Alamat Korespondensi:
Sumiati
Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda
Jl. Cendana No. 58
skmsumiati@yahoo.com
081347515845
ABSTRAK
Lansia memerlukan pemeliharaan kesehatan yang terjangkau untuk mengatasi masalah kesehatannya.
Posyandu lansia merupakan alternatif sarana untuk memenuhi kebutuhan kesehatan lansia. Penelitian ini
bertujuan menganalisis pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Wonorejo tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan penelitian adalah
lansia yang aktif di posyandu lansia. Data diperoleh melalui wawancara mendalam (indepht interview).
Analisa data dilakukan melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data (emik), interprestasi (etik) dan
penarikan kesimpulan berdasarkan intisari wawancara. Hasil penelitian menunjukkan: pengetahuan tentang
posyandu lansia dimulai dari sumber informasi, sasaran, pengertian, pelayanan, status lansia, manfaat
posyandu lansia, orang yang bertugas di posyandu, dan peranan lansia sehingga mempengaruhi keaktifan
lansia dalam pemanfaatan posyandu. Sikap lansia terhadap posyandu sangat positif, lansia tidak terbebani
terkait kegiatan posyandu yang rutin, lansia bersikap negatif terkait rencana perubahan fungsi posyandu yang
melayani masyarakat umum. Keluarga terutama anak-anak lansia berperan sebagai support system.
Kemampuan lansia dalam mengakses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh jarak rumah dengan posyandu
lansia yang intinya semakin dekat jarak rumah semakin aktif lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia.
Kata Kunci : Posyandu, Lansia, Kualitatif.
ABSTRACT
Elderly need affordable health care to address health problems. Posyandu elderly is an alternative means to
meet the health needs of the elderly. This study aims to analyze the use of Posyandu Health Center Elderly in
the working area Wonorejo. This study aims to analyze the utilization of the elderly in the neighborhood
health center health center work Wonorejo in 2012.This research used a qualitative design with a
phenomenological approach. Informants research is the elderly active who in posyandu elderly. Data were
obtained through in-depth interviews. Analysis of data is done through the stages of data collection, data
reduction emic view, interpretation ethic view and drawing conclusions based on the essence of the
interview.The results showed: knowledge posyandu elderly starting from information sources, targets,
understanding, care, elderly status, benefits posyandu elderly, those who served in posyandu, and the role of
the elderly that affects the activity of the elderly in the neighborhood health center utilization. Attitudes
toward posyandu very positive elderly, elderly related unencumbered routine growth monitoring sessions, the
elderly being negatively related plan changes posyandu functions that serve the general public. Families
especially children elderly act as a support system. The ability of the elderly in accessing health services is
influenced by the distance between home and elderly posyandu essentially the closer the distance the more
active elderly in using posyandu elderly.
Keywords: Posyandu,Elderly, Qualitative.
PENDAHULUAN
Menurut WHO pada tahun 2010 prosentase lansia dunia diestimasi 9,11% dari
jumlah penduduk dunia. Di Amerika tahun 2011 di estimasi akan terjadi silver tsunami of
aging, yaitu terdapat 12 % populasi lansia. Di Jepang lansia dengan usia 65 tahun keatas
sebanyak 22,6%. Di Jerman lansia dengan usia 65 tahun keatas sebanyak 20,5%. Di China
sebanyak 13%. Diperkirakan Indonesia, di tahun 2010 mempunyai populasi lansia dengan
usia 60 tahun keatas sebanyak 9,77% dan di tahun 2020 sebanyak 11,34% (BPS, 2009).
Fenomenologi yaitu penelitian yang menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau
fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi di dalam individu.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Wonorejo Samarinda, karena,
cakupan kegiatan Posyandu Lansia di Puskesmas Wonorejo Samarinda hanya mencapai
19,53%, sedangkan target nasional 70%.
Sebagai motivasidalam membina orang-orang yang sudah lanjut usia. Motivasi untuk pengontrolan
kesehatannya (ASM, 69 th)
Pembinaan lansia-lansiasehingga kejenuhan bisa dikurangi (STJ,81 th)
PEMBAHASAN
Penelitian tentang pemanfaatan posyandu lansia ini menemukan bahwa pengetahuan
informan tentang posyandu lansia berbeda-beda sesuai dengan manfaat yang dirasakan dan
penafsiran informan. Pengetahuan informan ini diperoleh dari petugas kesehatan, pengurus
posyandu lansia, orang tua maupun teman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo
(2007) yaitu bahwa pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera mempengaruhi
penafsiran yang berbeda terhadap suatu objek. Pengetahuan lansia tentang posyandu lansia
mempengaruhi keakifan lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Maria (2008) yang menyatakan bahwa dukungan kader
mempengaruhi keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. Sasaran posyandu lansia yang
dipahami lansia adalah hanya untuk para lansia itu sendiri. Hal ini sesuai dengan DepKes
RI (2002) yang menyatakan bahwa sasaran posyandu lansia ditujukan secara langsung pada
para lansia. Manfaat yang dirasakan lansia ditinjau dari aspek fisik yaitu kondisi kesehatan
senantiasa terjaga atau sehat. Manfaat ditinjau dari aspek psikis yang dirasakan yaitu
perasaan senang dapat siraman rohani dan adanya rekreasi untuk menghilangkan
kejenuhan. Perasaan senang dapat bertemu sesama lansia merupakan manfaat yang
didapatkan lansia secara sosial dari adanya posyandu lansia. Pengalaman lansia terkait
manfaat posyandu lansia tersebut
lansia, sebagaimana hasil penelitian Fuad (2008) tentang study fenomenologi motivasi
lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia yaitu bahwa dengan lansia mengetahui
manfaat posyandu, lansia termotivasi untuk mengikuti posyandu lansia.
