Lawawang
Ilbamuntah Telalora Babiotang Marsela Latalola
Kecil Seriti Latalola Besar.
7. Jaringan jalan lingkar pulau Babar yang menghubungkan
Tepa Tela Masbuar Emplawas Tutuwawang
Letwurung Yaltubung Tepa.
8. Jaringan jalan lingkar pulau Wetar yang menghubungkan
Wasarili - Rumah Lewang Besar Rumah Lewang Kecil
56
No.
II.
III.
Arah Pengembangan
Keterangan
Herley Nyabota Upuhupun Pota Kecil Pota
Besar Wasarili.
9. Jaringan jalan lingkar pulau Sermatang yang
menghubungkan Ello Mahaleta Rotnama Pupliora
Regoha Batugajah Lelang Romkisar Ello.
10.Jaringan jalan lingkar pulau Lakor yang menghubungkan
Werwawan Sera Yamluli Kiera Lolotwara
Letpley Ketty Letoda Letwaru Werwawan.
11.Jaringan jalan lingkar pulau Moa yang menghubungkan
Kaiwatu Pati Moain Touwawan Syota Kaiwatu
dan Kaiwatu Werwaru Patti Kaiwatu.
12.Jaringan jalan lingkar pulau Letti yang menghubungkan
Tutukey Tomra Nuwewang Tutuwaru Luhuleli
Laitutun Batmiau Tutukey.
13.Jaringan jalan lingkar pulau Kisar yang menghubungkan
Pantai Nama Wonreli Purpura dan Wonreli Yawuru
Lebelau Wonreli serta Wonreli Oirata Jawalang
Abusur Wonreli.
14.Jaringan jalan lingkar pulau Wetar yang menghubungkan
Ilwaki Ilputih Mahuan/Masapun Ilpokil Arwala
Moning Uhak Lurang Esulit Eray Ilmamau
Klishatu Karbubu Telemar Arnau Hiay Ilwaki.
15.Jaringan
jalan
lingkar
pulau
Romang
yang
mengubungkan Jerusu Hila Solath.
16.Jaringan jalan lingkar Damer yang menghubungkan
Wulur Keli Kairnelu dan Wulur Batumerah.
1. Jaringan jalan lingkar pulau Liran.
Jaringan Prasarana Lalu Lintas
a. Terminal penumpang Tiakur di Pulau Moa
tipe A
b. Terminal penumpang Wonrelli di Pulau Kisar
tipe B
c. Terminal penumpang Pulau Sermata
tipe C
d. Terminal barang
Tepa
Jaringan Transportasi Penyeberangan
a. Lintas
1. Memantapkan jaringan lintas penyeberangan Tepa
penyeberangan
Damer Sermatang Lakor Moa Letti Kisar
Romang Wetar Ustutun ke Kupang
2. Mengembangkan jaringan lintas penyeberangan yang
menghubungkan Wetar Saumlaki Yamdena, lintas
penyeberangan Ilwaki Wonreli Letti Kaiwatu, Lintas
penyeberangan Tepa Kroing Latalola Besar
Watuwei Wulur -Kaiwatu, Lintas penyeberangan
Mahaleta Luang Timur Metiamarang Werwawan
Kaiwatu, Lintas penyeberangan Wonreli Hila Lurang
Klishatu Ustutun dan Lintas penyeberangan Wonreli
57
No.
Arah Pengembangan
3.
4.
5.
6.
7.
b. Pelabuhan
penyeberangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Keterangan
Ilwaki Kalabahi Teno.
Jaringan jalan lintas Wetar, Kisar, Letti, Moa dan Tepa
yang terpadu dengan Lintas Penyeberangan Sape
Labuhan Bajo Waingapu Kupang Ende
Larantuka Kalabahi Ustutun Ilwaki Wonreli
Tomra Kaiwatu Tepa .
Jaringan jalan lintas Romang, Marsela dan Darner yang
terpadu dengan Lintas Penyeberangan Makassar
wonrelli Hila Tomra Kaiwatu Tepa Latalola
Besar Watuwei Wulur Saumlaki Tual Dobo
Merauke dan Lintas Penyeberangan Dobo
Ambon Ternate Daruba Biak
Jaringan jalan lintas Sermatang, Lakor dan Babar Timur
yang terpadu dengan
Lintas Penyeberangan Surabaya Kupang Kalabahi
Ilwaki Wonreli
Tomra Kaiwatu Werwawan Luang Timur
Mahaleta Tepa Kroing
Pelabuhan Wulur;
Pelabuhan Luang Timur;
Pelabuhan Kaiwatu;
Pelabuhan Hila;
Dermaga Dan Pelabuhan Ilwaki;
Pelabuhan Lurang;
Pelabuhan Klishatu; dan
Pelabuhan Liran.
