Anda di halaman 1dari 11

PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS WONOREJO SAMARINDA TAHUN 2012

POSYANDU ELDERLY UTILIZATION ANALYSIS IN THE WORK AREA


HEALTH CENTER WONOREJO SAMARINDA 2012 YEARS

Sumiati1, Suriah2, Iwan M. Ramdan3


1
2

Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda

Jurusan Promosi Kesehatan , Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin


3

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Mulawarman

Alamat Korespondensi:
Sumiati
Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda
Jl. Cendana No. 58
skmsumiati@yahoo.com
081347515845

ABSTRAK
Lansia memerlukan pemeliharaan kesehatan yang terjangkau untuk mengatasi masalah kesehatannya.
Posyandu lansia merupakan alternatif sarana untuk memenuhi kebutuhan kesehatan lansia. Penelitian ini
bertujuan menganalisis pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Wonorejo tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan penelitian adalah
lansia yang aktif di posyandu lansia. Data diperoleh melalui wawancara mendalam (indepht interview).
Analisa data dilakukan melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data (emik), interprestasi (etik) dan
penarikan kesimpulan berdasarkan intisari wawancara. Hasil penelitian menunjukkan: pengetahuan tentang
posyandu lansia dimulai dari sumber informasi, sasaran, pengertian, pelayanan, status lansia, manfaat
posyandu lansia, orang yang bertugas di posyandu, dan peranan lansia sehingga mempengaruhi keaktifan
lansia dalam pemanfaatan posyandu. Sikap lansia terhadap posyandu sangat positif, lansia tidak terbebani
terkait kegiatan posyandu yang rutin, lansia bersikap negatif terkait rencana perubahan fungsi posyandu yang
melayani masyarakat umum. Keluarga terutama anak-anak lansia berperan sebagai support system.
Kemampuan lansia dalam mengakses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh jarak rumah dengan posyandu
lansia yang intinya semakin dekat jarak rumah semakin aktif lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia.
Kata Kunci : Posyandu, Lansia, Kualitatif.
ABSTRACT
Elderly need affordable health care to address health problems. Posyandu elderly is an alternative means to
meet the health needs of the elderly. This study aims to analyze the use of Posyandu Health Center Elderly in
the working area Wonorejo. This study aims to analyze the utilization of the elderly in the neighborhood
health center health center work Wonorejo in 2012.This research used a qualitative design with a
phenomenological approach. Informants research is the elderly active who in posyandu elderly. Data were
obtained through in-depth interviews. Analysis of data is done through the stages of data collection, data
reduction emic view, interpretation ethic view and drawing conclusions based on the essence of the
interview.The results showed: knowledge posyandu elderly starting from information sources, targets,
understanding, care, elderly status, benefits posyandu elderly, those who served in posyandu, and the role of
the elderly that affects the activity of the elderly in the neighborhood health center utilization. Attitudes
toward posyandu very positive elderly, elderly related unencumbered routine growth monitoring sessions, the
elderly being negatively related plan changes posyandu functions that serve the general public. Families
especially children elderly act as a support system. The ability of the elderly in accessing health services is
influenced by the distance between home and elderly posyandu essentially the closer the distance the more
active elderly in using posyandu elderly.
Keywords: Posyandu,Elderly, Qualitative.

PENDAHULUAN
Menurut WHO pada tahun 2010 prosentase lansia dunia diestimasi 9,11% dari
jumlah penduduk dunia. Di Amerika tahun 2011 di estimasi akan terjadi silver tsunami of
aging, yaitu terdapat 12 % populasi lansia. Di Jepang lansia dengan usia 65 tahun keatas
sebanyak 22,6%. Di Jerman lansia dengan usia 65 tahun keatas sebanyak 20,5%. Di China
sebanyak 13%. Diperkirakan Indonesia, di tahun 2010 mempunyai populasi lansia dengan
usia 60 tahun keatas sebanyak 9,77% dan di tahun 2020 sebanyak 11,34% (BPS, 2009).