Lansia menyatakan bahwa orang yang bertugas di posyandu lansia tidak hanya petugas
puskesmas dan pengurus lansia, tetapi juga ustad, guru senam, maupun petugas
pemerintahan. Pengetahuan lansia tentang petugas puskesmas maupun pengurus lansia
yang seharusnya bertugas sesuai dengan aturan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2005) tentang pelaksana sistem lima tahapan kegiatan di posyandu.
Sikap lansia terkait penelitian meliputi pandangan lansia terhadap pendirian
posyandu lansia, waktu atau jadwal kegiatan posyandu lansia serta respon terhadap rencana
perubahan fungsi posyandu. Berdasar hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa
pandangan informan terhadap pendirian posyandu lansia yaitu informan merasakan banyak
memperoleh manfaat baik secara jasmani, rohani, maupun sosial. Sikap terbentuk dari
pengetahuan dan pengalaman selama proses aktif di posyandu lansia sehingga informan
mampu menyatakan dan memutuskan bahwa posyandu lansia sangat bermanfaat bagi
informan, sehingga perlu didirikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Thursdayani
(2006), yaitu bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik, pengetahuan
serta persepsi lansia terhadap kegiatan posyandu lansia.
Hasil wawancara dan observasi diketahui, frekuensi waktu yang digunakan dalam
pemanfaatan posyandu lansia antara satu sampai dua kali dalam sebulan. Alasan lansia
memilih mengikuti posyandu lansia sebulan sekali karena mengikuti kegiatan lain di
kampung maupun di mesjid, sehingga jika terlalu banyak kegiatan maka dapat
mempengaruhi kesehatan akibat kelelahan. Depkes RI (2005), menerangkan bahwa
penurunan kesehatan secara fisik tersebut dapat mempengaruhi kondisi lansia pada aspek
lain serta sebaliknya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ditemukan Informan tidak setuju
terhadap perubahan fungsi posyandu yang akan melayani masyarakat umum selain lansia.
Hal ini dikarenakan petugas puskesmas terbatas sehingga dikhawatirkan tidak mampu
memberikan pelayanan yang baik bagi lansia, alasan lainnya adalah lansia tidak kuat antri
lama, mudah tersinggung, pusing, dan capek. Kondisi ini berhubungan dengan perubahan
lansia dari berbagai aspek yaitu secara fisik, psikis, dan sosial. Jika kondisi ini tidak
diperhatikan dan dibiarkan dalam waktu lama maka akan menyebabkan ketidakstabilan
emosi yaitu lansia mudah tersinggung (Meiner, 2006).
Perilaku informan dalam pemanfaatan posyandu, dibuktikan dengan tanggapan yang
positif tentang pendirian posyandu dan keaktifan lansia dalam mengikuti semua kegiatan
yang ada di posyandu. Teori Green dalam Notoadmodjo (2007), menyatakan Faktor
predisposisi (predisposing factor), yaitu faktor pencetus yang mempermudah dan
mendasari dalam perubahan perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi yang membangkitkan motivasi seseorang
untuk bertindak.
Keluarga memiliki peran yang penting dalam kehidupan lansia terutama terkait
dengan pemanfaatan posyandu lansia. Berdasarkan wawancara dan observasi didapatkan
dukungan keluarga yang diberikan pada informan dalam pemanfaatan posyandu lansia
meliputi antar jemput informan yang datang ke posyandu dan mengingatkan jadwal
kegiatan posyandu. Sejalan dengan Stanley (2005), didalam bukunya dijelaskan bahwa
segala bentuk perhatian yang diberikan keluarga khususnya maupun masyarakat termasuk
petugas kesehatan pada umumnya, menumbuhkan motivasi lansia untuk tetap berkarya dan
eksis di kehidupannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Fuad (2008) yang menyatakan
bahwa dukungan keluarga menjadi motivasi bagi lansia dalam memanfaatkan posyandu
lansia. Demikian pula pernyataan Gallo ( 1998) dalam Hardywinoto (2007), yaitu jaringanjaringan informal, dalam pembinaan lansia meliputi jaringan pendukung yaitu keluarga dan
kawan-kawan. Dukungan yang diterima lansia oleh petugas kesehatan berupa pembinaan
lansia yang meliputi fisik, psikis, dan sosial guna peningkatan kesehatan lansia. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Camacho, dkk (2009) tentang perbedaan status sosial
ekonomi dan karakteristik institusional dalam pelayanan umum tindakan preventif bagi
lansia di Costa Rica yang menyatakan bahwa kebijakan kesehatan berpengaruh terhadap
peningkatan status kesehatan lansia melalui upaya perawatan kesehatan primer secara
professional.