Tabel 4
Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Laut
No. Arah Pengembangan
Keterangan
1 Pelabuhan utama
1. Pelabuhan Wonreli di Kecamatan Pulau Pulau Terselatan;
dan
2. Pelabuhan Tutukey di Kecamatan Leti
2 Pelabuhan pengumpul 1. Pelabuhan Ilwaki di Kecamatan Wetar; dan
2. Pelabuhan Tepa di Kecamatan P.Babar
3 Pelabuhan pengumpan Pelabuhan Kisar di Kecamatan Pulau Pulau Terselatan
4 Pelabuhan khusus
1. Pelabuhan Hila di Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan; dan
2. Pelabuhan Lurang di Kecamatan Pulau-Pulau Wetar
58
Tabel 5
Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Udara
No.
Arah Pengembangan
1 Bandar udara pengumpul
Keterangan
1. Bandar udara Moa di Kecamatan Moa Lakor;
2. Bandar Udara Kisar di Kecamatan P.P.
Terselatan; dan
3. Bandar Udara Tepa Kecamatan Pulau-Pulau
Babar
Bandar Udara Wetar di Kecamatan P.P. Wetar
Tabel 6
Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Energi
No.
Arah Pengembangan
I. Pembangkit Tenaga Listrik
a. Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel (PLTD)
b. Pembangkit Listrik Tenaga
Angin
c. Pembangkit listrik tenaga surya
(PLTS)
II.
Keterangan
Kisar, Tepa, Letuwurung dan Letti.
Pesisir pantai Pulau-Pulau besar, seperti P.
Wetar, P. Babar,P. Leti, P. Moa, P. Lakor, P.
Sermata, P. Romang
Desa P. Wetar, P. Babar,P. Leti, P. Moa, P.
Lakor, P. Sermata, P. Romang, P. Damer dan
Pulau-Pulau kecil lainnya
Pulau Babar, Pulau Sermatang dan Pulau
Wetar
Desa Lurang Kecamatan
Kecamatan Damer
Pulau Moa
Wetar
dan
59
Tabel 7
Rencana Pengembangan Sistem Telekomunikasi
No. Arah Pengembangan
Keterangan
1 sistem jaringan terestrial Kecamatan Wonrelli, Pulau-Pulau
Terselatan, Moa Lakor dan Pulau-Pulau
Babar
2 sistem jaringan seluler
Pengembangan BTS di setiap ibukota
kecamatan
3 sistem jaringan satelit
Pulau-Pulau terpencil, dan akan
dikembangkan di seluruh kecamatan
Tabel 8
Rencana Pengembangan Sistem Sumberdaya Air
No.
Arah Pengembangan
1 Wilayah Sungai
Daerah Irigasi
Keterangan
Pengelolaan wilayah sungai strategis
nasional untuk melayani kebutuhan air
baku pada kawasan strategis nasional,
PKN dan/atau kawasan andalan, yaitu
WS Kepulauan Kei Aru, yang
melayani kawasan andalan salah
satunya pada kawasan Pulau Wetar.
Daerah Irigasi Kepmen PU Nomor 390
Tahun 2007, serta Pengembangan
Infrastuktur Irigasi Lahan Kering
Bendungan Tepa dan Wetar.
Wonrelli, Tepa, dan Letti yang
melayani kecamatan-kecamatan di
Pulau-Pulau Terselatan, Pulau-Pulau
Babar, dan Letti.
Pulau Wetar, Pulau Babar dan Pulau
Sermatang.
Embung P. Luang, Embung Klis,
Embung Tutukey, dan Embung Ilwaki.
60
Tabel 9
Rencana Pengembangan Sistem Prasarana
Pengelolaan Lingkungan
No.