Biro Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan jumlah lansia di Indonesia tahun


2005-2010 sama dengan jumlah balita yaitu 8.5% dari total penduduk atau 19,9 juta. Pada
tahun 2020 jumlah lansia menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari seluruh populasi. Di tahun
2025 seperlima penduduk Indonesia adalah lansia. Peningkatan jumlah lansia diperkirakan
diikuti dengan peningkatan usia harapan hidup dari usia 59,8 tahun pada tahun 1990
menjadi 67,4 tahun pada tahu 2005 dan menjadi 71,7 tahun pada tahun 2020. Berbagai
pihak menyadari bahwa jumlah lanjut usia di Indonesia yang semakin bertambah akan
membawa pengaruh besar dalam pengelolaan masalah kesehatannya, yaitu masalah
kesehatan fisik dan kesehatan mental. Untuk mengatasi masalah kesehatan lansia tersebut,
perlu upaya pembinaan kelompok lansia melalui Puskesmas dengan didirikan Posyandu
lansia.
Puskesmas Wonorejo dengan jumlah penduduk 28.261 jiwa mempunyai 2
kelompok posyandu. Sasaran lansia di atas 60 tahun di dua kelompok adalah 466 jiwa.
Rata rata kunjungan di Posyandu Lansia yang datang untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dalam sebulan di dua kelompok posyandu adalah sebesar 91 orang atau 19,53%
dari 466 orang (100%) sedangkan target cakupan adalah 70%. (Dinas Kesehatan Kota
Samarinda,2011). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pemanfaatan posyandul
lanjut usia di wilayah Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda tahun 2012.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain penelitian
Jenis penelitian ini

adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan desain

Fenomenologi yaitu penelitian yang menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau
fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi di dalam individu.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Wonorejo Samarinda, karena,
cakupan kegiatan Posyandu Lansia di Puskesmas Wonorejo Samarinda hanya mencapai
19,53%, sedangkan target nasional 70%.

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggali informasi data dari berbagai sumber
di lapangan. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi di lapangan.
Analisis Data
Tehnik analisis data dalam penelitian ini sesuai dengan desain fenomenologi, yaitu
menggunakan model Miles dan Huberman.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Informan
Penelitian ini menggunakan sumber informasi sebanyak enam orang lansia yang
aktif di posyandu lansia dan satu informan petugas puskesmas yang membina posyandu
lansia. Umur lansia yang menjadi informan dalam penelitian ini berumur antara 61 81
tahun. Pendidikan informan adalah lulus S1 sebanyak satu orang, lulus SPG setingkat SMA
sebanyak satu orang, lulus SMP sebanyak satu orang, dan lulus SD sebanyak tiga orang.
Latar belakang pekerjaan informan yaitu pensiunan PNS sebanyak dua orang, dan semua
informan yang berjenis kelamin perempuan adalah ibu rumah tangga.
Hasil Analisa Data
Hasil penelitian di analisa berdasarkan pengumpulan data melalui wawancara
mendalam dan catatan lapangan dari ketujuh informan serta mengacu pada tujuan khusus
sebagai berikut:
Pengetahuan lansia tentang posyandu lanjut usia di wilayah Puskesmas Wonorejo
Kota Samarinda.
Hasil wawancara dan observasi, pengetahuan lansia tentang posyandu lansia memiliki
pengertian yang berbeda beda sesuai dengan manfaat yang dirasakan, Pengetahuan lansia
terkait juga dengan sumber informasi, sasaran posyandu lansia, jenis pelayanan posyandu
lansia, status keaktifan lansia di posyandu, manfaat posyandu lansia, orang yang bertugas
di posyandu lansia seperti kutipan berikut:
Perkumpulan lansia bermanfaat bisa mendapatkan pengobatan 1 (satu) bulan sekalipenambahan
bidang agama setiap minggu bisa mengikuti senam, setiap setahun sekali ada rekreasi, ada pemeriksaan
laboratorium setiap 3 (tiga) bulan sekali (SW, ASN, RD)

Sebagai motivasidalam membina orang-orang yang sudah lanjut usia. Motivasi untuk pengontrolan
kesehatannya (ASM, 69 th)
Pembinaan lansia-lansiasehingga kejenuhan bisa dikurangi (STJ,81 th)