Hasil penelusuran di lapangan diketahui bahwa aksesibilitas yang dilakukan
informan terkait dengan cara informan untuk mencapai pelayanan posyandu, lebih
menyukai berjalan kaki dengan alasan sambil olahraga. Jika lansia kurang mampu untuk
berjalan kaki, maka lansia menggunakan taksi ataupun diantar oleh anggota keluarga.
Kondisi kesehatan informan terkait akses ke posyandu dengan berjalan kaki tidak
menunjukkan masalah gangguan kesehatan yang signifikan, hanya terkadang sakit
pinggang. Kondisi ini menurut Potter, dkk (1997) adalah wajar akibat penurunan fisiologis
lansia yang mempengaruhi aktifitas fisik.
Kendala yang dialami oleh lansia dalam mengakses posyandu lansia disebabkan
lansia memiliki peran tambahan dalam keluarga untuk membantu menjaga cucu, maupun
peran dalam bekerja sebagai petugas perawatan jenazah. Selain itu situasi saat kumpul
bersama keluarga (anak) yang jauh, dan kondisi cuaca ketika hujan juga menjadi kendala
lansia dalam mengakses pelayanan posyandu lansia. Kondisi yang dialami lansia tersebut
tidak sesuai dengan hasil penelitian Federman, dkk (2010), tentang pengembangan dan
pemulihan kesulitan aktifitas sehari-hari berdasarkan analisis data nasional yang
menyatakan bahwa kondisi kesehatan kronik pada lansia merupakan penyebab penurunan
aktifitas sehari-hari.
Kendala aksesibilitas posyandu lansia tidak hanya dialami lansia tetapi juga petugas
kesehatan. Hal ini disebabkan oleh minimnya cakupan kunjungan posyandu lansia karena
hanya ada dua buah posyandu lansia untuk seluruh wilayah puskesmas yang membawahi
dua kelurahan meliputi 78 RT sehingga terjadi ketidakseimbangan jumlah posyandu dengan
luas wilayah. Hal ini sejalan dengan teori McKillip dalam Nyorong (1989), bahwa
pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ketersediaan, kesadaran, keterterimaan
secara budaya, aksesibilitas
10
Camacho, G.B and Bixby, L.R, (2009). Differentials by Socioeconomic Status and
Institutional Characteristics in Preventive Service Utilization by Older Persons,
Journal Aging Health 21 ; 730
Depkes RI., (2002), Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut,
Jakarta
Depkes RI., (2005), Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan
I, Kebijaksanaan Program, Departemen Kesehatan RI
Dinkes Kota Samarinda, (2011), Profil Kesehatan Kota Samarinda, Bagian KIA,
Samarinda.
Federman, A.D, Pendrod, J.D, Livot, E, Hebert P, S, Doucette, J, and Siu, A.L, 2010.
Development of and Recovery From Difficulty Wityh Activities of Daily Living : An
Analysis of National Data. Journal Aging Health 22 ; 1081
Fuad, H., (2008). Study Fenomenologi Motivasi Lansia Dalam Memanfaatkan Posyandu
Lansia Di Kelurahan Sidomulyo Kec. Motesih Kab. Karang Anyar, Program Study
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Hardywinoto, S. B. T, (2007). Panduan Genekologi Ditinjau Dari Berbagai Aspek,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Maria M. N. P., (2008). Aplikasi Teori Snehandu b. Karr (perilaku) Terhadap Keaktipan
Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia Study Di Lima Posyandu Puskesmas Jagir,
Surabaya
Meiner, M., (2006). Gerontologic Nursing. 3rd ed. Mosby Inc. St. Louis.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku Rineka Cipta, Jakarta.
Nyorong, M., (1989), Explaining Fertility Decline In Indonesia;The Role Of National
Family Planning Program, University of Pittsburgh.
Potter. P.A. and Perry. A.G., (1997). Fundamentals Of Nursing Concepts, Process, and
Practice. 4th ed. St. Mosby Inc St. Louis.
Stanley. M. Blair. K.A, and Beare. B.G. (2005). Gerontological Nursing : Promoting
Successful Aging With Older Adults. Dafis Company. Philadelphia.
Thursdayani, (2006). Pengaruh Karakteristik Dan Persepsi Lansia Terhadap Posyandu
Lansia Terhadap Pemanfaatan di Kel. Sei Agul Posyandu Sei Agul Kec. Medan
Barat, Medan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
11