Arah Pengembangan
1 Sistem Jaringan
Persampahan
a. Tempat Pengelolaan
Sampah Terpadu (TPST)
b. Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah (TPA)
2 Sistem jaringan air limbah
Keterangan
61
LAMPIRAN TABEL
RENCANA POLA RUANG
Tabel 10
Rencana Pola Ruang Kabupaten Maluku Barat Daya
N
o
1
Uraian
Kawasan Lindung
a. Hutan Lindung
b. Hutan Bakau
4
5
24.156
6.693
c. Kawasan Konservasi
Kawasan Budidaya Hutan
a. Hutan Produksi
71.192
125.210
35.916
10.948
47.660
24.282
Gugus Pulau
I
II
102.040 11.247
III
927
927
11.247
22.208
58.898
22.208
38.781
20.117
6.404
81.757
22.808
d. Padi
Padang Pengembalaan-Hutan
Permukiman dan Penggunaan Lain
7.385
64.497
35.474
31.165
4.309
Total
114.214
25.083
17.939
71.192
208.189
37.789
10.948
86.442
66.607
6.404
350
350
7.757
51.565
89.864
23.157
7.757
51.565
7.757
23.333
4.864
27.390
17.352
7.385
115.220
57.690
4.154
710
15.949
1.403
51.268
6.422
63
LAMPIRAN TABEL
PENETAPAN KAWASAN
STRATEGIS
Tabel 11
Penetapan Kawasan Strategis
Kabupaten Maluku Barat Daya
No.
Kawasan Strategis
1 Kawasan Strategis
Nasional
Kawasan Strategis
Kabupaten
a. Aspek Ekonomi
Keterangan
1. Kawasan Strategis 6 Pulau-Pulau Kecil
Terluar Perairan Maluku Barat Daya
2. Kawasan Strategis Ilwaki berada di
Pulau Wetar
65
LAMPIRAN TABEL
INDIKASI PROGRAM
Tabel 12
Program Perwujudan Pusat Kegiatan di Kabupaten Maluku Barat Daya
66
67
68
69
Tabel 13
Program Perwujudan Sistem Prasarana
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
Tabel 14
Program Perwujudan Pemantapan Kawasan Lindung
86
87
Tabel 15
Program Perwujudan Pemantapan Kawasan Budidaya
88
89
90
91
92
93
Tabel 16
Perwujudan Rencana Kawasan Strategis
94
95
96
LAMPIRAN TABEL
KETENTUAN UMUM PERATURAN
ZONASI
Tabel 17
Arahan Peraturan Zonasi Kabupaten Maluku Barat Daya
No
A
1
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
Sistem Jaringan transportasi
Jalan Raya
a. Jalan arteri primer
Prasarana pergerakan
yang menghubungkan
antara pusat-pusat
utama (PKN-PKN,
PKN-PKWp, PKNPKSN, PKSN-PKW)
pada skala nasional
Dapat juga
dimanfaatkan bagi
pergerakan lokal
dengan tidak
mengurangi fungsi
pergerakan antar
pusat-pusat utama
tersebut
b. Jalan Kolektor
Prasarana pergerakan
Primer
yang menghubungkan
antara pusat-pusat
wilayah (PKW-PKL,
PKL-PKLp, PKL-PKL),
pada skala provinsi
Dapat juga
dimanfaatkan bagi
pergerakan lokal
dengan tidak
Komponen
Rencana
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
Pembatasan terhadap
bangunan dengan
penetapan garis
sempadan bangunan
yang terletak di tepi jalan
arteri primer
Pembatasan alih fungsi
lahan berfungsi budidaya
di sepanjang jalan arteri
primer agar tidak
mengurangi fungsi
pergerakan antar pusatpusat utama
Pembatasan terhadap
bangunan dengan
penetapan garis
sempadan bangunan
yang terletak di tepi jalan
kolektor primer
Pembatasan alih fungsi
lahan berfungsi budidaya
di sepanjang jalan
kolektor primer agar
98
No
Komponen
Rencana
d. Jalan Lokal
Lainnya
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
mengurangi fungsi
pergerakan antar
pusat-pusat wilayah
tersebut
Prasarana pergerakan
yang menghubungkan
antara pusat-pusat
wilayah (PKLPPK,PPK-PPK, serta
PPK-PPL), pada skala
kabupaten
Dapat juga
dimanfaatkan bagi
pergerakan lokal
dengan tidak
mengurangi fungsi
pergerakan antar
pusat-pusat dalam
wilayah kabupaten
Prasarana pergerakan
yang menghubungkan
antara PPL-PPL
Desa-dusun, serta
antar Desa antar
dusun
Dapat juga
dimanfaatkan bagi
pergerakan lokal
dengan tidak
mengurangi fungsi
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
tidak mengurangi fungsi
pergerakan antar pusatpusat dalam wilayah
Pembatasan terhadap
bangunan dengan
penetapan garis
sempadan bangunan
yang terletak di tepi jalan
lokal primer
Pembatasan alih fungsi
lahan berfungsi budidaya
di sepanjang jalan
kolektor primer agar
tidak mengurangi fungsi
pergerakan antar pusatpusat dalam wilayah
Pembatasan terhadap
bangunan dengan
penetapan garis
sempadan bangunan
yang terletak di tepi jalan
lokal lainnya
Pembatasan alih fungsi
lahan berfungsi budidaya
di sepanjang jalan lokal
agar tidak mengurangi
fungsi pergerakan
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
99
No
Komponen
Rencana
e. Jalan Khusus
(KIPT, Wisata)
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
pergerakan tersebut
Prasarana pergerakan
yang khusus bagi
kegiatan IPT dan
wisata
Dapat juga
dimanfaatkan bagi
pergerakan lain
dengan tidak
mengurangi fungsi
pergerakan khusus
tersebut
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
Pembatasan terhadap
bangunan dengan
penetapan garis
sempadan bangunan
yang terletak di tepi jalan
khusus
Pembatasan alih fungsi
lahan berfungsi budidaya
di sepanjang jalan
khusus agar tidak
mengurangi fungsi
pergerakan dan atau
keamanan atau kegiatan
khususdan masyarakat
sekitar
Pelarangan terhadap
pemanfaatan ruang
didalam daerah
lingkungan
kerjapelabuhan dan
daerah kepentingan
pelabuhan yang dapat
mengganggu kegiatan
pelabuhan.