Respon sikap lansia dalam pemanfaatan posyandu lanjut usia di Puskesmas


Wonorejo Kota Samarinda.
Hasil wawancara dan observasi sikap lansia dalam pemanfaatan posyandu lansia sangat
positif, sikap ini terkait dengan pandangan lansia tentang didirikannya posyandu, waktu dan
jadwal posyandu, respon perubahan fungsi posyandu, seperti kutipan berikut:
setuju sekali karena banyak manfaat yang saya rasakanada pemeriksaan kesehatan secara
jasmanimerasa senang kalau sudah ketemu dengan teman-teman, bisa curhat-curhat sesama lansia.
(SW, HN)
Sangat setuju sekalikegiatan rutin, layanan dari petugas sabar (ASM, 69 th)
Setuju....tambah pengalaman, tambah wawasanbisa sehat, sakit bisa sembuh (lansia) juga rajin
datang (ASN, 70 th)
Petugas puskesmas berencana melakukan pengembangan posyandu untuk meningkatkan jumlah cakupan
seperti kutipan berikut:
Seperti posyandu balita dimana 1 (satu) posyandu hanya melayani 2 atau 3 RT dari wilayah setempat,
pembinaan lansia dapat juga melalui kegiatan-kegiatan yang sudah ada dimasyarakat( MLY )

Peran keluarga lansia dalam pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah


Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda.
Dari hasil wawancara dan observasi dari ke-6 informan, sebanyak 4 infoman diantar
anggota keluarganya ketika datang ke posyandu lansia, sedangkan 2 informan lainnya
datang sendiri bersama istrinya yang juga anggota posyandu lansia.
Dukungan keluarga yang diberikan pada lansia dalam pemanfaatan posyandu lansia
meliputi antar jemput lansia yang datang ke posyandu dan mengingatkan jadwal kegiatan
posyandu, sebagaimana yang dinyatakan informan sebagai berikut:
saya kalau mau pergi ke posyandu diantar dan ditunggu dan dijemput, apapun kegiatan kita asal demi
kebaikan anak tidak ada yang melarang (ASN, SW, HN, RD)
mengingatkan jadwalnyaJadi semacam motivasi atau dukungan (ASM, 69 th)

Aksesibilitas dalam pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah Puskesmas


Wonorejo Kota Samarinda.
Kemampuan lansia dalam mengakses pelayanan posyandu lansia dipengaruhi oleh
jarak rumah dengan posyandu lansia, cara yang digunakan, maupun kondisi kesehatan yang
dialami. Jarak rumah informan dengan posyandu lansia rata-rata dekat, yaitu sekitar 200
meter sampai satu kilometer, sebagaimana yang dinyatakan informan sebagai berikut:
...kan rumah saya tidak jauhkira-kira 1 (satu) Km... (SW, RD)
dekat saja tidak begitu jauhcuma 200 meter (ASN, 70 th)
Jaraknya dekatkira-kira 500 m (ASM, HN)

Kendala yang dihadapi lansia dalam mengakses posyandu lansia


Pada umumnya lansia mengalami kendala dalam mengakses posyandu lansia karena
adanya peran tambahan dalam keluarga maupun pekerjaan dan saat hujan sebagaimana
pernyataan sebagai berikut:
tidak berangkat karena cucu tidak ada yang menjaga (SW, 61 th)
Saya tidak bisa ikut kegiatan kalauada orang yang meninggal karena saya punya tugas memandikan
jenazah (ASM, 69 th)
Kalau pas hujan saya tidak bisa datang ke posyanduapalagi kalau pas kaki saya kambuh (HN, 67 th)
Kalaukebetulan anak tidak bisa antar, saya tidak bisa ke posyandu, apalagi kalau cuaca hujan (ASN, 70
th)

Kendala yang Dihadapi Tenaga Kesehatan


Petugas puskesmas yang terlibat dalam pembinaan posyandu lansia memiliki hambatan
atau kendala selama proses kegiatan, sebagaimana pernyataan berikut:
Hambatan atau kendalanya adalah: (1) posyandu lansia keberadaannya jauhjadi
peserta posyandu lansia umumnya adalah masyarakat yang ada disekitar posyandu itu. (2)
Petugas harus sabar dan telaten. (3) Belum adanya dukungan dari lintas sektor
Puskesmas Wonorejo membawahi dua kelurahan yaitu Teluk Leung Ulu yang terdiri dari 42 RT dan Karang
Anyar yang terdiri dari 36 RT. Posyandu lansiaada dua buah, yaitu Posyandu Werdha Karya di kelurahan
Teluk Leung Ulu dan Posyandu Werdha Sejahtera Mandiri di kelurahan Karang Anyar.