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang
didalam daerah
lingkungan
kerjapelabuhan dan
daerah kepentingan
pelabuhan yang harus
mendapat izin sesuai
dengan ketentuan
perundang-undangan
yang berlaku
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
Jalan 2 jalur, masingmasing jalur minimal 1
lajur
Kecepatan kendaraan
30 km/ jam
100
Komponen
Rencana
No
b.
Alur Pelayaran
Angkutan Laut
a. Pelabuhan Laut
Umum
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Pelarangan terhaap
kegiatan di ruang udara
bebas yang berdampak
pada keberadaan alur
pelayaran
Pelarangan terhaap
kegiatan di bawah
perairan yang
berdampak pada
keberadaan alur
pelayaran
Prasarana Pelabuhan
Umum, yang meliputi
terminal dan dermaga
bagi pergerakan
orang, barang, dan
kendaraan
Pemanfaatan ruang
untuk kebutuhan
operasional dan
pengembangan
kawasan pelabuhan
Pelarangan terhadap
pemanfaatan ruang
didalam daerah
lingkungan kerja
pelabuhan dan daerah
kepentingan pelabuhan
yang dapat
mengganggu kegiatan
pelabuhan.
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
didalam dan di sekitar
pelabuhan yang harus
memperhatikan
kebutuhan ruang untuk
operasional dan
pengembangan kawasan
pelabuhan
Pembatasan terhadap
pemanfaatan perairan
yang berdampak pada
keberadaan alur
pelayaran
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang
didalam daerah
lingkungan
kerjapelabuhan dan
daerah kepentingan
pelabuhan yang harus
mendapat izin sesuai
dengan ketentuan
perundang-undangan
yang berlaku
101
No
Komponen
Rencana
b. Alur Pelayaran
Angkutan Udara
a. Pelabuhan Udara
Khusus Amphibi
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Pelarangan terhaap
kegiatan di ruang udara
bebas yang berdampak
pada keberadaan alur
pelayaran
Pelarangan terhaap
kegiatan di bawah
perairan yang
berdampak pada
keberadaan alur
pelayaran
Pemanfaatan ruang
untuk kebutuhan
operasional pelabuhan
udara khusus amphibi
Pelarangan terhadap
pemanfaatan ruang di
sekitar pelabuhan udara
khusus yang tidak
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang
didalam dan di sekitar
pelabuhan yang harus
memperhatikan
kebutuhan ruang untuk
operasional dan
pengembangan kawasan
pelabuhan
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang pada
badan air di sepanjang
alur pelayaran sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang pada
kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil di
sekitar badan air di
sepanjang alur pelayaran
agar tidak mengganggu
aktivitas pelayaran
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang di
sekitar peabuhan uara
khusus agar sesuai
102
No
Komponen
Rencana
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
sesuai dengan fungsi
pelabuhan udara khusus
amphibi
b. Jalur Terbang
(Airways)
B
1
Jalur terbang
(airways) yang
memperhatikan
keselamatan dan
keamanan
penerbangan
Pelarangan terhadap
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
dengan kebutuhan
pengembangan Bandar
udara berdasar
ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang I
sekitar pelabuhan uara
khusus yaitu harus
memperhatikan
Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan
(KKOP) an batas-batas
kawasan kebisingan
Peraturan zonasi untuk
ruang udara untuk
penerbangan disusun
dengan memperhatikan
pembatasan
pemanfaatan ruang
udara yang digunakan
untuk penerbangan agar
tidak mengganggu
system operasional
penerbangan sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundangundangan
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
Pembatasan terhadap
103
No
Komponen
Rencana
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
pemanfaatan ruang
pada jalur pipa yang
tidak sesuai dengan
fungsi jaringan pipa
Pembangkit Tenaga
Listrik
Pembangkit Tenaga
Listrik (PLTU)
Jaringan Transmisi
Tenaga Listrik
Jaringan Transmisi
Tenaga Listrik
Sistem Jaringan
Telekomunikasi
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
pemanfaatan ruang di
sekitar jaringan pipa
migas, yaitu harus
memperhitungkan aspek
keamanan dan
keselamatan kawasan
sekitarnya
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang di
sekitar pembangkit
tenaga listrik, yaitu
harus memperhitungkan
jarak aman
Pelarangan terhadap
pemanfaatan
ruangbebas di
sepanjang jalur
transmisi sebagaimana
diatur dengan ketentuan
peraturan perundangundangan
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
Jaringan transmisi
dengan tegangan 150
KVA
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang
untuk stasiun bumi dan
menara pemancar
telekomunikasi dengan
memperhitungkan aspek
keamanan dan
keselamatan aktivitas
kawasan sekitarnya
104
No
Komponen
Rencana
Sistem Jaringan
Sumber Daya Air
II
1
POlA RUANG
Kawasan Lindung
a. Kawasan Cagar
Alam
b. Kawasan Cagar
Alam Laut
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
Wilayah sungai dan
sumber daya air
lainnya
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Pelarangan terhadap
pemanfaatan ruang dan
kegiatan di sekitar
sumber daya air yang
dapat menggangu
kualitas sumber daya air
Kawasan hutan
dengan fungsi sebagai
cagar alam
Fungsi lindung ikutan:
CA: memberikan
perlindungan kawasan
bawahannya, CA:
sebagai hutan lindung
pantai & sempadan
pantai
Pelarangan terhadap
kegiatan selain dari
penelitian, pendidikan,
dan wisata alam.
Pelarangan pendirian
bangunan yang bukan
untuk menunjang
kegiatan penelitian,
pendidikan, dan wisata
alam
Pelarangan terhadap
kegiatan selain dari
penelitian, pendidikan,
dan wisata alam.
Pelarangan pendirian
bangunan yang bukan
untuk menunjang
kegiatan penelitian,
pendidikan, dan wisata
alam
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
Pembatasan terhadap
pemanfaatan ruang di
sekitar wilayah sungai
agar tetap dapat dijaga
kelestarian lingkungan
dan fungsi lindung
kawasan
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
Pembatasan
pemanfaatan ruang
hanya untuk penelitian,
pendidikan, dan wisata
alam
Pembatasan pendirian
bangunan , yaitu hanya
untuk menunjang
kegiatan penelitian,
pendidikan, dan wisata
alam
Pembatasan
pemanfaatan ruang
hanya untuk penelitian,
pendidikan, dan wisata
alam
Pembatasan pendirian
bangunan , yaitu hanya
untuk menunjang
kegiatan penelitian,
pendidikan, dan wisata
105
No
Komponen
Rencana
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
c. Cagar Budaya
Ruang dan/atau
bangunan atau situs
dengan fungsi cagar
budaya
d. Kawasan Hutan
Lindung
Kawasan hutan
dengan fungsi sebagai
hutan lindung yang
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Pelarangan terhadap
kegiatan yang
mengubah bentang
alam dalam kawasan
Pelarangan terhadap
kegiatan selain kegiatan
wisata alam
Pelarangan pendirian
bangunan yang bukan
untuk menunjang
kegiatan wisata alam
Pelarangan terhadap
kegiatan yang
mengubah bentuk dan
fungsi sebagai cagar
budaya
Pelarangan terhadap
kegiatan selain kegiatan
penelitian, pendidikan,
dan wisata budaya
Pelarangan pendirian
bangunan yang bukan
untuk menunjang
kegiatan penelitian,
pendidikan, dan wisata,
serta budaya
Pelarangan terhadap
kegiatan yang
berpotensi mengurangi
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
alam
Pembatasan
pemanfaatan ruang
hanya untuk wisata alam
dengan tanpa mengubah
bentang alam
Pembatasan pendirian
bangunan , yaitu hanya
untuk menunjang
kegiatan wisata alam
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
Pembatasan
pemanfaatan ruang
hanya untuk penelitian,
pendidikan, dan wisata
budaya dengan tanpa
mengubah bentuk asli
bangunan/ situs cagar
budaya
Pembatasan pendirian
bangunan , yaitu hanya
untuk menunjang
kegiatan penelitian,
pendidikan, dan wisata
budaya
Pembatasan
pemanfaatan ruang,
yaitu hanya untuk wisata
106
No
Komponen
Rencana
e. Sempadan Pantai
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
mempunyai fungsi
pokok sebagai
perlindungan system
penyangga kehidupan
untuk mengatur tata