PEMBAHASAN
Penelitian tentang pemanfaatan posyandu lansia ini menemukan bahwa pengetahuan
informan tentang posyandu lansia berbeda-beda sesuai dengan manfaat yang dirasakan dan

penafsiran informan. Pengetahuan informan ini diperoleh dari petugas kesehatan, pengurus
posyandu lansia, orang tua maupun teman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo
(2007) yaitu bahwa pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera mempengaruhi
penafsiran yang berbeda terhadap suatu objek. Pengetahuan lansia tentang posyandu lansia
mempengaruhi keakifan lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Maria (2008) yang menyatakan bahwa dukungan kader
mempengaruhi keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. Sasaran posyandu lansia yang
dipahami lansia adalah hanya untuk para lansia itu sendiri. Hal ini sesuai dengan DepKes
RI (2002) yang menyatakan bahwa sasaran posyandu lansia ditujukan secara langsung pada
para lansia. Manfaat yang dirasakan lansia ditinjau dari aspek fisik yaitu kondisi kesehatan
senantiasa terjaga atau sehat. Manfaat ditinjau dari aspek psikis yang dirasakan yaitu
perasaan senang dapat siraman rohani dan adanya rekreasi untuk menghilangkan
kejenuhan. Perasaan senang dapat bertemu sesama lansia merupakan manfaat yang
didapatkan lansia secara sosial dari adanya posyandu lansia. Pengalaman lansia terkait
manfaat posyandu lansia tersebut

mempengaruhi motivasi lansia mengikuti posyandu

lansia, sebagaimana hasil penelitian Fuad (2008) tentang study fenomenologi motivasi
lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia yaitu bahwa dengan lansia mengetahui
manfaat posyandu, lansia termotivasi untuk mengikuti posyandu lansia.
Lansia menyatakan bahwa orang yang bertugas di posyandu lansia tidak hanya petugas
puskesmas dan pengurus lansia, tetapi juga ustad, guru senam, maupun petugas
pemerintahan. Pengetahuan lansia tentang petugas puskesmas maupun pengurus lansia
yang seharusnya bertugas sesuai dengan aturan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2005) tentang pelaksana sistem lima tahapan kegiatan di posyandu.
Sikap lansia terkait penelitian meliputi pandangan lansia terhadap pendirian
posyandu lansia, waktu atau jadwal kegiatan posyandu lansia serta respon terhadap rencana
perubahan fungsi posyandu. Berdasar hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa
pandangan informan terhadap pendirian posyandu lansia yaitu informan merasakan banyak
memperoleh manfaat baik secara jasmani, rohani, maupun sosial. Sikap terbentuk dari
pengetahuan dan pengalaman selama proses aktif di posyandu lansia sehingga informan
mampu menyatakan dan memutuskan bahwa posyandu lansia sangat bermanfaat bagi