air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air
laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
Fungsi lindung ikutan:
Terdapat hutan bakau
(Mangrove)
Sempadan Pantai
Pemanfaatan ruang
sempadan pantai
untuk ruang terbuka
hijau
Pengembangan
struktur alami dan
struktur buatan untuk
mencegah abrasi
Penetapan lebar
sempadan pantai
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pemanfaatan ruang
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
luas kawasan hutan dan
tutupan vegetasi
Pelarangan terhadap
kegiatan yang
mengubah bentuk dan
fungsi sebagai cagar
budaya
Pelarangan terhadap
semua kegiatan yang
dapat menurunkan luas,
nilai ekologis, dan
estetika kawasan
Pelarangan pendirian
bangunan yang bukan
untuk menunjang
kegiatan rekreasi pantai
Pelarangan pendirian
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
alamdengan tanpa
mengubah bentang alam
Pembatasan
pemanfaatan ruang
untuk kegiatan budidaya,
yaitu hanya didijinkan
bagi penduduk asli
dengan luasan tetap,
tidak mengurangi fungsi
lindung kawasan, dan di
bawah pengawasan
ketat
Pembatasan pendirian
bangunan, yaitu hanya
bangunan yang
menunjang kegiatan
rekreasi pantai
Pembatasan pendirian
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
107
No
Komponen
Rencana
f. Sempadan Kolong
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
sempadan sungai
untuk ruang terbuka
hijau
Pengembangan
strukutr alami dan
struktur buatan untuk
mencegah abrasi dan/
atau mempertahankan
bentuk badan sungai
dan aliran sungai
Penetapan lebar
sempadan sungai
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pemanfaatan ruang
sempadan kolong
untuk ruang terbuka
hijau
Pengembangan
strukutr alami dan
struktur buatan untuk
mencegah abrasi dan/
atau mempertahankan
bentuk badan air
kolong
Penetapan lebar
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
bangunan selain untuk
pengelolaan badan air
dan/ atau pemanfaatan
air sungai
Pelarangan pendirian
bangunan selain untuk
pengelolaan badan air
dan/ atau pemanfaatan
air kolong dan/ atau
menunjang fungsi
rekreasi
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
bangunan, yaitu hanya
untuk pengelolaan badan
air dan/ atau
pemanfaatanair
Bila sempadan sungai
juga berfungsi sebagai
taman rekreasi, maka
dapat didirikan bangunan
yang terbatas untuk
menunjang fungsi
rekreasi
Pembatasan pendirian
bangunan, yaitu hanya
untuk pengelolaan badan
air dan/ atau
pemanfaatanair kolong
Bila sempadan sungai
juga berfungsi sebagai
taman rekreasi, maka
dapat didirikan bangunan
yang terbatas untuk
menunjang fungsi
rekreasi
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
bertanggul adalah 5
meter dari kaki tanggul
sebelah luar
Lebar sempadan sungai
besar tidak bertanggul di
luar permukiman
minimal 100 meter dari
tepi sungai
Lebar sempadan anak
sungai tidak bertanggul
di luar permukiman
minimal 100 meter dari
tepi sungai
Lebar sempadan sungai
di kawasan permukiman
antara 10-15 meter yang
diperkirakan cukup
untuk jalan inspeksi
Lebar sempadan kolong
yang proporsional
dengan bentuk dan
kondisi fisik kolong, atau
dengan jarak 50 100
meter dari titik pasang
air kolong tertinggi
108
No
Komponen
Rencana
h. Ruang Terbuka
Hijau
Kawasan Budidaya
a. Kawasan Hutan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
sempadan kolong
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
sebagaimana danau/
waduk
Pemanfaatan ruang
sekitar mata air untuk
ruang terbuka hijau
Pengembangan
struktur alami dan
struktur buatan untuk
mencegah abrasi dan/
atau mempertahankan
bentuk badan air
Penetapan lebar
kawasan sekitar mata
air sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pemanfaatan ruang
tebuka hijau dalam
kawasan perkotaan
untuk kegiatan
rekreasi, estetika/
landscape kawasan,
dan perbaikan ilkim
mikro (kesejukan)
Kawasn hutan dengan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
Pelarangan pendirian
bangunan selain untuk
pengelolaan badan air
dan/ atau pemanfaatan
air dari mata air
tersebut
Pembatasan pendirian
bangunan, yaitu hanya
untuk pengelolaan mata
air dan/ atau
pemanfaatanair dari
mata air
Pelarangan pendirian
bangunan yang bukan
untuk menunjang
kegiatan rekreasi dan
fasilitas umum lainnya
yang diperbolehkan
Pembatasan pendirian
bangunan, yaitu hanya
terbatas untuk bangunan
penunjang kegiatan
rekreasi dan fasilitas
umum lainnya
Berbentuk satu
hamparan, berbentuk
jalur, atau kombinasi
hamparan dan jalur
Luas total ruang terbuka
hijau kota minimal 30 %
dari luas kaw. perkotaan
Pelarangan pendirian
Pembatasan
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
109
No
Komponen
Rencana
Produksi
b. Kawasan
Perkebunan Besar
c. Kawasan
Perkebunan
Rakyat
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
fungsi hutan produksi
(HP)
Pengambil hasil hutan
bukan kayu secara
selektif, pemanfaatan
jasa lingkungan
(penelitian,
pendidikan, wisata)
Kawasan pertanian
berupa perkebunan
yang dikelola badan
usaha dengan
tanaman sejenis dan/
atau tidak sejenis,
serta didukung oleh:
Prasarana pendukung
kegiatan usaha
Permukiman pekerja
perkebunan
Bangunan yang
menunjang kegiatan
usaha (pabrik,
gudang, dsb)
Kawasan pertanian
berupa perkebunan
rakyat (baik berdiri
sendiri atau pun
sebagai plasma)
dengan tanaman
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
bangunan yang bukan
untuk menunjang
kegiatan pemanfaatan
hasil hutan
Pelarangan terhadap
kegiatan yang dapat
menurunkan kualitas
lingkungan, seperti
pembuangan limbah
tanpa melalui
pengolahan terlebih
dahulu
Pelarangan alih fungsi
menjadi kawasan
budidaya non-pertanian
atau terbangun yang
tidak berhubungan
dengan kegiatan
perkebunan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
pemanfaatan hasil hutan
untuk menjaga
kestabilan neraca
sumber daya kehutanan
Pendirian bangunan
dibatasi hanya untuk
menunjang kegiatan
pemanfaatan hasil hutan
Pembatasan
pengembangan kegiatan
budidaya lain, yaitu
hanya untuk
permukiman, fasilitas,
dan prasarana yang
menunjang kegiatan
perkebunan dan
kehidupan pekerja dalam
kawasan perkebunan
besar
Pembatasan alih fungsi
lahan hanya untuk
kegiatan, fasilitas, dan
prasarana tersebut di
atas
Pembatasan
pengembangan kegiatan
budidaya lain, yaitu
hanya untuk
permukiman, fasilitas,
dan prasarana yang
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
110
No
Komponen
Rencana
d. Kawasan
Pertanian Lahan
Kering
e. Kawasan
Pertanian Lahan
Basah
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
sejenis atau campuran
Kegiatan pertanian
lainnya selain
perkebunan dapat
berada di dalam
kawasan perkebunan
rakyat, yang sifatnya
saling mendukung
dengan kegiatan
perkebunan rakyat
Kawasan pertanian
tanaman pangan
lahan kering (tegalan,
ladang, dan kebun
campuran)
Kegiatan pertanian
lahan basah, sesuai
dengan potensi
lahannya terselip
dalam kawasan ini
Kegiatan pertanian
lahan basah untuk
tanaman pangan
(sawah) dan/ atau
perikanan tambak di
dekat pesisir
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
menunjang kehidupan
masyarakat petani
Pembatasan alih fungsi
lahan hanya untuk
kegiatan, fasilitas, dan
prasarana yang
menunjang kehidupan
masyarakat
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
Pembatasan
pengembangan kegiatan
budidaya lain, yaitu
hanya untuk permukiman
perdesaan, fasilitas, dan
prasarana yang
menunjang kehidupan
masyarakat petani
Pembatasan alih fungsi
lahan hanya untuk
kegiatan, fasilitas, dan
prasarana yang
menunjang kehidupan
masyarakat
Pembatasan
pengembangan kegiatan
budidaya lain, yaitu
hanya untuk permukiman
perdesaan, fasilitas, dan
prasarana yang
111
No
Komponen
Rencana
f.Kawasan
Permukiman
Perkotaan
g. Kawasan Industri
dan Pelabuhan
Terpadu (KIPT)
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
Kegiatan perkotaan
berskala regional,
didukung fasilitas dan
prasarana yang sesuai
dengan skala