informan, sehingga perlu didirikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Thursdayani
(2006), yaitu bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik, pengetahuan
serta persepsi lansia terhadap kegiatan posyandu lansia.
Hasil wawancara dan observasi diketahui, frekuensi waktu yang digunakan dalam
pemanfaatan posyandu lansia antara satu sampai dua kali dalam sebulan. Alasan lansia
memilih mengikuti posyandu lansia sebulan sekali karena mengikuti kegiatan lain di
kampung maupun di mesjid, sehingga jika terlalu banyak kegiatan maka dapat
mempengaruhi kesehatan akibat kelelahan. Depkes RI (2005), menerangkan bahwa
penurunan kesehatan secara fisik tersebut dapat mempengaruhi kondisi lansia pada aspek
lain serta sebaliknya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ditemukan Informan tidak setuju
terhadap perubahan fungsi posyandu yang akan melayani masyarakat umum selain lansia.
Hal ini dikarenakan petugas puskesmas terbatas sehingga dikhawatirkan tidak mampu
memberikan pelayanan yang baik bagi lansia, alasan lainnya adalah lansia tidak kuat antri
lama, mudah tersinggung, pusing, dan capek. Kondisi ini berhubungan dengan perubahan
lansia dari berbagai aspek yaitu secara fisik, psikis, dan sosial. Jika kondisi ini tidak
diperhatikan dan dibiarkan dalam waktu lama maka akan menyebabkan ketidakstabilan
emosi yaitu lansia mudah tersinggung (Meiner, 2006).
Perilaku informan dalam pemanfaatan posyandu, dibuktikan dengan tanggapan yang
positif tentang pendirian posyandu dan keaktifan lansia dalam mengikuti semua kegiatan
yang ada di posyandu. Teori Green dalam Notoadmodjo (2007), menyatakan Faktor
predisposisi (predisposing factor), yaitu faktor pencetus yang mempermudah dan
mendasari dalam perubahan perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi yang membangkitkan motivasi seseorang
untuk bertindak.
Keluarga memiliki peran yang penting dalam kehidupan lansia terutama terkait
dengan pemanfaatan posyandu lansia. Berdasarkan wawancara dan observasi didapatkan
dukungan keluarga yang diberikan pada informan dalam pemanfaatan posyandu lansia
meliputi antar jemput informan yang datang ke posyandu dan mengingatkan jadwal
kegiatan posyandu. Sejalan dengan Stanley (2005), didalam bukunya dijelaskan bahwa

segala bentuk perhatian yang diberikan keluarga khususnya maupun masyarakat termasuk
petugas kesehatan pada umumnya, menumbuhkan motivasi lansia untuk tetap berkarya dan
eksis di kehidupannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Fuad (2008) yang menyatakan
bahwa dukungan keluarga menjadi motivasi bagi lansia dalam memanfaatkan posyandu
lansia. Demikian pula pernyataan Gallo ( 1998) dalam Hardywinoto (2007), yaitu jaringanjaringan informal, dalam pembinaan lansia meliputi jaringan pendukung yaitu keluarga dan
kawan-kawan. Dukungan yang diterima lansia oleh petugas kesehatan berupa pembinaan
lansia yang meliputi fisik, psikis, dan sosial guna peningkatan kesehatan lansia. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Camacho, dkk (2009) tentang perbedaan status sosial
ekonomi dan karakteristik institusional dalam pelayanan umum tindakan preventif bagi
lansia di Costa Rica yang menyatakan bahwa kebijakan kesehatan berpengaruh terhadap
peningkatan status kesehatan lansia melalui upaya perawatan kesehatan primer secara
professional.
Hasil penelusuran di lapangan diketahui bahwa aksesibilitas yang dilakukan
informan terkait dengan cara informan untuk mencapai pelayanan posyandu, lebih
menyukai berjalan kaki dengan alasan sambil olahraga. Jika lansia kurang mampu untuk
berjalan kaki, maka lansia menggunakan taksi ataupun diantar oleh anggota keluarga.
Kondisi kesehatan informan terkait akses ke posyandu dengan berjalan kaki tidak
menunjukkan masalah gangguan kesehatan yang signifikan, hanya terkadang sakit
pinggang. Kondisi ini menurut Potter, dkk (1997) adalah wajar akibat penurunan fisiologis
lansia yang mempengaruhi aktifitas fisik.
Kendala yang dialami oleh lansia dalam mengakses posyandu lansia disebabkan
lansia memiliki peran tambahan dalam keluarga untuk membantu menjaga cucu, maupun
peran dalam bekerja sebagai petugas perawatan jenazah. Selain itu situasi saat kumpul
bersama keluarga (anak) yang jauh, dan kondisi cuaca ketika hujan juga menjadi kendala
lansia dalam mengakses pelayanan posyandu lansia. Kondisi yang dialami lansia tersebut
tidak sesuai dengan hasil penelitian Federman, dkk (2010), tentang pengembangan dan
pemulihan kesulitan aktifitas sehari-hari berdasarkan analisis data nasional yang
menyatakan bahwa kondisi kesehatan kronik pada lansia merupakan penyebab penurunan
aktifitas sehari-hari.