pelayanan regional
Pengembangan
kawasan ruang
terbuka hijau (RTH)
minimal 30 % dari luas
kawasan perkotaan
Kegiatan industry dan
pelabuhan terpadu,
yang saling
mendukung diantara
keduanya, yang
terletak dalam suatu
kawasan
Penataan peruntukan
dalam kawasan
menurut jenis industry,
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
menunjang kehidupan
masyarakat petani
Pembatasan alih fungsi
lahan hanya untuk
kegiatan, fasilitas, dan
prasarana yang
menunjang kehidupan
masyarakat
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
Pelarangan terhadap
kegiatan yang tidak
sesuai dan/ atau dapat
menurunkan kualitas
lingkungan perkotaan
Pembatasan terhadap
kegiatan budidaya bukan
perkotaan (seperti
pertanian dsb) yang
dapat mengurangi fungsi
sebagai kawasan
perkotaan
Intensitas pemanfaatan
ruang rendah hingga
sedang, dan mulai
dikembangkan
bangunan vertikal/
bertingkat
Pelarangan bentuk
kegiatan yang dapat
memberikan dampak
merusak/ menurunkan
kualitas lingkungan,
terutama yang berkaitan
dengan limbah
industry.Prinsip bahwa
limbah industry harus
diolah sesuai dengan
Pembatasan terhadap
kegiatan yang dapat
berdampak pada kualitas
lingkungan kawasan
sebagai kawasan
industry dan pelabuhan
terpadu
Intensitas pemanfaatan
ruang rendah hingga
sedang
112
No
Komponen
Rencana
h. Kawasan Wisata
i. Pertambangan
Umum
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
pelabuhan umum, dan
pelabuhan khusus
Dukungan infastruktur/
prasarana lainnya;
energy,
telekomunikasi,
pengolahan limbah,
dan sebagainya
Kegiatan wisata yang
memanfaatkan potensi
alam dan budaya
masyarakat, sesuai
dengan potensi alam
dan budaya
masyarakat, sesuai
dengan daya dukung
dan daya tamping
lingkungan
Pemeliharaan dan
apresiasi terhadap
bangunan/ situs
peninggalan
kebudayaan masa
lampau
Kegiatan Eksploitasi
bahan tambang baik
secara terbuka di
permukaan bumi
maupun di dalam
perut bumi, dan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
Pelarangan bentuk
kegiatan dan bangunan
yang mengganggu
fungsi sebagai kawasan
wisata pada lokasi yang
bersangkutan
Pembatasan kegiatan
dan pendirian bangunan
hanya untuk yang
menunjang kegiatan
wisata pada lokasi yang
bersangkutan
Intensitas pemanfaatan
ruang rendah
Pelarangan terhadap
kegiatan di sekitarnya
yang dapat saling
membahayakan dengan
kegiatan pertambangan
umum tersebut
Pembatasan terhadap
kegiatan di sekitarnya
yang tidak selaras
dengan kegiatan
pertambangan umum
Pemanfaatan ruang
tambang (timah dan
lainnya) bersifat pinjam
pakai pada kawasan
budidaya di daratan dan/
atau laut, setelah
113
No
Komponen
Rencana
j. Penggalian Galian
Golongan C
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Dikembangkan Dan
Diperbolehkan
perairan lepas pantai
(offshore) yang
didukung sarana dan
prasarana di
permukaan bumi/
daratan
Kegiatan penggalian
bahan galian gol. C
yang didukung oleh
sarana dan prasarana
untuk kegiatan
penggalian
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang Tidak
Diperbolehkan
Pelarangan terhadap
kegiatan di sekitarnya
yang dapat saling
membahayakan dengan
kegiatan penggalian
bahan galian gol. C
tersebut
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang Yang
Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
Pembatasan terhadap
kegiatan di sekitarnya
yang tidak selaras
dengan kegiatan
penggalian bahan galian
gol. C
Tingkat Intensitas
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang
melalui prosedur teknis
dan legal/ administratif
sesuai peraturan yang
berlaku
Setelah eksploitasi
tambang berakhir harus
dilakukan reklamasi
untuk mengembalikan
menjadi kawasan
budidaya semula
Pemanfaatan ruang
untuk bahan galian gol.
C bersifat pinjam pakai
pada kawasan
budidaya, setelah
melalui prosedur teknis
dan legal/ administratif
sesuai peraturan yang
berlaku
Setelah eksploitasi
penggalian berakhir
harus dilakukan
reklamasi untuk
mengembalikan menjadi
kawasan budidaya
semula
114