Kendala aksesibilitas posyandu lansia tidak hanya dialami lansia tetapi juga petugas
kesehatan. Hal ini disebabkan oleh minimnya cakupan kunjungan posyandu lansia karena
hanya ada dua buah posyandu lansia untuk seluruh wilayah puskesmas yang membawahi
dua kelurahan meliputi 78 RT sehingga terjadi ketidakseimbangan jumlah posyandu dengan
luas wilayah. Hal ini sejalan dengan teori McKillip dalam Nyorong (1989), bahwa
pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ketersediaan, kesadaran, keterterimaan
secara budaya, aksesibilitas

KESIMPULAN DAN SARAN


Simpulan penelitian tentang pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah
Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda adalah sebagai berikut: Pengetahuan posyandu yang
diketahui masing-masing lansia berbeda-beda berdasarkan dari manfaat yang dirasakan
oleh lansia. Pengetahuan lansia yang baik mempengaruhi keaktifan lansia dalam
memanfaatkan posyandu. Sikap lansia terhadap pendirian posyandu lansia sangat positif.
Kemampuan lansia dalam mengakses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh jarak rumah
dengan posyandu lansia yaitu semakin dekat jarak rumah dengan posyandu lansia maka
lansia semakin aktif memanfaatkan posyandu lansia.
Saran penelitian tentang pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah Puskesmas
Wonorejo Kota Samarinda ditujukan pada pihak sebagai berikut:Kepada Dinas Kesehatan
Kota Samarinda khususnya Bidang Kesehatan Keluarga dan puskesmas diharapkan adanya
peningkatan pemberian informasi-informasi tambahan tentang kesehatan melalui subsidi
bahan maupun media kesehatan lansia sehingga dapat digunakan posyandu lansia untuk
meningkatkan pengetahuan lansia maupun kader kesehatan posyandu lansia terkait
kesehatan lansia dan kepada keluarga lansia dan masyarakat diharapkan adanya
peningkatan dukungan positif terhadap lansia dengan cara merawat kesehatan lansia baik
fisik maupun psikis.
DAFTAR PUSTAKA
BPS,

(2009). Human Development Index (HDI) by Province and National,


http://dds.bps.go.id/eng/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=26&notab
=2 diakses 29 Desember 2011 jam 6.10 PM

10

Camacho, G.B and Bixby, L.R, (2009). Differentials by Socioeconomic Status and
Institutional Characteristics in Preventive Service Utilization by Older Persons,
Journal Aging Health 21 ; 730
Depkes RI., (2002), Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut,
Jakarta
Depkes RI., (2005), Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan
I, Kebijaksanaan Program, Departemen Kesehatan RI
Dinkes Kota Samarinda, (2011), Profil Kesehatan Kota Samarinda, Bagian KIA,
Samarinda.
Federman, A.D, Pendrod, J.D, Livot, E, Hebert P, S, Doucette, J, and Siu, A.L, 2010.
Development of and Recovery From Difficulty Wityh Activities of Daily Living : An
Analysis of National Data. Journal Aging Health 22 ; 1081
Fuad, H., (2008). Study Fenomenologi Motivasi Lansia Dalam Memanfaatkan Posyandu
Lansia Di Kelurahan Sidomulyo Kec. Motesih Kab. Karang Anyar, Program Study
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Hardywinoto, S. B. T, (2007). Panduan Genekologi Ditinjau Dari Berbagai Aspek,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Maria M. N. P., (2008). Aplikasi Teori Snehandu b. Karr (perilaku) Terhadap Keaktipan
Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia Study Di Lima Posyandu Puskesmas Jagir,
Surabaya
Meiner, M., (2006). Gerontologic Nursing. 3rd ed. Mosby Inc. St. Louis.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku Rineka Cipta, Jakarta.
Nyorong, M., (1989), Explaining Fertility Decline In Indonesia;The Role Of National
Family Planning Program, University of Pittsburgh.
Potter. P.A. and Perry. A.G., (1997). Fundamentals Of Nursing Concepts, Process, and
Practice. 4th ed. St. Mosby Inc St. Louis.
Stanley. M. Blair. K.A, and Beare. B.G. (2005). Gerontological Nursing : Promoting
Successful Aging With Older Adults. Dafis Company. Philadelphia.
Thursdayani, (2006). Pengaruh Karakteristik Dan Persepsi Lansia Terhadap Posyandu
Lansia Terhadap Pemanfaatan di Kel. Sei Agul Posyandu Sei Agul Kec. Medan
Barat, Medan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

11

Anda mungkin juga menyukai